Pengembangan Silabus Bahasa Arab Berbasis Lingkungan Bahasa dan Budaya1
Pendahuluan
Komisi internasional Unesco untuk memasuki abad -21 merekomendasikan empat
pilar belajar yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together dan learning
to be. Pertama learning to know dimaknai sebagai suatu proses pembelajaran yang membuat peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan serta dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan, suatu cara yang menimbulkan sikap ilmiah berupa sikap
ingin tahu dan menimbulkan rasa mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Kedua,
learning to do, bahwa tujuan dari pendidikan adalah agar lahir genarasi muda yang bekerja secara cerdas dengan memanfaatkan IPTEK. Selaras dengan pandangan Whitehead, bahwa
tujuan akhir pendidikan adalah the acquition of the art of utilizing knowledge, yaitu
penguasaan seni, menggunakan ilmu pengetahuan. ketiga, learning to live together, sebagai
akibat yang diakui oleh komisi internasional untuk pendidikan abad ke-21 tentang sulitnya menciptakan kerukunan, toleransi dan saling pengertian dan bebas prasangka. Maka hidup
bersama menjadi tujuan pendidikan. dan keempat, learning to be, maksudnya adalah bahwa
tujuan pendidikan adalah menjadi manusia yang mengenal dirinya setelah ia menjadi pribadi yang percaya diri karena telah mampu mencari dan menemukan ilmu pengetahuan, mampu melaksanakan tugas secara cerdas dan mampu bekerjasama, bertenggangrasa dan
toleran terhadap perbedaan2.
Visi Indonesia 2010 dirumuskan oleh Indonesia Forum (yayasan yang dibentuk oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, ISEI, yang diketuai oleh Chairul Tanjung) mengemukakan bahwa Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia nomor lima pada tahun 2030, setelah China, India, Amerika Serikat dan Uni Eropa pada saat perkapita Indonesia
mencapai 18.000 dollar AS per tahun3. Sesuatu yang mustahil dan mimpi, namun visi ini
perlu dirumuskan oleh bangsa Indonesia.
Kurikulum Indonesia selalu mendapat kritik dari berbagai pihak, anggapan yang memandang bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dianggap sentralistik dan reduktif dalam mengembangkan pribadi manusia. Maka Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan jawaban yang beroreientasi meluaskan partisipasi guru, pengelola sekolah, murid bahkan komite dalam hal ini orang tua siswa untuk mengembangkan kompetensi dasar secara kontekstual dan mempraktikkan konsepsi ideal
mereka tentang pendidikan dan pengajaran4. Kurikulum ini dianggap kurikulum
mencerdaskan jika dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, yang tercerdaskan bukan hanya peserta didik, namun juga guru, pengelola sekolah dan bahkan masyarakat, karena masyarakat dilibatkan secara langsung dalam perencanaan dan kontrol pengembangan kurikulum dalam bentuk silabus dan RPP. Akan tetapi kendala besarnya adalah SDM Indonesia yang masih lemah menjadi penghambat dan sekolah menjadi lembaga yang hanya bisa melakukan kopi pasti atas silabus-silabus yang dibuat oleh sekolah lain disamping lemahnya pribadi sebagian guru.
1 Disampaikan oleh Raswan, M.Pd dalam diskusi dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Novemver
2012.
2 Forum Mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007, Hal. 22-27.
3 Forum Mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007, Hal. 89
4 Forum Mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
Perguruan Tinggi adalah kembaga yang diberikan kewenangan nuntuk mengembangkan kurikulum sendiri secarapenuh termasuk program sutudi-program studi yang ada di dalamnya. Oleh karenanya masalah pengembangan kurikulum mutlak sepenuhnya menjadi tanggungjawab masing-masing prodi. Jurusan Pendidikan Bahasa Aarab sering kali mendapat kritikan terutama berkaitan dengan lemahnya kemahiran
peserta mahasiswa dalam berbahasa Arab terutama kemahiran istima‟ dan kalam. Hal ini
perlu perlu diindikasikan oleh karena lingkungan bahasa dan budaya Arab belum optimal diciptakan. Salah satu usaha bisa dilakukan dalam optimalisasi lingkungan bahasa dan budaya adalah dengan mengembangkan kurikulum termasuk pengembangan silabus bahasa Arab yang berbasis bahasa dan budaya Arab. yang dimaksud dengan silabus bahasa arab arab adalah silabus seluruh mata kuliah yang ada di jurusan Pendidikan Bahasa Arab. bagaimana pengembangan silabus bahasa Arab berbasis bahasa dan budaya Arab yang bisa direalisasikan? Itu adalah pertanyaan tunggal dan inti pada makalah ini namun sebelumnya akan dikemukakan terlebih dahulu pembahasan mengenai kurikulum, silabus, lingkungan, bahasa dan budaya Arab.
Kurikulum, Silabus dan RPP
Dalam bahasa Arab kurikulum (
ةيساردلا ج ا ا
), silabus (ررق ا/
جه ا
) dan RPP (ةرودلا
)penting untuk dikembangkan. Dari melihat maknanya dalam bahasa Arab jelas ada hirarki dari ketiga istilah dalam pembelajaran tersebut. Kurikulum maknanya lebih umum dari silabus, dan silabus lebih umum dari RPP.
Kurikulum sebagaimana didefenisikan oleh para ahli adalah sebuah rencana yang mencakup keseluruhan pengalaman dan proses pendidikan siswa di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak sekadar dokumen yang dicetak atau distensile. Pengembang kurikulum harus tahu tujuan apa yang dapat tercapai, dalam kondisi yang bagaimana,
sehingga tercapai proses belajar yang efektif.5 Oleh karena itu suatu kurikulum harus
memuat pernyataan tujuan, menunjukan pemilihan dan pereorganisasian bahan pelajaran
serta rancangan evaluasi hasil belajar.6
Sementara menurut sanjaya kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen
yang dirancang dalam bentuk nyata7.
Jadi kurikulum adalah rencana pendidikan yang memuat komponen tujuan, materi, metode pembelajaran, evaluasi dan implementasi nyata kurikulum dalam bentuk pembelajaran ril.
Selanjutnya, Silabus dimaknai sebagai deratan pengalaman dan sikap kebahasaan dan pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik agar mampu menggunakan bahasa, oleh karenanya maka harus dikaji prinsip, kriteria pengalaman dan sikap kebahasaan, dirancang dan disusun serta diurutkan sesuai dengan karakteristik bahasa Arab. dalam
bahasa Arabnya adalah “
نسرادلل مدــقتو طـطخ يلا ةيميلعتلا ةيوغللا فقاو او تار ا نم ةعوم و جه ا
تار ا ذ راتخ اهساسأ ىلع يلا رياع او سـسأا ةسارد مهمزلي م نمو ،ةسرامو ًاامعتسا ةغللا ملعت نم مه يكمتل
ب عباتتت تايوتسم ي لسلستو مظ تو ططخو فقاو او
.ةغللا ملعت تايوتسم عباتت
”. silabus juga merupakan saranamencapai tujuan pembelajaran bahasa oleh sebab itu perlu ada latihan membuat tujuan
5 Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Pengembnagan Kurikulum, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993),
cet. Ke-5, hal. 10.
6 Dr. Rusman, M.Pd. Manajemen Kurikulum, (Bandung: PT RajaGrafindo Pesada, 2011), cet. Ke-3,
hal. 59.
7 Wina Sanjaya, Kurikulum da n Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
ةصا ا فاد أاو ةماعلا فاد أا
ىوتحا
ميظ تلا
موقتلا
pembelajaran dan menterjemahkannya ke dalam perilaku berbahasa yang bisa dikembangkan, diteliti dan dianalogikan8.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar9. Silabus menjawab sedertan pertanyaan Apa kompetensi (jika basis kurikulumnya kompetensi) yang harus dikuasai peserta didik? Bagaimana cara mencapainya? Bagaimana cara mengetahui pencapaiannya?10 Bahkan dalam sumber lain disebutkan ada empat pertanyaan yang harus dijawab silabus Apa tujuan pendidikan yang harus dicapai?, Pengalaman pendidikan yang bisa dilaksanakan untuk mencapai tujuan?, Bagaimana memenej pengalama pendidikan
dengan cara yang efektif? Dan Bagaimana cara membuat indikator pencapaiannya? 11 Yang
terakhir bisa digambarkan sebagai berikut:
Untuk menentukan pembuatan silabus ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
berikut adalah factor yang menentukan pembuatan silabus, yaitu12:
1. Perkembangan kajian kebahasaan dan pendidikan menentukan munculnya silabus baru
dalam mengkaji bahasa dan munculnya ilmu baru seperi ilmu psikologi bahasa, ilmu bahasa psikologi, ilmu sosial bahasa dan analisis kontrastif serta munculnya
pendekatan baru dalam pembelajaran bahasa seperti pendekatan iha’i, pendekatan
bahasa integrative, total pisikal respon dll
2. Perkembangan teknologi modern, komputer, audio, visual dan penggunaan multimedia
dalam pendidikan dan berimbas pada pembelajaran individu dan kelompok.
3. Tingginya perhatian terhadap penelitian ilmiah pendidikan dalam pembelajaran bahasa
yang menimbulkan orientasi baru dalam membuat kurikulum dan program-program, seperti pemrograman, pemodelan dan kompetensi, performansi ...dll
4. Memperhatikan tingkat teknis seorang guru
5. Karakteristik peserta didik dari aspek usia, jenis kelamin, bahasa dan tujuan
6. Eksperimen bangsa lain dalam membelajarkan bahasanya untuk bangsa lain.
9 Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Silabus
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point), …hal. 7.
10 Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Silabus Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point), hal. 8.
00
Curriculum Development in Language
Sementara Jonson (1989) mengemukakan langkah-langkah, fungsi pembuat silabus
dan hasil pengembangan silabus sebagaimana table berikut13:
Langkah Pengembangan Fungsi Pembuatan Silabus Hasil
Perencanaan silabus Pembuat kebijakan politik Kekuatan politik
Deskripsi:
Menerapkan Program Buku Materi Pembelajaran
Pelatih Guru
Sementara Clark (1987) mengemukakan langkah-langkah pengembangan dan
pembaruan kurikulum adalah sebagai berikut14:
1. Mengevaluasi prinsif-prinsif proses pembelajajaran bahasa dalam teori linguistik
terapan dan pengalaman di kelas
2. Merevisi silabus dalam hal tujuan umum, tujuan khusus, materi dan metodologi
pembelajaran yang luas
3. Mengevaluasi strategi pembelajaran di kelas
4. Memilih materi (mawaarid), mengatur dan mengubahnya agar mampu
mendeskripsikan pengalaman belajar yang tepat
5. Mengevaluasi analogi desain (qiyas mushammam) untuk memberikan bekal sesuai
dengan perkembangan peserta didik, mendaftar, mendeskripsikan dan menyediakan bekal-bekal tersebut.
6. Mengevaluasi langkah-langkah di kelas berhubungan dengan yang sudah dijelaskan
7. Mengevaluasi dan menginovasi strategi yang didesain untuk membantu guru
mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan pembelajaran
Yang bisa dikembangkan dalam silabus adalah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pokok, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu dan pengembangan
sumber belajar15. Pengembangan yang dilakukan harus mengidahkan prinsip
pengembangannya, diantara prinsip pengembangan silabus adalah Ilmiah, Relevan,
Sistematis, Konsisten, Memadai, Aktual dan Kontekstual, Fleksibel dan Menyeluruh16. Dan
yang perlu diperhatikan adalah prinsip membuat silabus khusus bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman dan praktek berbahasa
2. Karakteristik bahasa Arab
3. Budaya Arab dan Islam
4. Karakteristik pembelajar bahasa
5. Karakteristik proses pembelajaran bahasa arab sebagai bahasa Arab
Jenis-jenis Silabus
Jenis-jenis dilabus yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Arab
adalah sebagai berikut17:
Curriculum Development in Language
Taching
15 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)… hal. 170-173.
16 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)… hal. 168-169.
Curriculum Development in Language
a. Silabaus gramatikal/structural (grammatical or structural syllabus/
يدعاوقلا ررق ا
) yaitu silabus yang disusun berdasar pada satuan-satuan kaidah bahasa. Hal ini bisa dilakukan pada silabus untuk kepentingan umum misal untuk tingkat dasar perlu menyelesaikan masalah seperti menentukan kaidah yang cukup sesuai waktu yang tersedia, menentukan urutan materi untuk memudahkan proses pembelajaran dan menentukan hasil gramatikal yang akan membantu dalam mengembangkan kemahiran komuikasi. Materi pembelajaran berisi sekumpulan bentuk-bentuk kata dan struktur bahasa yang diajarkan misal kata benda, kata kerja, kata sifat, pernyataan, pertanyaan, anak kalimat dll.b. Silabus leksikal (lexical syllabus/
يادلا ررق ا
) adalah adalah silabus yang menekankankosa kata sebagai tujuan pembelajarannya. Silabus model inilah yang kini tengah dikembangkan dalam bahasa inggris. Kosa-kata yang menjadi tujuan pembelajaran dalam kursus bahasa inggris misalnya 1) tingkat pemula sebanyak 1000 kata, 2) tingkat menengah 2000 + kata tambahan, 3) pascamenengah 2000 + kata tambahan dan 4)
tingkat edvance sebanyak 2000 kata + kata tambahan.
c. Silabus fungsional (fuctional syllabus/
يفيظولا ررق ا
) ada yang menamainya sebagaisilabus nasional adalah silabus yang didesain seputar fungsi-fungsi komunikasi misal meminta, melaporkan, mengusulkan, menyepakati dls. Silabus ini berusaha menganalisis definisi kemampuan komunikatif dari mulai komunikasi pribadi sampai kepada komunikasi umum. Seperti ungkapan salam, minta maaf, meminta dan memberi tahu, gagasan bahasa seperti usia, warna, perbandingan dan waktu.
d. Silabus situasional (situational syllabus/
يفقو ا ررق ا
) silabus yang disususn seputarbahasa dalam berbagai penggunaan sesuai situasi yang beragam misal di bandara dan di hotel. Yang dimaksud dengan situasi adalah lingkup kejadian terjadinya sebuah komunikasi. Maka kemudian guru akan mengajarkan bahasa yang biasa digunakan dalam komunikasi di tempat tersebut. Diantara contohnya buku terbaru yang
menggunakan silabus ini adalah buku Passport (Buckingham dan Whitney 1995)
memuat silabus sitausional yang berisi:
ي ،فتا ا ىلع ،ك بلا ي ،ةرج ا بتكم ي ،ةرئاطلا ي
ي ،رجت ا ي ،ةلفا ا ي ،ةنا ا ي ،ىهق ا ي ،معط ا ي ،بتك ا ي ،بيبطلا د ع ،لز ا ي ،ة يد ا ي ،عراشلا
راط ا ي ،قد فلا ي ،ام يسلا ي ،ديرلا بتكم
.a. Silabus berbasis konten/isi (topical or content-based syllabus/
ىوتحا ماوق وأ يعوضو ا ررق ا
)adalah silabus yang disusun seputar pokok-pokok pikiran, tema-tema atau satuan-satuan materi lainnya. Dalam silabus ini materi lah yang menjadi poin utama dalam mendesain silabus, bukan kaidah, fungsi atau situasi bahkan adakalanya materilah yang menjadi satu-satunya indikator dalam penyusunakn silabus. Semua jenis silabus memang memuat adanya materi akan tetapi dalam silabus lain materi sebagai latihan dan penjelas dari yang lainnya sementara dalam silabus ini materi sebagai alat untuk menyampaikan bahasa bukan sebaliknya. Misal mengajar PAI dengan pengantar bahasa Arab, mengajar perbankan dengan menggunakan bahasa Arab atau inggris dls.
e. Silabus berbasis kompetensi (competency-based syllabus/
تايافكلا ماوق يذلا ررق ا
) adalahsilabus yang menekankan kompetensi yang harus dikuasi peserta didik mengenai situasi dan kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah keterampilan, pengetahuan dan sikap mendasar yang dibutuhkan dalam melakukan sesuatu guna melakukan kegiatan tertentu. Contoh kompetensi yang berhubungan dengan teman
„menggunakan Telpon/
فتا ا مادختسا
) adalah membaca nomor-nomor telpon danmanajeman menggunakan (qurash) telpon, mengetahui bagaimana menjawab telepon
atau ketika melakukan pembicaraan, meminta berbicara dengan seseoang, meminta
Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional dan Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011, hal. 11-13.
untuk menunggu sebentar, dan menjawab seseorang yang meminta mendaftarkan tulisan.
f. Silabus berbasis kemahiran (skills syllabus/
تاراه ا ررقم
) yaitu silabus yang didesainseputar kemampuan-kemampuan dasar yang beragam mengenai penggunaan bahasa untuk berbagai tujuan seperti membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Dasar pemikirannya adalah bahwa pembelajaran kompleks seperti menyimak perkuliahan memuat penguasaan sejumlah kemahiran individu dan tambahan yang ada di dalamnya. Misal menulis terdiri dari kemahiran: inovasi kalimat utama untuk sebuah tema, membedakan adtara kalimat utama dan kalimat penjelas, dan kebebasan individu (at-tahrir adz-dzati). Kemahiran menyimak adalah mengetahui informasi utama, mengikuti ungkapan yang tepat, menggunakan simbol-simbol pesan untuk mengetahui tadaffuq pesan itu. Kemahiran berbicara adalah mengatahui isyarat-isyarat mengambil
posisi (akhdz daur) dan menggunakan strategi komunikasi. Dan kemahiran membaca
adalah membaca untuk mengetahui inti tema, memahami kata berdasar konteks dan membaca dan mencari petunjuk.
g. Silabus berbasi tugas (task-based syllabus/
ةمه ا ماوق يذلا ررق ا
) adalah silabus yangdisusun seputar tugas-tugas yang akan diselesaikan oleh peserta didik dalam bahasa yang dipelajari. Tugas tersebut berupa kegiatan atau tujuan yang dilakukan dengan menggunakan bahasa. Tugas-tugas tersebut merupakan kegiatan dan tujuan yang bermakna. Evaluasi keberhasilnya adalah berdasar hasil yang ditentukan dan tugas-tugas tersebut secara umum mirip dengan penggunaan bahasa dalam dunia nyata. Misal melamar pekerjaan, memesan makanan melalui telpon, menanyakan jadwal kunjungan rumah sakit dls.
h. Silabus berbasi wacana (text-based syllabus/
ص لا ماوق يذلا ررق ا
) adalah silabus yangdibangun dengan wacana dan sampel pembicaraan yang dipanjangkan (
باط ا تا يع
لوط ا
), silabus ini juga bisa dikategorikan sebagai bagian dari silabus situasi karena poin pertama penyusunan silabus adalah analisis konteks yang akan digunakan peserta didik. Wacana yang dimaksud adalah wacana mengenai konteks tertentu misal menceritakan tentang beberpa insinyur di tempat kerjanya, guru di sekolah, dokter di rumah sakit dls.i. Silabus integrative (integrated syllabus/
لماكتم ررقم
) adalah silabus yangmenggabungkan antara satu model silabus dengan model silabus lainnya sengan cara meramunya manjadi satu racikan yang khas. Karena didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa program pembelajaran selalu butuh gabungan antara kemampuan fungsional dalam konteks yang luas, mengembangkan pengetahuan struktur dan kemampuan komunikasi maka yang harus dilakukan adalah menggabungkan antara pembelajaran fungsional, struktural, situasi dan kemahiran. Dalam beberapa konteks lainnya bisa juga menentukan kemahiran, tugas, materi, situasi dan fungsi, maka yang harus dilakukan adalah menggabungkan antara pembelajaran berbasis tugas, kemahiran, situasi, fungsi dan konten atau isi.
Dalam silabus juga perlu memilih materi pembelajaran, berikut juga adalah kriteria umum dalam memilih materi silabus pembelajaran bahasa Arab bagi bangsa asing:
a.Materi pembelajaran berhubungan dengan tujuan pembelajaran bahasa -. Materi
pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran
b.Materinya penting dan valid: kandungan bahasa, budaya, dan komunikatif dalam materi
tepat secara ilmu dan materinya berguna bagi pencapaian tujuan pembelajaran.
c.Materi berhubungan dengan kebutuhan peserta didik
d.Materinya komprehensif dan memperhatian perbedaan individu pembelajar
dan menentukan apa saja materi yang dipelajari? Untuk siapa? Kapan? Dalam konteks ini perlu mengikuti indikator organisasi materi yaitu:
a. Saling melengkapi (
لماكتلا
) yaitu terkaitnya antara materi dengan situasi pembelajaran,satu situasi berpengaruh pada situasi lainnya, pengalaman bahasa satu berpengaruh pada
pengalaman bahasa lainnya. Seperti istima’ meningkatkan pembelajaran kalam,
pembelajaran kalam meningkatkan kemahiran istima’ demikian halnya kemahiran
menulis dan membaca.
b. Berkelanjutan/kontinyu (
رارمتسا
) dimuali dengan materi yang sedikit sampai kepadamateri yang luas dan mendalam.
c. Berurutan (
عباتتلا
) kemahiran bahasa diajarkan secara bergradasi yaitu:- Keseluruhan menuju bagian-bagian
- Simpel menuju kompleks
- Mudah menuju sukar
- Baru menuju lama
- Pendahuluan menuju hasil Seperti mengajarkan kaidah diawali dengan kalimat
fi’liyyah diikuti dengan fa’il kemudian baru maf’ulbih.
Selain kurikulum dan silabus, dalam pembelajaran dan pendidikan dikenal ada yang
namanya RPP (
ةرودلا
) yang merupakan implementasi dan jabaran lebih rinci dari silabus.Jika silabus untuk satu semester maka RPP kepentingannya untuk menggambarkan satu atau beberapa pertemuan pembelajaran saja. Dalam hal ini PP No.19/2005 tentang SNP pasal 20 : Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar. Sementara Sanjaya mengemukakan bahwa RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang meliputi 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Prinsip pengembangannya adalah memperhatikan perbedaan individu peserta didik, mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan budaya membaca dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterkaitan dan keterpaduan serta menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
Komponen RPP secara lengkap terdiri dari Identitas Mata Pelajaran, Alokasi Waktu, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Metode Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian Hasil
Belajar dan Sumber Belajar18. Sementara standar minimal komponennya adalah Tujuan
Pembelajaran, Materi Ajar, Strategi dan Metode Pembelajaran,Media dan Sumber Belajar evaluasi19.
Jadi melihat penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kurikulum sebuah rencana yang mencakup keseluruhan pengalaman dan proses pendidikan siswa di bawah bimbingan lembaga. Sementara silabus merupakan deratan pengalaman dan sikap kebahasaan dan pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik agar mampu menggunakan bahasa. Dan RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. Jadi hirarkinya jelas kurikulum diikuti oleh silabus dan RPP. Silabus adalah penjabaran kurikulum dan RPP adalah penjabaran dari silabus.
18 Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point),…hal. 5.
19 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Potret Pembelajaran Bahasa Arab Bahasa Dan Budaya
Bahasa
Mengutip pendapat Kridalaksana dalam buku karya Abdul Khaer Bahasa didefinisikan sebagai suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh manusia untuk bekerjasama dengan orang lain, berkomunikasi dan mengidentifikasikan
diri20. Definisi lain bahasa seperti diungkap oleh Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem
simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.21 Dari definisi tersebut dapat diturunkan
beberapa batasan bahasa, yaitu bahasa sebagai sebuah sistem dan lambang bunyi, bahasa adalah bunyi yang bermakna, bahsa bersifat arbitrer, konvensional, produktif, unik, universal, dinamis, bervariasi dan manusiawi.
Arbitrer dapat diartikan „sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka‟. Di mana dengan istilah ini tidak diperlukannya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan makna yang dimaksud oleh lambang tersebut. konvensional artinya semua masyarakat bahasa tersebut mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan
untuk mewakili konsep yang diwakilinya tersebut. Misalnya “anjing” yang telah secara
konvensional digunakan sebagai lambang binatang berkaki empat yang dapat
menggonggong22.
Dalam kajian nahwu berbahasa adalah pengucapan kata-kata yang tersusun dan
memberikan makna dalam kedaan sadar. Sementara menurut kajian balaghah kegiatan
berbahasa adalah berbicara secara benar baik pengucapan maupun artikulasinya, simpel,
padat makna, (qalla wa dall) serta tepat sasaran sesuai dengan situasi dan kondisi/muqtadha
al-maqaam yang kemudian dirumuskan dengan fshaahah atau baliigh.
Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, artinya mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia23.
Tylor adalah seorang pakar antropologi yang pertama kali mendefinisikan pengertian budaya, menurutnya budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakata.24 Adapun
Kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
20Sri Guni Najib Chaqoqo, "Pengajaran Bahasa Arab dalam Konteks Budaya ", dalam Jurnal "Afaq
'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008, hal. 122.
21Paling tidak ada sepuluh definisi bahasa yang dirumuskan para ahli lihat apa itu bahasa? Sepuluh
Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli, oleh syarif hidayatullah dalam http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/
22 http://tantrapuan.wordpress.com/2009/05/12/bahasa-lambang-arbitrer-dan-konvensional/ diunduh
25 April 2011.
23http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011
24 Lihat Roger, M. Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer , (Jakarta, PT.
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta
sistem teknologi dan peralatan.25
Mengutip buku karya Soerjono Sukanto, Budaya sebagaimana banyak diartikan sebagai sesuatu yang kompleks yang melingkupi manusia sebagai hasil cipta, rasa dan
karsa26. Fuad Baali sebagai dikutip oleh Sayuti menyatakan bahwa budaya merupakan
seuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, undang-undang,
tradisi dan lain-lain yang dimiliki oleh suatu masyarakat melalui proses belajar27.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.[1] Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian
tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.[1]
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.[2]
Sementara Aqil Yusuf 'Idan menyampaikan definisi bahwa budaya secara global adalah tatacara hidup, yakni tatanan masyarakat dan yang terkandung di dalamnya, baik
berupa kepercayaan maupun berupa kebiasaan28.
Banyak definisi budaya lainnya, diantaranya ada yang mendefinisikannya melihat aspek kehidupan praktis yang menyatakan bahwa budaya berpindah dari generasi yang satu kepada generasi lainnya melalui proses pembelajaran atau penyampaian. Ada juga yang mendefinisikan bahasa dari aspek teoritis bahwa bahasa budaya adalah istilah yang digunakan bagi aspek ruh dan pemikiran. Yang mencakup ilmu pengetahuan, seni, sains,
pilsafat, aqidah dll29.
Selanjutnya kebudayaan, Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism30.
Menurut Kariim Zaki Husaam al-Diin, sebagai hasil cipta, rasa dan karsa bahasa membuahkan dua hasil yaitu hasil dalam bentuk materi: jembatan, gedung, sekolah, masjid,
pakaian, hand-phone, kursi dll dan dalam bentuk non-material: moral, agama, bahasa,
tradisi dan lain-lain. Kebudayaan juga adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadat dan lain-lain31.
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat32. Kuntjaraningrat pun berpendapat bahwa kebudayaan mempunyai dua ranah
25 Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 2005), hlm 261
26Sri Guni Najib Chaqoqo, "Pengajaran Baha sa Arab dalam Konteks Budaya", dalam Jurnal "Afaq
'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008, hal 123.
27A. Sayuti A. Nasution, "Memahami Ragam Bahasa Arab Melalui Pendekatan Budaya " dalam
Jurnal "Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008. Hal. 110.
28Aceng Rahmat, Apresiasi …….
29 D. Hidayat, Tadriis al-Lughah al-'Arabiyyah 'ala Dhau al-Madkhal al-Lughawi al-Ijtimaa'I,
makalah seminar "Pembelajaran Bahasa Arab berbasis Cross Cultural Understanding" Jakarta, 11 Desember 2008.
30http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011 31A. Sayuti A. Nasution, "Memahami …. Hal. 110.
yaitu wujud dan isi. Ranah wujud terdiri dari sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
Jadi budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, undang-undang, tradisi dan lain-lain yang dimiliki oleh dan merupakan hasil cipta rasa dan karsa suatu masyarakat lewat proses belajar. Unsur dominan budaya adalah bahasa, bahkan bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi dan identitas suatu individu dan masyarakat.
Bahasa dan Budaya
Bahasa adalah unsur budaya dari tujuh unsur yang dalam sosiologi disebut universal
culture33. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya sebagai suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka.34
Bahasa merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya. Karenanya keduanya merupakan hasil karya yang agung manusia yang saling bertautan. Kalau diperhatikan hirarkinya, maka bahasa adalah bagian dari budaya. Dengan demikian kegiatan pembelajaran bahasa yang berhasil harus melibatkan juga pembelajaran budaya. Jika tidak maka hasilnya akan hambar. Begitu pula dengan bahasa Arab, pembelajarannya harus
dikaitkan dengan budaya Arab35.
Fungsi bahasa menurut Sayid 'abd al-Fattah Afifi, adalah bukan sekedar alat komunikasi namun juga yang dominan ia merupakan cerminan budaya penuturnya yang bisa dipakai sebagai alat penafsir identitasnya. Dengan demikian bahasa bisa dipakai sebagai identitas kepribadian, identitas budaya, sebagai sarana penghubung antara anggota keluarga, sebagai sarana transformasi pengetahuan disamping sebagai alat komunikasi antar
warga penuturnya36.
Cara berbahasa yang baik menurut Tropik (1982) agar mampu menyampaikan isi informasi dan tujuan berbahasa sebagaimana dikutip oleh Hamam dan Anwar adalah harus memenuhi tiga kompetensi, yaitu pengetahuan tentang bahasa, keterampilan berinterkasi
dengan bahasa dan pengetahuan tengan budaya yang melatari bahasa tersebut37. Farhan
berpendapat sebagaimana dikutip oleh Anwar bahwa untuk mengantisipasi komunikasi global, pembelajar harus menyertakan dimensi kelima yaitu pengetahuan budaya dari bahasa yang dipelajari selain dari keempat dimensi; menyimak, berbicara, membaca dan
menulis38.
Jadi bahasa merupakan bagian dari budaya, bahasa tidak bisa dipisahkan dari budaya, berbahasa tanpa memahami budayanya tidak akan maksimal bahkan akan terjadi distorsi makna.
33Sri Guni Najib Chaqoqo , "Pengajaran….., hal 123 34http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011 35Aceng Rahmat, Apresiasi …….
36A. Sayuti A. Nasution, "Memahami ….. Hal. 111.
37 Miftakul Anwar, "Urgensi Pendekatan "Cross-Cultural Understanding" (CCU) dalam
Pembelajaran Bahasa Arab", dalam Jurnal "Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 1, Juni 2008, hal. 62.
Bahasa dan Budaya Arab Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan bahasa Alquran dan Hadits serta tidak sedikit buku-buku tentang kajian Islam yang ditulis dalam bahasa Arab. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa rumpun bahasa Semit. Bahasa ini sudah berkembang ribuan tahun sebelum masehi. Ada pendapat yang menyatakan bahwa budaya arab telah terbangun jauh sebelum kemunculan Yunani. Bahkan bisa dipastikan bahwa bahasa Arab sudah eksis di daerah
jazirah Arabia sejak 3000 tahun sebelum masehi39.
Bahasa Arab muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Bahasa Arab Modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa-sub-bahasa ini dituturkan di seluruh Dunia Arab, sedangkan Bahasa Arab Baku diketahui di seluruh Dunia Islam. Bahasa Arab Modern berasal dari Bahasa Arab Klasik yang telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa Islam sejak lebih kurang abad ke-6. Abjad Arab ditulis dari kanan ke kiri.
Bahasa Arab telah memberi banyak kosakata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan Latin kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa Abad Pertengahan bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutamanya dalam sains, matematika dan filsafat, yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kata darinya.
Bahasa Arab adalah alat utama untuk mengkomunikasikan budaya Arab. Berikut adalah karakteristik dari bahasa Arab:
- Bahasa Arab adalah bahasa yang kaya akan bunyi
- Dari aspek sharf bahasa Arab adalah bahasa isytiqaq, shiyaq dan tashrif
- Dari aspek nahwu, merupakan bahasa i'rab dan bahasa yang kaya akan ungkapan uslub
kalimat dan tidak perlu menggunakan keterangan waktu secara nahw
- Dari aspek kosa kata, bahasa Arab memiliki keistimewaan dengan penomena
pemindahan (naql) dalam fungsi-fungsi bahasa dan kalimat-kalimat, satu makna bisa
diungkapkan dengan satu ungkapan lalu bisa juga diungkapkan dengan ungkapan lainnya.
- Bahasa Arab memiliki bahasa 'amiyah (tazaamah)40
Sementara Usman Amin (1965) sebagai dikutip Syihabudin memaparkan
krakteristik bahasa Arab sebagai berikut41:
a. Hubungan mentalistik/tidak memerlukan sarana antara subjek-predikat, mubtada
dan khabar
b. Kehadiran individu, setiap kata kerja tidak terlepas dari individu
c. Retorika paralel yang tampak pada pemakaian kata sarana penghubungan antarkata,
antarfrase, antarklausa, antarkalimat dan antarparagraf bukan model linear, melingkar atau berbunga-bunga. Sebagaimana pembagian retorika oleh Rebert B. Kapplan (Wahab, 1991: 39-40).
d. Keutamaan makna. Dalam tradisi akademis mereka dikenal ungkapan Tuturan
merupakan pelayan makna; majikan lebih mulia daripada pelayan.
e. Keberadaan I'rab
Yang menjadi keunikan dari bahasa Arab juga adalah tulisan Arab. Hampir dipastikan siapapun butuh waktu yang lama untuk membantu membaca tulisan Arab.
39 A. Sayuti A. Nasution, "Memahami…... 40D. Hidayat, Tadriis …..
41 Syihabuddin, Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kecerdasan Majemuk (adz-Dzaka'
Hanya sekedar bisa baca tulisan yang sudah bersyakal saja dibutuhkan waktu yang sangat
lama. Meskipun banyak iklan-iklan metode pembelajaran 4 1/2 jam atau yang sejenisnya42,
namun kenyataan tidaklah benar, karena 4 1/2 jam yang dimaksud oleh metode tersebut hanya kenal huruf saja, belum sampai familiar dengan tulisan Arab berharkat.
Untuk bisa lancar baca tulisan Arab saja setelah tahu baca, butuh waktu bertahun-tahun. Setelah lancar baca tulisan yang berharkat melihat tulisan yang tak berharkat
rata-rata responnya menyataan bahwab membacanya sangat ”menjelimet”. Tulisan Arab betapa
memusingkan. Jadi butuh bertahun-tahun lagi untuk berani membaca tulisan Arab
‟gundul‟. Berbeda dengan bahasa Inggris umpamanya, tulisannya sudah sama dengan
bahasa Indonesia, maka dalam hal tulisan sebetulnya sudah tidak ada masalah.
Budaya Arab
Bahasa adalah wadah budaya, pembelajaran bahasa akan sulit jika tidak memasukan
aspek budaya di dalamnya43. Jika budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, keyakinan, kesenian, undang-undang, tradisi dan lain-lain yang dimiliki oleh dan merupakan hasil cipta ras dan karsa suatu masyarakat lewat proses belajar. Maka budaya Arab adalah seuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, undang-undang, tradisi dan lain-lain yang dimiliki oleh dan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa masyarakat Arab lewat proses belajar.
Sebagaimana dimaklumi oleh kita semua bahwa setiap bangsa memiliki budaya masing-masing yang membedakan satu dengan yang lainnya. Budaya setiap bangsa sesuai dengan nilai-nilai yang dipakai dalam bangsa tersebut. Biasanya ia merupakan hubungan erat dengan ideologinya, gaya hidup, tujuan hidup, cita-cita, dan ia begitu erat dengan ruh dan jiwa suatu bangsa.
Tatkala Islam dipeluk oleh mayoritas bangsa Arab maka nilai yang dianut oleh bangsa Arab adalah nilai-nilai Islam, atau dengan ungkapan lain adalah bahwa budaya Arab
adalah budaya yang mayoritas merupakan budaya Islam44.
Namun tentunya seiring dengan perkembangan zaman, apalagi dengan majunya negara Eropa dan Amerika, tentunya budaya Arab bukan lagi hanya mayoritas budaya Islam. Kini budaya Arab sudah banyak terkontaminasi oleh budaya non Arab. Banyak budaya Arab yang sudah dimasuki dunia luar, seperti dalam berbahasa, banyak kosa kata
yang di-ta'rȋb dari bahasa luar. Lalu terkait dengan konten, jika kita melihat dunia olahraga,
betapa Arab sudah kian meningkat dalam hal olah raga begitu juga dalam hal musik dan teknologi. Tentunya ini diperlukan penelitian lanjutan dari para pemerhati bahasa Arab.
Pentingnya Lingkungan Bahasa dan Budaya
Lingkungan sebagai Sumber Pembelajaran Bahasa Arab
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan keberhasilan proses
pembelajaran adalah lingkungan (environment, bî’ah), tak terkecuali lingkungan berbahasa.
Keberadaan lingkungan berbahasa Arab menjadi sangat penting karena ia selalu hadir, melingkupi, memberi nuansa dan konteks pembelajaran bahasa Arab itu sendiri. Jika lingkungan tempat pembelajaran bahasa Arab itu kondusif, niscaya proses pembelajaran juga berlangsung kondusif. Sedemikian pentingnya lingkungan pembelajaran itu, sehingga Nabi Muhammad saw. mengilustrasikan bahwa lingkungan keluarga itu dapat merubah keyakinan dan agama seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan itu. Sabda Nabi
saw.: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitra h. Kedua orang tuanyalah (lingkungan
42Lihat dan fahami buku metode Hattaiyyah karya Moh. Hatta atau yang sejenisnya.
keluarga) yang kemudian menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nashrani, atau Majusi…” (HR Muslim).45
Kenapa budaya penting diajarkan kepada peserta didik alasannya ada empat. Pertama,
kemampuan komunikasi dengan bangsa arab tidak cukup dengan kemampuan bahasa saja melainkan harus didukung oleh pemahaman budaya, kebiasaan, cita-cita dan kekhasan
penutur bahasa Arab. kedua, budaya mirip dengan kemahiran bahasa. Ketiga, siswa
memiliki berbagai tujuan mempelajari bahasa dan budaya diantaranya agama, politik,
dagang, fungsional dan akademik. Keempat, bahasa memiliki tingkatan demikian juga
bidaya memiliki tingkatan tersendiri46.
Menurut hasil penelitian Ahmad ibn Abd al-Rahmân al-Sâmirra'î, tingkat pencapaian pengetahuan melalui indera penglihatan mencapai 75%, sementara melalui indera pendengaran hanya 13%. Sedangkan `````melalui indera lain, seperti pengecapan, sentuhan, penciuman, pengetahuan hanya dapat diperoleh sebesar 12%. Lingkungan pembelajaran yang dilengkapi dengan gambar-gambar memberikan dampak 3 (tiga) kali lebih kuat dan mendalam daripada kata-kata (ceramah). Sementara jika gambar dan kata-kata dipadukan,
maka dampaknya enam kali lebih kuat daripada kata-kata saja.47 Karena itu, lingkungan
pendidikan yang berbahasa Arab diyakini memainkan peran penting dalam menunjang efektivitas pembelajaran bahasa Arab di lembaga pendidikan. Lingkungan berbahasa Arab tidak hanya dapat menjadi sumber dan motivasi belajar, melainkan juga menjadi aset dan kebanggaan lembaga pendidikan itu sendiri dalam menunjukkan citra positif dan keunggulan kualitasnya.
Dalam konteks itu, perlu ditegaskan bahwa tujuan utama penciptaaan lingkungan berbahasa Arab, tentu, bukan untuk mereduksi "nasionalisme" sebagai warga bangsa, melainkan menumbuhkan tradisi positif dalam belajar bahasa Arab aktif. Tujuan penciptaan
lingkungan berbahasa Arab, tidak lain, adalah: (1) untuk membiasakan dan membisakan
sivitas akademika dalam memanfaatkan bahasa Arab secara komunikatif, melalui praktik
percakapan (muhâdatsah), diskusi (munâqasyah), seminar (nadwah), ceramah
(muhâdharah) dan berekspresi melalui tulisan (ta'bîr tahrîrî); (2) memberikan penguatan (reinforcement) pemerolehan bahasa Arab yang sudah dipelajari dalam kelas, sehingga para mahasiswa lebih memiliki kesempatan untuk mempraktikkan bahasa Arab; dan (3) menumbuhkan kreativitas dan aktivitas berbahasa Arab yang terpadu antara teori dan
praktik dalam suasana informal yang santai dan menyenangkan.48 Singkatnya, tujuan utama
penciptaan lingkungan berbahasa Arab adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa, dosen dan lainnya dalam berbahasa Arab secara aktif, baik lisan maupun tulisan, sehingga proses pembelajaran bahasa Arab di kampus ini menjadi lebih dinamis, efektif dan bermakna.
Menciptakan Lingkungan Bahasa dan Budaya Arab
Lingkungan pendidikan (educational environment) merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan itu sendiri. Karena itu, para pengelola pendidikan, guru, karyawan dan stakeholder (pengguna jasa pendidikan) harus memperlakukan lingkungan pendidikan sebagai faktor yang sangat determinan, meskipun bukan satu-satunya faktor penentu.
45Lihat Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj, Mukhtashar Sha hîh al-Muslim, Tahqîq Muhammad
Nâshir al-Dîn al-Bânî, (Beirut: al-Maktab al-Islâmî, 2000), Cet. I, hadîts No. 1803.
46 ،نازوفلا مي اربا نب نمرلا دبع اه نقطا لا رغل ةيبرعلا ةغللا ميلعت داوم دادعإ
… .ص ،ـ 7
.
47Ahmad ibn 'Abd al-Rahmân al-Samirra'i, Ajhijah al-'Ardh al-Hâithiyyah, dalam http://www.
Tarbawi.com.
48 Diadaptasi dari Hasan Ja'far al-Khalîfah, Fushûl fî Ta drîs al-Lughah al-'Arabiyyah, (Riyadh:
Keberadaan lingkungan pendidikan merupakan “mata rantai” dari perjalanan panjang
proses pembelajaran.
Beberapa ahli pendidikan membagi lingkungan menjadi tiga bagian, yaitu: (1)
lingkungan keluarga, (2) lingkungan sekolah dan (3) lingkungan masyarakat49. Jika ketiga
lingkungan tersebut dipandang sebagai satu kesatuan, maka pengelolaan dan penciptaan lingkungan tidak hanya terbatas pada lingkungan di sekolah. Lingkungan keluarga dan masyarakat harus dilibatkan dan disinergikan dengan lingkungan pendidikan di sekolah.
Selain itu, ada juga yang mengklasifikasikan lingkungan menjadi empat kategori,
yaitu: (1) lingkungan manusia, meliputi: keluarga, teman bermain, tetangga, guru, teman
sekolah dan sebagainya; (2) lingkungan kesenian, meliputi: berbagai: pertunjukan, gambar,
wayang, sandiwara, film, sinetron, dsb.; (3) lingkungan kesusastraan/budaya, meliputi:
koran, majalah, buku, bacaan, kondisi sosial-budaya, politik, dsb.; dan (4) lingkungan
fisik/tempat, meliputi: tempat sekolah, rumah tinggal peserta didik, iklim, cuaca, dan
sebagainya.50
Dalam konteks pengembangan lingkungan berbahasa Arab, tentunya yang dimaksud dengan lingkungan mencakup bahasa dan budaya karena keduanya sulit untuk dipisahkan, setidak-tidaknya, ada 5 macam lingkungan yang perlu mendapat perhatian serius dari
semua pihak. Pertama, lingkungan pandang dan penglihatan (al-bî'ah al-mar'iyyah).
Lingkungan ini dapat berupa gambar, liflet, pengumuman, majalah dinding dan papan informasi, yang kesemuanya berisi tulisan Arab yang berbudaya Arab. Penulis membayangkan bahwa ruang belajar di jurusan PBA itu berisi gambar peta, sketsa sejarah peradaban Islam, jaringan ulama Nahwu, bagan klasifikasi ilmu bahasa Arab dan sebagainya yang ditulis dalam bahasa Arab. Bahkan, tidak mustahil, setiap kelas
dilengkapi dengan: koran-koran dan majalah-majalah berbahasa Arab.51
Kedua, lingkungan pendengaran dan visual (al-bî'ah al-sam'iyyah wa al-mar'iyyah), yaitu: lingkungan yang memungkinkan sivitas akademika mende-ngarkan: khuthbah, pengumuman, perkuliahan, musik, siaran radio dan TV yang memungkinkan mereka
terlatih menyimak secara langsung bunyi bahasa Arab, terutama dari native speaker. Dalam
konteks ini, saya membayangkan pba mempunyai media pengeras suara (idzâ'ah) internal,
yang secara periodik atau dalam waktu tertentu, dapat digunakan untuk memberikan informasi, pengumuman, atau kultum dalam bahasa Arab kepada sivitas akademika. Bahkan, sangat mungkin suatu saat nanti, setiap kelas dilengkapi dengan TV yang menyiarkan siaran berita, sinetron, atau drama berbahasa Arab. Jika "mimpi" ini dapat
terwujud di kemudian hari, maka dosen istimâ', muhâdatsah dan insyâ' akan sangat
terbantu dan perkuliahannya bisa lebih efektif dan menyenangkan. Demikian pula, jika
PBA di kemudian hari memiliki idzâ'ah jâmi'iyyah, maka para dosen maupun mahasiswa
akan semakin terlatih mendengar, menyampaikan informasi, pengumuman, dan siaran
dengan lebih baik..52
Ketiga, lingkungan pergaulangan atau interaksi belajar-mengajar termasuk di dalamnya desain silabus yang berbasis bahasa danb budaya Arab.
49Sutari Imam Barnadib, Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet. XV, h.
118.
50 Sutari Imam Barnadib, Loc.cit.
51 Agaknya tidak terlalu sulit mendapatkan koran dan majalah berbahasa Arab. Beberapa kedutaan
besar negara-negara timur tengah di Jakarta, seperti: Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Lebanon, Suriah dan Kuwait, biasanya kesulitan "membuang" koran bekas mereka, sehingga –asal kita rajin berkunjung ke kantor mereka, dipastikan kita dapat memanfaatkan "koran-koran" itu untuk kepentingan penciptaan lingkungan pandang/baca berbahasa Arab.
52 Bandingkan dengan Hasan Syahâtah, Ta'lîm Lughah 'Arabiyyah Baina Nazhariyyah wa
pimpinan dan semua karyawan dalam berkomunikasi lisan satu sama lain idealnya mengutamakan bahasa Arab. Belajar dari pesantren modern Gontor atau LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab), tampaknya kekurangan kita adalah pembiasaan menggunakan bahasa Arab secara aktif, baik sebagai bahasa perkuliahan maupun sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, minimal di zona wajib berbahasa asing (sekitar jurusan PBA). Keempat, lingkungan akademik, yakni: adanya kebijakan secara makro universitas atau institut, bukan hanya mikro Fakultas, mengenai pewajiban penggunaan bahasa asing pada hari tertentu bagi sivitas akademika universitas dan institut, misalnya Jum'at. Demikian pula, sudah saatnya, PBA menginisiasi dan memotivasi para mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam berbahasa asing, pada hari dan jam tertentu, misalnya Jum'at dari jam 07.30-08.30, untuk berlatih: debat, pidato, latihan membaca berita dan menyanyi dalam bahasa Arab, secara terbuka.
Kelima, lingkungan psikologis yang kondusif bagi pengembangan bahasa Arab. Hal ini dapat dimulai dengan pembentukan citra positif di mata sivitas akademika Fakultas Tarbiyah. Cara yang dapat ditempuh, antara lain: (1) memberikan penjelasan kepada para mahasiswa secara obyektif, realistis dan tidak melebih-lebihkan, tentang peranan bahasa Arab sebagai bahasa agama Islam, bahasa ilmu pengetahuan, bahasa komunikasi internasional (bahasa resmi PBB sejak 1973), dan perannya dalam pembentukan [sekitar 13% kosakata] bahasa Indonesia; (2) menjelaskan manfaat memiliki keterampilan berbahasa Arab dalam kehidupan pribadi, sosial dan dunia kerja, serta tuntutan globalisasi. Penjelasan tersebut akan mempunyai dampak psikologis yang kuat jika didukung dengan fakta-fakta dan data kuantitatif yang meyakinkan; dan (3) menampilkan model pembelajaran bahasa Arab yang menarik, membangkitkan motivasi serta menyenangkan
dan bermanfaat bagi mahasiswa.53
Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa lingkungan dalam arti luas perlu direvitalisasi, agar semua potensi dan sumber belajar dapat dimanfaatkan dan dioptimalkan
untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan bahasa Arab itu sendiri.54. Persoalan kita
selanjutnya adalah: “Bagaimana kita mendesain silabus yang mengintegrasikan lingkungan bahasa dan budaya yang terpadu dan kondusif serta memberhasilkan bagi pembelajaran
bahasa Arab di di perguruan tinggi?”
Implementasi Bahasa dan Budaya dalam Silabus
Nampaknya silabus yang perlu didesain di jurusan pendidikan bahasa Arab adalah silabus yang berbasis bahasa dan budaya Arab guna menciptakan Jurusan Pendidikan bahasa Arab dan Pembelaaran bahasa Arab yang maju sesuai dengan harapan. Silabus yang
dikembangkan harus memuat nilai-nilai bahasa dan budaya Arab baik eksplisit maupun
inpilist.
Silabus yang didesain mengikuti model silabus integratif (integrated syllabus/
ررقم
لماكتم
) yaitu silabus yang menggabungkan antara satu model silabus dengan model silabus lainnya sengan cara meramunya manjadi satu racikan yang khas. Karena didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa program pembelajaran selalu butuh gabungan antara kemampuan fungsional dalam konteks yang luas, mengembangkan pengetahuan struktur dan kemampuan komunikasi maka yang harus dilakukan adalah menggabungkan antara pembelajaran fungsional, struktural, situasi dan kemahiran. Dalam beberapa konteks lainnya bisa juga menentukan kemahiran, tugas, materi, situasi dan fungsi, maka yang harus53 Ahmad Fuad Effendy, Loc.cit.
54 Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam
dilakukan adalah menggabungkan antara pembelajaran berbasis tugas, kemahiran, situasi, fungsi dan konten atau isi.
Mata kuliah di jurusan pendidikan bahasa Arab terdiri dari empat jenis mata kulaih secara umum; yaitu mata kuliah program studi, mata kuliah fakultas, mata kuliah
universitas dan mata kuliah layanan. Mata kuliah program setudi seperti …… biasanya
selalu diajar oleh dosen asli jurusan pendidikan bahasa Arab. Akan tetapi perlu ditekankan semakin mendalam bahwa pengembangan silabus yang berbasis bahasa dan budaya Arab sangat penting dilakukan dengan cara menggunakan pengantar silabus berbahasa Arab, standar kompetensi, kompetensi dasar perlu disusun dan dikembangkan dengan berbasis bahasa dan budaya Arab. sehingga dalam pembelajaran, 99 persen dosen akan menggunakan bahasa dan budaya arab sebagai interaksi perkuliahan.
Mata kuliah fakultas atau kependidikan bahasa Arab tidak sedikit diajar oleh dosen bukan berlatar belakang pendidikan bahasa Arab. tuntutan bagi mata kuliah kependidikan adalah pengembangan silabus yang berbasis bahasa dan budaya Arab sangat penting dilakukan dengan cara menggunakan pengantar silabus berbahasa Arab, standar kompetensi, kompetensi dasar perlu disusun dan dikembangkan dengan berbasis bahasa dan budaya Arab. Sehingga dalam pembelajaran, 99 persen dosen akan menggunakan bahasa dan budaya arab sebagai interaksi perkuliahan. Istilah-istilah kependidikan akan dalam bahasa Arab akan dikuasai oleh mahasiswa karena basisnya adalah bahasa dan budaya Arab. oleh karenanya dosen pengampu mata kuliah meski bukan asli jurusan pendidikan bahasa Arab harus yang memiliki latar belakang bahasa Arab yang cukup. Seperti dosen statistika, jika silabusnya berbasis bahasa dan budaya Arab maka sudah dipastikan mahasiswa akan terbiasa dengan istilah-istilah statistic dalam bahasa Arab sehingga pada tahap selanjutnya siswa akan terbantu dalam melakukan penelitian skripsi maupun PPKT manakala membutuhkan analisis statistic dalam bahasa Arab.
Mata kuliah universitas seperti PPKN, Matematika dasar pun demikian pengembangan silabus yang berbasis bahasa dan budaya Arab sangat penting dilakukan dengan cara menggunakan pengantar silabus berbahasa Arab, standar kompetensi, kompetensi dasar perlu disusun dan dikembangkan dengan berbasis bahasa dan budaya Arab. sehingga dalam pembelajaran, 99 persen dosen akan menggunakan bahasa dan budaya arab sebagai interaksi perkuliahan. Istilah-istilah PKN akan bisa dikorelasikan dengan bahasa dan budaya Arab. bagaimana PKN di Negara-negara Arab bisa dikontekskan lebih mendalam demikian juga mata kuliah matematika dasar akan sangat bermakna manakala dikontekskan dengan bahasa dan budaya Arab. jika tidak maka pembelajaran akan sia-sia belaka. Oleh karenanya dosen pengampu mata kuliah meski bukan asli jurusan pendidikan bahasa Arab harus yang memiliki latar belakang bahasa Arab yang cukup.
Mata kuliah layanan bahasa Arab harus memiliki keahlian khusus sesuai dengan konteks mahasiswa yang akan diajari mata kuliah bahasa Arab misal: di jurusan IPA dosen bahasa Arab harus dipilih yang memiliki wawasan IPA yang cukup, di juursan Matematika, dosen harus memahami wawasan matematika yang cukup, di jurusan bahasa Inggris dosen bahasa Arab yang dipilih harus memiliki wawasan dan keterampilan bahasa Inggris yang memadai.
Model silabus yang dipilih di jurusan Pendidikan Bahasa Arab harus mengikuti hal-hal sebagai berikut:
1. Bahasa pengantar silabus menggunakan bahasa Arab, baik itu silabus mata kuliah
program studi, fakultas maupun universitas
2. Standar dalam standar kompetensi harus dijelaskan mengenai bahasa dan budaya Arab
inklud di dalamnya.
4. Bahasa pengantar dalam perkuliahan harus menggunakan bahasa Arab
5. Dosen semua mata kuliah di Program Studi Bahasa Arab harus yang memahami bahasa
dan budaya Arab termasuk mata kuliah fakultas dan Universitas.
6. Mata kuliah layanan bahasa Arab harus memiliki keahlian khusus sesuai dengan
konteks mahasiswa yang akan diajari mata kuliah bahasa Arab misal: di jurusan IPA dosen bahasa Arab harus dipilih yang memiliki wawasan IPA yang cukup, di juursan Matematika, dosen harus memahami wawasan matematika yang cukup, di jurusan bahasa Inggris dosen bahasa Arab yang dipilih harus memiliki wawasan dan keterampilan bahasa Inggris yang memadai.
Kesimpulan
Pengembangan silabus…..
Daftar Pustaka
al-Khalîfah, Hasan Ja'far, Fushûl fî Tadrîs al-Lughah al-'Arabiyyah, (Riyadh: Maktabah
al-Rusyd, 2003), Cet. II.
al-Samirra'I, Ahmad ibn 'Abd al-Rahmân, Ajhijah al-'Ardh al-Hâithiyyah, dalam
http://www. Tarbawi.com.
Anwar, Miftakul, "Urgensi Pendekatan "Cross-Cultural Understanding" (CCU) dalam
Pembelajaran Bahasa Arab", dalam Jurnal "Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 1, Juni 2008.
Barnadib, Sutari Imam, Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet.
XV.
Chaqoqo, Sri Guni Najib, "P engajaran Bahasa Arab dalam Konteks Budaya", dalam Jurnal
"Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008.
Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Silabus
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point).
Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Silabus
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point).
Effendy, Ahmad Fuad, "Pendekatan Komunikatif untuk Menciptakan Lingkungan Bahasa
Arab (Bî'ah 'Arabiyyah) di Madrasah", Makalah disampaikan dalam Pelatihan
Bahasa Arab Bagi Guru Bahasa Arab di Madrasah, Jakarta, Oktober 2004.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional
dan Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011.
Hidayat, D., Tadriis Lughah 'Arabiyyah 'ala Dhau Madkhal Lughawi
al-Ijtimaa'I, makalah seminar "Pembelajaran Bahasa Arab berbasis Cross Cultural Understanding" Jakarta, 11 Desember 2008.
Hidayatullah, syarif dalam http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011
http://tantrapuan.wordpress.com/2009/05/12/bahasa-lambang-arbitrer-dan-konvensional/ diunduh 25 April 2011.
Keesing, Roger, M., Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, (Jakarta, PT.
Gelora Aksara Pratama , 1981).
Mangunwijaya, Forum, Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan
Alternatif, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007.
Metode Hattaiyyah karya Moh. Hatta atau yang sejenisnya.
Muslim ibn al-Hajjâj, Abu al-Husain, Mukhtashar Shahîh al-Muslim, Tahqîq Muhammad
Nâshir al-Dîn al-Bânî, (Beirut: al-Maktab al-Islâmî, 2000), Cet. I, hadîts No. 1803.
Nasution, A. Sayuti A., "Memahami Ragam Bahasa Arab Melalui Pendekatan Budaya"
dalam Jurnal "Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008.
Nasution, S. , Pengembnagan Kurikulum, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), cet.
Ke-5.
Rahmat, Aceng, Apresia si Sastra dan Budaya dalam Pembelajaran Bahasa Arab, makalah
disampaikan pada seminar "Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Cross-Cultural
Understanding (CCU)", yang diselenggarakan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 11 Desember 2008.
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Bandung: PT RajaGrafindo Pesada, 2011), cet. Ke-3.
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP ), Jakarta: Pranada Media Grup, 2011, cet. ke-4.
Semiawan, Conny, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1992).
Sidi, Indra Djadi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan,
(Jakarta: Paramadina dan Logos, 2001).
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 2005).
Syahâtah Hasan, Ta'lîm al-Lughah al-'Arabiyyah Baina al-Nazhariyyah wa al-Tathbîq,
(Kairo: al-Dâr al-Mishriyyah al-Lubnâniyyah, 1996), Cet. III.
Syihabuddin, Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kecerdasan Majemuk (adz-Dzaka'
،نازوفلا مي اربا نب نمرلا دبع
)تارصتخ( اه نقطا لا رغل ةيبرعلا ةغللا ميلعت داوم دادعإ
،
0428
ـ
.ا
نم ،اه نقطا لا رغل ةيبرعلا ةغللا ميلعت ي جه
http://www.voiceofarabic.net
،سيم ا موي ي
10
فون نم
رم
2102
.
نم ،اه نقطا لا رغل ةيبرعلا ةغللا ميلعت ي جه ا
http://www.voiceofarabic.net