• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland')

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland')"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA

KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan

A. andreanum 'Holland')

Oleh

Farah Meilavia Faradilla A34404018

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

A. andreanum 'Holland')

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Farah Meilavia Faradilla A34404018

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(3)

RINGKASAN

FARAH MEILAVIA FARADILLA. Mutasi Induksi Melalui Sinar Gamma pada Dua Kultivar Anthurium andreanum (A. andreanum

'

Mini

'

dan A.

andreanum

'

Holland

'

). Dibimbing oleh SYARIFAH IIS AISYAH.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai LD50 sinar gamma pada

dua kultivar anthurium dan mengetahui respon dua kultivar anthurium terhadap iradiasi sinar gamma. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Desa Kayu Manis, Bogor dari bulan November 2007 hingga Maret 2008. Iradiasi dengan sinar gamma dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR BATAN) Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah genotipe Anthurium andreanum yang terdiri dari dua kultivar yaitu anthurium ‘Mini’ dan anthurium ‘Holland’. Faktor kedua adalah dosis iradiasi yang terdiri atas 10 taraf dosis yaitu (kontrol) 0 , 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 Gray. Setiap perlakuan terdiri dari 9 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diperlukan sebanyak 180 tanaman.

Nilai LD50 dengan iradiasi sinar gamma pada bibit A. andreanum 'Mini'

diperoleh sebesar 134.47 Gy dan pada bibit A. andreanum 'Holland' diperoleh sebesar 62.17 Gy. Setiap kultivar A. andreanum memberikan respon yang berbeda

terhadap dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan. Radiosensitivitas

A. andreanum

'Holland'

lebih tinggi daripada A. andreanum

'Mini' dilihat dari

nilai LD50 yang diperoleh dan respon yang diberikan terhadap dosis iradiasi yang

diaplikasikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter kualitatif pada peubah bentuk daun kedua kultivar anthurium tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok antara tanaman yang diradiasi dengan tanaman kontrol. Hasil penelitian karakter kualitatif pada peubah warna daun menunjukkan adanya perubahan antara tanaman kontrol (dark green 137A) dengan tanaman yang diradiasi (dark

(4)

andreanum

'

Holland

'

) Nama : Farah Meilavia Faradilla NRP : A34404018

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc. Agr NIP. 131 956 695

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131 124 019

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Mei 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Daryo dan Ibu Tarwiyah.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 11 Pagi Jakarta pada tahun 1992 dan lulus tahun 1998. Tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah di SLTPN 161 Jakarta. Pendidikan lanjutan atas ditempuh di SMUN 47 Jakarta dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama masa studi penulis mendapatkan beasiswa Student Equity (TPSDP). Penulis aktif dalam organisasi Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB sebagai anggota. Tahun 2008 penulis menjadi ketua pelaksana Program Kreativitas Mahasiswa IPB dengan judul Pemanfaatan Poh-pohan sebagai Makanan Ringan (Keripik).

(6)

kasih sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan baik.

Selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi, penulis memperoleh bantuan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc. Agr. sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis hingga tersusunnya skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen-dosen di program studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat. 3. Kedua orang tua yang tiada henti mendoakan dan kasih sayang yang selalu

diberikan kepada penulis.

4. Adik-adikku (Nola dan Gilang) dan keluarga besar yang telah memberikan semangat dengan bantuan dan doa yang diberikan.

5. Dr. M. Syukur, SP MSi dan Ir. Megayani Sri Rahayu, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Para staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama masa studi di IPB. 7. Para staf dan pegawai BATAN yang telah membantu penulis.

8. Para staf dan pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

9. Sahabatku (Efi, Sinta, Mutia, Gilang, Dian, Melina, Siti, Rizka, dan Emiria). 10. Teman-teman PMTTB’41 atas dukungan, motivasi dan bantuannya selama ini. 11. Dwi Yono atas dorongan dan bantuannya.

12. Imel, Feti, dan Mega sebagai teman seperjuangan penulis dalam penelitian. 13. Raihana crew (Ipik, Rika, Giega, Uwai, Ayes, Nia, Dian, Riska, Aziza, Mba

(7)

14. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini.

Akhir kata penulis menyadari masih terdapat kekurangan dari hasil penelitian ini, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Juni 2008

(8)

Halaman PENDAHULUAN ...1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA ...3 Botani ... 3 Syarat Tumbuh... 4

Perbanyakan Tanaman Anthurium... 5

Mutasi... 6

Sinar Gamma... 7

Pemuliaan Mutasi... 8

BAHAN DAN METODE ...10

Waktu dan Tempat ... 10

Bahan dan Alat... 10

Metode ... 11

Pelaksanaan... 11

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN...14

Kondisi Umum... 14

Karakter Kuantitatif ... 18

Karakter Kualitatif ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN...31

Kesimpulan ... 31

Saran... 31

DAFTAR PUSTAKA ...32

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Persentase Tanaman yang Hidup Dua Bulan Setelah Iradiasi ... 15

2. Rekapitulasi Hasil Uji F Peubah Karakter Kuantitatif Anthurium andreanum ... 18

3. Rata-Rata Tinggi Tanaman pada Kedua Kultivar yang Diuji... 19

4. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Tinggi Tanaman ... 20

5. Rata-Rata Panjang Tangkai Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji... 22

6. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun ... 22

7. Rata-Rata Panjang Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji ... 24

8. Rata-Rata Lebar Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji... 24

9. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Panjang Daun ... 25

10. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Lebar Daun ... 25

11. Rata-Rata Jumlah Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji... 26

12. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Jumlah Daun . 27 13. Warna Daun Dua Kultivar Anthurium pada Beberapa Perlakuan Dosis Iradiasi Sinar Gamma ... 30

Lampiran 1. Dosis dan Lamanya Waktu Radiasi ... 35

2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 6 MSI ... 36

3. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 8 MSI ... 36

4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 10 MSI ... 36

5. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 12 MSI ... 36

6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 14 MSI ... 36

7. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 16 MSI ... 37

8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 18 MSI ... 37

9. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 2 MSI ... 37

(10)

13. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 10 MSI ... 38

14. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 12 MSI ... 38

15. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 14 MSI ... 38

16. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 16 MSI ... 38

17. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 18 MSI ... 39

18. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 2 MSI ... 39

19. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 4 MSI ... 39

20. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 6 MSI ... 39

21. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 8 MSI ... 39

22. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 10 MSI ... 40

23. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 12 MSI ... 40

24. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 14 MSI ... 40

25. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 16 MSI ... 40

26. Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 18 MSI ... 40

27. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 2 MSI... 41

28. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 4 MSI... 41

29. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 6 MSI... 41

30. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 8 MSI... 41

31. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 10 MSI... 41

32. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 12 MSI... 42

33. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 14 MSI... 42

34. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 16 MSI... 42

35. Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 18 MSI... 42

36. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 2 MSI ... 42

37. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 4 MSI ... 43

38. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 6 MSI ... 43

39. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 8 MSI ... 43

40. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 10 MSI ... 43

41. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 12 MSI ... 43

42. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 14 MSI ... 44

(11)

44. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 18 MSI ... 44 45. Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Tinggi Tanaman pada 18 MSI... 45 46. Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun pada 18 MSI... 45 47. Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Peubah Panjang Daun pada 18 MSI... 46 48. Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Peubah Lebar Daun pada 18 MSI... 46 49. Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Peubah Jumlah Daun pada 18 MSI ... 47 50. Warna Daun pada A. andreanum ‘Mini’... 48 51. Warna Daun pada A. andreanum ‘Holland’... 49

(12)

Nomor Halaman

Teks

1. Anthurium andreanum Kultivar Mini dan Holland ... 4

2. Iradiator Gamma Chamber 4000A ... 10

3. Tanaman Anthurium yang Terserang Hama dan Gulma (a) Serangan

Kutu Putih (b) Serangan Kutu Daun (c) Serangan Tungau (d) Serangan Gulma... 14 4 Kurva Persentase Tanaman Hidup pada Anthurium ‘Mini’

Setelah Iradiasi ... 16 5. Kurva Persentase Tanaman Hidup pada Anthurium ‘Holland’

Setelah Iradiasi ... 17 6. Perbedaan Tinggi Tanaman Anthurium ‘Mini’ dan Anthurium

‘Holland’... 21 7. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Tinggi Tanaman pada 18 MSI ... 21 8. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun pada 18 MSI ... 23 9. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Peubah Panjang Daun pada 18 MSI ... 25 10. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Peubah Lebar Daun pada 18 MSI ... 26 11. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium

terhadap Peubah Jumlah Daun pada 18 MSI... 27 12. Perbedaan Karakter Kuantitatif Ukuran dan Jumlah Daun pada A.

andreanum ‘Mini’ Setelah Iradiasi Sinar Gamma... 28

13. Perbedaan Karakter Kuantitatif Ukuran dan Jumlah Daun pada A.

andreanum ‘Holland’ Setelah Iradiasi Sinar Gamma... 28

14. Perbedaan Warna Daun Tanaman Kontrol dan Tanaman yang Diradiasi Sinar Gamma ... 29

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anthurium merupakan tanaman dari famili Araceae. Tanaman anthurium berkerabat dengan tanaman hias lain seperti philodendron, aglaonema, alokasia dan keladi hias. Anthurium adalah tanaman dengan jumlah genus terbanyak dalam famili Araceae, diperkirakan ada sekitar 1 000 jenis anggota genus anthurium 1 .

Secara umum anthurium dibedakan menjadi dua yaitu jenis anthurium daun dan jenis anthurium bunga. Daya tarik anthurium daun terletak pada bentuk dan penampilan daunnya yang menarik, sedangkan anthurium bunga terletak pada keragaman bunga pada seludang daun dan tongkol bunga. Kelebihan bunga anthurium salah satunya karena kesegaran bunga ini bisa bertahan lama. Bila berada di pohon, bunga bisa tetap segar selama sekitar 25 hari, tetapi bila dipotong, hanya bisa bertahan kurang lebih 15 hari 2.

Anthurium dapat dibudidayakan di daerah beriklim subtropis. Salah satu negara subtropis yang mengembangkan anthurium adalah Belanda yang berhasil menciptakan aneka jenis anthurium bunga. Thailand adalah negara di kawasan Asia Tenggara yang merintis pemuliaan jenis anthurium baru. Beberapa jenis anthurium luar negeri sudah dibudidayakan dan dikoleksi di Indonesia. Daerah sentra penanaman anthurium antara lain Brastagi, Bogor, Cianjur dan Malang (Rukmana, 1997).

Saat ini anthurium banyak digemari di seluruh negara. Penggemar bunga anthurium selalu berubah-ubah. Para konsumen di berbagai negara cenderung memilih warna yang sesuai dengan selera masing-masing. Bunga berwarna putih disukai orang-orang Jepang, akan tetapi orang Amerika justru memilih warna merah muda, dan orang Australia serta Indonesia cenderung menggemari anthurium merah (Rukmana, 1997).

Peningkatan keragaman dari anthurium sangat diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen yang cenderung berbeda. Selain itu dengan peningkatan keragaman dari anthurium, dapat meningkatkan nilai ekonomi dari

1 http://id.wikipedia.org/wiki/anthurium. Diakses pada 24 Desember 2007

(14)

tanaman itu sendiri. Keragaman tersebut dapat diciptakan melalui berbagai cara, diantaranya hibridisasi, koleksi, introduksi, dan induksi mutasi.

Teknik pemuliaan konvensional seperti hibridisasi, koleksi, dan introduksi memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh keragaman, sehingga akan lebih mudah bila dilakukan melalui induksi mutasi. Induksi mutasi dapat dilakukan melalui mutagen kimia dan mutagen fisik.

Sinar gamma adalah mutagen fisik yang sering dilakukan untuk menimbulkan mutasi khususnya pada tanaman hias. Materi tanaman yang diradiasi tidak terbatas pada biji, tapi dapat juga berupa stek maupun kalus dengan tujuan meningkatkan keragaman dan memperbaiki karakter tanaman 3.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan nilai LD50 sinar gamma pada dua kultivar anthurium.

2. Mengetahui respon dua kultivar anthurium terhadap iradiasi sinar gamma.

Hipotesis

1. Terdapat nilai LD50 yang berbeda pada dua kultivar anthurium.

2. Setiap kultivar anthurium memberikan respon yang berbeda terhadap masing-masing dosis sinar gamma yang diaplikasikan.

3 http://www.trubus- online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1 &artid=669.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani

Anthurium merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis terutama di Columbia, Peru dan Amerika Latin. Nama anthurium berasal dari bahasa Yunani yaitu anthos (bunga) dan oura (ekor). Tanaman anthurium diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Arecales Famili : Araceae Genus : Anthurium

Spesies : Anthurium andreanum

Anthurium termasuk tanaman tahunan (perennial) dan berbatang basah (herbaceous). Batang umumnya tidak terlihat pada permukaan tanah, melainkan tumbuh di bawah permukaan tanah. Batangnya beruas-ruas dan digunakan sebagai tempat melekatnya tangkai daun dan mata tunas.

Anthurium dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu anthurium bunga dan anthurium daun. Anthurium bunga biasa dijadikan bunga potong. Ciri anthurium bunga antara lain tanaman produktif berbunga sepanjang tahun, bentuk dan warna seludang bunganya bermacam-macam dan ukuran daun relatif kecil. Contohnya adalah Anthurium andreanum, A. ferriense dan A. scherzerianum. Ciri anthurium daun antara lain kurang produktif berbunga, berdaun lebar dan

penampilan daun bermacam-macam. Contoh anthurium daun adalah

A. crystallinum, A. hookeri dan lain-lain.

Ukuran daun anthurium bunga kecil sampai sedang, dengan permukaan daun licin atau mengkilap. Bentuk daun bervariasi, meski umumnya berbentuk jantung. Tangkai daun panjang, tumbuh kuat menopang helaian daun, tingginya bisa mencapai 80 cm atau lebih (Tim Redaksi Flonaserial, 2006). Akarnya

(16)

tumbuh dari pangkal batang, berbentuk bulat kecil dan panjang, dapat menembus tanah mencapai 40 cm- 60 cm dari permukaan tanah (Rukmana, 1997).

Anthurium andreanum termasuk anthurium bunga. Nama Anthurium andreanum berasal dari ahli tumbuhan Perancis Edouard Andre. Pada tahun 1876

Edouard Andre menemukan jenis anthurium ini tumbuh di Columbia kemudian mengirimkannya ke nurseri Jaen Linden di Belgia. Penyebarannya terdapat di Equador dan Columbia. Anthurium andreanum tumbuh di hutan sekitar 400-1200 m di atas permukaan laut. Kultivar dari spesies ini sudah dihibridisasi sejak beberapa tahun silam dan merupakan awal mula dari bunga potong yang penting di Hawai 4.

Anthurium andreanum cv. mighty mouse atau biasa disebut anthurium ‘Mini’, tanamannya kecil, seludang bunga berwarna merah cerah dengan tongkol berwarna krem, bentuk daun agak bulat, dan batang berwarna hijau. Anthurium ‘Holland’ bentuk daunnya lebih panjang dan ukuran seludang bunga lebih besar dibanding anthurium ‘Mini’ dan batangnya ada yang berwarna merah (Gambar 1).

Anthurium ‘Holland’

Anthurium ‘Mini’

Gambar 1. Anthurium andreanum Kultivar Mini dan Holland

Syarat Tumbuh

Anthurium dapat ditanam dalam tanah maupun pot. Tanaman anthurium di daerah tropik dapat beradaptasi di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Daerah atau lingkungan tumbuh yang paling baik untuk pertumbuhan anthurium adalah di dataran menengah sampai

(17)

5

dataran tinggi dengan ketinggian 600–1400 m dpl. Suhu yang dibutuhkan untuk hidup anthurium cukup panas, antara 14-28ºC dan kelembaban udara antara 80-90%.

Anthurium bunga lebih menyenangi tempat teduh atau semi naungan. Tanaman anthurium membutuhkan sinar matahari tapi tidak secara langsung. Tanaman anthurium bisa dilindungi dengan menggunakan paranet 65% untuk daerah dataran rendah dan paranet 55% untuk daerah dataran sedang (Tim Redaksi Flonaserial, 2006).

Lahan untuk penanaman anthurium harus dipilih tanah yang subur, gembur, banyak mengandung zat organik, tidak mengandung hama atau penyakit tular tanah, pH antara 5.5–6.5 dan aerasi serta drainasenya baik (tidak menggenang).

Penanaman anthurium dalam pot atau gelas plastik membutuhkan medium tanah dengan campuran bahan anorganik dan organik. Bahan anorganik berupa tanah dan pasir. Bahan organik berupa kompos, pupuk kandang, cacahan batang pakis, humus, dan arang.

Perbanyakan Tanaman Anthurium

Tanaman anthurium berbunga sempurna dan berumah satu, yaitu pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Meskipun demikian penyerbukan sendiri pada bunga anthurium jarang terjadi karena waktu matang bunga betina dan bunga jantan tidak bersamaan (Rukmana, 1997).

Anthurium dapat diperbanyak secara generatif dengan biji. Biji anthurium berbentuk bulat telur terbalik yang dihasilkan melalui proses penyerbukan alami atau buatan. Umumnya biji dihasilkan setelah tiga bulan yang ditandai dengan warna coklat atau oranye pada buah.

Anthurium juga dapat diperbanyak secara vegetatif dengan pemisahan anakan dan stek. Pemisahan anakan dilakukan jika rumpun anthurium sudah mempunyai 2-3 anakan. Masing-masing anakan sudah mengeluarkan akar baru dan bisa dipisahkan dari induknya. Perbanyakan vegetatif dengan stek pada anthurium ada dua macam, yaitu stek batang dan stek pucuk. Stek batang dilakukan dengan cara memotong batang yang berada di bawah permukaan tanah, kemudian mata tunas ditanam. Stek pucuk dilakukan dengan cara memotong

(18)

bagian atas tanaman, dengan menyertakan 1-3 akar (Tim Redaksi Flonaserial, 2006).

Perbanyakan generatif umumnya dilakukan oleh pemulia dengan tujuan untuk menghasilkan jenis anthurium baru melalui teknik hibridisasi. Perbanyakan vegetatif memiliki keuntungan antara lain mempunyai sifat seperti induknya dan cepat mendapatkan tanaman berukuran besar atau menghasilkan bunga.

Mutasi

Mutasi adalah perubahan genetik baik sejumlah gen atau susunan kromosom maupun gen tunggal. Secara molekuler, mutasi terjadi karena adanya perubahan urutan (sequence) nukleotida DNA kromosom yang menyebabkan terjadinya perubahan pada protein yang dihasilkan. Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian dan pertumbuhan tanaman, namun lebih sering terjadi pada bagian sel yang aktif membelah, misalnya tunas dan biji (Poespodarsono, 1991).

Mutasi pada tanaman dapat menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tanaman baik bentuk maupun warna juga perubahan pada sifat lainnya. Tanaman hasil mutasi dinamakan mutan, sedangkan generasinya dinyatakan dengan M1,

M2, dan seterusnya. Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, generasinya

dinyatakan dengan MV1, MV2, dan seterusnya.

Poespodarsono (1991) meyatakan bahwa mutasi dibagi menjadi tiga yaitu mutasi kromosom, mutasi gen dan mutasi genom. Mutasi kromosom menunjukkan perubahan kromosom yang bisa berakibat berubahnya susunan beberapa gennya. Mutasi gen dapat terjadi dua arah, yaitu dari dominan keresesif atau sebaliknya. Mutasi genom dapat menyebabkan perubahan banyak gen, namun menurut Herawati (2000), mutasi berdasarkan perubahan yang terjadi dapat digolongkan menjadi mutasi gen dan mutasi kromosom. Mutasi gen adalah perubahan yang sangat kecil terjadi didalam struktur molekuler dari gen, yang dibagi menjadi dua yaitu pergantian pasangan basa dan perubahan kerangkanya. Mutasi kromosom adalah perubahan struktur yang meliputi penambahan, kehilangan atau penempatan kembali segmen kromosom.

Stansfield (1983) menyatakan mutasi alami merupakan kejadian langka, karena kebanyakan gen mempunyai sifat yang relatif stabil. Laju mutasi spontan

(19)

7

di alam sangat rendah, sekitar 1x10-5 atau 10-6. Penyebab mutasi alami antara lain sinar kosmos, batuan radioaktif dan sinar ultra violet matahari. Walaupun mutasi merupakan kejadian langka, mutasi dapat dilakukan melalui faktor yang menyebabkan mutasi yang disebut mutagen.

Menurut Poespodarsono (1991) mutagen dikelompokkan menjadi tiga, yaitu 1) mutagen fisik iradiasi seperti sinar X, sinar α, sinar β, sinar γ, 2) mutagen fisik non-radiasi, seperti sinar UV, serta 3) mutagen kimia seperti EMS (ethylene methane sulfonate), NMU (nitrosomethyl urea), NTG (nitrosoguanidine), dan sebagainya. Mutasi fisik non-radiasi berdaya tembus rendah, sehingga umumnya digunakan untuk mutasi mikroorganisme.

Mutasi yang banyak dilakukan dari ketiga mutagen tersebut dengan menggunakan mutagen fisik dengan radiasi atau penyinaran, terutama yang diaplikasikan pada tanaman hias. Radiasi pada tanaman hias dilakukan untuk mendapatkan sifat baru yang belum dimiliki oleh induk tanaman. Sumber radiasi yang digunakan antara lain sinar gamma, sinar neutron, sinar beta dan sinar X.

Dosis mutagen yang diberikan mempengaruhi kecepatan mutasi. Semakin tinggi dosis mutagen, semakin sering terjadi mutasi dan kematian gen yang tidak diharapkan. Dosis yang diharapkan efektif ialah yang hanya mengakibatkan kematian 50% dari populasi yang mendapat perlakuan. Dosis ini disebut Lethal Dosis 50 (Welsh dan Mogea, 1991).

Sinar Gamma

Sinar gamma paling sering digunakan untuk meradiasi karena mudah diaplikasikan dan menghasilkan frekuensi mutasi yang tinggi 5. Sinar gamma adalah sebuah bentuk energi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas seperti penghancuran elektron dan proton 6. Sinar gamma ditemukan pada tahun 1900 oleh P. Villard setelah ditemukannya sinar alfa dan sinar beta oleh E. Rutherford dan F. Soddy.

Radiasi sinar gamma biasanya diperoleh dari disintegrasi radioisotop-radioisotop Cesium-137 dan Cobalt-60. Cs-137 adalah radionuklida hasil fusi

5 http://www.trubus-online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1 &artid=669. Diakses pada

18 November 2007

(20)

uranium dan waktu paruhnya adalah 35.6 tahun. Co-60 adalah radionuklida yang dapat dihasilkan melalui aktivasi neutron dari berbagai jenis bahan yang mengandung unsur Cobalt dan waktu paruhnya adalah 5.3 tahun (Lubis, 1990). Tingkat radiasi energi sinar gamma yang dihasilkan reaktor nuklir mencapai lebih dari 10 MeV. Daya tembusnya ke dalam jaringan sangat dalam, bisa mencapai beberapa cm dan bersifat merusak jaringan yang dilewatinya (Van Harten, 1998).

Target utama dari perlakuan radiasi pengion yang dihasilkan sinar gamma adalah DNA. Perubahan kecil dalam suatu basa DNA dapat menyebabkan mutasi gen. Poespodarsono (1991) menyatakan bahwa radiasi bisa menyebabkan mutasi karena adanya tenaga kinetik yang tinggi yang membebani sel sehingga dapat mengubah atau mempengaruhi reaksi kimia yang mengakibatkan perubahan susunan kromosom.

Pemuliaan Mutasi

Istilah pemuliaan mutasi umumnya digunakan untuk menunjukkan pemakaian mutagen oleh pemulia tanaman dalam usahanya untuk menciptakan keragaman dari mutasi buatan. Bedanya dengan pemuliaan konvensional yaitu pada pemuliaan konvensional pemulia tergantung pada keragaman alami yang dapat diperoleh dari rekombinasi gen dan hibridisasi (Crowder, 1986).

Poehlman (1983) menyatakan teknik pemuliaan mutasi tidak terpisah dari teknik yang lain. Pemuliaan mutasi merupakan alat untuk menghasilkan keragaman jenis tanaman baru yang mungkin dapat dipergunakan untuk teknik pemuliaan konvensional. Boertjes dan Van Harten (1988) mengemukakan kelebihan utama dari pemuliaan mutasi adalah kemungkinan untuk merubah satu atau beberapa karakter tanpa merubah karakter penting lain yang sudah ada.

Keberhasilan dari pemuliaan mutasi akan terlihat bagus ketika pemulia mencari mutan spesifik yang belum ada dan sudah ada teknik screening untuk mengidentifikasi tanaman mutan apabila dihasilkannya mutasi. Hibridisasi diperlukan untuk memindahkan karakter mutan ke dalam genotipe yang seimbang dan stabil, sebelum digunakan sebagai kultivar baru (Poehlman, 1983).

Di Indonesia berbagai penelitian tentang induksi mutasi pada tanaman khususnya tanaman hias telah dilakukan. Kaepiyah (2004) melakukan penelitian

(21)

9

pengaruh radiasi sinar gamma terhadap keragaman semaklonal tanaman anyelir. Hasil penelitian tersebut menghasilkan perubahan warna bunga dari merah oranye menjadi warna merah muda pada perlakuan dosis 2 000 dan 3 000 rad.

Hasil penelitian Kendarini (2006) pada tanaman krisan yang menggunakan empat kultivar yaitu ’Fiji White’, ’Fiji Dark’, ’Stroika’, dan ’Puma White’ menunjukkan adanya perubahan warna bunga. Kultivar ’Fiji White’ berwarna putih menjadi kuning, kuning tua, dan bunga putih dengan ujung floret berwarna hijau. Kultivar ’Fiji Dark’ berwarna pink menjadi pink pucat, pink lebih gelap, salem, dan pink kekuning-kuningan.

Hasil penelitian Kaniasari (2005) yang menggunakan planlet mawar dengan tiga kultivar yaitu Megawati, Putri, dan Talitha menghasilkan nilai LD50

yang berbeda-beda yaitu 47.57 Gy, 55.32 Gy, dan 48.50 Gy. Kultivar Megawati yang diradiasi pada dosis 25 Gy dan 40 Gy menghasilkan tanaman yang tahan penyakit embun tepung.

(22)

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2007 hingga Maret 2008. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Desa Kayu Manis, Bogor. Iradiasi dengan sinar gamma dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR BATAN) Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman

A. andreanum

'Mini'

dan A. andreanum

'Holland' yang berumur kurang lebih tiga

bulan. Bahan lain yang digunakan adalah media tanam (Super Metan Plus) yang merupakan campuran dari tanah, kompos, pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1, pupuk daun (Gandasil D), pupuk NPK (Dekastar plus) dan pestisida organik.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari iradiator Gamma

Chamber 4000 A, paranet 65%, gelas plastik, penggaris, hand sprayer, gembor, The Royal Horticulture Colour Chart (RHCC) dan label.

(23)

11

Metode

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah genotipe Anthurium andreanum yang terdiri dari dua kultivar yaitu anthurium ‘Mini’ dan anthurium ‘Holland’. Faktor kedua adalah dosis iradiasi yang terdiri atas 10 taraf dosis yaitu (kontrol) 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 Gray. Setiap perlakuan terdiri dari 9 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diperlukan sebanyak 180 tanaman.

Model matematis rancangan yang digunakan yaitu : Yijk = µ + αi + ßj + (αß)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pengaruh kultivar ke-i, dosis radiasi ke-j, ulangan ke-k

µ = Nilai rataan populasi

αi = Pengaruh kultivar ke-i (i = 1, 2)

ßj = Pengaruh dosis iradiasi ke-j (j = 1,2...10)

(αß)ij = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dengan dosis iradiasi ke-j

εijk = Pengaruh galat percobaan kultivar ke-i, dosis ke-j dan ulangan ke-k Data yang diperoleh diuji dengan uji F. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan DMRT pada taraf 5%. Nilai LD50 didapatkan berdasarkan

persentase tanaman hidup per kultivar dengan mengunakan program curve-fit

analysis.

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa tahap sebagai berikut : 1. Persiapan bahan

Tahapan ini meliputi persiapan tempat dan media tanam. Green house dan rak yang digunakan dibersihkan. Setelah itu dilakukan persiapan media tanam. Media tanam yang digunakan mengandung tanah, pupuk kandang, dan kompos. Media tersebut dimasukkan dalam gelas plastik yang sudah diberi label, kemudian disusun berdasarkan taraf perlakuan.

(24)

2. Iradiasi bibit dengan sinar gamma

Akar tanaman anthurium dibersihkan dari media tanah, lalu tanaman di masukkan ke dalam kantong kertas yang telah diberi label sesuai dengan taraf iradiasinya. Bahan tanaman baik yang diradiasi maupun yang tidak diradiasi (0 Gy) dibawa ke BATAN untuk memastikan tindakan yang diberikan seragam untuk semua tanaman. Tanaman diradiasi dengan menggunakan alat Gamma Chamber 4000A. Iradiasi yang dilakukan merupakan iradiasi tunggal atau acute irradiation, yaitu teknik pemberian iradiasi dengan satu kali penyinaran. Lamanya waktu radiasi sesuai dengan dosisnya.

3. Tahap pemeliharaan

Tanaman yang sudah diradiasi dipindahkan ke dalam gelas plastik yang sudah diisi media tanam. Tanaman ini diletakkan di dalam greenhouse dengan paranet 65%. Penyiraman dilakukan dua hari sekali. Pupuk NPK diberikan satu bulan sekali, sedangkan pupuk daun diberikan satu minggu sekali. Apabila terdapat serangan hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan pestisida organik yang diberikan dua minggu sekali dengan dosis anjuran, sedangkan untuk pencegahan diberikan satu bulan sekali.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap berbagai peubah sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm), dihitung dari permukaan tanah sampai panjang daun tertinggi

2. Panjang tangkai daun (cm), dihitung dari permukaan tanah sampai tangkai tertinggi

3. Jumlah daun per tanaman

4. Ukuran daun yang meliputi panjang dan lebar daun (cm), dihitung pada daun yang terpanjang dan terlebar

5. Keragaman daun yang meliputi bentuk dan warna daun (diamati dengan RHCC)

(25)

13

6. Persentase tanaman hidup setelah iradiasi, dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang hidup dibagi dengan total tanaman untuk masing-masing kultivar pada dosis radiasi tertentu.

(26)

Kondisi iklim di daerah Kayu Manis, Salabenda, Bogor berdasarkan data BMG selama penelitian berlangsung dari bulan November 2007–Maret 2008, memiliki kisaran suhu 21.2-25.7ºC, curah hujan 251-673 mm/bulan dan kelembaban 80.9-90%. Kondisi iklim tersebut sesuai untuk pertumbuhan tanaman anthurium.

Hama yang menyerang tanaman anthurium pada penelitian ini adalah kutu putih, kutu daun, tungau dan siput. Kutu putih biasanya berada di bawah permukaan daun dan batang, hama ini menghisap cairan sel. Hama kutu daun mengeluarkan cairan madu yang dapat mengundang kehadiran semut dan bergerombol pada pucuk daun. Hama tungau yang menyerang anthurium ini berukuran kecil, berwarna merah kecoklatan dan melekat erat pada daun dan tangkai daun anthurium. Ketiga hama tersebut dikendalikan dengan penyemprotan pestisida organik. Hama siput memakan daun anthurium sehingga menyebabkan daun berlubang. Upaya pengendaliannya dengan cara mekanis yaitu diambil lalu dibuang. Hama-hama tersebut hanya menyerang beberapa tanaman dan tidak sampai menyebabkan kematian pada tanaman anthurium.

Gulma yang sering ditemukan di rumah plastik adalah gulma yang berasal dari rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh sehingga tidak menggangu pertumbuhan tanaman anthurium.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3. Tanaman Anthurium yang Terserang Hama dan Gulma (a) Serangan Kutu Putih

(b) Serangan Kutu Daun (c) Serangan Tungau (d) Serangan Gulma

(27)

15

Lethal Dosis 50

LD50 adalah dosis yang menyebabkan kematian 50 % dari populasi yang

diradiasi. Kisaran dari taraf dosis iradiasi yang diaplikasikan sangat penting dalam menentukan dosis yang optimum pada tanaman yang akan diradiasi (Boertjes dan Van Harten, 1988), namun belum ditemukan literatur yang mendukung untuk penggunaan dosis optimum iradiasi sinar gamma pada bibit tanaman A.

andreanum sehingga digunakan aplikasi taraf dosis 10-90 Gy. Literatur yang

mendukung hanya ada pada aplikasi iradiasi menggunakan kultur jaringan pada kalus dengan dosis optimum 7.5 Gy (Boertjes dan Van Harten, 1988).

Nilai LD50 didapat dari perhitungan persentase tanaman yang hidup

setelah iradiasi dengan menggunakan curve fit analysis. Menurut Aisyah (2006), analisis statistik pada program ini merupakan penggabungan antara “model-

driven analysis” dan “data-driven analysis” sehingga model persamaan

matematika yang diperoleh dari pola kematian populasi genotipe-genotipe yang digunakan tidak harus sama antara genotipe yang satu dengan yang lainnya. Model dengan koefisien korelasi (r) yang tertinggi yang digunakan.

Tabel 1. Persentase Tanaman yang Hidup Dua Bulan Setelah Iradiasi

Dosis Tanaman Hidup (%)

(Gray) Mini Holland 0 100 100 10 88.89 33.33 20 88.89 66.67 30 88.89 55.56 40 100 22.22 50 88.89 22.22 60 100 77.78 70 88.89 44.44 80 44.44 55.56 90 88.89 55.56

Persentase tanaman hidup yang diamati mulai 1 MSI (Minggu Setelah Iradiasi) hingga 8 MSI menunjukkan respon yang berbeda antara A. andreanum

'Mini'

dan A. andreanum

'Holland'. Kultivar anthurium ‘Mini’ dapat bertahan

hidup pada dosis 40 Gy dan 60 Gy, sedangkan kultivar anthurium ‘Holland’ dari dosis 10 Gy sampai 90 Gy mulai banyak yang mati. Tabel 1 menunjukkan bahwa

(28)

secara umum persentase tanaman hidup pada kultivar anthurium ‘Mini’ lebih besar daripada kultivar anthurium ‘Holland’, kecuali pada dosis 80 Gy.

Radiosensitivitas adalah tingkat sensitivitas tanaman terhadap radiasi. Hal yang mempengaruhi radiosensitivitas antara lain kultivar tanaman, jenis bahan yang menerima radiasi, jenis radiasi, dan teknik iradiasi (Aisyah, 2006). Menurut Datta (2001) dalam Aisyah (2006), radiosensitivitas dapat diamati dari nilai LD50,

adanya hambatan pertumbuhan atau letalitas, mutasi somatik, patahan kromosom, serta jumlah dan ukuran kromosom.

Roy (2000) menyatakan bahwa radiosensitivitas berbeda-beda antar spesies tanaman. Radiosensitivitas tergantung pada kandungan inti sel (semakin banyak kandungan DNA, tanaman semakin sensitif), jumlah kromosom (semakin sedikit jumlah kromosom, tanaman semakin sensitif), tingkat ploidi (semakin tinggi tingkat ploidi, semakin rendah sensitivitasnya). Selain faktor genetik, kondisi iklim dan lingkungan lainnya sebelum dan sesudah perlakuan dari biji atau bagian tanaman yang diradiasi juga mempengaruhi radiosensitivitas.

S = 14.85213238 r = 0.72622110

Dosis Iradiasi (Gy)

P e rsent as e T anam a n H id u p 0.0 16.5 33.0 49.5 66.0 82.5 99.0 38.88 50.00 61.11 72.22 83.33 94.44 105.5 6

Gambar 4. Kurva Persentase Tanaman Hidup pada Anthurium ‘Mini’ Setelah Iradiasi

Pola sebaran persentase tanaman hidup pada anthurium ‘Mini’ dideskripsikan dengan fungsi Polynomial Fit yang merupakan fungsi terbaik pada

(29)

17

persamaan Y= 102.99 – 3.645x + 0.205x2 - 0.003x3 (Gambar 4).Nilai LD50 yang

diperoleh dari hasil persamaan tersebut sebesar 134.47 Gy.

S = 23.35084025 r = 0.62633253

Dosis Iradiasi (Gy)

P e rs e n ta s e Tana m a n H id u p 0.0 16.5 33.0 49.5 66.0 82.5 99.0 14.44 30.00 45.55 61.11 76.67 92.22 107.7 8

Gambar 5. Kurva Persentase Tanaman Hidup pada Anthurium ‘Holland’ Setelah Iradiasi

Pola sebaran persentase tanaman hidup pada anthurium ‘Holland’ dideskripsikan dengan fungsi Polynomial Fit yang merupakan fungsi terbaik pada

curve-fit analysis dengan nilai keterandalan model r = 0.626 dan memiliki

persamaan Y= 90.63 – 3.48x + 0.07 x2 (Gambar 5). Nilai LD50 yang diperoleh

darihasil persamaan tersebut sebesar 62.17 Gy.

Pada pengujian LD50 (Gambar 4 dan 5) terlihat bahwa masing-masing

kultivar menunjukkan tingkat radiosensitivitas yang berbeda. Dilihat dari nilai LD50 yang diperoleh, maka diduga bahwa radiosensitivitas anthurium ‘Holland’

lebih tinggi dibanding radiosensitivitas anthurium ‘Mini’.

Menurut Aisyah (2006) setiap spesies tanaman atau setiap klon dalam suatu spesies tanaman mempunyai tingkat sensitivitas terhadap radiasi yang berbeda-beda.

(30)

Karakter Kuantitatif

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji F Peubah Karakter Kuantitatif Anthurium

andreanum

Sumber MSI Tinggi Panjang Tangkai Panjang Lebar Jumlah Keragaman Tanaman Daun Daun Daun Daun

Kultivar 2 ** ** ** ** 4 ** ** ** ** 6 ** ** ** ** ** 8 ** ** ** ** ** 10 ** ** ** ** ** 12 ** ** ** ** ** 14 ** ** ** ** ** 16 ** ** ** ** ** 18 ** ** ** * tn Dosis 2 * * tn ** 4 ** ** ** ** 6 ** ** ** ** ** 8 ** ** * ** ** 10 ** ** ** ** ** 12 ** ** ** ** ** 14 ** ** ** ** ** 16 ** ** ** ** ** 18 ** ** ** ** ** Kultivar* Dosis 2 tn tn tn ** 4 ** ** * ** 6 * ** ** * * 8 ** * * * * 10 ** * * * tn 12 ** ** ** ** tn 14 ** * ** ** tn 16 ** * ** ** tn 18 ** ** ** ** *

Ket: * berbeda nyata pada taraf 5%. ** berbeda nyata pada taraf 1%. tn tidak berbeda nyata, MSI (Minggu Setelah Iradiasi). Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

(31)

19

Hasil uji F pada tabel 2 menunjukkan bahwa kultivar Anthurium

andreanum, dosis iradiasi sinar gamma, dan interaksi antara kultivar dan dosis

iradiasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelima peubah karakter kuantitatif yang diamati. Pada perlakuan faktor tunggal kultivar anthurium terdapat perbedaan yang nyata hampir di semua peubah yang diamati kecuali peubah jumlah daun 18 MSI. Perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan juga menunjukkan adanya perbedaan yang nyata hampir di semua peubah yang diamati, kecuali pada peubah lebar daun 2 MSI. Hal ini diduga karena kultivar A. andreanum yang digunakan memberikan respon yang berbeda terhadap perlakuan dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan. Interaksi antara dua kultivar A. andreanum dan dosis iradiasi yang diaplikasikan juga memberikan perbedaan yang nyata, kecuali pada peubah panjang tangkai daun 2 MSI, panjang daun 2 MSI, lebar daun 2 MSI, dan jumlah daun 10-16 MSI.

a. Tinggi Tanaman

Tabel 3 menunjukkan bahwa kedua kultivar anthurium berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman. Kultivar anthurium ‘Mini’ memiliki rataan tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada kultivar anthurium ‘Holland’ dari 6 MSI sampai 18 MSI.

Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji

Tinggi Tanaman (cm) Kultivar

6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

Mini 3.010a 2.966a 2.884a 2.739a 2.691a 2.430a 2.273a

Holland 2.023b 2.078b 2.018b 1.933b 1.830b 1.809b 1.799b

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan

(32)

Tabel 4. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Tinggi Tanaman

Dosis Tinggi Tanaman (cm)

(Gy) 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

0 3.157a 3.345a 3.396a 3.428a 3.449a 3.660a 3.758a

10 2.346bc 2.220bcd 2.223bcd 2.097bc 1.871b 1.852bc 1.868bc

20 2.846ab 2.794abc 2.741abc 2.388bc 2.252b 2.204bc 1.789bc

30 2.619abc 2.628bcd 2.376bcd 2.258bc 2.264b 2.120bc 2.129b

40 2.315bc 2.324bcd 2.329bcd 2.216bc 2.365b 2.331b 2.226b

50 2.255bc 2.088cd 2.101cd 2.106bc 2.136b 1.979bc 1.963b

60 2.954ab 2.945ab 2.951ab 2.884ab 2.484b 2.170bc 2.031b

70 2.334bc 2.475bcd 2.439bcd 2.385bc 2.394b 2.311b 2.369b

80 1.929c 1.950d 1.928d 1.689c 1.752b 1.469cd 1.126c

90 2.412bc 2.456bcd 2.031cd 1.913c 1.641b 1.104d 1.106c

Ket:angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman. Tanaman kontrol memiliki rata-rata tinggi tanaman tertinggi dari 6 MSI sampai 18 MSI. Hal ini menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman anthurium yang diradiasi lebih lambat dari pertumbuhan tinggi tanaman kontrol. Rataan tinggi tanaman terendah ada pada dosis 80 Gy, tetapi setelah 12 MSI rataan tinggi tanaman terendah ada pada dosis 90 Gy.

Menurut Boertjes dan Van Harten (1988), setelah perlakuan iradiasi terjadi pengaruh yang dibedakan menjadi kerusakan fisiologis (utama) dan kerusakan genetik (mutasi). Kerusakan fisiologis tersebut dapat berupa kematian sel, terhambatnya pembelahan sel, pengaruh pertumbuhan rata-rata, peningkatan frekuensi pembentukan jaringan dan perubahan pada kapasitas bereproduksi. Boertjes dan Van Harten (1988) menyatakan bahwa kerusakan fisiologis biasanya tidak diturunkan dan biasanya hanya terjadi pada generasi pertama dari populasi tanaman yang diradiasi (M1).

(33)

21

Kontol Mini Mini Dosis 30 Gy Kontrol Holland Holland Dosis 90 Gy

Gambar 6. Perbedaan Tinggi Tanaman Anthurium ‘Mini’ dan Anthurium ‘Holland’

Mini Holland

Gambar 7. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Tinggi Tanaman pada 18 MSI

Interaksi antara dosis iradiasi sinar gamma dan kultivar anthurium memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan tinggi tanaman (Gambar 7). Rataan tinggi tanaman terendah pada anthurium ‘Mini’ ada pada dosis 80 Gy, dan rataan tinggi tanaman terendah pada anthurium ‘Holland’ ada pada dosis 10 Gy.

b. Panjang Tangkai Daun

Tabel 5 menunjukkan bahwa kedua kultivar anthurium berpengaruh nyata terhadap peubah panjang tangkai daun. Kultivar anthurium ‘Mini’ memiliki rataan panjang tangkai daun lebih tinggi daripada kultivar anthurium ‘Holland’ dari awal sampai akhir pengamatan.

(34)

Tabel 5. Rata-Rata Panjang Tangkai Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji

Panjang Tangkai Daun (cm) Kultivar

2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

Mini 2.623a 2.468a 2.426a 2.377a 2.307a 2.207a 2.166a 2.045a 1.836a

Holland 1.804b 1.734b 1.640b 1.692b 1.638b 1.569b 1.500b 1.489b 1.477b

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

Tabel 6. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun

Dosis Panjang Tangkai Daun (cm)

(Gy) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

0 2.618a 2.577a 2.559a 2.669a 2.667a 2.698a 2.707a 2.839a 2.892a

10 2.254abc 1.982bc 1.907bc 1.824bcd 1.833bc 1.752bc 1.606bc 1.563bcd 1.567b

20 2.488ab 2.403ab 2.271ab 2.243abc 2.161abc 1.906bc 1.823bc 2.149b 1.496bc

30 2.11bc 2.123abc 2.088abc 2.118bcd 1.927bc 1.808bc 1.845bc 1.727bc 1.626b

40 1.972c 1.862c 1.844bc 1.881bcd 1.868bc 1.844bc 1.932bc 1.891bc 1.814b

50 2.014bc 1.831c 1.859bc 1.741cd 1.733c 1.727bc 1.752bc 1.643bcd 1.632b

60 2.371abc 2.372ab 2.348ab 2.302ab 2.318ab 2.261ab 1.974b 1.763bc 1.663b

70 2.121bc 2.108abc 1.997bc 2.013bcd 1.977bc 1.931bc 1.948bc 1.854bc 1.871b

80 2.041bc 1.628c 1.574c 1.616d 1.610c 1.432c 1.403bc 1.253cd 1.013c

90 2.173abc 2.124abcd 1.881bc 1.936bcd 1.628c 1.523c 1.341c 0.989d 0.991c

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap rata-rata panjang tangkai daun. Tanaman kontrol memiliki rataan panjang tangkai daun tertinggi dari awal sampai akhir pengamatan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan panjang tangkai daun tanaman anthurium yang diradiasi lebih lambat dari pertumbuhan panjang tangkai daun tanaman kontrol.

Induksi dengan mutagen sebenarnya merupakan perlakuan yang merusak, bukan penyusunan, pengaturan atau perekayasaan gen. Oleh karena itu kerusakan yang terjadi berlaku umum yaitu semua sel akan dirusak sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman mengalami gangguan (Ismachin 1994 dalam Suskandari 1999).

Rataan panjang tangkai daun terendah ada pada dosis 40 Gy, setelah 2 MSI rataan tanaman terendah ada pada dosis 80 Gy, tetapi setelah 12 MSI rataan panjang tangkai daun terendah ada pada dosis 90 Gy. Hal ini diduga karena efek

(35)

23

iradiasi sinar gamma bersifat acak. Ishak (1997) menyatakan mutasi akibat iradiasi bersifat random karena energi yang dipancarkan akibat iradiasi akan mengenai sasarannya secara acak.

Mini Holland

Gambar 8. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun pada 18 MSI

Interaksi antara dosis iradiasi sinar gamma dan kultivar anthurium memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan panjang tangkai daun (Gambar 8), kecuali pada 2 MSI. Rataan panjang tangkai daun terendah pada anthurium ‘Mini’ ada pada dosis 80 Gy, dan rataan panjang tangkai daun terendah pada anthurium ‘Holland’ ada pada dosis 10 Gy.

c. Ukuran Daun

Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa kedua kultivar anthurium berpengaruh nyata terhadap peubah ukuran daun, baik panjang maupun lebar daun. Kultivar anthurium ‘Mini’ memiliki rata-rata daun terpanjang dan daun terlebar dari awal sampai dengan akhir pengamatan.

(36)

Tabel 7. Rata-Rata Panjang Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji

Panjang Daun (cm) Kultivar

2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

Mini 2.188a 2.105a 2.054a 2.026a 1.965a 1.877a 1.831a 1.696a 1.597a

Holland 1.659b 1.603b 1.526b 1.576b 1.502b 1.441b 1.373b 1.366b 1.352b

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

Tabel 8. Rata-Rata Lebar Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji

Lebar Daun (cm) Kultivar

2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

Mini 1.865a 1.811a 1.775a 1.751a 1.715a 1.609a 1.587a 1.487a 1.413a

Holland 1.495b 1.455b 1.394b 1.400b 1.374b 1.304b 1.248b 1.235b 1.233b

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

Perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma (Tabel 2) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap peubah lebar daun pada 2 MSI. Pada tabel 9 dan tabel 10 terlihat bahwa dari awal sampai akhir pengamatan, tanaman kontrol memiliki rataan panjang dan lebar daun tertinggi. Hal ini menunjukkan pertumbuhan panjang dan lebar daun tanaman anthurium yang diradiasi lebih lambat dari pertumbuhan panjang dan lebar daun tanaman kontrol, seperti pada karakter tinggi tanaman dan panjang tangkai daun.

Rataan panjang dan lebar daun terendah pada tanaman yang teradiasi tidak berpola seperti halnya pada karakter panjang tangkai daun, sehingga dapat diduga hal yang sama seperti pada penjelasan karakter panjang tangkai daun.

(37)

25

Tabel 9. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Panjang Daun

Dosis Panjang Daun (cm)

(Gy) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

0 2.217a 2.223a 2.221a 2.225a 2.269a 2.277a 2.294a 2.473a 2.514a

10 1.905abc 1.792bcd 1.691bcd 1.597bc 1.600bc 1.528bc 1.371bc 1.352bcd 1.355bc

20 2.161ab 2.080ab 1.979abc 1.899abc 1.889abc 1.682bc 1.610bc 1.539bc 1.311bc

30 1.856abc 1.867abcd 1.818abcd 2.082ab 1.686bc 1.594bc 1.601bc 1.532bc 1.534b

40 1.776bc 1.706bcd 1.679bcd 1.687bc 1.689bc 1.668bc 1.678bc 1.673b 1.601b

50 1.704c 1.603cd 1.588cd 1.524c 1.505c 1.510c 1.527bc 1.438bc 1.427b

60 2.087abc 2.116ab 2.039ab 2.057ab 2.029ab 1.988ab 1.748b 1.557bc 1.472b

70 1.803bc 1.799abcd 1.716bcd 1.730abc 1.709bc 1.660bc 1.678bc 1.647b 1.643b

80 1.772bc 1.452d 1.437d 1.451c 1.451c 1.283c 1.272bc 1.154cd 0.944c

90 1.958abc 1.903abc 1.734bcd 1.756abc 1.507c 1.402c 1.239c 0.948d 0.948c

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

Tabel 10. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Lebar Daun

Dosis Lebar Daun (cm)

(Gy) 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

0 1.942a 1.923a 1.953a 1.974a 1.948a 1.963a 2.067a 2.117a

10 1.594abcd 1.512bcd 1.420c 1.436bc 1.363bc 1.241bc 1.232bcd 1.236bc

20 1.811ab 1.735abc 1.681abc 1.673abc 1.461bc 1.429bc 1.387bc 1.210bc 30 1.631abcd 1.599abcd 1.602abc 1.502bc 1.424bc 1.437bc 1.349bc 1.356b 40 1.518bcd 1.497bcd 1.496bc 1.494bc 1.487bc 1.484b 1.483b 1.427b

50 1.407cd 1.418cd 1.353c 1.366c 1.338bc 1.354bc 1.294bc 1.275bc

60 1.842ab 1.793ab 1.816ab 1.818ab 1.711ab 1.539b 1.373bc 1.319b

70 1.607abcd 1.540bcd 1.538bc 1.509bc 1.475bc 1.492b 1.456b 1.464b

80 1.309d 1.293d 1.359c 1.312c 1.152a 1.155bc 1.065cd 0.917c

90 1.669abc 1.536bcd 1.542bc 1.359c 1.209c 1.082c 0.907d 0.908c Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

Mini Holland

Gambar 9. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Panjang Daun pada 18 MSI

(38)

Mini Holland

Gambar 10. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Lebar Daun pada 18 MSI Interaksi antara dosis iradiasi sinar gamma dan kultivar anthurium memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran daun baik panjang maupun lebar daun (Gambar 9 dan 10) kecuali pada panjang dan lebar daun 2 MSI. Rataan panjang dan lebar daun terendah pada anthurium ‘Mini’ ada pada dosis 80 Gy, dan rataan panjang dan lebar daun terendah pada anthurium ‘Holland’ ada pada dosis 10 Gy.

d. Jumlah Daun

Tabel 11 menunjukkan bahwa kedua kultivar anthurium berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun kecuali pada 18 MSI. Kultivar anthurium ‘Mini’ memiliki rata-rata jumlah daun terbanyak dibandingkan kultivar anthurium ‘Holland’ dari awal sampai dengan akhir pengamatan.

Tabel 11. Rata-Rata Jumlah Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji

Jumlah Daun (cm) Kultivar

2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

Mini 2.017a 1.861a 1.836a 1.769a 1.738a 1.651a 1.554a 1.423a 1.329a

Holland 1.628b 1.525b 1.478b 1.447b 1.398b 1.346b 1.259b 1.237b 1.191a

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

(39)

27

Tabel 12. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Jumlah Daun

Dosis Jumlah Daun (cm)

(Gy) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI

0 2.240a 2.134a 2.221a 2.130a 2.208a 2.221a 2.241 a 2.204a 2.243a

10 1.784bc 1.601bcd 1.500c 1.443cd 1.411cd 1.371bc 1.237bc 1.207bcd 1.155bc

20 2.194a 1.996ab 1.941ab 1.826abc 1.766bc 1.532bc 1.492b 1.386b 1.168bc

30 1.684bc 1.640bcd 1.620bc 1.604bcd 1.455bcd 1.427bc 1.387bc 1.349b 1.298b

40 1.630bc 1.531cd 1.521bc 1.509cd 1.521bcd 1.521bc 1.412bc 1.300bc 1.212bc

50 1.632bc 1.509cd 1.452c 1.392cd 1.365cd 1.352bc 1.276bc 1.233bcd 1.137bcd

60 2.042ab 1.994ab 1.950ab 1.950ab 1.885ab 1.761b 1.491b 1.383b 1.330b

70 1.785bc 1.769abc 1.721bc 1.632bcd 1.629bcd 1.576b 1.509b 1.413b 1.399b

80 1.524c 1.269d 1.269c 1.242d 1.206d 1.113c 1.018c 0.936cd 0.795d

90 1.71bc 1.490cd 1.373c 1.353d 1.232d 1.111c 1.001c 0.887d 0.867cd

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi √(x + 0.5)

Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap peubah jumlah daun anthurium. Tanaman kontrol memiliki rataan jumlah daun terbanyak dari awal sampai akhir pengamatan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan jumlah daun tanaman anthurium yang diradiasi lebih lambat dari pertumbuhan jumlah daun tanaman kontrol.

Mini Holland

Gambar 11. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Jumlah Daun pada 18 MSI Interaksi antara dosis iradiasi sinar gamma dan kultivar anthurium memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan jumlah daun (Gambar 11) kecuali pada interaksi 10 MSI sampai 16 MSI. Rataan jumlah daun terendah pada

(40)

anthurium ‘Mini’ ada pada dosis 80 Gy, dan rataan jumlah daun terendah pada anthurium ‘Holland’ ada pada dosis 10 Gy.

Perbedaan dari karakter kuantitatif yang diamati pada ukuran dan jumlah daun antara tanaman kontrol dan tanaman yang diradiasi pada kedua kultivar

A. andreanum dapat dilihat dari Gambar 12 dan Gambar 13.

Gambar 12. Perbedaan Karakter Kuantitatif Ukuran dan Jumlah Daun pada A. andreanum ‘Mini’ Setelah Iradiasi Sinar Gamma

Gambar 13. Perbedaan Karakter Kuantitatif Ukuran dan Jumlah Daun pada A. andreanum ‘Holland’ Setelah Iradiasi Sinar Gamma

(41)

29

Karakter Kualitatif

Selain karakter kuantitatif, pengamatan karakter kualitatif juga dilakukan pada akhir pengamatan, antara lain terhadap morfologi vegetatif tanaman yang meliputi bentuk dan warna daun. Secara visual bentuk daun pada A. andreanum ‘Mini’ tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara tanaman yang diradiasi dengan tanaman kontrol, begitu juga dengan bentuk daun A. andreanum ‘Holland’. Kondisi tersebut juga terjadi pada induksi mutasi pada bentuk daun spesies melati Jasminum mensyi yang diradiasi melalui sinar gamma (Hapsari, 2004).

Karakter kualitatif warna daun menunjukkan adanya perubahan antara tanaman kontrol dengan tanaman yang diradiasi (Gambar 14). Tanaman kontrol kedua kultivar mempunyai warna daun dark green 137A. Kedua kultivar anthurium pada dosis 60 Gy mempunyai warna daun yang sama yaitu dark green 144A. Warna daun pada A. andreanum ‘Mini’ dosis 10 Gy, 40 Gy dan 50 Gy sama dengan warna daun A. andreanum ‘Holland’ dosis 30 Gy yaitu dark green 144A dan green 137C (Tabel 13).

Dark green 144A Green 137C

Dark green 137A

Gambar 14. Perbedaan Warna Daun Tanaman Kontrol dan Tanaman yang Diradiasi Sinar Gamma

Warna daun pada anthurium ‘Mini’ dosis 80 Gy dan 90 Gy tidak dapat diidentifikasi karena semua tanaman pada dosis tersebut mati. Ratnasari (2007) menyatakan perubahan warna daun menjadi lebih terang dapat disebabkan oleh mutasi yang mengakibatkan gangguan fisiologis pada sintesis klorofil yang mengakibatkan defisiensi klorofil.

(42)

Tabel 13. Warna Daun Dua Kultivar Anthurium pada Beberapa Perlakuan Dosis Iradiasi Sinar Gamma

Dosis Warna Daun (RHCC)

(Gray) A. andreanum A. andreanum

‘Mini’ ‘Holland’

0 dark green 137A dark green 137A

10 dark green 144A dark green 144A

green 137C

20 green 137C dark green 137A

30 dark green 144A dark green 144A

green 137C

40 dark green 144A dark green 144A

green 137C

50 dark green 144A green 137C

green 137C

60 dark green 144A dark green 144A

70 dark green 144A green 137C

80 - green 137C

90 - dark green 144A

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Nilai LD50 dengan iradiasi sinar gamma pada bibit A. andreanum ‘Mini’

diperoleh sebesar 134.47 Gy dan pada bibit A. andreanum ‘Holland’ diperoleh sebesar 62.17 Gy. Radiosensitivitas A. andreanum ‘Holland’ lebih tinggi daripada

A. andreanum ‘Mini’ berdasarkan nilai LD50 yang diperoleh dan respon yang

diberikan terhadap dosis iradiasi yang diaplikasikan.

Setiap kultivar A. andreanum memberikan respon yang berbeda terhadap dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan. Radiasi sinar gamma cenderung menurunkan persentase tanaman hidup, menghambat pertumbuhan tinggi dan panjang tangkai daun, menurunkan jumlah daun dan ukuran daun baik panjang dan lebar daun pada dua kultivar A. andreanum yang digunakan. Pada anthurium ‘Mini’ rata-rata dari kelima peubah yang diamati mempunyai nilai terendah pada dosis 80 Gy, sedangkan pada anthurium ‘Holland’ rata-rata dari kelima peubah yang diamati mempunyai nilai terendah pada dosis 10 Gy.

Karakter kualitatif pada peubah bentuk daun kedua kultivar anthurium tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok antara tanaman yang diradiasi dengan tanaman kontrol. Karakter kualitatif warna daun menunjukkan adanya perubahan antara tanaman kontrol (dark green 137A) dengan tanaman yang diradiasi (dark green 144A dan green 137C).

Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mengaplikasikan dosis iradiasi sinar gamma pada kisaran taraf dosis yang mendekati nilai LD50 untuk

mendapatkan mutan-mutan yang diinginkan, pemilihan kultivar dan bahan tanaman yang diradiasi pada tanaman anthurium. Pemilihan bahan tanaman yang diradiasi sebaiknya dilakukan pada bagian tanaman yang masih aktif membelah atau pada planlet hasil kultur jaringan tanaman anthurium. Penggunaan beberapa teknik iradiasi seperi iradiasi terbagi (fractionated irradiation) dan iradiasi berulang (intermittent irradiation dan recurrent iraadiation) juga perlu dilakukan untuk mengetahui teknik iradiasi mana yang paling baik.

(44)

Linn.) dan Pengujian Stabilitas Mutannya yang Diperbanyak Secara Vegetatif. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 195 hal.

Boertjes, C. and A. M. Van Harten. 1988. Applied Mutation Breeding for Vegetatively Propagated Crops. Elvesier. Amsterdam. 345 p.

Crowder, L. V. 1986. Plant Genetics. (Terjemahan). Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 499 hal.

Gomez, K. A. and A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. (Terjemahan). Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. 698 hal.

Hapsari, L. 2004. Induksi Mutasi pada Melati (Jasminum spp.) Melalui Iradiasi Sinar Gamma. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 42 hal.

Herawati, T. dan R. Setiamiharja. 2000. Diktat Kuliah Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Universitas Padjajaran. Bandung. 95 hal.

Ishak. 1997. Studi Pembentukan Akar dan Regenerasi Tanaman dari Suspensi Sel

Asparagus officinalis yang Diradiasi Gamma. BATAN. Risalah Seminar

Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta. Kaepiyah, N. T. 2004. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma terhadap Keragaman

Semaklonal Tanaman anyelir (Dianthus caryophyllus L.) Hasil Perbanyakan In Vitro pada Penanaman di Lapang. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 44 hal.

Kaniasari, N. 2005. Mutasi Induksi Melalui Sinar Gamma pada Planlet Mawar (Rosa hybrida L.). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 37 hal.

Kendarini, N. 2006. Penggunaan Radiasi Sinar Gamma untuk Induksi Keragaman Semaklonal pada Krisan (Dendranthema grandiflora Tzelev). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 73 hal.

Lubis, E. 1990. Sorpsi Cs-137 dan Co-60 oleh tanah permukaan RSG-LP dan sedimen Sungai Cisadane. Majalah BATAN. 23 (1):1-12.

Poehlman, J. M. 1983. Breeding Field Crops. The Avi Publishing Company Inc. Connecticut. 486 p.

Poespodarsono, S. 1991. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor. 169 hal.

(45)

33

Ratnasari. 2007. Evaluasi Keragaan Fenotipe Melati (Jasminum spp.) Hasil Iradiasi Berulang Sinar Gamma. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 38 hal.

Rukmana, R. 1997. Anthurium. Kanisius. Yogyakarta. 55 hal.

Roy, D. 2000. Plant Breeding Analysis and Exploitation of Variation. Narosa Publishing House. New Delhi. 701 p.

Stansfield, W. D. 1983. Theory and Problems of Geneticts. Second Edition. McGraw Hill Inc. New York. 392 p.

Suskandari, K., Soertini dan S. Rianawati. 1999. Mutasi induksi sinar gamma pada Anggrek Vanda Genta Bandung. Zuriat. 10 (1):27-34.

Tim Redaksi Flonaserial. 2006. Daun-Bunga Anthurium Mewah dan Fenomenal. Samindra Utama. Jakarta. 128 hal.

Van Harten, A. M. 1998. Mutation breeding, Theory and Practical Aplications. Cambridge University Press. Cambridge. 353 p.

Welsh dan Mogea. 1991. Dasar-Dasar Genetika Tanaman dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga. Jakarta. 223 hal.

(46)
(47)

35

Tabel Lampiran 1. Dosis dan Lamanya Waktu Radiasi

Dosis Waktu Radiasi

1 krad 33 detik

2 krad 1 menit 6 detik

3 krad 1 menit 39 detik

4 krad 2 menit 12 detik

5 krad 2 menit 45 detik

6 krad 3 menit 18 detik

7 krad 3 menit 51 detik

8 krad 4 menit 24 detik

9 krad 4 menit 57 detik

10 krad 5 menit 30 detik

Keterangan : 1 Gray = 100 rad 1 krad = 10 Gray

(48)

REKAPITULASI SIDIK RAGAM

TINGGI TANAMAN

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 6 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 86.4544 4.5502 4.93 0.0001 Kultivar 1 43.8277 43.8277 47.49 0.0001 Dosis 9 22.4664 2.4962 2.7 0.0059 Kultivar*Dosis 9 20.1602 2.24 2.43 0.0059 Galat 160 147.6711 0.9229 Umum 179 234.1255

Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 8 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 86.9057 4.5739 4.63 0.0001 Kultivar 1 35.5111 35.5111 35.95 0.0001 Dosis 9 28.6886 3.1876 3.23 0.0013 Kultivar*Dosis 9 22.7059 2.5228 2.55 0.0091 Galat 160 158.0316 0.9876 Umum 179 244.9373

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 10 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 90.8904 4.7837 4.55 0.0001 Kultivar 1 33.8086 33.8086 32.17 0.0001 Dosis 9 33.6982 3.7442 3.56 0.0005 Kultivar*Dosis 9 23.3836 2.5981 2.47 0.0115 Galat 160 168.1754 1.051 Umum 179 259.0658

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 12 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 94.2547 4.9607 4.43 0.0001 Kultivar 1 29.2175 29.2175 26.08 0.0001 Dosis 9 40.0535 4.4503 3.97 0.0001 Kultivar*Dosis 9 24.9836 2.7759 2.48 0.0001 Galat 160 179.2141 Umum 179 273.4689

Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 14 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 103.2119 5.4322 4.46 0.0001 Kultivar 1 33.3078 33.3078 27.36 0.0001 Dosis 9 41.4162 4.6018 3.78 0.0002 Kultivar*Dosis 9 28.4879 3.1653 2.6 0.008 Galat 160 194.7927 1.2174 Umum 179 298.004

(49)

37

Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 16 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 122.471 6.4458 5.56 0.0001 Kultivar 1 17.3662 17.3662 14.98 0.0002 Dosis 9 72.1661 8.018 6.91 0.0001 Kultivar*Dosis 9 32.9393 3.6599 3.16 0.0016 Galat 160 185.5436 1.1596 Umum 179 308.0154

Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 18 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 135.1912 7.1153 5.98 0.0001 Kultivar 1 10.1056 10.1056 8.49 0.0041 Dosis 9 88.3506 9.8167 8.25 0.0001 Kultivar*Dosis 9 36.7349 4.08166 3.43 0.0007 Galat 160 190.46 1.1903 Umum 179 325.6512

PANJANG TANGKAI DAUN

Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 2 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 44.8744 2.361812 5.73 0.0001 Kultivar 1 30.5951 30.59513 74.19 0.0001 Dosis 9 7.45125 0.827916 2.01 0.0416 Kultivar*Dosis 9 6.82805 0.758672 1.84 0.0649 Galat 160 65.9858 0.412411 Umum 179 110.86

Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 4 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 49.5246 2.6065 5.73 0.0001 Kultivar 1 24.3027 24.3027 53.44 0.0001 Dosis 9 13.7015 1.5223 3.35 0.0009 Kultivar*Dosis 9 11.5203 1.28 2.81 0.0043 Galat 160 72.7624 0.4547 Umum 179 122.287

Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 6 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 52.0152 2.737641 5.83 0.0001 Kultivar 1 27.8323 27.83227 59.28 0.0001 Dosis 9 13.5425 1.504721 3.21 0.0014 Kultivar*Dosis 9 10.6404 1.182268 2.52 0.0101 Galat 160 75.1184 0.46949 Umum 179 127.134

(50)

Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 8 MSI SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 48.3729 2.545941 4.75 0.0001 Kultivar 1 21.0809 21.08089 39.33 0.0001 Dosis 9 15.5467 1.727408 3.22 0.0013 Kultivar*Dosis 9 11.7453 1.305035 2.43 0.0127 Galat 160 85.7525 0.535953 Umum 179 134.125

Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 10 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 48.9093 2.574175 4.48 0.0001 Kultivar 1 20.1336 20.13356 35.02 0.0001 Dosis 9 17.5771 1.953008 3.4 0.0008 Kultivar*Dosis 9 11.1987 1.2443 2.16 0.0272 Galat 160 91.9958 0.574973 Umum 179 140.905

Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 12 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 53.1188 2.795726 4.75 0.0001 Kultivar 1 18.2532 18.25323 31.04 0.0001 Dosis 9 21.465 2.384998 4.06 0.0001 Kultivar*Dosis 9 13.4006 1.488954 2.53 0.0097 Galat 160 94.0847 0.588029 Umum 179 147.204

Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 14 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 57.4325 3.02276 4.74 0.0001 Kultivar 1 19.9334 19.93339 31.26 0.0001 Dosis 9 23.2429 2.58254 4.05 0.0001 Kultivar*Dosis 9 14.2562 1.584022 2.48 0.0111 Galat 160 102.023 0.637643 Umum 179 159.455

Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 16 MSI

SK db jk kt F hit P Perlakuan 19 72.4648 3.813936 4.18 0.0001 Kultivar 1 13.85 13.85003 15.18 0.0001 Dosis 9 40.4431 4.493678 4.93 0.0001 Kultivar*Dosis 9 18.1717 2.019072 2.21 0.0237 Galat 160 145.941 0.912131 Umum 179 218.406

Gambar

Gambar 1. Anthurium andreanum Kultivar Mini dan Holland
Gambar 2. Iradiator Gamma Chamber 4000A
Gambar 3.  Tanaman Anthurium yang Terserang Hama dan Gulma  (a) Serangan Kutu Putih
Tabel 1.   Persentase Tanaman yang Hidup Dua Bulan Setelah Iradiasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa Yusuf sebagai anak yang masih muda yang walaupun mengenal Tuhan terbatas pada masa kecil saja, namun dasar pengenalannya sangat kuat dan

Dilihat dari jumlah lahan yang berubah, CA deterministik menunjukan nilai yang berubahdari lahan terbangun menjadi lahan terbangun sebesar 145.350 piksel sedangkan CA

Users can analyze sequence of Event Records, Transient Fault Records, and Disturbance Records that have been stored on a DDFR or archived onto a network location

Pemilu dilaksanakan dengan perangkat peraturan yang mendukung kebebasan dan kejujuran, sehingga dengan adanya undang-undang yang lebih memberi kesempatan kebebasan

Kepercayaan Merek (Brand Trust) memiliki pengaruh signifikan terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty), sehingga Geprek Bensu Malang berhasil menstimulus konsumen

Koordinasi diantara petani, tengkulak, distributor dan pedagang sangat penting untuk mewujudkan kelancaran supply chain. Di Kota Medan koordinasi yang ada terbatas

transaksi, Fee potongan khusus berdasarkan jumlah volume traksaksi, dianggap memiliki pengaruhi signifikan terhadap kepuasan pelanggan online trading PT. Sucorinvest

Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi jawaban yang paling sesuai pada tempat yang sudah disediakan.. Pengukuran kelelahan menurut skala Industrial Fatigue