• Tidak ada hasil yang ditemukan

311125425 Panduan Eds Untuk Pmp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "311125425 Panduan Eds Untuk Pmp"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

EVALUASI DIRISEKOLAH UNTUK

PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

BADAN

PENGEMBANGAN SDM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

(2)
(3)

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan

Kepanjangan

BSNP

Badan Standar Nasional Pendidikan

EDS

Evaluasi Diri Sekolah

KD

Kompetensi Dasar

KI

Kompetensi Inti

Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KKM

Ketuntasan Kriteria Minimal

KKS

Kajian Kinerja Sekolah

KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

LPMP

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

LPPKS

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah

MGMP

Musyawarah Guru Mata Pelajaran

MPMP

Model Penjaminan Mutu Pendidikan

MI

Madrasah Ibtidaiyah

MAK

Madrasah Aliyah kejuruan

MSPD

Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah

MTs

Madrasah Tsanawiyah

PKB/CPD

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan /Continuing Professional

Development

PKG

Pusat Kegiatan Guru

PAKEM

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan

P4TK

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan

POS UN

Prosedur Operasional Standar Ujian Nasional

RENSTRA

Rencana Strategis

RKT

Rencana KerjaTahunan

RKJM

Rencana Kegiatan Jangka Menengah

RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPS/RKS

Rencana Pengembangan Sekolah/Rencana Kegiatan Sekolah

RAPBS/RKAS Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan

Anggaran Sekolah

SKL

Standar Kompetensi Lulusan

(4)

Singkatan

Kepanjangan

SMDP

Sistem Manajemen Data Pendidikan

SNP

Standar Nasional Pendidikan

SPM

Standar Pelayanan Minimum

SPMP

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

TPS

Tim Pengembang Sekolah

TPK

Tim Pengembang Kabupaten

(5)

DAFTAR ISTILAH

Istilah

Penjelasan

Analisis Data

Suatu proses untuk membandingkan atau mempertanyakan data

kuantitatif dan kualitatif terhadap standar dan indikator yang

disepakati untuk melihat apa yang dimaksud oleh data tadi dan

mengapa hal itu terjadi.

Agregasi

Penggabungan, pengumpulan dan ringkasan data yang terkumpul

menjadi kelompok yang berarti untuk membantu kita mengidentifikasi

kecenderungan dan isu isu yang terjadi pada sekelompok responden.

Dampak

Implikasi dari suatu kegiatan pengukuran dalam bidang pendidikan

berdasarkan hasil dan manfaat untuk keberlanjutan program.

Data Kualitatif

Data kualitatif bersifat terbuka dan objektif dipakai untuk menerangkan

bahwa hubungan kontekstual, sifat dan cara yang dipakai ini semua

membantu tercapainya atau tidak tercapainya hasil yang direncanakan

dalam unit atau sistem. Penjaminan dan Peningkatan Mutu (PPM)

memerlukan pengumpulan dan penggunaan data kualitatif dan

kuantitatif untuk secara efektif mendeskripsikan dan meningkatkan

kegiatan belajar mengajar, pengelolaan dan kepemimpinan dalam dan

antar sistem.

Data Kuantitatif

Data yang subjektif dan dalam bentuk perangkaan yang mencatat

frekuensi kejadian, sumber atau hasil. PPM memerlukan pengumpulan

dan penggunaan data kualitatif dan kuantitatif utk mendeskripisikan

secara

efektif

kemajuan

belajar

mengajar,

pengelolaan

dan

kepemimpinan dalam dan antar sistem.

Efisiensi

Tingkat ketercapaian program dibandingkan dengan sumber daya yang

digunakan.

Evaluasi

Menggunakan analisis data dalam hal relevansi, mutu, hasil dan

dampak sebagai dasar pengambilan keputusan dan perencanaan untuk

peningkatan mutu. Evaluasi ini adalah satu langkah setelah assesmen

yang merupakan pengumpulan data tertentu

umpama dalam kegiatan

pemetaan.

Hasil Pendidikan

Pengetahuan, ketrampilan, proses, program dan SDM baru yang

dihasilkan dari masukan yang dapat diukur dibandingkan dengan

maksud dan tujuan pendidikan.

Indikator

Tiap komponen dari Standar terdiri dari beberapa indikator kunci yang

mengharuskan adanya data atau bukti apa yang perlu dikumpulkan dan

dianalisis dari tiap komponen. Komponen tak dapat dicapai kecuali jika

bukti atau data menunjukkan bahwa indikatornya juga telah tercapai.

Input Pendidikan

Sumber daya dan dana yang digunakan dalam mendukung efektivitas

suatu proses untuk mencapai tujuan yang diharapkan

(6)

Istilah

Penjelasan

Kesahihan

Akurasi data atau instrumen pengumpulan data.

Komponen

Standar

Bagian utama dalam Standar Pendidikan. Masing-masing Standar

Pendidikan Nasional terdiri dari sejumlah Komponen. Pencapaian

masing-masing Komponen Standar pada akhirnya mengarah pada

pencapaian Standar Pendidikan Nasional.

Monitoring

Memantau jejak proyek, program atau kegiatan guna memastikan

bahwa:

input

diberikan sesuai dengan perencanaan

tepat waktu, dengan

kuantitas yang memadai, dalam plafon anggaran

proses

dilaksanakan sesuai dengan rencana, dan

output

yang dicapai sesuai dengan apa yang diajukan

MSPD

Serangkaian strategi yang dilaksanakan oleh staf Dinas Pendidikan dan

pengawas sekolah tingkat Pemerintah Daerah untuk memonitor dan

mengevaluasi mutu dan keefektifan sekolah dan tenaga kependidikan

berdasarkan 8 SNP. Data MSPD didasarkan atas hasil EDS, dilaporkan

ke tingkat kab/kota sebagai masukan untuk mengevaluasi kinerjanya,

akreditasi dan perencanaan.

Mutu

Kualitas yang diukur berdasarkan relevansi, efisiensi, keefektifan dan

dampak dari program, proses atau tindakan. Mutu mengukur sampai

dimana unit atau sistem telah mencapai SPM dan SNP.

Output

Pendidikan

Keluaran dalam bentuk kegiatan, produk atau jasa yang dihasilkan dari

pemrosesan masukan. Keluaran biasanya lebih bersifat hasil yang nyata.

Peningkatan Mutu

Proses yang berkelanjutan dalam membuat semua kegiatan lebih baik

berdasarkan siklus penjaminan mutu yang berkelanjutan dan

perencanaan peningkatan mutu di semua unit pada semua tingkatan

dalam sistem.

Penjaminan Mutu

Serangkaian proses dalam (i) Mengumpulkan data dan bukti sampai

dimana indikator SPM dan SNP telah dicapai, (ii) Analisis data

mengidentifikasi apa arti dari data yang terkumpul, mana yang telah

dicapai, belum tercapai dan mengapa, (iii) Melaporkan analisis data

kepada semua yang terlibat, (iv) Memberikan rekomendasi pada unit

terkait untuk tercapainya peningkatan mutu yang berkelanjutan.

Keefektifan

Satu kegiatan, proses, program dsb dianggap efektif jika dapat

mencapai hasil akhir yang direncanakan yang dapat terus berjalan

(sustainable)

Proses

Pendidikan

Proses adalah tindakan yang dilakukan atau prosedur yang

dilaksanakan, misalnya, mengajar, menilai, sistem pengelolaan

untuk

menggunakan

dan

mengelola

input

agar

dapat

menghasilkan output atau hasil.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

...

1

DAFTAR ISTILAH

...

3

A.

Latar Belakang

...

6

B.

Dasar Hukum

...

12

C.

Alur Penjaminan Mutu Pendidikan

...

14

D.

Esensi Evaluasi Diri Sekolah

...

15

E.

Tujuan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

...

15

F.

Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah

...

17

G.

Instrumen EDS

...

18

G.1.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

...

20

G.2.

Standar Isi

...

21

G.3.

Standar Proses Pendidikan

...

27

G.4.

Standar Penilaian Pendidikan

...

36

G.5.

Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan

...

44

G.6.

Standar Sarana dan Prasarana

...

46

G.7.

Standar Pengelolaan Pendidikan

...

55

G.8.

Standar Pembiayaan

...

61

H.

Sumber Pembuktian

...

62

I.

Analisis Data Evaluasi Diri Sekolah

...

63

J.

Perencanaan Pengembangan Sekolah

...

81

K.

Agregasi Kinerja Sekolah

...

84

(8)

EVALUASI DIRI SEKOLAH

UNTUK PENJAMINAN MUTUPENDIDIKAN

A.

LATAR BELAKANG

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, memuat aturan

tentang kewajiban setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk

melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut

bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. Penjaminan

dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab satuan pendidikan yang

harus didukung oleh pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan

kewenangan masing-masing serta peran serta masyarakat. Pada tingkat Pemerintah

Pusat dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Badan

Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

(BPSDMP dan PMP), Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri serta instansi

terkait lainnya. Penjaminan mutu pada level Pemerintah Daerah Provinsi dilaksanakan

oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi, LPMP dan Kantor Wilayah

Departemen Agama, sedangkan pada tingkat pemerintah daerah Kabupaten/Kota

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota dan Kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kota.

Implementasi penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan hingga saat ini

masih menghadapi berbagai macam permasalahan antara lain: (1) sekolah belum

memiliki persepsi yang sama terhadap berbagai aspek dan indikator penilaian Standar

Nasional Pendidikan sebagai acuan mutu pendidikan; (2) pelaksanaan penjaminan dan

peningkatan mutu pendidikan masih terbatas pada pemantauan komponen mutu di

satuan pendidikan; (3) pemetaan mutu masih dalam bentuk pendataan pencapaian

mutu pendidikan yang belum terpadu dari berbagai penyelenggara pendidikan; dan (4)

tindak lanjut hasil pendataan mutu pendidikan yang belum dimanfaatkan untuk

keperluan peningkatan mutu berkelanjutan, (5) pelaksanaan penilaian Evaluasi Diri

Sekolah (EDS) dan instrumen penilaiannya belum dipahami secara utuh sebagai

kebutuhan sekolah. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan aspek legal tentang

penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan meliputi: (1) tujuan dan manfaat EDS;

(2) landasan filosofi, konseptual, hukum, dan landasan praksis penjaminan dan

peningkatan mutu, (3) tujuan dan manfaat pembagian tugas dan tanggungjawab yang

proporsional dalam penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan, (4) pencapaian

Standar Nasional Pendidikan, dan (5) pengembangan sistem informasi mutu pendidikan

yang efektif untuk pengelolaan, pengambilan keputusan dalam penjaminan dan

peningkatan mutu pendidikan.

(9)

harmonis dan kompak. Cuttance (1995) menyarankan agar fokus penjaminan mutu

dimunculkan dari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1)

Bagaimana tugas memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan dijalankan

oleh sekolah dalam konteks menetapkan skala prioritas, yaitu tercapainya hasil

belajar siswa?

2)

Apa yang ingin dicapai oleh sekolah, seberapa relevan misi sekolah dengan

kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan, dan apa yang perlu dilakukan oleh

sekolah selama kurun waktu 3-4 tahun dalam rangka memenuhi kebutuhan

masyarakat secara lebih baik?

3)

Apa keberhasilan yang telah dicapai oleh sekolah, bagaimana sekolah mengetahui

keberhasilan, bahwa keberhasilan yang telah dicapai adalah sesuai dengan apa yang

telah direncanakan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan sekolah?

4)

Bagaimana sekolah merespon apa yang diketahuinya tentang keberhasilan yang

telah dicapai?.

Penerapan penjaminan mutu dalam bidang pendidikan, memerlukan komitmen

yang tinggi dari seluruh unsur yang terlibat dalam proses pendidikan. Komitmen itu

terutama dicerminkan dari kinerja yang semaksimal mungkin diarahkan untuk memberi

jasa pendidikan kepada konsumen, terutama peserta didik, sesuai dengan

kebutuhannya. Salah satu kegiatan penting dalam kegiatan perbaikan mutu adalah

penilaian kemajuan. Penilaian ini mencakup semua langkah yang telah ditetapkan dalam

perencanaan dan kemajuan yang telah dicapai dalam setiap langkah itu.

Secara umum kerangka kerja penjaminan mutu pendidikan di sekolah

mempunyai ciri

ciri sebagai berikut:

1)

Penjaminan mutu didasarkan atas indikator

indikator kinerja yang bersifat

umum, terbuka dan objektif, yang dirumuskan berdasarkan pernyataan

pernyataan tujuan, yang dijadikan sebagai alat penilaian kualitas pendidikan

disekolah.

2)

Penjaminan mutu dilakukan melalui proses yang transparan dan interaktif

melalui penilaian diri dan inspeksi penjaminan mutu.

3)

Penjaminan mutu dilaksanakan dengan memperhatikan kekuatan

kekuatan

berbagai aktivitas dalam proses penjaminan mutu dan manajemen berbasis

sekolah, serta nilai

nilai traditional dan kebutuhan

kebutuhan sekolah untuk

sekolah.

4)

Penjaminan mutu dilaksanakan dengan menjaga keseimbangan antara dukungan

kepada sekolah melalui kemitraan dan tekanan kepada sekolah melalui

monitoring.

5)

Tujuan penjaminan mutu adalah untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah

melalui pengembangan dan akuntabilitas.

Indikator

indikator kinerja yang dijadikan acuan dalam penilaian yang dilakukan

dalam proses penjaminan mutu meliputi 4 domain (ranah), yaitu:

1). Manajemen dan organisasi, yang meliputi aspek

aspek kepemimpinan,

perencanaan dan administrasi, pengelolaan staf, penglolaan biaya, sumber

daya dan pemeliharaanya, serta evaluasi diri.

2). Pembelajaran, yang meliputi aspek

aspek kurikulum, pengajaran, proses

belajar siswa, dan penilaian.

(10)

yang memiliki kebutuhan khusus, hubungan dengan orangtua dan

masyarakat, dan iklim sekolah.

4). Prestasi belajar, yang meliputi aspek

aspek kinerja akademis dan

nonakademis.

Proses penjaminan mutu diawali dengan kegiatan mengidentifikasi ketercapaian

program kegiatan, menetapkan prioritas, menyediakan data sebagai dasar perencanaan

dan pengambilan keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan mutu

berkelanjutan. SPMP mendefinisikan penjaminan mutu sebagai serangkaian proses dan

sistem yang saling terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data

mengenai kinerja dan mutu dari tenaga kependidikan, program dan lembaga. Proses

penjaminan mutu mengindentifikasi bidang-bidang pencapaian dan prioritas untuk

perbaikan, menyediakan data untuk pembuatan keputusan berbasis bukti dan

membantu membangun budaya perbaikan yang berkelanjutan. Pencapaian mutu

pendidikan dikaji berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan Standar

Nasional Pendidikan (SNP).

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang berlaku saat ini merupakan

tanggung jawab tiap pemangku kepentingan pendidikanuntuk menjamin dan

meningkatkan mutu pendidikan. Implementasi SPMP terdiri atas rangkaian

proses/tahapan yang secara

siklik

dimulai dari: (1) pengumpulan data, (2) analisis data,

(3) pelaporan/pemetaan, (4) penyusunan rekomendasi, dan (5) upaya pelaksanaan

rekomendasi dalam bentuk program peningkatan mutu pendidikan. Pelaksanaan

tahapan-tahapan di atas dilaksanakan secara kolaboratif antara satuan pendidikan

dengan pihak-pihak lain yang terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan) yaitu penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah

kabupaten atau kota, pemerintah provinsi,dan pemerintah. Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan (SPMP) berbasis pada data dan pemetaan yang valid, akurat, dan

empirik.Data yang dikumpulkan oleh sekolah dapat diperoleh dari hasil akreditasi

sekolah, sertifikasi guru, ujian nasional, dan profil sekolah. Selain itu Evaluasi Diri

Sekolah (EDS) merupakan instrumen implementasi SPMP yang dilaksanakan oleh setiap

satuan pendidikan sebagai salah satu program akseleratif dalam peningkatan kualitas

pengelolaan dan layanan pendidikan (Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2010; Prioritas Nomor 2. Pendidikan).

(11)

Sebagai komponen penting dalam SPMP,Evaluasi Diri Sekolah (EDS) merupakan

dasar peningkatan mutu dan penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) sekolah. EDS

jugamenjadi sumber informasi kebijakan untuk penyusunan program pengembangan

pendidikan kabupaten/kota. Karena itulah EDS menjadi bagian yang integral dalam

penjaminan dan peningkatan mutu. EDS adalah suatu proses yang memberikan

tanggung jawab kepada sekolah untuk mengevaluasi kemajuan mereka sendiri dan

mendorong sekolah untuk menetapkan prioritas peningkatan mutu sekolah. Kegiatan

EDSberbasis sekolah, tetapi proses ini juga mensyaratkan adanya keterlibatan dan

dukungan dari orang-orang yang bekerja dalam berbagai tingkatan yang berbeda dalam

sistem ini, dan hal ini tentu saja membantu terjaminnya transparansi dan validitasi

proses.

Evaluasi diri sekolah (EDS)merupakan komponen penentu yang sangat penting

dalam sistem pengembangan pendidikan nasional karena dengan EDS sekolah berperan

dalam membangun informasi pendidikan nasional terutama dalam memotret kinerja

sekolah dalam penerapan SPM dan SNP. Informasi yang terbangun menjadi dasar untuk

dasar perencanaan peningkatan mutu berkelanjutan dan pengembangan kebijakan

pendidikan pada tingkat kab/kota, propinsi, dan nasional.EDS dikembangkan sejalan

dengan sistem penjaminan mutu, khususnya yang terkait dengan perencanaan

pengembangan sekolah dan manajemen berbasis sekolah. EDS juga dikaitkan dengan

praktek dan peran kelembagaan yang memang sudah berjalan, seperti:

Manajemen Berbasis Sekolah

Perencanaan Pengembangan Sekolah

Akreditasi Sekolah

Implementasi SPM dan SNP

Peran LPMP/BDK dan P4TK

Peran Pengawas

Manajemen pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah propinsi dan kabupaten

Rencana Pembangunan Nasional Bidang Pendidikan, Renstra Kemendiknas,dan

Renstra Kemenag)

STANDAR MUTU

INSTRUMEN, BORANG , FORMULIR dan SOP

PENGUKURAN/ PENGGUNAAN INSTRUMEN

ANALISIS DAN REKOMENDASI

PENILAIAN KESESUAIAN ANTARA

REKOMENDASI DGN PROGRAM BERJALAN

1

2

3

4

5

INSTRUMEN DAN ANALISIS KEMAJUAN

HASIL PERBAIKAN

(12)

EDS bukanlah proses yang birokratis atau mekanis, melainkan suatu proses

dinamis yang melibatkan semua pemangku kepentingan dalam sekolah. EDS perlu

dikaitkan dengan proses perencanaan sekolah dan dipandang sebagai bagian yang

penting dalam kinerja siklus pengembangan sekolah. Sebagai kerangka kerja untuk

perubahan dan perbaikan, proses ini secara mendasar menjawab 3 (tiga) pertanyaan

kunci dibawah ini:

a.

Seberapa baikkah kinerja sekolah kita? Hal ini terkait dengan kriteria untuk

perencanaan pengembangan sekolah dan indikator yang relevan dari SPM dan

SNP.

b.

Bagaimana kita dapat mengetahui kinerja? Hal ini terkait dengan bukti apa yang

dimiliki sekolah untuk menunjukkan pencapaiannya.

c.

Bagaimana kita dapat meningkatkan kinerja? Dalam hal ini sekolah melaporkan

dan menindaklanjuti apa yang telah ditemukan sesuai pertanyaan di atas

(perencanaan pengembangan sekolah)

Sekolah menjawab ketiga masalah ini setiap tahunnya dengan menggunakan

seperangkat indikator kinerja untuk melakukan pengkajian yang obyektif terhadap

kinerja mereka berdasarkan SPM dan SNP yang ditetapkan Kab/Kota, dan

mengumpulkan bukti mengenai kinerja peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan.

Kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan 8 standar nasional dan standar pelayanan

minimal yang paling relevan bagi sekolah: proses belajar mengajar termasuk

isi,kompetensi lulusan, dan penilaian; pengelolaan sekolah, kompetensi pendidikan dan

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan. Informasi tambahan

seperti tingkat ketercapaian kinerja sekolah dalam memenuhi kebutuhan semua peserta

didiknya dan kapasitas sekolah untuk perbaikan serta dukungan yang dibutuhkan juga

dimasukkan di sini. Data dapat juga dikaitkan dengan kebutuhan lokal dan informasi

khusus terkait dengan kondidi sekolah. Informasi kuantitatif seperti tingkat penerimaan

siswa baru, hasil ujian, tingkat pengulangan dan lain-lain, beserta informasi kualitatif

seperti pendapat dan penilaian profesional dan para pemangku kepentingan di sekolah

dikumpulkan guna mendapatkan gambaran secara menyeluruh. Semua informasi ini

kemudian dipergunakan sebagai dasar untuk mempersiapkan suatu rencana

pengembangan sekolah yang terpadu.

(13)

Selama berjalannya proses EDS, diharapkan dapat dibangun adanya visi yang

jelas mengenai apa yang diinginkan oleh para pemangku kepentingan terhadap sekolah

mereka. Untuk dapat membangun visi bersama mengenai mutu ini yang harus dilakukan

adalah semua pemangku kepentingan harus terlibat dalam proses untuk menyepakati

nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang akan ditetapkan. Visi bersama akan membawa pada

arah yang lebih jelas pengembangan sekolah ke depan. Hal penting yang perlu

diperhatikan adalah bahwa bukti-bukti yang terpilih untuk menunjukkan tingkat

pencapaian adalah bukti yang dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi. Pihak

eksternal (dalam hal ini: LPMP) sebaiknya melakukan supervisi atau kunjungan ke

sekolah untuk melihat bukti fisik dan memperoleh berbagai informasi dari berbagai

sumber termasuk data, pendapat dan hasil observasi.

Triangulasimenjamin bahwa konsistensi akan terus diperiksa ulang dan bahwa

indikator-indikator yang ada dipandang dari berbagai sudut untuk memberikan

informasi mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi. Hal ini penting mengingat apa

yang dituliskan dalam dokumen tidak selalu merupakan hal yang sebenarnya terjadi.

Misalnya, sebuah rencana mengajar tidak selalu dapat merekam bagaimana suatu

pelajaran diajarkan, dokumen kurikulum tidak selalu menjadi jaminan bahwa kurikulum

disampaikan dengan utuh, dan bahan pelajaran dapat dihitung tetapi bukan berarti

bahan tersebut dipergunakan sesuai kepentingannya secara efektif. Karena itulah

kemudian sekolah akan mengukur dampak dari berbagai kegiatan pentingnya terkait

dengan peserta didik dan kegiatan belajar, dan setiap tahun sekolah juga memeriksa

hasil dan dampak dari kegiatan belajar mengajar dan bagaimana sekolah dapat

memenuhi kebutuhan peserta didik.. Hal penting yang harus dicatat adalah banyak

bidang yang sangat terkait erat dan kelebihan serta kelemahan dalam satu bidang

ternyata juga akan mempengaruhi bidang lainnya. Hal yang sangat penting dalam proses

KOMPETENSI LULUSAN

1. Berpikir logis (beragumentasi) Berkomunikasi (lisan dan tulisan)

2. Problem Solving 3. Berani mengambil resiko 4. Bekerja mandiri dan

Bekerjasama 5. Penguasaan Teknologi 6. Kapasitas Pebelajar Mandiri

1

OUPUT BELAJAR

1. Critical Book Report, Jurnal Report,

Isu strategis : Bagaimana kesinambungan aktivitas tersebut antar jenjang pendidikan ?

1. Apakah kapasitas untuk melakukan aktivitas tersebut masih dikembangkan untuk semua jalur dan jenjang pendidikan

2. Bagaimana benang merah detail kegiatan tersebut mulai dari SD, SMP, SMA sampai PT ?

3. Apakah semua pendidik pada setiap jenjang memahami kapasitas siswa antar jenjang ?

4. Apakah kapasitas tersebut berkelanjutan antar jenjang ?

Isu strategis : Apakah produk belajar tersebut dielaborasi secara proporsional untuk semua jenjang pendidikan ?

1. Apakah produk tersebut menjadi fokus output belajar peserta didik ?

2. Bagaimana tingkat

3. Apakah produk tersebut digunakan sebagai alat evaluasi bagi siswa ?

Isu strategis : Apakah lima pilar ini menjadi acuan seluruh proses di sekolah?

1. Bagaimana tingkat pemahaman dan kemampuan guru mengaplikasikan berbagai pendekatan dan teori yang relevan

2. Apakah isi, proses, dan penilaian bersesuaian dengan kompetensi yang diharapkan

3. Bagaimana tingkat pemahaman siswa tentang lima pilar tersebut?

4. Apakah kapasitas siswa dilkembangkan untuk melakukannya secara mandiri ?

Isu strategis : Apakah masih diajarkan, dilatihkan dan dicontohkan kompetensi tersbut di sekolah ???

1. Orientasinya bukan materi, tetapi kompetensi (dari content based competence based)

2. Seluruh aktivitas belajar diarahkan pada kompetensi tersebut, sehingga yang diukur juga kompetensi dimaksud

3. Dielaborasi secara berjenjang dan proporsional ke masing jenjang pendidikan

(14)

ini adalah sekolah harus mempergunakan evaluasi ini untuk memprioritaskan bidang

yang memerlukan peningkatan dan mempersiapkan rencana pengembangan/

peningkatan sekolah.

Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di sekolah (kepala sekolah, guru,

peserta didik, orang tua, komite sekolah, anggota masyarakat , dan pengawas sekolah)

diharapkan bahwa tujuan dan nilai yang diinginkan dalam proses EDS menjadi bagian

dari etos kerja sekolah. Yang penting diingat adalah bahwa informasi yang didapatkan

harus dianggap penting dan tidak lagi dianggap sebagai beban atau hanya sekedar

sebagai daftar data yang perlu dikumpulkan karena diminta oleh pihak luar. Proses EDS

harus menjadi suatu refleksi untuk mengubah dan memperbaiki tata kerja dan karena

itu hanya akan dianggap berhasil jika dapat membawa sekolah pada peningkatan

pelayanan pendidikan dan hasilnya bagi para peserta didik. Kemudian sekolah akan

menjadi pemain inti dalam peningkatan mutu dan memberikan penjaminan terhadap

pelayanan pendidikan yang bermutu mutu yang berikan.

B.

DASAR HUKUM

1)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2)

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3)

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

4)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

5)

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Standar Pelayanan

Minimal Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

6)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan

7)

Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru;

8)

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan

Evaluasi

Mutu

Pendapat dan penilaian pemangku kepentingan Opinions and judgments of stakeholders

Observasi

situasi

aktual

(15)

9)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan

10)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar

Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

11)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

12)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar

Pengawas Sekolah/Madrasah;

13)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar

Kepala Sekolah/Madrasah;

14)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;

15)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar

Pengelolaan Pendidikan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

16)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar

Penilaian Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

17)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar

Sarana dan Prasarana Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

18)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar

Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

19)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar

Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah

20)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2008 tentang Standar

Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah;

21)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2008 tentang Standar

Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah;

22)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 tahun 2008 tentang Standar

Laboratorium Sekolah/Madrasah;

23)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor;

24)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 tahun 2008 tentang Standar

Sarana

dan

Prasarana

Untuk

Satuan

Pendidikan

Menengah

Kejuruan/Madrasyah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK);

25)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang

Penjaminan Mutu Pendidikan

26)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 tahun 2009 tentang Standar

Biaya Operasi Nonpersonalia Sekolah/Madrasah.

(16)

C.

ALUR PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) merupakan alur siklus yang terpadu

dan berkelanjutan. Siklus tersebut dapat menyatukan dan mengarahkan pelaksanaan

penjaminan mutu secara internal dan eksternal. Adapun skema alur penjaminan mutu

pendidikan adalah sebagai berikut:

Siklus Penjaminan Mutu Pendidikan

Gambar siklus di atas dapat diterangkan sebagai berikut:

1)

Lingkaran besar merupakan siklus Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) di

sekolah. Kegiatan yang esensialnya terdiri dari lima langkah yaitu

pengembangan standar mutu, penetapan standar, perencanaan pemenuhan,

pemenuhan standar, dan audit/evaluasi.

2)

Pada langkah pemenuhan standar, pihak sekolah mengacu pada rekomendasi

hasil evaluasi diri yang secara operasional dirumuskan dalam Rencana Kerja

Sekolah. Dalam proses tersebut, sekolah perlu bersinergi dengan

stake holder

terutama dengan pihak masyarakat/orang tua, pemerintah daerah, dan

pemerintah pusat termasuk dunia usaha dan industri bagi sekolah kejuruan.

3)

Rencana kerja sekolah sebagaimana diuraikan pada nomor (2) di atas

selanjutnya menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam melakukan

monitoring pelaksanaan penjaminan mutu sekolah melalui mekanisme MPSD

Monitoring Sekolah oleh Pemerintah daerah (MSPD). Dengan demikian

kerangka kegiatan MSPD juga didasarkan pada SNP dan hasil Audit/evaluasi

internal pihak sekolah. Hasil MSPD dapat dijadikan peta mutu yang selanjutnya

dapat dijadikan bahan untuk menyusun perencanaan pengembangan atau

program-progam intervensi yang relevan oleh pemerintah dan pemerintah

daerah.

4)

Intervensi pemerintah dan pemerintah daerah terutama diarahkan pada

komponen program atau rencana kerja sekolah yang tidak dapat dilaksanakan

secara mandiri oleh sekolah yang meliputi semua tahapan penjaminan mutu di

sekolah sebagaimana terlihat dalam lingkaran besar pada gambar di atas.

PMP

DI

SEKOL

AH

PED

OMA

S

M

SP

PE

TA

REN

CAN

(17)

ER-5)

Ketika sinergitas kegiatan penjaminan mutu telah dilakukan oleh sekolah di

satu sisi dan intervensi pemerintah di pihak lain, maka pada dasarnya sekolah

layak mendapat status terakreditasi.

D.

ESENSI EVALUASIDIRI SEKOLAH

Evaluasi secara umum merupakan suatu proses pengumpulan serta pemrosesan

data dan informasi yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan,

pengelolaan dan pengembangan sekolah.Evaluasi adalah suatu upaya sistematis untuk

mengumpulkan dan memproses informasi yang menghasilkan kesimpulan tentang nilai,

manfaat, serta kinerja dari lembaga pendidikan atau unit kerja yang dievaluasi,

kemudian menggunakan hasil evaluasi tersebut dalam proses pengambilan keputusan

dan perencanaan. Evaluasi diri (

self evaluation

) menekankan pada proses untuk

membangun budaya mutu di tingkat satuan pendidikan yang dilakukan bertahap dan

terus-menerus atas seluruh komponen-komponen pendidikan.

Evaluasi dirimerupakan upaya sekolah untuk mengetahui gambaran mengenai

kinerja dan keadaan dirinya melalui pengkajian dan analisis yang dilakukan oleh

sekolah sendiri berkenaan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan, kendala,

bahkan ancaman. Pengkajian dan analisis itu dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan

pakar sejawat dari luar sekolah, sehingga evaluasi-diri dapat dilaksanakan secara

objektif.

E.

TUJUAN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

Tujuan utama EDS adalahagar sekolah mengevaluasi mutu pendidikan yang

mereka berikan berdasarkan indikator utama untuk dapat mengetahui kelebihan

mereka dan mengidentifikasi bidang yang membutuhkan perbaikan. Informasi tersebut

kemudian dipergunakan untuk perencanaan dan memprioritaskan bidang untuk

perbaikan dan pengembangan sekolah. Proses ini menyediakan informasi mengenai

tingkatan standar dan mutu di sekolah yang dapat diberikan melalui sistem data yang

akan mengarahkan data tersebut untuk perencanaan pada tingkat Kabupaten, Propinsi

dan Nasional. Proses peningkatan mutu berkelanjutan sangat diperlukan bagi akreditasi

sekolah.

Evaluasidiri dimaksudkan untuk hal-hal berikut:

1)

Penyusunan profil sekolah yang komprehensif dengan data mutakhir.

2)

Perencanaan dan perbaikan-diri secara berkelanjutan.

3)

Penjaminan mutu internal sekolah.

4)

Pemberian informasi mengenai sekolah kepada masyarakat dan pihak tertentu

yang memerlukannya

(stakeholders)

.

5)

Persiapan evaluasi eksternal (akreditasi).

Tujuan khusus pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan berbasis

Evaluasi Diri Sekolah adalah :

a.

Memberikan data yang akurat dalam pengkajian komitmen sekolah terhadap

mutu pendidikan merujuk pada Standar Nasional Pendidikan;

b.

Mengukur seberapa besar tingkat pencapaian kinerja dan mutu sekolah dibandingkan

dengan rencana program dan kebijakan mutu yang ditetapkan oleh sekolah

berdasarkan SPM dan SNP;

(18)

d.

Melakukan analisis kebutuhan program pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota,

Provinsi, dan Nasional dalam rangka penjaminan mutu pendidikan;

e.

Menganalisis dan melaporkan mutu pendidikan kepada pemangku kepentingan

untuk standarisasi kualitas pendidikan secara regional dan nasional;

f.

Mendorong sekolah untuk melaksanakan evaluasi diri secara rutin sebagai

persiapan menghadapi akreditasi atau sistem penjaminan mutu eksternal;

g.

Mendorong sekolah untuk terus menerus melakukan perbaikan dan

mempertahankan mutu layanan pendidikan yang berkualitas;

h.

Memberikan jaminan bahwa sekolah yang telah memenuhi standar mutu yang

ditetapkan oleh BSNP, mampu memberikan jaminan mutu layanan pendidikan

sebagai bentuk akuntabilitas bagi masyarakat;

i.

Menciptakan budaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah secara

berkelanjutan

Manfaat Evaluasi-Diri

Evaluasi Diri Sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif atas

komitmen sekolah terhadap mutu dan kapasitas penyelenggaraan program pendidikan

di sekolah, untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan.

EDSmemberikan sumbangan penting bagi sekolah sendiri dan bagi pemerintah

Kab/Kota yang memiliki kewenangan mengelola pendidikan. Manfaat Evaluasi Diri

Sekolah adalah sebagai berikut.

1)

Bagi sekolah

Membantu

untukmengidentifikasi

masalah,

penilaian

program

dan

pencapaian sasaran. Sekolah dapat mengidentifikasikan kelebihan serta

kekurangannya sendiri dan merencanakan pengembangan ke depan.

Memperkuat budaya evaluasi kelembagaan

(institusional evaluation)

dan

analisis-diri.

Mendorong sekolah untuk meninjau kembali kebijakan yang telah usang.

Memberi informasi tentang status sekolah dibandingkan dengan sekolah lain.

Sekolah dapat memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar untuk

pengembangan dan peningkatan di masa mendatang

Sekolah

dapat

mengidentifikasikan

peluang

dan

tantangan

untuk

meningkatkan mutu pendidikan

Hasil EDS dapat dimanfaatkan untuk membuat program peningkatan mutu

pendidikan melalui BOS dalam rangka penjaminan mutu pendidikan.

Hasil EDS dapat dimanfaatkan untuk mendorong sekolah guna meningkatkan

mutu sebagai persiapan menghadapi akreditasi atau sistem penjaminan mutu

eksternal;

Sekolah dapat memberikan laporan formal kepada pemangku kepentingan

demi meningkatkan akuntabilitas sekolah. Hasil EDS dapat dimanfaatkan

sebagai ukuran jaminan mutu layanan pendidikan sebagai bentuk

akuntabilitas bagi masyarakat;

(19)

2)

Bagi tingkatan lain dalam sistem (pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi,

dan Pusat)

Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan,

pembuatan keputusan dan perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat

Kabupaten, Propinsi dan Nasional

Mengidentifikasikan bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan sarana dan

prasarana pendidikan

Mengidentifikasikan jenis dukungan yang dibutuhkan terhadap sekolah

Mengidentifikasikan pelatihan serta kebutuhan program pengembangan

lainnya

Mengidentifikasikan keberhasilan sekolah berdasarkan berbagai indikator

pencapaian sesuai dengan standar nasional pendidikan dan standar

pelayanan minimal.

Hasil Evaluasi Diri Sekolah dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan

dalam penyusunan perencanaan, analisis kebutuhan sekolah, analisis

kebutuhan program pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan

Nasional.

Hasil Evaluasi Diri Sekolah memberikan gambaran mutu sekolah yang

merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan karakteristik masukan,

proses dan luaran atau layanan sekolah yang diukur berdasarkan standar

nasional pendidikan yang ditetapkan oleh BSNP.

Hasil EDS tentang pemetaan sekolah dalam pencapaian standar mutu layanan

pendidikan, khusus untuk pemenuhan standar PTK dapat digunakan untuk

melakukan pemindahan guru antar sekolah oleh Dinas Pendidikan atau

Kemendikbud;

Hasil EDS yang menyajikan data yang akurat terkait kondisi sarana dan

prasarana sekolah dapat dimanfaatkan untuk program rehabilitasi sekolah

rusak dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan merujuk pada Standar

Nasional Pendidikan;

Hasil EDS yang menyajikan angka partisipasi dalam pendidikan dapat

dimanfaatkan sebagai data pemenuhan wajib belajar sehingga dapat diajukan

solusi permasalahan yang dihadapi.

Hasil EDS dapat dimanfaatkan untuk menganalisis kinerja bidang pendidikan

sehingga dapat diketahui apakah sekolah telah memenuhi pendidikan bagi

siswa agar memiliki kompetensi abad 21 sehingga dapat bersaing secara

regional dan nasional;

F.

PELAKSANAAN EVALUASI DIRI SEKOLAH

(20)

dalam mengimpelementasikan rencana perbaikan yang dikembangkan berdasarkan

hasil dari proses ini. Keterlibatan pengawas sekolah juga akan mendorong terciptanya

transparansi dan keandalan data yang dikumpulkan, dan membantu sekolah untuk

melangkah maju dalam program perbaikan berkelanjutan. Pengawas sekolah dan kepala

sekolah akan menjadi pemain inti dalam pelibatan pemangku kepentingan untuk

mendapatkan gambaran yang realistis mengenai sekolah dalam melakukan perbaikan,

dan bukan hanya sekedar mengisi data yang menunjukkan pencapaian standar.

Pelaksanaan evaluasi diri seyogyanya mengacu pada prinsip-prinsip sebagai

berikut :

1)

Dilakukan dengan motivasi intrinsik.

2)

Memperoleh dukungan pimpinan

3)

Memperoleh dukungan semua pihak dalam lembaga.

4)

Disesuaikan dengan keperluan dan tujuan lembaga.

5)

Proses evaluasi-diri dilaksanakan dan dipimpin dengan baik oleh semua unit

yang terlibat.

6)

Evaluasi-diri

dilaksanakan

secara

terbuka/transparan,

objektif,

jujur,

bertanggung jawab dan akuntabel.

7)

Mendeskripsikan dan menganalisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

sekolah, dan peluang serta ancaman yang ada di lingkungan sekolah.

8)

Berbagai permasalahan diteliti dan dicarikan alternatif pemecahannya.

9)

Hasil evaluasi-diri dimanfaatkan untuk menyusun strategi dan rencana

pengembangan dan perbaikan program secara berkelanjutan.

10)

Hasilnya berupa perbaikan proses evaluasi kelembagaan dan analisis-diri, serta

perbaikan dan pengembanan program secara berkelanjutan

(continuous program

improvement and development)

.

11)

Laporan hasil analisis disusun dengan baik.

G.

INSTRUMEN EDS

Instrumen EDS didasarkan pada standar nasional dan akan memberikan dua

tujuan untuk menyediakan informasi bagi rencana pengembangan sekolah, seiring

dengan pemutakhiran sistem manajemen informasi pendidikan nasional. Bidang dan

pertanyaan inti yang disediakan dalam instrumen tersebut merefleksikan aspek-aspek

yang penting bagi sekolah yang diperlukan untuk merencanakan perbaikan sekolah.

Karena itulah maka perlu diantisipasi agar sekolah dapat melakukan proses ini dengan

benar dan tidak memandangnya sekedar sebagai kegiatan pengisian formulir. Yang

penting untuk ditekankan disini adalah sekolah harus melaporkan situasi nyata yang

ada di sekolah mereka dan kemudian, saat proses ini diulang, mereka harus mampu

menunjukkan adanya perbaikan seiring dengan waktu yang berjalan.

Evaluasi-diri merupakan salah satu aspek penting dalam keseluruhan daur

akreditasi dengan berbagai peran dan kegunaannya, serta untuk keperluan penjaminan

mutu

(quality assurance)

. Dimensi penilaian yang digunakan dalam evaluasi sekolah

yang secara garis besar terdiri atas komponen-komponen berikut.

Masukan

, mencakup:

1)

Visi dan misi sekolah

2)

Tujuan dan sasaran.

3)

Peserta didik

(21)

5)

Kurikulum.

6)

Sarana dan prasarana.

7)

Pembiayaan.

Proses

, mencakup:

1)

Tatapamong

(governance).

2)

Pengelolaan program.

3)

Kepemimpinan.

4)

Proses pembelajaran.

5)

Suasana Akademik.

Keluaran/Hasil

, mencakup:

1)

Lulusan.

2)

Keluaran lainnya

Delapan SNP memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi

prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen

input sistem pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan

Standar Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi,

Standar Proses, dan Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen

output adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berikut ini disajikan kaitan antara

SNP.

(22)

G.1.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Kompetensi Lulusan sebagaimana diamanatkan dalam PP 32 Tahun 2013 tentang

perubahan atas PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan diatur lebih

lanjut dalam Permendikbud No 54 Tahun 2013 tentang standar kompetensi lulusan

pendidikan dasar dan menengah, dikembangkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan

kompetensi abad 21, persaingan yang semakin mengglobal, dan kebutuhan lokal serta

nasional. Selain itu Kompetensi Lulusan juga dikembangkan bersesuaian dengan

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagaimana dimanatkan Perpres No 8

Tahun 2012, tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

Pengertian Standar Kompetensi Lulusan berdasarkan Permendikbud No 54

Tahun 2013 adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup

sikap, keterampilan dan pengetahuan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai

acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria

kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah

menyelesaikan masa belajarnya disatuan pendidikan.

Untuk mengetahui kesesuaian dan ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan

perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. Kesesuaian Standar Kompetensi Lulusan

dimonitor dan dievaluasi secara berkala dan berkelanjutan terhadap kebutuhan lulusan

pendidikan dan kebutuhan peserta didik, baik lokal, nasional, maupun global.

Sedangkan ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan dimonitor dan dievaluasi secara

berkala terhadap lulusan dari masing-masing satuan pendidikan. Evaluasi dilakukan

terhadap kesesuaian sumber daya dan proses pembelajaran yang digunakan pada

satuan pendidikan tertentu.

Lulusan SD/MI/SDLB*/Paket A memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilansebagai

berikut.

Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di

lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan

tempat bermain

Keterampilan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif

(23)

Lulusan

SMP/MTs/SMPLB*/Paket

B

memiliki

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilansebagai berikut.

Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberadaannya

Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu

pengetahuan, teknologi,seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian

yang tampak mata

Keterampilan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktifdan kreatif

dalam ranah konkret dan abstraksesuai dengan yang dipelajari

disekolah dan sumber lain sejenis

Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB*/Paket C memiliki sikap, pengetahuan, dan

keterampilan sebagai berikut.

Sikap

Memilikiperilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan

dunia

Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian

Keterampilan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif

dalam ranah konkret dan abstrak sebagai pengembangan dari yang

dipelajari di sekolah dan sumber-sumber lain secara mandiri.

G.2.

Standar Isi Pendidikan

Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam

domain sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu,

standar isi dikembangkan untuk menentukan ruang lingkup yang bersesuaian dengan

kompetensi lulusan yang dirumuskan pada standar kompetensi lulusan, yakni (1) sikap

dan perilaku, (2) keterampilan dan (3) pengetahuan. Karakteristik, kesesuaian dan

kecukupan materi, serta keluasan dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan

karakteristik kompetensi beserta lintasan perolehan kompetensi tersebut. Ketiga

kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan yang berbeda. Sikap dan perilaku

dibentuk

melalui

aktivitas-

aktivitas:

Menerima,Menjalankan,

Menghargai,Menghayati,Mengamalkan. Keterampilan diperoleh melalui

(24)

Berdasarkan

PP

32

Tahun

2013,

StandarIsiadalahkriteria

mengenai

ruanglingkupmateridantingkatkompetensiuntuk mencapai kompetensi lulusan pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan,

(1) muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, (2)

konsep keilmuan, dan (3) karakteristik satuan pendidikan dan program

pendidikan.Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria, (1)

tingkat perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi Kompetensi Indonesia,dan (3)

penguasaan kompetensi yang berjenjang.

Komposisi isi kurikulum menurut tingkat pendidikan seharusnya mengikuti

proporsi seperi pada gambar di bawah ini.

Standar isi pendidikan yang diatur dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 dan

disempurnakan dengan Permendikbud No 55 Tahun 2013. Cakupan kelompok mata

pelajaran adalah sebagai berikut:

(1)

Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia, dimaksudkan untuk

membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi

pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

(2)

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan

untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan

kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

(3)

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dimaksudkan untuk

memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta

membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

(4)

Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan

sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi

keindahan dan harmoni.

(5)

Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan dimaksudkan untuk

meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup

sehat secara individual maupun kolektif.

SD

SMP

SMA/K

PT

(25)

Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah

dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi

lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

1)

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki

posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung

jawab.

Untuk

mendukung

pencapaian

tujuan

tersebut

pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan.

2)

Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik

peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa

membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status social ekonomi

dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,

muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam

keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3)

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat

dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4)

Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan

(

stakeholders)

untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan

kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan

dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan

berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan

vokasional merupakan keniscayaan.

5)

Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian

keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6)

Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum

mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal

dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang

selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7)

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

(26)

Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan

prinsip-prinsip sebagai berikut.

1)

Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal

ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis

dan menyenangkan.

2)

Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a)

belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar

untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan

berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang

lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

3)

Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang

bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi,

tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan

keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,

keindividuan, kesosialan, dan moral.

4)

Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik

yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan

prinsip

tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada

(di

belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan

prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).

5)

Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan

multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip

alam takambang jadi

guru

(semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan

lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar,

contoh dan teladan).

6)

Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan

budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan

seluruh bahan kajian secara optimal.

7)

Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,

muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,

keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis

serta jenjang pendidikan.

Struktur Kurikulum Pendidikan Umum

(27)

materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi

muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan

mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri

sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi

sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru,

atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang

berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

pengembangan karir peserta didik.

Penyusunan kurikulum SMK/MAK mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok,

yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif. Kelompok normatif adalah mata

pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan

Seni Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika,

IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.

Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam

Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Kelompok adaptif dan produktif

adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program

keahlian, dan dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain. Materi

pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan disesuaikan

dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar kompetensi kerja di

dunia kerja.

INDIKATOR

DESKRIPSI PEMENUHAN

BUKTI FISIK

Kurikulum sesuai dengan kurikulum nasional

Cakupan struktur kurikulum dalam pemenuhan Standar Isi

KTSP

Pengembangan KTSP/Silabus memfasilitasi siswa agar mampu berpikir logis, dan analitis dalam menyelesaikan suatu permasalahan (student active learning)

1. KTSP,

2. Silabus,

3. RPP,

4. dokumen hasil supervisi akademik

kepala sekolah Sekolah melakukan kegiatan

pelayanan konseling bagi semua peserta didik

1. Buku Program BK:

 program tahunan

 program semester,

 programbulanan,

 program mingguan

 program harian

2. Data Pribadi Siswa

3. Dokumen layanan BK:

 InformasiKonseling Individu

 Konseling Kelompok

 Bimbingan Kelompok

 Album Konsultasi

 Album Mediasi

4. Catatan Kegiatan Pendukung

Layanan BK :

 Aplikasi Instrumen

 Catatan Kunjungan rumah

 Buku Undangan Orangtua/ wali

peserta didik Kunjungan rumah

(28)

INDIKATOR

DESKRIPSI PEMENUHAN

BUKTI FISIK

 Catatan Anekdot, ditemui di

dalam kelas

5. Buku layanan Kemampuan Belajar

danPengembangan Karir

 Need assessment/data awal

potensi peserta didik

 Data prestasi belajar dan hasil

tes psikologiberkaitan dengan kemampuan akademik

 Buku Layanan Penguasaan

Konten

 Data Bimbingan karir alumni

Sekolah melakukan kegiatan pelayanan konseling bagi semua peserta didik

1. dokumen tata tertib sekolah

2. data peserta didik,

3. dokumen asesmen autentik

peserta didik

4. dokumen permasalahan belajar

peserta didik Sekolah mengembangkan

kurikulum berdasarkan acuan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dalam Standar Isi dan Panduan BSNP

1. KTSP

2. Dokumen Permendiknas ttg

standar isi

3. Dokumen Permendiknas ttg

Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

4. Dokumen Permendiknasttg

Standar proses

5. DokumenPermendiknas ttg

Standar penilaian

6. Dokumen Panduan penyusunan

KTSP yang disusun BSNP

7. Dokumen Standar Isi dan Standar

Kompetensi Lulusan dari sekolah di negara maju

Kurikulum disusun secara logis dan sistematis

Pengembangan kurikulum dilakukan oleh sekolah secara mandiri

1. Dokumen KTSP

2. SK Tim Penyusun Kurikulum

3. Dokumen pendukung penyusunan

kurikulum (daftar hadir peserta, notulensi rapat, laporan kegiatan)

4. Dokumen kurikulum acuan dari

Negara maju

Kurikulum relevan dengan lingkungan dan kebutuhan

Materi ajar relevan dengan

kebutuhan siswa, relevan, terpadu, tanggap terhadap perkembangan IPTEKS, menyeluruh dan

berkesinambungan

5. Dokumen KTSP

6. Panduan penyusunan KTSP dari

BSNP

7. Permendiknas tentang Standar Isi

8. Permendiknas Tentang Standar

Kompetensi Lulusan Revisi kurikulum

dilakukan secara berkala

Sekolah melakukan review terhadap kurikulum

1. Dokumen KTSP hasil review

2. Rekomendasi perbaikan

kurikulum

3. Laporan hasil review KTSP

4. SK tim Review KTSP

5. Notulensi rapat

6. Daftar Hadir Kegiatan

Penggunaan

instrumen penilaian sesuai standar

Instrumen penilaian bervariasi sesuai dengan standar yang ditetapkan

1. Kisi kisi penilaian tes tulisan dan

tes lisan

2. Instrumen Penilaian

3. Dokumen Supervisi akademik

Gambar

Gambar siklus di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Gambar  Kaitan antar Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Grafik yang perlu dibuat:
Grafik yang perlu dibuat (grafik pie): 
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: “Adakah kontribusi yang berarti (signifikan) dari Mata Kuliah Simulasi

Tujuan penelitian ini yaitu (1) menjelaskan macam-macam leksikon yang memiliki kesamaan bentuk dan makna antara bahasa Jawa dan bahasa Madura, (2) menjelaskan macam-macam

Therefore the purpose of this research is to study the effect of Fe concentration for biogas production in fermentation process of palm oil mill effluent, in order

juga hasil penelitian Bujuri (2015) bahwa kesiapan belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar geografi dengan kontribusi pengaruh sebesar 33,2%. Siswa yang memiliki

Barnett dkk., (1994) dalam Zulhawati, dkk., (2013) menyatakan bahwa Individu dengan idealisme yang tinggi percaya bahwa tindakan yang etis seharusnya mempunyai

Dengan menggunakan metode peramalan untuk mengetahui berapa permintaan yang akan datang dan menggunakan beberpa metode pada peramalan seperti metode Eksponetial

Model pembentukan sel dengan mempertimbangkan kriteria biaya penambahan investasi mesin, biaya intracellular material handling, biaya intercellular material handling,

Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Ahmed dan Duelman (2007) yang menunjukkan bahwa variabel jumlah dewan komisaris tidak signifikan terhadap