• Tidak ada hasil yang ditemukan

kota semararang dalam angka docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kota semararang dalam angka docx"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA SEMARANG

Matkul : Geografi Kota

Dosen : Heriyanti

Disusun Oleh :

1. Anisah Alfiyanti

(20132204 )

2. Akmalia Vianka

(20132204 )

3. Eprilia Kurniati

(20132204 )

4. Rizqi Oktavia Haqiqi

(201322049)

Universitas Indonusa Esa Unggul

Fakultas Teknik Program Studi Perencaan Kota & Wilayah

2013

(2)

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai perkembangan kota semarang. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Penyusun Anisah Alfiyanti Akmalia Vianka Eprilia Kurniati Rizqi Oktavia Haqiqi

(3)

I. Latar belakang

Perkembangan kota dapat diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan didalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi maupun perubahan fisik. Menurut Yunus (1978) perkembangan adalah suatu proses perubahan keadaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Sorotan perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk analisa ruang yang sama dari waktu ke waktu yang lain.

Perkembangan kota adalah suatu keadaan yang didalamnya terdapat perubahan perubahan pada unsur kota, sehingga penting untuk meninjau perkembangan yang telah terjadi untuk mengetahui potensi serta keadaan suatu kota kedepannya untuk menuju perencanaan yang kedepan yang lebih baik

Perkembangan kota merupakan suatu pembahasan yang sangat kompleks yang didalamnya terdapat dinamika perkembangan dari unsur-unsur kota yang saling berkaitan dan berkesinambungan satu dengan lainnya, seperti halnya kependudukan, kepemerintahan, dan pembangunan sarana & prasarana kota.

Pada saat ini begitu banyak kota kota di Indonesia yang mengalami perkembangan yang sangat pesat untuk terwujudnya kota yang maju dan sejahtera , seperti halnya kota semarang, kota semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia , kota semarang juga memiliki potensi dan pengaruh yang sangat besar dalam hal pembangunan, selain itu kota semarang juga mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ketahunnya.

(4)

a. Mengetahui perkembangan kota semarang dari tahun 2008 hingga 2012 yang meliputi masalah kependudukan, perekonomian, penggunaan lahan, serta permasalahan kota yang ada di kota semarang. sehingga kita dapat meninjau keadaan kota semarang secara terstruktur dengan menggunakan data yang ada dan menggunakan pendekatan tentang kota semarang. b. Mengetahui secara keruangan dan kelingkungan mengenai potensi yang dapat dikembangkan dan masalah yang terjadi di kota semarang.

III. PERMASALAHAN

a. Bagaimana pertumbuhan penduduk kota semarang dari tahun 2008 sampai tahun 2012 ? b. Bagaimana pertumbuhan lahan di kota semarang dari tahun 2008 sampai tahun 2012 ? c. Bagaimana pertumbuhan ekonomi kota semarang dari tahun 2008 sampai tahun 2012 ? d. Apa factor factor yang mempengaruhi laju dari perkembangan kota semarang ?

e. Apa masalah masalah yang terjadi di kota semarang ?

f. Apa solusi untuk perencanaan kota semarang dengan melihat data yang ada serta keadaan kota semarang dari tahun ketahunnya ?

IV. LANDASAN TEORI

A. TEORI KONSENTRIS (THE CONSENTRIC THEORY)

(5)

tumbuh sedikit demi sedikit ke arah luar. Oleh karena semua bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka pola keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-lapis, dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya.

Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada suatu kota yang mengikuti suatu pola konsentris ini adalah sebagai berikut:

a. Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (KPB).

Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota. Dalam daerah ini terdapat bangunan-bangunan utama untuk melakukan kegiatan baik sosial, ekonomi, poitik dan budaya. Contohnya : Daerah pertokoan, perkantoran, gedung kesenian, bank dan lainnya.

b. Daerah Peralihan.

Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan penduduk kurang mampu dalam kehidupan sosial-ekonominya. Penduduk ini sebagian besar terdiri dari pendatang-pendatang yang tidak stabil (musiman), terutama ditinjau dari tempat tinggalnya. Di beberapa tempat pada daerah ini terdapat kegiatan industri ringan, sebagai perluasan dari KPB.

c. Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja.

Daerah ini di huni oleh pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini. Kondisi perumahannya sedikit lebih buruk daripada daerah peralihan, hal ini disebabkan karena kebanyakan pekerja-pekerja yang tinggal di sini adalah dari golongan pekerja kelas rendah.

(6)

Daerah ini dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding dengan penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya, baik ditinjau dari pemukimannya maupun dari perekonomiannya.

e. Daerah Penglaju.

Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup daerah pedesaan disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan dan sebagian yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan pedesaan, Kebanyakan penduduknya mempunyai lapangan pekerjaan nonagraris dan merupakan pekerja-pekerja penglaju yang bekerja di dalam kota, sebagian penduduk yang lain adalah penduduk yang bekerja di bidang pertanian.

B. TEORI SEKTOR

(7)

Keadaan ini sangat banyak dipengaruhi oleh factor transportasi, komunikasi dan segala aspek-aspek yang lainnya.

1. Pertumbuhan Vertikat, yaitu daerah ini dihuni oleh struktur keluarga tunggal dan semakin lama akan didiami oleh struktur keluarga ganda. Hal ini karena ada factor pembatas, yaitu : fisik, social, ekonomi dan politik.

2. Pertumbuhan Memampat, yaitu apabila wilayah suatu kota masih cukup tersedia ruang-ruang kosong untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan lainnya.

3. Pertumbuhan Mendatar ke Arah Luar (Centrifugal), yaitu biasanya terjadi karena adanya kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan kegiatan lainnya. Pertumbuhannya bersifat datar centrifugal, karena perembetan pertumbuhannya akan kelihatan nyata pada sepanjang rute transportasi.

Pertumbuhan datar centrifugal ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Pertumbuhan Datas Aksial

pertumbuhan kota yang memanjang ini terutama dipengaruhi oleh adanya jalur transportasi yang menghubungkan KPB dengan daerah-daerah yang berada diluarnya.

2. Pertumbuhan Datar Tematis

(8)

sebagai cintih yaitu dengan didirikannya beberapa pusat pendidikan, sehingga akan menarik penduduk untuk bertempat tinggal di daerah sekitarnya. Di lingkungan pusat kegiatan yang beru ii akan timbul suatu suasana perkotaan yang secara administrative mungkin terpisah dari kota yang ada. Oleh karena jarak antara pusast kegiatan yang baru dengan daerah perkotaan yang lama biasanya tidak terlalu jauh, maka pertumbuhan selanjutnya adalah pada pusat yang lama

3. Pertumbuhan Datar Kolesen

perkembangan lateral ketiga ini terjadi karena adanya gabungan dari perkembangan tipe satu dan dua. Sehubungan dengan adanya perkembangan yang terus-menerus dan bersifat datar pada kota (pusat kegiatan), maka mengakibatkan terjadinya penggabungan pusat-pusat tersebut satu kesatuan kegiatan.

Perumusan Kriteria Liveable Cities Yang Terdiri Dari 8 Variabel Dan 35 Kriteria Sebagai Berikut : (Symposium Iap 2008)

(9)

3. Transportasi-Aksesibilitas : angkutan umum, kualitas jalan, waktu tempuh ke tempat aktivtas, pedestrian.

4. Fasilitas : Fasilitas kesehatan, pendidikan, peribadatan, rekreasi, taman kota.

5. Utilitas : Air bersih, listrik, telekomunikasi

6. Ekonomi : tingkat pendapatan, biaya hidup, ramah investasi

7. Sosial : Ruang publik, ruang kreatif, interaksi sosial, kriminalitas, tingkat kesetaraan warga kota, partisipasi warga, dukungan terhadap orang tua, penyandang cacat, dan wanita hamil.

8. Birokrasi dan Pemerintahan : Leadership yang kuat, dukungan kebijakan, kepastian hukum, akuntabilitas pemerintah, tingkat penerapan rencana kota, dukungan program pembangunan, dukungan pembiayaan.

C. TEORI PERTUMBUHAN KOTA

Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan organik.Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan Unplanned.

(10)

 Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.

Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :

1. Square, open space sebagai paru-paru.

2. Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).

3. Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.

4. Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.

5. Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.

6. Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke seluruh sistem perkotaan.

(11)

elemnya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.

Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah kota yang terlihat sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya dari sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan perilaku yang khas, perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan keseimbangan yang ada, menurutnya bentuk fisik organik :

 Membentuk pola radial dengan unit terbatas.

 Memiliki focused centre.

 Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang membentuk lengkung tak beraturan.

 Material alami.

 Kepadatan sedang sampai rendah.

 Dekat dengan alam

(12)

memiliki fungsi yang berbeda, saling menyimpang tetapi juga saling mendukung satu sama lain. Kota organik memiliki ciri khas pada kerjasama pemeliharan lingkungan sosial oleh masyarakat.

F. TEORI DESAIN SPASIAL KOTA

Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara figure ground, linkage dan palce. Figure ground menekankan adanya public civics space atau open space pada kota sebagai figure.

Melalui figure ground plan dapat diketahui antara lain pola atau tipologi, konfigurasi solid void yang merupakan elemtal kawasan atau pattern kawasan penelitian, kualitas ruang luar sangat dipengaruhi oleh figure bangunan-bangunan yang melingkupinya, dimana tampak bangunan merupakan dinding ruang luar, oleh karena itu tata letak, bentuk dan fasade sistem bangunan harus berada dalam sistem ruang luar yang membentuknya. Komunikasi antara privat dan publik tercipta secara langsung. Ruang yang mengurung (enclosure) merupakan void yang paling dominan, berskala manusia (dalam lingkup sudut pandang mata 25-30 derajat) void adalah ruang luar yang berskala interior, dimana ruang tersebut seperti di dalam bangunan, sehingga ruang luar yang enclosure terasa seperti interior. Diperlukan keakraban antara bangunan sebagai private domain dan ruang luar sebagai public dominan yang menyatu.

(13)

kajian ini adalah group form yang merupakan ciri khas dari bentuk-bentuk spasial kota yang mempunyai kajian sejarah. Linkage ini tidak terbentuk secara langsung tetapi selalu dihubungkan dengan karakteristik fisik skala manusia, rentetan-rentetan space yang dipertegas oleh bangunan, dinding, pentu gerbang, dan juga jalan yang membentuk fasade suatu lingungan perkampungan. Linkage theory ini dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan arahan dalam penataan suatu kawasan (lingkungan). Dalam konteks urban design, linkage menunjukkan hubungan pergerakan yang terjadi pada beberapa bagian zone makro dan mikro, dengan atau tanpa aspek keragaman fungsi yang berkaitan dengan fisik, historis, ekonomi, sosial, budaya dan politik (danarti Karsono, 1996).

Menurut Shirvani (1985), linkage menggambarkan keterkaitan elemen bentuk dan tatanan masa bangunan, dimana pengertian bentuk dan tatanan massa bangunan tersebut akan meningkatkan fungsi kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Karena konfigurasi dan penampilan massa bangunan dapat membentuk, mengarahkan, menjadi orientasi yang mendukung elemen linkage tersebut.

(14)
(15)

BAB II

KOTA SEMARANG

I. SEJARAH KOTA

(16)

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

(17)

Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.

Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari.

(18)

tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.

II. TENTANG KOTA SEMARANG

Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa. Bahkan, Area Metropolitan Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan Wilayah Metropolis terpadat ke 4, setelah Jabodetabek (Jakarta), Bandung Raya dan Gerbangkertosusiloa (Surabaya).

(19)

III. Letak Geografis

Luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2

(20)

pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.

Seiring dengan perkembangan Kota, Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Berdasarkan lokasinya, kawasan perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak menyebar dan pada umumnya berada di sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan perdagangan modern, terutama terdapat di Kawasan Simpanglima yang merupakan urat nadi perekonomian Kota Semarang. Di kawasan tersebut terdapat setidaknya tiga pusat perbelanjaan, yaitu Matahari, Living Plaza (ex-Ramayana) dan Mall Ciputra, serta PKL-PKL yang berada di sepanjang trotoar. Selain itu, kawasan perdagangan jasa juga terdapat di sepanjang Jl. Pandanaran dengan adanya kawasan pusat oleh-oleh khas Semarang dan pertokoan lainnya serta di sepanjang Jl. Gajahmada. Kawasan perdagangan jasa juga dapat dijumpai di Jl. Pemuda dengan adanya DP mall, Paragon City dan Sri Ratu serta kawasan perkantoran. Kawasan perdagangan terdapat di sepanjang Jl. MT Haryono dengan adanya Java Supermall, Sri Ratu, ruko dan pertokoan. Adapun kawasan jasa dan perkantoran juga dapat dijumpai di sepanjang Jl. Pahlawan dengan adanya kantor-kantor dan bank-bank. Belum lagi adanya pasar-pasar tradisional seperti Pasar Johar di kawasan Kota Lama juga semakin menambah aktivitas perdagangan di Kota Semarang.

(21)
(22)

Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati,Tembalang dan Banyumanik. Pusat pertumbuhan di Semarang sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk muncul menjadi kota kecil baru, seperti di Semarang bagian atas tumbuhnya daerah Banyumanik sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk Kota Semarang bagian atas menjadikan daerah ini cukup padat.

IV. Social budaya

(23)

V. Pembagian administratif

Kota Semarang terdiri atas 16 kecamatan dan 177 kelurahan

Kecamatan Kelurahan

Banyumanik Pudakpayung, Gedawang, Jabungan, Padangsari, Banyumanik, Srondol Wetan, Pedalangan, Banyumanik, Semarang, Sumurboto, Banyumanik, Semarang, Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang, Tinjomoyo, Ngesrep

Candisari Candi, Jatingaleh, Jomblang, Kaliwiru, Karanganyargunung, Tegalsari, Wonotingal

Gajahmungkur Bendanduwur, Bendanngisor, Bendungan, Gajahmungkur, Karangrejo, Lempongsari, Petompon, Sampangan

Gayamsari Gayamsari, Kaligawe, Pandean Lamper, Sambirejo, Sawahbesar, Siwalan, Tambakrejo,

Genuk Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Banjardowo, Gebangsari, Genuksari, Karangroto, Kudu, Muktiharjo Lor, Penggaron Lor, Sembungharjo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, Trimulyo

Gunungpati Cepoko, Gunungpati, Jatirejo, Kalisegoro, Kandri, Mangunsari, Ngijo, Nongkosawit, Pakintelan, Patemon, Plalangan, Pongangan, Sadeng, Sekaran, Sukorejo, Sumurejo

Mijen Bubakan, Cangkiran, Jatibaran, Jatisari, Karangmalang, Kedungpani, Mijen, Ngadirgo, Pesantren, Polaman, Purwosari, Tambangan, Wonolopo, Wonoplumbon,

Ngaliyan Bambankerep, Beringin, Gondoriyo, Kalipancur, Ngaliyan, Podorejo, Purwoyoso, Tambak Aji, Wonosari

Pedurungan Gemah, Kalicari, Muktiharjo Kidul, Palebon, Pedurungan Kidul, Pedurungan Lor, Pedurungan Tengah, Penggaron Kidul, Plamongan Sari, Tlogomulyo, Tlogosari Kulon, Tlogosari Wetan,

(24)

Barat Kalibanteng Kulon, Karangayu, Kembangarum, Krapyak, Krobokan, Manyaran, Ngemplaksimongan, Salamanmloyo, Tambakharjo, Tawangmas, Tawangsari

Semarang Selatan

Barusari, Bulustalan, Lamper Kidul, Lamper Lor, Lamper Tengah, Mugassari, Peterongan, Pleburan, Randusari, Wonodri

Semarang Tengah

Bangunharjo, Brumbungan, Gabahan, Jagalan, Karangkidul, Kauman, Kembangsari, Kranggan, Miroto, Pandansari, Pekunden, Pendrikan Kidul, Pendrikan Lor, Purwodinatan, Sekayu

Semarang Timur

Bugangan, Karangtempel, Karangturi, Kebonagung, Kemijen, Mlatibaru, Mlatiharjo, Rejomulyo, Rejosari, Sarirejo, Bandarharjo

Semarang Utara

Bulu Lor, Dadapsari, Kuningan, Panggung Kidul, Panggung Lor, Plombokan, Purwosari, Tanjungmas

(25)

penduduk yang bekerja di perkebunan kopi dan karet di Sumatera. Pada tahun 2011 pertumbuhan penduduk kota Semarang meningkat dari tahun 2010. Dan pada tahun 2012 pertumbuhan penduduk meningkat dari tahun 2011.

II. Sex Ratio Penduduk Kota Semarang.

2008 2009 2010 2011 2012 0

200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000

(26)

a. Kependudukan pada tahun 2008.

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2008 jumlah Penduduk semarang 912.972 jiwa, yang terdiri atas Laki laki 453.250 jiwa sedangkan Perempuan 459.722 jiwa terdapat peningkatan sebanyak 6.910 jiwa atau sebesar 0.76% di bandingkan dengan tahun 2007, selain itu, pada tahun 2008 kepadatan penduduk bertambah 96 jiwa di setiap km.

b. Kependudukan pada tahun 2009.

Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk tahun 2009 jumlah penduduk kota semarang yang terdiri dari 748.515 laki laki dan 758.409 perempuan. Dan jumlah keseluruhan penduduk kota Semarang 1.506.924 jiwa.

c. Kependudukan pada tahun 2010.

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Semarang adalah 931.041 orang, yang terdiri atas 457.987 laki-laki dan 473.054 perempuan. Jumlah tersebut sudah termasuk penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap (tuna wisma), mereka yang pada saat pendataan SP2010 tinggal di barak militer, lembaga pemasyarakatan, asrama, pondok pesantren, dan panti wreda, yang secara keseluruhan berjumlah 2.749 terdiri atas 1.180 laki-laki dan 1.569 perempuan.

d. Kependudukan Pada Tahun 2011.

(27)

e. Kependudukan Pada Tahun 2012.

Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk tahun 2012, jumlah penduduk kota semarang yang terdiri dari 581.063 laki laki dan 598.706 perempuan. Dan jumlah keseluruhan penduduk kota Semarang 1.179.769 jiwa.

III. Tata Guna Lahan di Kota Semarang.

2008 2009 2010 2011 2012 0.00

10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 60,000.00 70,000.00 80,000.00 90,000.00

(28)

Tata guna lahan di kota Semarang dikeloompokan menjadi 2 yaitu:

1. Lahan Sawah

2. Lahan bukan sawah

Luas keseluruhan lahan di kota Semarang sebesar 95.020 Ha. Dari tahun 2008-2012 terjadi penurunan luas lahan yang diperuntukan unuk lahan sawah. Hal ini dikarenakan perkembangan kota Semarang melalui pembangunan-pembangunan fasilitas umum serta sarana dan prasarana yang berdampak pada pengurangan lahan sawah. Pengurangan lahan sawah dapat mempengaruhi ketahan pangan daerah Semaarang karena

(29)

IV. Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang.

a. Pendapatan Per Kapita Penduduk kota Semarang.

2008 2009 2010 0

5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000

pendapatan per kapita penduduk

pendapatan per kapita penduduk

Sumber : BPS Kota Semarang

(30)

Pendapatan Perkapita Penduduk

Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk suatu Negara yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kemakmuran penduduk. Pendapatan perkapita penduduk Kota Semarang tahun 2010 sekitar 27 juta setahun. Pendapatan perkapita di Semarang dari tahun 2008-2010 mengalami peningkatan. Sehingga berdampak pada meningkatnya tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran penduduk yang meningkat dapat digunakan sebagai keberhasilan pemerintahan kota Semarng dalam melakukan program serta kebijaksanaan. Krisis global yang terjadi pada tahun 2010 tidak menurunkan tingkat pendapan perkapita penduduk Semarang.

(31)

b.

2008 2009 2010 3.7

3.8 3.9 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7

pertumbuhan ekonomi per kapita

pertumbuhan ekonomi per kapita

(32)

Sumber : BPS Kota Semarang

Pertumbuhan Ekonomi Perkapita

(33)

V. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU PERKEMBANGAN KOTA SEMARANG

1. Faktor Lokasi

hal ini berkaitan dengan kemampuan kota semarang untuk melakukan aktifitas dan interaksi yang dilakukan penduduknya. Karena kota semarang yang berlokasi di jalur jalan utama atau persimpangan jalan utama akan mampu menyebarkan pergerakan dari dan semua penjuru dan menjadi titik pertemuan antara pergerakan dari berbagai arah.

2. Faktor Geografis

Kondisi geografis kota semarang juga mempengaruhi perkembangan kota. Karena banyak daerah yang terdapat pegunungan sehingga banyak keuntungan dari bidang pertanian.

3. Faktor Perkembangan Penduduk

(34)

4. Faktor Aktivitas Kota

Kegiatan yang ada didalam kota semarang, terutama kegiatan perekonomian. Perkembangan perekonomian ditentukan oleh faktor faktor yang berasal dari dalam kota itu sendiri (faktor internal) yang meliputi faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal serta faktor-faktor yang berasal dari luar daerah (faktor eksternal) yaitu tingkat permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut pada gilirannya akan membentuk suatu aglomerasi kegiatan perekonomian yang makin lama akan semakin besar dan menyebabkan kota semarang menjadi berkembang.

5. Factor Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Tersedianya fasilitas hotel dan restoran merupakan capaian kinerja daya saing bidang perdagangan dan jasa. Pertumbuhan Ho

(35)

VI. PERMASALAHAN YANG ADA DI KOTA SEMARANG

1. Angka kepadatan penduduk yang tinggi di kota Semarang di sebabkan oleh

tingginya arus urbanisasi. Semarang menjadi daerah tujuan urbanisasi di Jawa Tengah,

mengingat semakin berkembangnya industri besar maupun kecil di kota Semarang.

Kurangnya lapangan kerja di desa menyebabkan semakin tingginya minat penduduk desa

untuk pindah ke kota. Industry di kota membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga para

pekerja banyak berbondong-bondong menuju kota dan menetap di kota Semarang dengan

pertimbangan dekat lokasi kerja. Keadaan ekonomi para pekerja berbeda-beda, pekerja

yang memiliki tingkat perekonomian menengah tinggi lebih suka tinggal di luar pusat

kota yang lebih nyaman dengan fasilitas yang permukiman yang terencana. Bagi pekerja

yang memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah akan lebih suka tinggal di dekat

lokasi kerja mereka. Inilah yang menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di kota

Semarang, padahal luas lahan kota Semarang semakin menipis dengan bukti sudah

tiadanya lahan pertanian maupun lahan kosong serta semakin banyaknya bukit – bukit di

Semarang yang dikepras untuk area permukiman baru. Kondisi ini akan menyebabkan

munculnya masalah-masalah baru di kota Semarang dan sekitarnya.

2. Bau busuk yang mencemari udara di kota Semarang disebabkan oleh pengelolaan

sampah, selokan dan gorong-gorong yang tidak baik. Tingginya kepadatan penduduk di

kota Semarang juga meningkatkan banyaknya sampah-sampah rumah tangga dan sampah

hasil industry. Tidak semua orang sadar akan pentingnya membuang sampah pada

tempatnya. Terbukti dengan ditemukannya sampah yang dibuang sembarangan di tempat

(36)

pembusukan sampah sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap menyemari

permukiman dan semua area. Kondisi di TPA kota Semarang juga semakin menumpuk,

contohnya di TPA Jati Barang lokasinya terletak di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan

Mijen, di bagian barat Kota Semarang dikabarkan air lindi sudah mencemari air sungai

Kreo yang memang lokasi TPA ada di tepi sungai Kreo. Saat melewati lokasi ini akan

tercium bau yang menyengat.

3. Banjir di kota Semarang bukan menjadi hal aneh lagi karena memang sudah sering

terjadi. Ada lima potensi banjir di Kota Semarang, antara lain:

a. Potensi pertama, melihat karakteristik geografi, Kota Semarang memiliki daerah-daerah potensi banjir, karena adanya perbedaan tinggi dataran antara wilayah utara dan ilayah selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya banjir kiriman dari wilayah selatan Kota Semarang dan kabupaten Semarang.

(37)

c. Potensi ketiga, adanya pengeprasan bukit di beberapa tempat

mengakibatkan perubahan pola aliran air, erosi, dan mempertinggi kecepatan air, sehingga membebani pengairan.

d. Potensi keempat, pembangunan rumah liar di atas bantaran sungai, pembuatan tambak yang mempersempit sungai dan penutupan saluran di daerah hilir.

e. Potensi kelima adalah permasalahan non-teknis yaitu perilaku masyarakat kota Semarang yang buruk. Perilaku membuang sampah di saluran dan di sembarang tempat. Rendahnya kesadaran masyarakat koa ditunjukkan sewaktu banjir di beberapa jalan protokol kota Semarang

diakibatkan adanya saluran yang tersumbat, namun masyarakat tidak segera mengatasinya melainkan menunggu petugas dari pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi permasalahan pada saluran tersebut.

4. Banjir rob yang melanda daerah-daerah di pinggiran laut atau pantai disebabkan oleh:

a. Permukaan tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut.

b. Bertambah tingginya pasang air laut.

c. Sedimentasi dari daerah atas (burit) di muara sungai (Kali Semarang, Banjir Kanal

Barat, Kali Silandak, Kali Banger, Silandak Flood Way, Baru Flood Way, dan kali Asin)

maupun sedimentasi air laut khususnya oleh pasang surut (rob), di samping oleh

(38)

berakibat mengurangi kapasitas penyaluran dan akibat selanjutnya menambah parah

banjir di sekitarnya.

5. Lingkungan kumuh banyak terdapat dikota Semarang terutama di sekitar

permukiman padat penduduk sehingga memicu terciptanya permukiman kumuh di kota

semarang. Antusias masyarakat terhadap kehidupan kota menyebabkan banyak

masyarakat melakukan urbanisasi besar-besaran ke kota Semarang. Masyarakat dengan

tingkat perekonomian tingkat menengah ke bawah tidak memiliki pilihan lain selain

tinggal di permukiman kumuh. Mereka bertahan dengan mempertimbangkan lokasi

permukiman yang kebanyakan dekat dengan lokasi kerja. Lingkungan kumuh memicu

timbulnya banyak penyakit seperti, diare, muntaber, berbagai macam penyakit kulit,

infeksi pernafasan, TBC bahkan kanker. Sampai saat ini masyarakat tingkat ekonomi

bawah masih belum memahami pentingnya kesehatan, mereka pun belum menetapkan

kriteria rumah sehat di rumahnya.

6. Pencemaran air tanah salah satunya disebabkan oleh limbah industy pabrik yang

di buang secara sembarangan ke badan – badan air seperti sungai, laut sehingga

mencemari air tanah yang biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pencemaran air tanah juga disebabkan oleh adanya

intrusi air laut ke daratan akibat terjadinya penurunan permukaan tanah dan naiknya

permukaan air laut.

Air Tanah Bebas merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air

( aquifer ) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat

(39)

bawah (yang berada didataran rendah), banyak memanfaatkan air tanah ini dengan

membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Amblesan

tanah yang terjadi di dataran Semarang disebabkan oleh dua faktor, yaitu penurunan

muka air tanah akibat pemompaan dan peningkatan beban karena pengurugan tanah.

Tektonik di Pulau Jawa yang cukup aktif pada Pliosen Akhir - Plistosen Tengah,

menghasilkan pola struktur geologi yang kompleks di daerah sebelah selatan daerah

penelitian. Struktur sesar yang aktif belum diketahui dengan jelas pengaruhnya terhadap

proses amblesan tanah di dataran aluvial Semarang. Akibatnya apabila berlangsung

terus-menerus, beberapa wilayah justru lebih rendah daripada permukaan air laut. Akibat

pengambilan air bawah tanah yang berlebihan sementara air permukaan tanah lebih

rendah dari permukaan air laut, maka terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut saat ini sudah

mencapai daerah Simpang Lima dan Tugu Muda Semarang (batas Semarang Atas dan

(40)

VII.SOLUSI

1. Community Rating System

Community Rating System (CRS) merupakan salah satu pendekatan dengan cara

memberikan penilaian dari masyarakat terhadap suatu perencanaan yang telah disiapkan untuk

diterapkan sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Pada proses perencanaan membutuhkan

10 langkah dalam merencanakan metode CRS, dengan memperhatikan informasi yang

dikumpulkan, tujuan yang ditetapkan, meninjau alternative yang ada, dan memutuskan apa yang

harus dilakukan. Langkah-langkah perencanaan CRS tersebut adalah:

a. Menentukan proses perencanaan

Metode dan proses perencanaan akan diganti, jika masyarakat mengalami kemandekan dan

keruwetan di dalam aktifitas kehidupannya. melakukan penyelesaian kembali orang-orang yang

terlibat dalam proses perencanaan terdahulu, melakukan pemilihan anggota staf yang jujur dan

(41)

1) Memahami dan mengerti usaha-usaha

2) Bertanggung jawab terhadap perencanaan yang dilakukan

3) Mengakomodasi usulan-usulan dari berbagai kalangan

Pemecahan untuk Kota Semarang ialah perlu diaplikasikan oleh Walikota Semarang untuk

mempromosikan dan menerapkan salah satu programnya untuk mengatasi banjir Kota Semarang

dalam jangka waktu tertentu. Program tersebut diberikan kesempatan untuk staf dan karyawan

yang lama untuk berbuat sesuatu untuk merencanakan dan melakasanakan program tersebut,

apabila gagal, maka walikota harus mengambil tindakan dengan melakukan pergantian seluruh

staf yang terkait. Setelah itu melakukan seleksi untuk memilih staf karyawannya dengan melalui

3 kriteria tersebut.

b. Melibatkan peran masyarakat

Masyarakat dapat membantu dalam proses perencanaan dan mendukung program yang

diusulkan. Dukungan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk aktifitas-aktifitas sebagai

berikut:

1) Masyarakat menyediakan informasi

2) Masyarakat terlibat untuk membantu dalam pembentukan sebuha program melalui

masukan-masukan yang diberikan

(42)

4) Masyarakat akan bekerja sama dengan pihak terkait dalam membagi beban

pekerjaan di lapangan.

Langkah pertama, masyarakat akan membentu memberikan data-data yang dibutuhkan

untuk membuat sebuah program. Informasi yang didapatkan akan memberikan masukan untuk

terbentuknya sebuah perencanaan.

2. Pemerintah

pemerintah daerah membentuk panitia perencana yang anggotanya terdiri dari instansi

pemerintah yang terkait dan masyarakat umum, untuk memimpin secara bersama-sama.

Lembaga panitia ini akan mempertimbangkan dan memperhatikan kepentingan banyak orang

dengan perencanaan yang selalu up to date, melibatkan beberapa komponen masyarakat, seperti

para akademika, tokoh-tokoh masyarakat, LSM, dan organisasi masyarakat lainnya. Diadakan

pertemuan berkala untuk membahas perencanaan secara terpadu dan hasil dari rapat

dipublikasikan ke masyarakat seluruh Kota Semarang.

3. Mengkoordinasikan antara kelompok masyarakat dan pemerintah

Hasil dari beberapa pertemuan dilaksanakan dengan berkoordinasi antara instansi

pemerintah dan masyarakat dengan peran masing-masing.

(43)

Adanya pemetaan bahaya dan resiko yang dikemas dalam informasi. Dengan itu kita dapat

memperkirakan bahaya dan resiko yang berpotensi terjadi pada perencanaan, agar perencanaan

tersebut dapat berjalan optimal.

5. Mengevaluasi dari permasalahan

Untuk mengahsilkan suatu perencanaan yang matang diundang berbagai ahli untuk

menyumbangkan saran dan memecahkan secara bersama-sama, kemudian mengevaluasi

permasalahan secara menyeluruh dari berbagai segi. Pada pertemuan tersebut juga melakukan

evaluasi terhadap tata ruang dari Kota Semarang, sehingga dapat diketahui

pelanggaran-pelanggaran yang berpotensi untuk timbul kembali.

6. Mengevaluasi strategi dan ukuran yang diterapkan

Mengadakan evaluasi terhadapa strategi dan ukuran yang diterapkan dengan mengadakan

penilaian, apakah hal tersebut telah memberikan keuntungan atau memberikan dampak positif

untuk lingkungan. Evaluasi dari strategi dan ukuran yang diterapkan dimaksudkan untuk menilai

apakah program yang selama ini diterapkan sudah berhasil atau belum. Sehingga setiap program

yang telah diterapkan perlu adanya evaluasi untuk mengukur apakah program yang dilaksanakan

tersebut berhasil atau tidak dan dimana letak keurangan-kekurangan dari program tersebut.

7. Memberikan konsep untuk pelaksanaan

(44)

1) Mendiskripsikan bagaimana perencanaan dipersiapkan. Hal ini menolong pembaca

mengerti backgrounddan rasionalitas dari rencana dan bagaimana masyarakat

memahaminya.

2) Merekomendasikan pelaksanaan. Rencana sebaiknya mengidentifikasi secara jelas

dan bagaimana cara membiayainya. Ini diprioritaskan proyek yang lebih mendesak.

3) Budget. Rencana sebaiknya menjelaskan bagaimana gambaran biaya yang

dibutuhkan dan perencanaan akan dibiayai.

Laporan rencana yang ada dievaluasi untuk kepentingan komunitas warga kota.

Perencanaan tersebut sebaiknya dipublikasikan dan disebarkan ke semua komunitas dan

organisasi yang berpengaruh. Setelah itu, diadakan diskusi atau diseminatkan untuk membahas

program perencanaan yang ada. Dimana diskusi atau seminar akan menghasilkan

penyempurnaan perencanaan menuju lebih baik, sehingga perencanaan dapat diakui oleh

berbagai elemen komunitas dan organisasi.

8. Mengaplikasi, mengevaluasi dan memperbaiki perencanaan

Kunci kesuksesan dari aplikasi dari program ini adalah adanya pertanggung jawaban

orang-orang yang terlibat dari rencana sampai bentuk aplikasi rencana yang diterapkan. Oleh

karena itu, pentingnya mengidentifikasikan perencanaan untuk mendukung kesuksean dari

implementasi di lapangan. Dalam implementasi tidak ada yang sempurna, sehingga apabila ada

kecacatan dalam hal implementasi, sehingga membutuhkan adanya perbaikan-perbaikan. Oleh

(45)

kemajuan dari implementasi yang ada. Setiap laporan dari implementasi dapat dilaporkan,

sehingga secara periodic dapat dibahas kemajuan dan kemunduran dari aplikasi rencana yang

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang keberadaan permainan tradisional di Sekolah Dasar dan bagaimana pemanfaatan permainan tradisional di

Penelitian ini mengangkat sebuah isu mengenai kehidupan sosial (sosial budaya) Thailand yang direpresentasikan dalam serial drama atau film sebagai nation branding

Penelitian ini dilatarbelakangi atas dasar yang diperoleh di lapangan yaitu pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar kerap kali dianggap sebagai mata pelajaran

Dengan demikian, dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan untuk mengoptimalkan pembuatan biogas, harus menggunakan bahan baku sampah yang komposisi daun dan rumput lebih

1) Masalah yang paling mendasar dalam Pelayanan penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yaitu mekanisme pelaya- nan yang

Pada grafik pengaruh suhu terhadap konversi kalium sulfat terihat bahwa konversi dan konstanta kecepatan reaksi meningkat dengan bertambahnya suhu, hal ini

Muliawan (2014, hlm. 130) menjelaskan tentang metode penelitian yaitu: Metode penelitian adalah cara, jalan, atau teknik yang digunakan peneliti untuk melakukan

Dari kedua fenomena tersebut, saya akan mencari tau tentang,apakah dengan adanya insentif yang lebih besar, serta pengalaman kerja yang jauh lebih lama, dapat