• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 38 PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 38 PALEMBANG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL

QUANTUM LEARNING

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS

VIII SMP NEGERI 38 PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

DIEN OKTARIA

NIM. 09 221 014

Program Studi Tadris Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

(2)

ABSTRAK

Umumnya siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Salah satu faktor yang menunjang anggapan siswa tersebut adalah cara penyampaian materi pelajaran yang tidak bervariasi sehingga hasil belajar yang dicapai siswa sangat rendah. Sehingga rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model quantum learning di SMP Negeri 38 Palembang dan apakah penerapan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model quantum learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII di SMP Negeri 38 Palembang dan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model tersebut. Penelitian ini merupakan pre eksperimental design dengan kategori Pre-test and Post-test group. Populasi terdiri dari 261 siswa dan sampel adalah 36 siswa dari siswa kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang tahun ajaran 2013/2014 yaitu, kelas VIII5 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model Quantum learning. Dengan penentuan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Teknik analisis data tes berupa mencari rata-rata hasil tes siswa baik Pre-test maupun

Post-test. Berdasarkan hasil penelitian dari uji normalitas dan homogenitas bahwa kelompok tersebut normal dan homogen sehingga untuk pengujian hipotesis dapat digunakan uji-t. Hasil analisis data tes yang diperoleh yaitu ada perbedaan, rata-rata Post-test 79,63 sedangkan pada Pre-test 42,33. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model Quantum learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun pengujian hipotesis dengan Uji-t didapat thitung = 17,58 > ttabel = 1,996 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model Quantum learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri 38 Palembang.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Umumnya siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Salah satu faktor yang menunjang anggapan siswa tersebut adalah cara penyampaian materi pelajaran yang tidak bervariasi sehingga dapat membosankan siswa. Oleh karena itu, kiranya guru matematika perlu memahami, mencoba dan mengembangkan berbagai model, metode, teknik, strategi, pendapat dan keterampilan dalam mengajar matematika.

Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien, dan efektif mungkin (Slameto, 2010: 65). Tujuannya adalah agar guru dapat menyusun program pengajarannya yang dapat membangkitkan minat usaha untuk belajar matematika secara antusias, bahkan siswa benar-benar ikut mengambil bagian dalam proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat menghayati secara lebih mantap sehingga hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik.

(4)

model pengajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan materi pelajaran yang akan diberikan. Guru harus menguasai dengan pasti konsep, prinsip, fakta ataupun

skill sehingga model dan metode pengajaran yang disajikan tidak membosankan bahkan siswa mampu membangkitkan motivasi belajar yang lebih baik guna meningkatkan hasil belajar. Untuk itu guru perlu lebih memperkaya kemampuan dan keterampilan dalam menyusun variasi pengajaran.

Didalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa belajar itu sangat dianjurkan. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, sebagai khalifah maka manusia wajib belajar. Rasulullah SAW telah memberikan teladan kepada para umatnya berdasarkan firman Allah SWT di dalam Al- Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :

Artinya :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq : 1-5)

Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Perubahan perilaku itu merupakan hasil dari kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun pengalaman (Baharuddin dan Esa nur wahyuni, 2012 : 34).

Dalam Al-Qur’an, telah dijelaskan cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut, yaitu dalam surat Al-Kahfi ayat 65 yang berbunyi :

(5)

Artinya :

Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (QS. Al-Kahfi [18] : 65).

Dan terdapat juga surat lainnya yang menjelaskan tentang cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku, yaitu surat Al-Ra’d yang berbunyi :

Artinya :

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS.

Al-Ra’d [13] : 11).

Dalam mengajarkan sebuah topik atau pokok bahasan dapat disajikan dengan berbagai model. Guru harus pandai memilih salah satu model yang ada. Pemilihan ini harus mempertimbangkan topik bahasan yang akan diberikan dan kondisi siswa yang akan diajar. Belum tentu satu topik diajarkan dengan baik menggunakan satu model, metode atau strategi tertentu, tetapi dengan menggunakan kombinasi berbagai model dapat memberikan pencapaian hasil yang lebih tinggi.

Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas. Bahkan mengajar itu dapat dilakukan pula pada sekelompok siswa di luar kelas atau pun dimana saja. Mengajar merupakan salah satu komponen dari kompetensi guru. Dan setiap guru harus menguasainya serta terampil melaksanakannya (Slameto, 2010 : 29).

(6)

siswa. Namun pada kenyataannya di SMP Negeri 38 Palembang kemampuan tersebut masih rendah. Berdasarkan observasi peneliti terhadap siswa kelas VIII rendahnya kemampuan kognitif siswa disebabkan berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut adalah kurangnya penggunaan model yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa yang pasif. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan.

Model quantum learning sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa yang akan membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan dalam proses belajar siswa yang mampu meningkatkan hasil belajar. Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing (Bobby dan Hernachi, 2009 : 14).

(7)

Dalam pelaksanaan model quantum learning harus memperhatikan beberapa hal, seperti yang berhubungan dengan lingkungan, fisik, dan suasana.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Quantum Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar

Siswa Pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model quantum learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang?

2) Apakah penerapan model quantum learning berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah :

(8)

2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model quantum learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi siswa:

Sebagai bahan acuan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa, serta mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. 2) Bagi guru :

Khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar, meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan suatu model pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, serta dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.

3) Bagi sekolah :

Dengan dilaksanakannya pembelajaran yang baik maka mampu mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi serta mampu memperbaiki mutu pendidikan yang ada di sekolah itu sendiri.

(9)
(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010 : 2). Perubahan ini meliputi perubahan sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi, sehingga mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

(11)

Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalaman tersebut siswa menggunakan seluruh panca indranya (Cronbach, 1954 dalam Baharuddin dan Esa nur wahyuni, 2012 : 13).

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman (Morgan dkk, 1986 dalam Baharuddin dan Esa nur wahyuni, 2012 : 14). Pernyataan Morgan dkk ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respons secara alamiah, kedewasaan atau keadaan organism yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau gabungan dari semuanya (Soekamto dan Winataputra, 1997 dalam Baharuddin dan Esa nur wahyuni, 2012 : 14).

Dari definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses penerimaan informasi untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang timbul akibat praktek, pengalaman dan latihan. Proses ini membutuhkan kesiapan yang matang dan merupakan salah satu cara untuk mempelajari matematika.

(12)

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2012 : 10).

Menurut Sudjana (2005), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar.

Setelah mengetahui pengertian belajar maka kita harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Faktor- faktor tersebut yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor- faktor internal adalah faktor- faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor- faktor internal ini meliputi :

a) Faktor fisiologis

Faktor- faktor fisiologis adalah faktor- faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor- faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

(13)

Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

b) Faktor psikologis

Faktor- faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

2. Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor- faktor internal, faktor- faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa, diantaranya yaitu :

a) Lingkungan sosial

1) Lingkungan sosial sekolah

Guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa uantuk belajar lebih baik di sekolah.

2) Lingkungan sosial masyarakat

(14)

3) Lingkungan sosial keluarga

Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b) Lingkungan non sosial 1) Lingkungan alamiah

Lingkungan alamiah berupa kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silai atau kuat, suasana yang sejuk dan tenang.

2) Faktor instrumental

Perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu : hardware yang berupa gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan sebagainya. Dan perangkat

software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.

3) Faktor materi pelajaran

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

Perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah yaitu: 1. Ranah Kognitif

(15)

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek yakni: (a) Penerimaan, (b) Jawaban atau reaksi, (c) Penilaian, (d) Organisasi, dan (e) Internalisasi.

3. Ranah Psikomotoris

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) Gerakan refleks, (b) Keterampilan gerakan dasar, (c) Kemampuan perceptual, (d) Keharmonisan atau ketepatan, (e) Gerakan keterampilan kompleks, dan (f) Gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2012: 22).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang dialami siswa. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti ranah kognitif yaitu dengan indikator:

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya.

2. Pemahaman (comprehension)

(16)

lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

3. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas mental untuk memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, simbol-simbol yang ada dalam materi pelajaran matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku pada siswa.

B. Model Quantum Learning

1) Sejarah model quantum learning

Pembelajaran quantum dimulai di supercamp, sebuah program percepatan

quantum learning yang ditawarkan learning forum yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis, prestasi fisik, dan keterampilan dalam hidup. Quantum learning

berakar dari upaya Dr. Georgy Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen tentang “Suggetology”. Prinsipnya adalah

(17)

latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu. Menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan sambil menonjolkan informasi. Selain itu, disediakan guru-guru yang terlatih baik dari segi pengajaran maupun lainnya, sehingga dengan cara ini diharapkan memberikan hasil belajar yang optimal dan akan meningkatkan prestasi (De Porter, 1999 : 14).

2) Pengertian Model Quantum learning

Quantum learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah

energi menjadi cahaya”, berarti sesuatu yang dapat diandalkan atau diukur.

Maka quantum learning dapat diartikan pembelajaran yang dapat diandalkan atau diujikan dan diukur keberhasilannya (De Porter, 1999 : 209).

Quantum learningdidefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah

energi menjadi cahaya”, artinya pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada dalam sekitar momen belajar yaitu interaksi-interaksi yang

mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik yaitu bagaimana otak mengatur informasi yang diperoleh dalam belajar. Quantum learning merupakan sebuah pendekatan

komprehensif sebagai teori pembelajaran. Dukungan lingkungan positif sangat berpengaruh terhadap kesuksesan belajar, tujuan utama dalam

(18)

Dari pengertian quantum learning diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran model quantum learning dapat menciptakan pembelajaran yang optimal yaitu dapat meningkatkan motivasi,

meningkatkan hasil belajar, memperbesar keyakinan diri khususnya pada materi sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) yang dipengaruhi lingkungan yang mendukung kesuksesan proses kegiatan belajar mengajar.

3) Gaya Belajar Model Quantum Learning

Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam semua hal terutama belajar. Banyak variabel yang mempengaruhi gaya belajar seseorang. Menurut Rita Dunn dalam De Porter (1999 : 110), variabel yang mempengaruhi cara belajar itu mencakup faktor-faktor fisik, emosional, dan lingkungan.

Seorang misalnya dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang sedangkan dengan yang lain pencahayaan yang suram. Ada yang belajar paling baik dalam keadaan berkelompok, tetapi ada juga yang merasa lebih baik dengan belajar mandiri, yang lain lagi memilih adanya figure otoriter seperti orang tua atau guru. Dari sinilah akhirnya disepaki oleh para peneliti

dalam “Quantum Learning”adanya dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, cara seseorang mengatur dan mengolah informasi tersebut (domisi otak) (De Porter, 1999 : 110).

Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda intinya tetap sama bahwa definisi gaya belajar adalah kombinasi ia

(19)

memiliki gaya belajar yang unik dan berbeda, maka sangat sulit untuk meningkatkan hasil belajar siswa bila hanya menerapkan satu gaya belajar. Maka gaya yang tepat adalah bagaimana cara menentukan gaya belajar dan bakat setiap siswa serta kemudian melayaninya. Pada saat yang sama, bagaimana mendorong perkembangan seluruh kemampuan potensial siswa. Melalui pengalaman belajar dapat dikenali modalitas seseorang sebagai

dasar gaya belajarnya bahkan dikatakan benar sebagai “gaya belajar”.

Menurut Bobby De Porter dan Mike Hernachi (2009 : 109) dalam buku

Quantum Learning dipaparkan tiga modalitas belajar seseorang, yaitu : a) Visual ( belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas saat berbicara, berbicar dengan cepat. Bagi siswa yang belajar dengan gaya visual, yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan (visual), dalam hal ini model pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak atau dititikberatkan pada peragaan atau media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau

menggambarkannya di papan tulis.

Anak yang memiliki gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir

(20)

Ciri-ciri gaya belajar visual : 1. Bicara agak cepat

2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian atau presentasi 3. Tidak mudah terganggu oleh keributan

4. Mengingat yang dilihat dari pada yang didengar 5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan 6. Pembaca cepat dan tekun

7. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan , tetapi tidak pandai memilih kata-kata

8. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato 9. Lebih suka seni dari pada music

10.Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta 2. Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting

3. Ajak anak untuk membaca buku yang berilustrasi 4. Gunakan multi-media (contohnya komputer atau video)

5. Ajak anak untuk mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

b) Auditori (belajar dengan cara mendengar)

(21)

memiliki gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Ciri-ciri gaya belajar auditori :

1. Saat bekerja maka bicara pada diri sendiri 2. Penampilan rapi

3. Mudah terganggu oleh keributan

4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada apa yang dilihat

5. Sering membaca dengan keras dan mendengarkan

6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca

7. Biasanya ia pembicara yang fasih

8. Lebih pandai mengeja dengan kena dari pada menulisnya 9. Mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visual 10.Berbicara dalam irama yang terpola

11.Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama, dan warna suara.

(22)

1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga

2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras 3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak

4. Biarkan anak merekam materi pelajaranya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

c) Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan ke bawak bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangat kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : 1. Berbicara perlahan 2. Berpakaian rapi

3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan 4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek

5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

(23)

10.Tidak dapat mengingat geografi, kecuali mereka memang pernah berada di tempat itu

11.Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka dan menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik : 1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam

2. Ajak anak belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru)

3. Gunakan warna-warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan

4. Izinkan anak belajar sambil mendengarkan musik.

Gaya belajar dapat menentukan prestasi hasil belajar anak. Jika diberikan model yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

4) Langkah – langkah menerapkan quantum learning

Metode pembelajaran quantum learning, yaitu dengan berpedoman pada De Porter (1999 : 205) mendesain pengajaran quantum yang diberi nama “EEL

Dr. C”. Nama metode ini adalah suatu singkatan dari kata-kata : Enroll, Experience, Label, Demonstration, Review, dan Celebrate.

(24)

a. Enroll : pada tahap ini, guru baru mencermati, memahami, memaknai dan menumbuhkan minat siswa sebelum belajar mengajar.

b. Experience : pada tahap ini guru memberikan pengalaman-pengalaman umum kepada siswanya. Pengalaman-pengalaman umum dimaksudkan agar seluruh siswa dapat mengaitkan pengalaman hidupnya dengan pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh guru.

c. Label : pada tahap labeling, guru melakukan proses pemberian kata-kata kunci, konsep-konsep model-model, dan rumusan-rumusan. Tahap

ini merupakan tahap pemberian “input” bagi siswa.

d. Demonstration : pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan bahwa mereka telah mengetahui dan

memahami “input” yang telah mereka peroleh pada tahap sebelumnya.

e. Review : pada tahap ini merupakan pengulangan oleh siswa bahwa mereka benar-benar tahu.

f. Celebrate : tahap ini merupakan tahap pemberian pengakuan penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan, semangat ataupun tepukan.

Berdasarkan tahapan di atas maka peneliti akan mengimplementasikan tahapan-tahapan tersebut pada pembelajaran matematika materi SPLDV di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang, yaitu sebagai berikut :

a. Enroll

(25)

 Mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.

 Manfaat yang dapat diperoleh siswa jika mempelajari materi ini.

 Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. b. Experience

 Siswa mengaitkan kembali materi prasyarat yang telah mereka miliki sebelumnya untuk mempelajari materi yang akan diajarkan.

 Siswa diikut sertakan dalam pemanfaatan media yang digunakan pada saat pembelajaran.

c. Label

 Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tuntunan kepada siswa untuk mengembangkan materi yang dipelajari.

d. Demonstration

 Siswa mendemonstrasikan hasil belajarnya setelah mereka melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya.

e. Review

 Siswa materi rangkuman dari kegiatan pembelajaran tersebut. f. Celebrate

 Siswa memberikan aplaus atau tepuk tangan atas keberhasilan temannya dalam menjawab soal dan guru memotivasi kepada siswa yang kurang memahami materi tersebut.

5) Manfaat dan kekurangan model quantum learning

(26)

De Porter (1999 : 339), penerapan model quantum learning dalan belajar bermanfaat dalam :

1. Mengembangkan sikap positif 2. Meningkatkan motivasi belajar

3. Mengembangkan kemampuan belajar seumur hidup 4. Meningkatkan kepercayaan diri

5. Mencapai keberhasilan atau kesuksesan.

Keseluruhan untuk mencapai kesuksesan penerapan model quantum

learning perlu dipahami kiat-kiat khusus. Kiat-kiat yang ada di dalam model

quantum learning adalah ( De Porter, 1999 : 339 ) :

1. Menemukan satu manfaat dari apa yang akan dikerjakan atau yang mau dikerjakan

2. Memberikan motivasi berupa pujian positif untuk tiap pribadi 3. Menciptakan tempat yang nyaman untuk belajar

4. Menyadari gaya belajar 5. Menggunakan catatan

6. Menganggap menulis sebagai kreatif dalam segala situasi 7. Mengetahui potensi kecepatan membaca

8. Berpikir secara kreatif dalam mengingat segala situasi 9. Berusaha untuk mengingat.

Adapun kekurangan dari model quantum learning :

(27)

b. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

c. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

C. Kajian Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 1. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

Persamaan linier dua variabel adalah persamaan yang mengandung dua variable dimana pangkat atau derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu. Bentuk umum dari persamaan linier dua variabel adalah :

ax + by = c , dimana x dan y adalah variabelnya.

Sistem persamaan linier dua variabel adalah dua persamaan linier dua variabel yang mempunyai hubungan diantara keduanya dan mempunyai satu penyelesaian. Bentuk umum sistem persamaan linier dua variabel adalah :

ax + by = c px + qy = r

a, b, p dan q adalah koefisien c dan r adalah konstanta Contoh :

Buatlah model matematika persamaan linier dari kalimat-kalimat berikut: 1. Umur adik ditambah 2 kali umur kakak adalah 20 tahun.

(28)

1. x + 2y = 20 2. 2x + 3y = 10000 2. Metode Grafik

Sistem persamaan linier dua variabel terdiri dari dua persamaan maka grafiknya berupa 2 buah garis lurus. Penyelesaiannya dapat ditentukan dengan menentukan titik potong kedua garis lurus tersebut.

Contoh :

Gunakan metode grafik, tentukan penyelesaian SPLDV berikut : x + y =2 dan 3x +y = 6

Jawab :

Langkah pertama : menentukan titik potong terhadap sumbu x dan sumbu y pada masing-masing persamaan :

1. Persamaan x + y = 2

Titik potong dengan sumbu x,berarti y = 0 x + y = 2

x + 0 = 2 x = 2

maka diperoleh titik potong dengan sumbu x (2, 0) Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0

x + y = 2 0 + y = 2 y = 2

(29)

Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0 3x + y = 6

3x = 6 x = 2

maka diperoleh titik potong dengan sumbu x (2, 0) Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0

3x + y = 6 3(0) + y = 6 y = 6

maka diperoleh titik potong dengan sumbu y (0, 6)

Langkah kedua : menggambar kedua persamaan tersebut ke dalam bidang koordinat cartesius.

Langkah ke tiga: menentukan himpunan penyelesaian SPLDV tersebut. Titik potong antara garis x + y = 2 dan 3x + y = 6 adalah (2, 0)

Jadi, HP = {2, 0}

3. Metode Substitusi

(30)

variabel yang lain dari suatu persamaan, kemudian menyubtitusikan (menggantikan) variabel itu dalam persamaan yang lainnya.

Contoh :

Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 2x + 3y = 6 dan x – y = 3 Jawab :

Persamaan x – y = 3 ekuivalen dengan x = y + 3.

Dengan menyubtitusi persamaan x = y + 3 ke persamaan 2x + 3y = 6 diperoleh:

2x + 3y = 6 2 ( y+3) + 3y = 6 2y + 6 + 3y = 6

5y + 6 = 6 5y = 6 – 6 5y = 0

y = 0

Selanjutnya untuk memperoleh nilai x. substitusikan nilai y ke persamaan x = y + 3, sehingga diperoleh :

x = y +3 x = 0 + 3 x = 3

Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {3, 0}

4. Metode Eliminasi

(31)

menghilangkan (mengeliminasi) salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika variabelnya x dan y, untuk menentukan variabel x kita harus mengeliminasi variabel y terlebih dahulu, atau sebaliknya. Perhatikan jika koefisien dari salah satu variabel sama maka kita dapat mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel tersebut, untuk selanjutnya menentukan variabel yang lainnya.

Contoh :

Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan berikut : 2x + 3y = 6 dan x – y = 3

Jawab: Langkah I :

Untuk mengeliminasi variabel y, koefisien y harus sama, sehingga persamaan 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan x – y = 3 dikalikan 3 2x + 3y = 6

3x – 3y = 9 + 5x = 15 x = 3

Untuk mengeliminasi variabel x, koefisien x harus sama, sehingga 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan x – y = 3 dikalikan 2

2x + 3y = 6 2x – 2y = 6 – 5y = 0 y = 0

(32)

5. Metode Gabungan

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel dengan metode gabung, kita menggabungkan metode eliminasi dan substitusi. Contoh :

Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + 3y = 6 dan x – y = 3

Jawab :

Langkah I yaitu dengan metode eliminasi, diperoleh :

Untuk mengeliminasi variabel y, koefisien y harus sama, sehingga persamaan 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan x – y = 3 dikalikan 3

2x + 3y = 6 3x – 3y = 9 +

5x = 15

x = 3

Kemudian disubstitusikan nilai x ke persamaan x – y = 3 sehingga diperoleh:

x – y = 3 3 – y = 3 -y = 3-3 -y = 0 y = 0

(33)

D. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penggunaan model quantum learning dalam pembelajaran matematika telah digunakan dalam penelitian pendidikan dengan menggunakan beberapa materi pembelajaran dan tingkat sekolah. Di bawah ini ada beberapa peneliti yang menggunakan model quantum learning dalam penelitiannya, yaitu :

Table 1. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

No. Nama Judul skripsi Materi Kesimpulan

Diti Hariani Penerapan model

quantum learning

pada pembelajaran matematika di kelas XI SMP Negeri 1 Jurai

Peluang 1. Aktivitas belajar siswa saat penerapan metode quantum learning pada pembelajaran matematika dengan keseluruhan dari aktivitas sebesar 75%. 2. Hasil belajar yang diperoleh

siswa setelah diterapkan

pembelajaran matematika dengan metode quantum learning di kelas XI SMP Negeri 1 Jurai pada materi peluang dengan rata-rata 80, 03 dikategorikan baik.

Penerapan Model

Quantum Learning

dengan Teknik Mind Mapping untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD No 2 Bongan

Penerapan model quantum learning

dengan teknik Mind Mapping terjadi peningkatan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas V SD No 2 Bongan serta respons siswa kelas V SD No 2 Bongan sangat setuju dengan menerapkan model

quantum learning dengan teknik

Mind Mapping untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika.

Nurmawati Penerapan

pembelajaran metode

quantum learning

pada pokok nahasan operasi hitung di kelas VII SMP Negeri 23 Palembang

(34)

Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa Model Quantum Learning mempunyai pengaruh positif terhadap pembelajaran Matematika.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah dikemukakan (Sugiyono, 2012 : 64). Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental,

dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dasar pemilihan desain ini melihat dari kondisi kelas eksperimen yang merupakan kelas dengan kemampuan matematika yang rendah. Peneliti ingin melihat hasil belajar siswa sebelum dan sesudah memperoleh model pembelajaran. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah model quantum learning, sedangkan aspek yang diukurnya adalah hasil belajar siswa.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 61).

Adapun yang menjadi variabel penelitian dalam melakukan penelitian adalah: Variabel bebas : Penerapan Model Quantum learning

Variabel terikat : Hasil belajar matematika siswa.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

(36)

sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

2) Hasil belajar adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan melalui tes, tes dilakukan sebelum (

pre-test) dan setelah (post-test) penerapan model quantum learning pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Hasil belajar tersebut dihitung dengan menggunakan teknik penskoran.

D. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010 : 173). Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi subjek penelitian ini secara keseluruhan adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang. Untuk lebih jelasnya populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Populasi Penelitian

(Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 38 Palembang tahun ajaran 2013-2014)

No. Kelas Jumlah Siswa

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. VIII.1 VIII.2 VIII.3 VIII.4 VIII.5 VIII.6 VIII.7 38 36 38 38 36 38 37

(37)

2) Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010 : 174). Di SMP Negeri 38 Palembang siswa-siswa dalam setiap kelas bersifat homogen, karena penetapan kelas tidak sesuai peringkat.

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Adapun cara pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan cara cluster random sampling. Dengan demikian peneliti memberikan hak yang sama kepada setiap kelas untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

Pengambilan sampel dengan cara cluster random sampling ini dilakukan dengan cara undian (untung-untungan). Dimana peneliti menuliskan nomor subjek yang berupa nama kelas pada kertas kecil-kecil, satu nomor untuk satu kelas. Kemudian kertas-kertas ini digulung, dengan tanpa prasangka kertas-kertas tadi diundi dan kertas yang terambil saat pengundian ini akan menjadi sampel penelitian dan nama kelas yang menjadi sampel penelitian tersebut adalah kelas VIII5.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut : a. Mengidentifikasi permasalahan,

(38)

c. Melakukan observasi ketempat penelitian, d. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian, e. Menentukan dan memilih subjek penelitian, f. Menyusun instrument penelitian,

g. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya. Uji coba ini diberikan kepada siswa yang bukan merupakan anggota dari subjek penelitian,

h. Analisis kualitas atau kritera instrumen, i. Merevisi instrumen apabila diperlukan.

2. Tahap pelaksanaan

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu :

a. Melakukan pengukuran kemampuan masing-masing siswa dikelas, dalam penelitian ini pengukuran dilakukan melalui survei terhadap nilai matematika pada rapot siswa,

b. Memberikan pre-test kepada subjek penelitian untuk mengetahui aktifitas dan hasil belajar matematika awal siswa,

c. Melakukan kegiatan pembelajaran pada kelas tersebut dengan menggunakan model quantum learning pada materi SPLDV, d. Memberikan post-test pada kelas tersebut.

3. Tahap Akhir

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu :

(39)

b. Menghitung skor rata-rata pre-test dan post-test yang diperoleh siswa,

c. Melaporkan hasil penelitian dan pembahasannya kepada dosen pembimbing.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006 : 150).

Instrumen tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis berupa soal-soal berbentuk uraian yang berkaitan dengan mata pelajaran SPLDV yang dapat melihat hasil belajar siswa. Dalam menjawab tes siswa dituntut untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan model matematika, menentukan penyelesaian dari model matematika dan memberikan tafsiran terhadap hasil-hasil yang diperoleh.

Pada penelitian ini tes yang digunakan terbagi menjadi 2 macam tes, yaitu: a) Pre-test yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan untuk

mengukur kemampuan awal siswa.

b) Post-test yaitu tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa.

(40)

G. Teknik Analisis Data

Guna membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapatkan kesimpulan maka hasil data tes formatif yang diberikan kepada siswa yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning

dengan menggunakan uji test-t (Student-t). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Uji Normalitas Data

Pada pengujian normalitas memerlukan rumus-rumus sebagai berikut: (1) Menghitung rentang data

Rank = data terbesar-data terkecil

(2) Menghitung banyak interval K = 1 + 3,3 log n Keterangan:

K = banyak kelas interval n = banyak sampel penelitian

(3) Menghitung panjang kelas interval

𝐏

=

𝐑𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡𝐤𝐞𝐥𝐚𝐬

(4) Menghitung rata-rata dari masing-masing kelompok data

f i f ixi

x (Herrhyanto, 2007: 4.4)

Keterangan:

(41)

f i = Frekuensi masing-masing kelas interval

xi = titik tengah kelas interval

(5) Menentukan varians dan simpangan baku

1

1 2 2 2      

n x xi f i S n x xi f i S

(Herrhyanto, 2007: 5.19)

Keterangan:

2

S = varians sampel

S = simpangan baku sampel n = jumlah sampel

(6) Menentukan modus baku

         2 1 1 b b b p b

Mo (Herrhyanto, 2007: 6.2)

Keterangan: o

M = Modus

b = Batas bawah kelas interval dengan frekuensi terbanyak

p = Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

1

b = Frekuensi pada kelas interval yang terbanyak dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya.

2

b = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi interval berikutnya.

(42)

S M x K o m

 (Herrhyanto, 2007: 6.2)

Keterangan: m

K = Kemiringan kurva

o

M = Modus

x = Nilai rata-rata

S = Simpangan baku sampel

Dengan kriteria pengujian jika -1<𝐊𝐦< 1, maka data berdistribusi normal.

b. Uji-t (Chi-Kuadrat)

Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran quantum learning terhadap hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal dengan cara menghitung uji tes, uji statistika yang di gunakan adalah uji t, dengan rumus :

2 2 2 1 2 1 2 1

n

s

n

s

X

X

t

(Sugiyono, 2008: 273)
(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 38 Palembang yang berlokasidi Jl. Tanjung sari No. 1 Palembang Provinsi Sumatra Selatan dari tanggal 5 September sampai dengan 30 September 2013. Penelitan ini dilaksanakan dengan empat tahapan yaitu tahap perencaan, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.

Pada tahap perencanaan, tanggal 5 September 2013 peneliti menyerahkan surat izin penelitian kepada kepala SMP Negeri 38 Palembang yaitu Ibu Rodhia, S.Pd. Kemudian peneliti melakukan observasi mengenai lingkungan sekolah dan melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 38 Palembang yaitu Ibu Hj. Tarmi, S.Pd untuk menentukan jadwal pelaksanaan penelitian dan untuk menentukan kelas sampel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari tujuh kelas. Dari tujuh kelas tersebut peneliti menentukan sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling.

(44)

Pada tahap persiapan, peneliti mempersiapkan perlengkapan penelitian seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal pre-test

dan soal post-test, lembar kunci jawaban, dan penskoran yang telah divalidasi oleh 3 validator pakar.

Untuk tahap pelaksanaan, Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sebanyak lima kali tatap muka. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 September 2013, pada pertemuan pertama ini peneliti hanya memberikan tes awal (pre-test) dengan jumlah soal sebanyak 4 soal. Pada pertemuan kedua, ketiga dan keempat peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning

yaitu dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 September 2013, pada hari Senin tanggal 16 September 2013 dan pada hari Rabu 18 September 2013. Pada pertemuan kelima atau pertemuan terakhir peneliti melakukan tes akhir (post-test) pada hari Kamis tanggal 19 September 2013.

Setelah tahap perencanaan, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan dilakukan maka peneliti siap untuk melaporkan hasil penelitian kepada dosen pembimbing.

a) Deskripsi Hasil Uji Validitas Perangkat Penelitian serta Uji Reliabilitasnya

(45)

Palembang (terlampir). Sedangkan soal pre-test dan soal latihan pada setiap pertemuan tidak divalidasi karena soal diambil dari buku paket karangan Nuniek Avianti Agus terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional dengan judul buku Mudah Belajar Matematika 2 : Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah.

Instrumen penelitian yang disusun oleh peneliti mendapat beberapa saran dari validator. Saran-saran ini digunakan peneliti untuk memperbaiki instrument penelitian sebelum digunakan untuk meneliti dilapangan. Adapun saran-saran dari validator sebagai berikut :

a. Instrumen penelitian RPP

Pada RPP terdapat tiga orang validator, yaitu Ibu Hj. Tarmi, S.Pd dan Bapak Ibnu Hajar, A. Md (guru mata pelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 38 Palembang) serta Febriansyah (mahasiswa jurusan matematika IAIN Raden Fatah Palembang). Ketiga validator berpendapat bahwa RPP yang disusun peneliti telah mencapai kategori valid. Adapun saran yang diberikan oleh ketiga validator tersebut, pertama saran dari Ibu Hj. Tarmi, S.Pd dan Bapak Ibnu Hajar, A. Md kesesuaian waktu disesuaikan dengan waktu di sekolah, sedangkan validator ketiga yaitu Febriansyah tidak terdapat saran. Berdasarkan saran dari validator-validator tersebut peneliti melakukan perbaikan, yaitu menyesuaikan alokasi waktu.

b. Instrumen penelitian soal Post -test

(46)

jurusan matematika IAIN Raden Fatah Palembang). Ketiga validator menyatakan bahwa instrumen yang disusun peneliti telah mencapai kategori valid dan tanpa pemberian saran.

Dari penjelasan pendapat dan beberapa saran validator di atas, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan instrumen penelitian yang disusun oleh peneliti telah mencapai kategori valid, dengan beberapa saran yang diberikan. Kemudian dari beberapa saran tersebut peneliti melakukan perbaikan dan pengembangan sedemikian rupa, agar instrumen penelitian tersebut dapat digunakan peneliti untuk menyampaikan materi dan memberikan tes. Adapun rekapitulasi hasil validasi pakar tentang RPP dan soal post-test dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Validasi Butir Soal Post-Test

Validator

Aspek Soal

Jumlah

Isi Struktur dan

Navigasi Bahasa

1 2 1 2 1 2

Hj. Tarmi, S.Pd 3 3 3 4 3 3 3.16

Ibnu Hajar, A. Md 3 3 3 3 3 3 3

Febriansyah 3 3 3 3 3 4 3.16

Rata-rata 3.11

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Validasi RPP

Validator

Aspek (RPP)

Jumlah

Isi Struktur dan

Navigasi Bahasan

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 4

Hj. Tarmi, S.Pd 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3,57

Ibnu Hajar, A. Md 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3,5

Febriansyah 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3,64

(47)

2. Deskripsi Data Penelitian a. Deskripsi Data Tes

Data tes diperoleh dari hasil tes awal (pre-test) dan tes akhir ( post-test). Tes awal (pre-test) dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning diterapkan yaitu pada tanggal 11 September 2013. Pre-test dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas VIII.5 di SMP Negeri 38 Palembang, sedangkan tes akhir (post- test) dilaksanakan pada pertemuan terakhir pada tanggal 19 September 2013. Soal yang diberikan pada tes awal dan tes akhir sebanyak empat butir soal essay. Soal yang diberikan memiliki tingkat kesukaran yang sama dengan soal yang berbeda. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan model quantum learning

terhadap hasil belajar siswa, peneliti menganalisis tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Data tes dianalisis dengan membandingkan hasil tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).

b. Deskripsi Pelaksanaan Model Pembelajaran Quantum Learning

(48)

dilaksanakan pada penelitian ini, yaitu pada proses pembelajaran akan dilakukan secara berkelompok.

1. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 11 September 2013 yang diawali dengan salam kepada semua siswa kelas VIII.5, mengabsensi siswa kemudian peneliti memperkenalkan diri kembali kepada semua siswa dan menyampaikan bahwa mulai dari tanggal 11 September 3013 – 19 September 2013 peneliti akan mengadakan penelitian serta peneliti meminta kepada semua siswa kelas VIII.5 untuk bekerja sama membantu penelitian ini agar berjalan dengan lancar. Kemudian peneliti memberikan soal pre-test kepada siswa dengan tujuan untuk melihat kemampuan awal sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan model quantum learning. Materi untuk tes adalah materi SPLDV dengan menggunakan metode grafik, metode substitusi, metode eliminasi, dan metode gabungan.

2. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, Kamis 12 Septeber 2013 peneliti menyampaikan indikator yang harus dicapai yaitu peserta didik dapat membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan sistem persamaan linier dua variabel dan dapat menentukan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel dengan metode grafik. Adapun deskripsi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

(49)

Pada tahap awal, peneliti mengucapkan salam kepada semua siswa yang sudah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan siswa serentak menjawab salam dari peneliti. Kemudian peneliti melihat keadaan ruangan dan membimbing siswa untuk mengatur kebersihan dan kerapian ruangan. Setelah ruang rapi dan teratur, peneliti mengabsensi siswa. Setelah itu peneliti juga menginformasikan bahwa hasil tes dari tes awal (pre-test) siswa memiliki nilai beragam. Peneliti menjelaskan bahwa sebelum menyelesaikan soal pahami terlebih dahulu maksud dari soal tersebut, kemudian tulis jawaban sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan pada setiap soal.

Selanjutnya pada tahap inti, proses pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran model quantum learning sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

a) Enroll

(50)

dengan menggunakan metode grafik. Siswa mendengarkan setiap penjelasan dari peneliti.

b) Experience

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti menyampaikan materi dengan berada di antara siswa dengan dibantu beberapa alat peraga. Peneliti berkeliling kelas pada saat penyampaian materi dan memberikan pertanyaan kepada siswa dan kelompoknya. Dengan antusias siswa menjawab beberapa pertanyaan dari peneliti.

Gambar 1. Peneliti menjelaskan materi kepada siswa dengan menggunakan alat peraga.

c) Label

Peneliti memberikan contoh kepada siswa berupa soal cerita dengan lisan, siswa memperhatikan dengan seksama penyampaian soal dari peneliti dan mencatat soal tersebut.

d) Demonstration

(51)

Kemudian peneliti menunjuk satu kelompok untuk menjawab soal tersebut. Kelompok yang ditunjuk maju kedepan dan kelompok yang lain memperhatikan jawaban dari kelompok yang maju kedepan.

Gambar 2. Peneliti membimbing siswa pada saat proses pembelajaran dilaksanakan.

e) Review

Setelah siswa memahami semua materi yang telah disampaikan oleh peneliti, kemudian peneliti meminta siswa untuk merangkum materi yang disampaikan di dalam buku catatan masing-masing.

f) Celebrate

(52)

3. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 September 2013. Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga membahas tentang penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel dengan menggunakan metode substitusi dan metode eliminasi. Dengan indikator yang harus dicapai adalah menentukan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel dengan metode substitusi dan dengan metode eliminasi. Adapun deskripsi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning pada pertemuan ketiga akan diuraikan sebagai berikut :

Pada tahap awal, peneliti mengucapkan salam kepada semua siswa yang sudah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan siswa serentak menjawab salam dari peneliti. Kemudian peneliti membimbing siswa untuk mengatur kebersihan dan kerapian ruangan. Setelah ruang rapi dan teratur, peneliti mengabsensi siswa dan menanyakan kabar siswa. Selanjutnya pada tahap inti, proses pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran model quantum learning sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

a) Enroll

(53)

peneliti menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran ini, diantaranya siswa dapat menghitung penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel dengan menggunakan metode substitusi dan metode eliminasi.

b) Experience

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti menyampaikan materi dengan berada di depan kelas dengan dibantu beberapa alat peraga. Peneliti fokus di kelas pada saat penyampaian materi. Siswa memperhatikan penyampaian materi yang disampaikan peneliti dengan mencatatnya.

Gambar 3. Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi pembelajaran.

c) Label

Peneliti memberikan contoh kepada siswa berupa soal cerita dengan lisan, siswa memperhatikan dengan seksama penyampaian soal dari peneliti dan mencatat soal tersebut.

d) Demonstration

(54)

mengarahkan siswa agar terjadinya interaksi sehingga menciptakan terjadinya pengungkapan gagasan antar siswa di dalam kelompok. Kemudian peneliti menunjuk satu kelompok untuk menjawab soal tersebut. Kelompok yang ditunjuk maju kedepan dan kelompok yang lain memperhatikan jawaban dari kelompok yang maju kedepan.

e) Review

Setelah siswa memahami semua materi yang telah disampaikan oleh peneliti, kemudian peneliti meminta siswa untuk merangkum materi yang disampaikan di dalam buku catatan masing-masing.

f) Celebrate

Setelah siswa merangkum materi yang diberikan peneliti, peneliti memberikan penjelasan kembali secara singkat tentang materi tersebut. Siswa memperhatikan dan mencatat penyampaian dari peneliti. Kemudian sebagai kegiatan akhir, peneliti mengajak siswa untuk memberikan aplaus atau tepuk tangan sebagai tanda berhasilnya proses belajar hari ini.

4. Pertemuan Keempat

(55)

pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning pada pertemuan keempat akan diuraikan sebagai berikut :

Pada tahap awal, peneliti mengucapkan salam kepada semua siswa yang sudah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan siswa serentak menjawab salam dari peneliti. Kemudian peneliti membimbing siswa untuk mengatur kebersihan dan kerapian ruangan. Setelah ruang rapi dan teratur, peneliti mengabsensi siswa dan menanyakan kabar siswa. Selanjutnya pada tahap inti, proses pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran model quantum learning sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

a) Enroll

Peneliti membangkitkan dan menumbuhkan minat siswa serta perhatian siswa dengan memutar musik (sebagai penerapan Quantum learning), kemudian peneliti mengingatkan kembali materi sebelumnya yaitu tentang penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode substitusi dan metode eliminasi. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran ini, diantaranya siswa dapat menghitung penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel dengan menggunakan metode gabungan.

b) Experience

(56)

memperhatikan penyampaian materi yang disampaikan peneliti dengan mencatatnya.

c) Label

Peneliti memberikan contoh kepada siswa berupa soal cerita dengan lisan, siswa memperhatikan dengan seksama penyampaian soal dari peneliti dan mencatat soal tersebut.

d) Demonstration

Dari soal cerita yang diberikan, peneliti meminta siswa mendiskusikannya dengan kelompok masing-masing. Peneliti selalu mengarahkan siswa agar terjadinya interaksi sehingga menciptakan terjadinya pengungkapan gagasan antar siswa di dalam kelompok. Kemudian peneliti menunjuk satu kelompok untuk menjawab soal tersebut. Kelompok yang ditunjuk maju kedepan dan kelompok yang lain memperhatikan jawaban dari kelompok yang maju kedepan.

e) Review

Setelah siswa memahami semua materi yang telah disampaikan oleh peneliti, kemudian peneliti meminta siswa untuk merangkum materi yang disampaikan di dalam buku catatan masing-masing.

f) Celebrate

(57)

memberikan aplaus atau tepuk tangan sebagai tanda berhasilnya proses belajar hari ini.

5. Pertemuan Kelima

Pada hari Kamis tanggal 19 September 2013 merupakan pertemuan terakhir dalam penelitian ini. Peneliti melaksanakan tes akhir (post-test) untuk memperlengkap data. Tes akhir dilaksanakan selama 2 x 40menit, tes ini berbentuk essay sebanyak 4 soal dimana setiap soal dibuat berdasarkan indicator hasil belajar pada ranah kognitif. Soal-soal post-test dan pre-test memiliki tingkat kesukaran yang sama tetapi soal-soalnya berbeda.

3. Analisis Data Hasil Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diambil beberapa data dari hasil pre-test dan hasil post-test.

a) Analisis Data Pre-Test

Analisis nilai pre-test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning berlangsung.

Gambar 4. Diagram Batang Kategori Hasil Pre-Test

0 2 4 6 8 10 12

20-25 26-31 32-37 38-43 44-49 50-55 56-61

(58)

Untuk mengetahui kesetaraan skor nilai pre-test, dilakukan uji analisis yang meliputi :

Uji Normalitas Data Pre-Test

1) Rentang data :

= Nilai terbesar – Nilai terkecil = 60 – 20 = 40

2) Jumlah kelas interval : K = 1 + 3,3 log 36

= 1 + 3,3 (1,56) = 1 + 5,148 = 6,148 = 7

3) Panjang kelas interval : P = Rentang data

Jumlah kelas interval

= 40 7

= 5,71 = 6

4) Tabel distribusi frekuensi :

Table 5. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pre-Test

No Interval Fi Xi fixi xi² fixi²

1 20-25 2 22.5 45 506.25 1012.5

2 26-31 5 28.5 142.5 812.25 4061.25 3 32-37 3 34.5 103.5 1190.25 3570.75 4 38-43 9 40.5 364.5 1640.25 14762.25 5 44-49 10 46.5 465 2162.25 21622.5 6 50-55 1 52.5 52.5 2756.25 2756.25 7 56-61 6 58.5 351 3422.25 20533.5

(59)

5) Mean :

x

=

f

i

x

i

f

i

=

1524

36

=

42,33

6) Varians dan Simpangan Baku :

S2 = n fixi

2f ixi 2

n(n−1)

= 36 68319 −(1524)

2

36 (36−1)

=2459484−2322576

36 (35)

= 2459484−2322576 1260

= 136908 1260

= 108,65

S = 108,65

= 10,42 7) Modus :

Mo = b + p

b1

b1+ b2

= 43,5 + 6 1

1 + 9 = 43,5 + 6 (0,1)

(60)

8) Kemiringan Data :

Km = x −Mo S

= 42,33 −44,1 10,42

= −1,76 10,42

= -0,169

Adapun hasil rata-rata, modus dan simpangan baku dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Rata-rata, Modus dan Simpangan Baku

Tes Rata-rata (𝐗 ) Modus (Mo) Simpangan Baku (S)

Pre-Test 42,33 44,1 10,42

Karena nilai kemiringan sebesar -0,169 terletak diantara (-1) dan (+1) atau -1 < 0,169 < +1, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pre-Test

berdistribusi normal.

b) Analisis Data Post Test

(61)

Gambar 5. Diagram Batang Kategori Nilai Post-Test

Untuk mengetahui kesetaraan skor nilai post-test dari sampel penelitian, dilakukan uji analisis yang meliputi :

Uji Normalita Data Post-Test

a) Rentang data :

= Nilai terbesar – Nilai terkecil = 90 – 60 = 30

b) Jumlah kelas interval : K = 1 + 3,3 log 36

= 1 + 3,3 (1,56) = 1 + 5,148 = 6,148 = 7

c) Panjang kelas interval : P = Rentang data

Jumlah kelas interval

= 30

7

= 4,28 = 5

0 2 4 6 8 10 12 14

60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94

(62)

d) Tabel distribusi frekuensi :

Table 7. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post-Test

No Interval fi xi fixi xi² fixi²

1 60-64 1 62 62 3844 3844 2 65-69 2 67 134 4489 8978 3 70-74 4 72 288 5184 20736 4 75-79 12 77 924 5929 71148 5 80-84 8 82 656 6724 53792 6 85-89 5 87 435 7569 37845 7 90-94 4 92 368 8464 33856

Σ 36 539 2867 42203 230199

e) Mean : x = fixi

fi

=

2867

36 = 79,63

f) Varians dan Simpangan Baku :

S2 =n fixi

2f ixi 2

n(n−1)

= 36 230199 −(2867)

2

36 (36−1)

= 8287164−8219689

36 (35)

= 8287164−8219689 1260

= 67475 1260

= 53,55

S = 53,55

(63)

g) Modus :

Mo = b + p

b1 b1+ b2

= 74,5 + 6 8

8 + 4

= 74,5 + 6 (0,66)

= 74,5 + 3,96 = 78,46 h) Kemiringan Data :

Km =x −Mo S

= 79,63 −78,46

7,31

= 1,17

7,31

= 0,16

Adapun hasil rata-rata, modus dan simpangan baku dari post test dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Rata-rata, Modus dan Simpangan Baku

Tes Rata-rata (x) Modus (Mo) Simpangan Baku (S)

Post-Test 79,63 78,46 7,31

Karena nilai kemiringan sebesar 0,16 terletak diantara (-1) dan (+1) atau -1 < 0,16 < +1, sehingga dapat disimpulkan bahwa post-test

Gambar

Table 1. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Tabel 2. Populasi Penelitian
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Validasi Butir Soal Post-Test
Gambar 1. Peneliti menjelaskan materi kepada siswa dengan menggunakan alat peraga.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pengantar Ekonomi dan Bisnis siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika menggunakan teori Bruner dengan bantuan peta konsep dapat meningkatkan penalaran dan

(7) Subyek retribusi izin penyelenggaraan bengkel umum adalah setiap badan hukum atau perorangan untuk menyelenggarakan bengkel umum kendaraan bermotor sebagai bengkel

Oleh karena itu, hal tersebut mendorong peneliti mengambil konsentrasi penelitian pada ketiga faktor tersebut, sehingga tema yang diangkat yaitu “ Pengaruh Biaya

o SBK Riset Terapan Bidang Fokus Sosial Humaniora, Seni Budaya, Pendidikan Penelitian Lapangan Luar Negeri. 1

Urbanisasi adalah fenomena perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap, akan tetapi dalam kasus Prawirotaman tidak hanya orang dari desa yang datang untuk

namun mata pelajaran tersebut kurang mendapat perhatian lebih sehingga siswa merasa bosan dengan penyajian yang konvensional. Kurang dimanfaatkannya fasilitas di SD N 2

STUDI PEMBINAAN KETERAMPILAN MENULIS BAGI SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |