INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut
juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks
pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek
Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham
biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG
adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai
Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang mengukur harga
saham yang dijual di bursa. Secara garis besar merupakan suatu alat ukur/indikator dari
pergerakkan harga-harga saham yang ditransaksikan di suatu bursa efek dalam kurun
waktu tertentu. Bagi investor, IHSG dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil
keputusan berinvestasi namun ini tidak mutlak harus diikuti karena dalam memutuskan
untuk membeli atau menjual saham hendaknya berdasarkan informasi yang tepat dan
matang, tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan jangka waktu yang ditetapkan.
IHSG merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian suatu Negara.
Naik turunnya IHSG menunjukkan naik turunnya minat investasi, khususnya yang
investasi di lantai bursa memang lebih genuine dalam mengukur minat publik dalam
berinvestasi. IHSG bisa menunjukkan kemampuan lingkungan ekonomi dalam menarik
minat investor. Secara sederhana naiknya IHSG menggambarkan bahwa lingkungan
ekonomi tampak semakin menarik bagi investor.
I. Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX))
merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi,
Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar
saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. [1] Bursa
hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.[2][3]
BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading
System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan
sebelumnya.[4] Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan
dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX.
Bursa Efek Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman, Jl. Jend. Sudirman
Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara
terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik.
Indeks-indeks tersebut adalah sebagai berikut :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan
Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa
Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu
atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar
pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat
tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara
kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham
Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran
pergerakan IHSG.
2. Indeks Sektoral
Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam
masing-masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor
Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi,
3. Indeks LQ45
Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan
kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan
setiap 6 bulan.
4. Jakarta Islmic Index (JII)
Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang
masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh
Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
5. Indeks Kompas100
Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan
kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan
setiap 6 bulan.
6. Indeks BISNIS-27
Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks
kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan
tata kelola perusahaan.
7. Indeks PEFINDO25
Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25.
Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi
pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small
Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan
Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti:
Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini
akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor
likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik.
8. Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan
dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi
tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada
emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha
berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan
saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan
kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.
9. Indeks Papan Utama
Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan
Utama.
10. Indeks Papan Pengembangan
Mengguanakn saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan
Pengembangan.
11. Indeks Individual
Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.
II. Metode Perhitungan IHSG
Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat
pada tanggal 10 Agustus1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap
saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program
restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula
dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler,x adalah Jumlah Saham,
dan d adalah Nilai Dasar.
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa
yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan
secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang
tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada
tambahan emiten baru, HMETD (right issue) partial/ company listing, waran
dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split,
dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai
Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG
adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi
berdasarkan sistem lelang.[1]
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan
dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat
dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.
III. Komponen IHSG
Inilah komponen-komponen yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia. Ada 9
sektor yang mencantumi komponen-komponennya, antara lain pertanian,
pertambangan, industri dasar, aneka industri, industrei barang konsumsi,
property, infrastruktur, keuangan dan perdagangan, dan lain-lain. Semua emiten
yang tercatat di BEI juga tercatat tergantung dengan tipe usahanya dan
likuidasinya sendiri. A. Pertanian
1. Tanaman Pangan
2. BISI International Tbk 3. Perkebunan
4. Astra Agro Lestari Tbk
5. Gozco Plantations Tbk
6. PP London Sumatra Tbk
7. Sampoerna Agro Tbk 8. SMART Tbk
9. Tunas Baru Lampung Tbk
16. Dharma Samudera Fishing International Tbk 17. Inti Agri Resources Tbk
18. Lainnya
19. Bumi Teknoultra Unggul Tbk
20.
21.
B. Pertambangan
1. Pertambangan Batu Bara 2. Adaro Energy Tbk 3. ATPK Resources Tbk
6. Indo Tambangraya
9. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
10. Petrosea Tbk
11. Pertambangan Minyak dan Gas
12. Apexindo Pratama Duta Tbk
13. Elnusa Tbk
14. Energi Mega Persada Tbk
20. International Nickel Ind. Tbk
21. Timah Tbk
22. Pertambangan Batu-batuan 23. Central Korporindo Int'l Tbk
24. Citatah Industri Marmer Tbk
25. Mitra Investindo Tbk 26.
27.
C. Industri Dasar & Kimia
1. Semen
2. Indocement Tunggal Prakasa Tbk
3. Holcim Indonesia Tbk
4. Semen Gresik
(Persero) Tbk
5. Keramik, Perselen, dan Kaca 6. Asahimas Flat Glass Tbk
7. Arwana Citramulia Tbk
8. Intikeramik Alamasri Inds. Tbk
9. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
10. Mulia Industrindo Tbk
11. Surya Toto Indonesia Tbk
12. Logam dan Sejenisnya
13. Alumindo Light Metal Inds. Tbk
14. Betonjaya Manunggal Tbk
15. Citra Tubindo Tbk 16. Indal Aluminium Industry Tbk
18. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
19. Jaya Pari Steel Tbk 20. Lion Metal Works
25. Budi Acid Jaya Tbk
26. Duta Pertiwi
31. Indo Acidatama Tbk 32. Tri Polyta Indonesia Tbk
33. Unggul Indah Cahaya Tbk
34. Plastik dan Kemasan
35. Aneka Kemasindo Utama Tbk
36. Argha Karya Prima Inds. Tbk
37. Asiaplast Industries Tbk
38. Berlina Tbk 39. Dynaplast Tbk
40. Titan Kimia
Nusantara Tbk
41. Kageo Igar Jaya Tbk 42. Leyand International Tbk
43. Sekawan Intipratama Tbk
44. Siwani Makmur Tbk 45. Tunas Alfin Tbk. (A) 46. Tunas Alfin Tbk. (B) 47. Trias Sentosa Tbk 48. Yanaprima Hastapersada Tbk 49. Pakan Ternak
50. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
51. Japfa Tbk
52. Malindo Feedmill Tbk
53. Sierad Produce Tbk 54. Kayu dan Pengolahannya
55. Barito Pacific Tbk 56. Daya Sakti Unggul Tbk
57. Sumalindo Lestari Jaya Tbk
58. Tirta Mahakam Resources Tbk
59. Pulp dan Kertas
60. Fajar Surya Wisesa Tbk
61. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
64. Surabaya Agung
1. Otomotif dan Komponennya 2. Astra International Tbk
3. Astra Otoparts Tbk 4. Indo Kordsa Tbk 5. Goodyear Indonesia Tbk
6. Gajah Tunggal Tbk 7. Indomobil Sukses Int'l Tbk
8. Indospring Tbk
9. Multi Prima
Sejahtera Tbk
10. Multistrada Arah Sarana Tbk
11. Nipress Tbk
12. Prima Alloy Steel Tbk 13. Selamat Sempurna Tbk
14. Allbond Makmur Usaha Tbk
15. Sugi Samapersada Tbk
16. Tekstil dan Garmen
17. Polychem Indonesia Tbk
18. Argo Pantes Tbk 19. Saham Seri B (Centex) Tbk
20. Centex (Preferen) Tbk
21. Delta Dunia
Petroindo Tbk
22. Eratex Djaja Tbk 23. Ever Shine Textile Inds. Tbk
24. Panasia Indosyntec Tbk
25. Indorama Syntetics Tbk
26. Karwell Indonesia Tbk
27. Hanson International Tbk
28. Saham Seri B Hanson Int'l Tbk
29. Apac Citra Centertex Tbk
30. Panasia Filament Inti Tbk
31. Pan Brothers Tex Tbk 32. Polysindo Eka Perkasa Tbk
33. Roda Vivatex Tbk
35. Sunson Textile Manufacture Tbk
36. Teijin Indonesia Fiber Tbk 42. Sepatu Bata Tbk
43. Surya Intrindo Makmur Tbk
44. Kabel
45. KMI Wire and Cable Tbk
46. Jembo Cable
Company Tbk
47. Kabelindo Murni Tbk 48. Supreme Cable 49. ManufacturingComp any Tbk
50. Sumi Indo Kabel Tbk 51. Voksel Electric Tbk 52. Elektronika
53. Sat Nusapersada Tbk 54. Lainnya
55. Ratu Prabu Energi Tbk
56. Asia Natural
Resources Tbk
57. First Media Tbk 58. Myoh Technology Tbk
59.
60.
E. Industri Barang Konsumsi
1. Makanan dan Minuman
61. Ades Waters
Indonesia Tbk
62. Aqua Golden
Mississippi Tbk
63. Cahaya Kalbar Tbk 64. Davomas Abadi Tbk 65. Delta Djakarta Tbk 66. Indofood Sukses Makmur Tbk
67. Mayora Indah Tbk 68. Multi Bintang Indonesia Tbk
69. Prasidha Aneka Niaga Tbk
70. Sekar Bumi Tbk 71. Sekar Laut Tbk 72. Siantar Top Tbk
73. Tiga Pilar
Sejahtera Tbk
74. Ultra Jaya Milk Tbk 2. Rokok
75. BAT Indonesia Tbk 76. Bentoel International Tbk
77. Gudang Garam Tbk 78. H M Sampoerna Tbk 3. Farmasi
79.
80.
IV. Faktor Naik Turunnya IHSG
81. Naik turunnya IHSG sangat dipengaruhi oleh harga saham. Kenaikan
atau penurunan tajam harga satu saham memang berpengaruh terhadap
pergerakan IHSG. Namun seberapa besar kenaikan itu mempengaruhi IHSG
tergantung pada bobot saham tersebut.Kenaikan atau penurunan IHSG sangat
bergantung pada pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar. Berangkat dari
sinilah kemudian muncul beberapa saham yang disebut-sebut sebagai motor
penggerak IHSG. Sebut saja saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Saham ini memiliki saham tercatat mencapai 20,159 miliar saham. Dengan
harga saat ini sebesar Rp 8.700, maka kapitalisasi pasar TLKM mencapai Rp
175,383 triliun. Nilai itu mencapai 10% dari total nilai kapitalisasi pasar seluruh
saham di BEI yang masuk dalam penghitungan IHSG. Kapitalisasi pasar BEI saat
ini sekitar Rp 1.700 triliun. Dengan kapitalisasi pasar sebesar itu, kenaikan atau
penurunan harga sebesar Rp 50 poin saja akan memberikan pengaruh pada
level IHSG.Saham TLKM memang tercatat sebagai saham dengan kapitalisasi
terbesar di BEI. Lain halnya dengan saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR).
Saham BNBR yang tercatat di BEI mencapai 93,721 miliar saham, jauh lebih
besar dari TLKM. Akan tetapi, harga saham BNBR saat ini sebesar Rp 127 yang
tidak sampai 1% dari kapitalisasi pasar BEI. Jadi, meskipun BNBR mengalami
kenaikan harga atau penurunan harga sebesar 35% pun tidak akan memberi
pengaruh besar terhadap perubahan level IHSG. Lain halnya jkalau suatu saat
harga saham BNBR mencapai Rp 5.000, dapat dipastikan kenaikan atau
penurunan tipis harga saham BNBR akan memberi pengaruh besar pada level
IHSG.
82. Oleh sebab itu, jika level IHSG naik tajam, dapat dipastikan hal itu
didorong oleh kenaikan harga-harga saham berkapitalisasi besar atau yang lebih
dikenal sebagai Big Cap. Jadi wajar saja, kalau saham TLKM naik tajam, level
IHSG pun akan terkerek naik secara tajam pula. Kelemahan penghitungan ini
adalah karena rumus ini memasukkan saham-saham yang kurang aktif
diperdagangkan serta memasukkan faktor bobot atau jumlah saham secara
keseluruhan dalam penghitungannya. Contohnya, saham TLKM hanya
ditransaksikan sebanyak 1 lot dan mengalami kenaikan sebesar Rp 300 hari ini.
Kapitalisasi pasar yang terbentuk mewakili seluruh 20,159 miliar saham TLKM.
Jadi level IHSG sudah pasti akan terangkat. Dan metode ini ikut memasukkan
saham-saham yang kurang aktif diperdagangkan, malah terkadang tergolong
saham tidur. Ini akan memangkas representasi pasar IHSG secara riil, karena
saham-saham yang tidak ditransaksikan ikut dimasukkan dalam
penghitungannya.
83.
V. Efek Redenominasi pada IHSG
85. Redenominasi adalah penyederhanaan atau pengurangan nominal mata
uang Rupiah tanpa memotong nilai tukar mata uang itu sendiri. Biasanya
dilakukan pengurangan beberapa angka nol. Misalnya kalau dihilangkan 3 angka
nol. Uang Rp 1.000 menjadi Rp 1, Rp 10.000 menjadi Rp 10, Rp 50.000 menjadi
Rp 50. Misalnya Anda memiliki uang 5 juta rupiah. Saat ini uang tersebut bisa
digunakan untuk membeli smartphone Blackberry keluaran terbaru. Bila tejadi
redenominasi, uang Anda menjadi 5000 rupiah. Tapi uang 5000 rupiah tersebut
bisa tetap dibelikan Blackberry keluaran terbaru, karena harga ponsel tersebut
juga menjadi Rp 5000. Secara umum dapat dikatakan bahwa kekayaan Anda
tetap.
86. Karena hanya berupa perubahan pencatatan, maka tidak akan ada efek
pada transaksi saham di IHSG. Misalnya saham ANTM menjadi 2 rupiah dari
sebelumnya 2000 rupiah. Yang agak merepotkan adalah saham murahan seperti
BNBR, harga gocap. Solusinya kemungkinan adalah reverse stock, dan
penggunaan nominal beberapa angka di belakang angka (sen rupiah). Ini dari
segi teknis. Kalau dari segi yang lain, misalnya masyarakat tidak siap, bisa jadi
terjadi rush, atau gejolak ekonomi, tergantung dari sosialisasi BI. 87.
88.
VI. IHSG di Tahun 2010
89. Pada hari terakhir perdagangan saham Kamis (30 Desember 2010) IHSG
ditutup naik 4.20 poin (0,12%) ke level 3.703,51. Pada akhir tahun 2010
perdagangan IHSG cenderung lambat dan harapan investor akan window
2010 merupakan bursa terbaik di Asia Pasifik, dengan kenaikan 46,13% dari
awal tahun.
90. Sepanjang 2010, IHSG pernah menyentuh level terendah di 2.475,57
pada tanggal 8 Februari lalu. Sedangkan level tertinggi terjadi pada tanggal 9
Desember di level 3,786.10. Sedangkan IHSG pertama kali melewati level 3.000
terjadi pada Jul 21 di level 3.013,40 meskipun setelah itu sempat kembali ke
level 3.000.
91. Di tahun 2010 ada 23 emiten baru yang tercatat di BEI. Rata-rata
transaksi harian mencapai Rp4,8 triliun pada 2010. Nilai kapitalisasi pasar pun
naik 60,63% dari akhir Desember 2009 Rp2.019 triliun menjadi Rp3.243 triliun
pada akhir Desember 2010. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun naik
46,13% menjadi 3.703.512 pada penutupan perdagangan saham Kamis (30/12).
92.
93.
VII. Prospek IHSG di tahun 2011
94. Banyak analis yang optimis kalau IHSG akan bergerak lebih tinggi lagi di
tahun 2011. Mereka memperkirakan IHSG bisa mencapai level 4500-5500.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa mendorong IHSG lebih tinggi lagi:
1. Tahun 2010 ekonomi tumbuh 5,9%, sejalan dengan target pertumbuhan
2010 sebesar 5,8%. Pemerintah sendiri optimis di tahun 2011 diperkirakan
pertumbuhan mencapai 6,3%. Pertumbuhan yang tinggi didorong oleh
ekspor terutama migas dan komoditas, konsumsi dalam negeri yang tinggi,
2. Indonesia tinggal selangkah lagi menuju level investment grade. Di bulan
Oktober, lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poor's (S&P)
menaikkan sovereign outlook Indonesia dari 'stabil' ke 'positif'. Indonesia
pun kini tinggal selangkah lagi menuju 'Investment Grade'. Kenaikan outlook
Indonesia itu terjadi setelah lembaga pemeringkat lainnya, Moody's jga
menaikkan sovereign rating Indonesia dari 'Ba3' menjadi 'Ba2'. Diharapkan
di tahun 2011, peringkat Indonesia akan lebih baik lagi, sehingga dana asing
lebih banyak yang meluncur ke Indonesia.
95. Walaupun sepertinya nasib perekonomian Indonesia akan lebih baik lagi
tahun depan, kita harus tetap waspada karena ada banyak tantangan yang akan
dihadapi Indonesia:
1. Inflasi. Diperkirakan inflasi tahun 2011 akan lebih tinggi dari 2010. Hal ini
dipicu kenaikan harga komoditas seperti harga pangan. Bila rencana
pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jadi dilaksanakan hal tersebut
juga bisa mendorong inflasi lebih tinggi lagi. Inflasi tinggi akan membebani
keuangan perusahaan.
2. Jangan lupakan krisis finansial dunia yang masih belum tuntas. Krisis utang
Eropa mungkin masih bisa membesar, dan merebak ke negara seperti
Portugal. Ekonomi Amerika juga masih loyo. Defisit anggaran semakin besar
dan pengangguran masih tinggi. Hal ini bisa menjadi bom waktu bagi
3. Tahun ini ekonomi dunia diprediksi cuma tumbuh 3%, sedangkan 2010
pertumbuhan 3,7%, penyebabnya Cina mengerem pertumbuhan. Hal ini
mungkin menekan permintaan komoditas, termasuk dari Indonesia.
4. Penggerak IHSG selama ini adalah hot money. Dana asing belum banyak
masuk ke sektor riil di bandingkan dengan sektor finansial, karena banyak
hal seperti infrastruktur yang masih jelek, birokrasi dll. Hot money ini
berpeluang keluar dari Indonesia kalau ekonomi global menjadi pulih
5. Secara valuasi, IHSG sudah kemahalan. Di tahun 2010 IHSG sudah naik
46,13% menjadi 3.703.512 pada penutupan perdagangan tahun 2010. Hal
ini menjadikan investasi saham di Indonesia lebih berisiko dibanding negara
Asia lain. PER IHSG sampai tanggal 6 Desember 2010 adalah 18,18.
Perbandingan dengan bursa regional dan global lain dapat dilihat di tabel di
bawah ini.
96. Bursa
97.
I
98.
%
99.
P
100. IHS
G
101.
3
102.
4
103.
1
104. Str
ait Times
(Singapore
105.
3
106.
1
107.
139. Apa saja yang terjadi di dunia ini pasti akan mengalami
naik-turun dalam tiap-tiap momen. Kita bisa mengetahui naik turunnya
kegiatan itu melalui indeks. Indeks pada dasarnya merupakan suatu
angka yang dipergunakan untuk membandingkan suatu kegiatan yang
sama tetapi dengan waktu ang berbeda. Dalam materi ini yang kita
bahas adalah IHSG.
140. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah
satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia.
IHSG adalah indeks yang mengukur harga saham yang dijual di bursa.
Secara garis besar merupakan suatu alat ukur/ indikator dari
pergerakkan harga-harga saham yang ditransaksikan di suatu bursa efek
dalam kurun waktu tertentu. Bagi investor, IHSG dapat dijadikan suatu
pedoman dalam mengambil keputusan berinvestasi namun ini tidak
mutlak harus diikuti karena dalam memutuskan untuk membeli atau
menjual saham hendaknya berdasarkan informasi yang tepat dan
matang, tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan jangka waktu yang
ditetapkan.
141. IHSG merupakan salah satu indikator penting bagi
perekonomian Indonesia. Naik turunnya IHSG menunjukkan naik
turunnya minat investasi, khususnya yang dilakukan melalui lantai bursa.