ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN INSTRUMENT DERIVATIF PADA BANK MAYBANK INDONESIA TBK
YULIANA
UNIVERSITAS TRILOGI
1. Latar Belakang Masalah
Risiko yang diterima oleh sebuah bank diakibatkan terjadinya sebuah atau
serangkaian peristiwa bersifat negatif dan tidak diinginkan terjadi yang dapat
mengakibatkan kegagalan atau kerugian dan bukannya menguntungkan bank. Risiko
terkait dengan aktivitas perbankan, tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi.
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi kewajiban
kepada Bank, termasuk Risiko Kredit akibat kegagalan debitur, Risiko konsentrasi
kredit, counterparty credit risk, dan settlement risk.
Risiko Kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis Bank. Pada sebagian
besar Bank, pemberian kredit merupakan sumber Risiko Kredit yang terbesar. Selain
kredit, Bank menghadapi Risiko Kredit dari berbagai instrumen keuangan seperti
surat berharga, akseptasi, transaksi antar Bank, transaksi pembiayaan perdagangan,
transaksi nilai tukar dan derivatif, serta kewajiban komitmen dan kontinjensi.
2. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah di atas yang diajukan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menentukan dan menganalisis instrument derivative untuk mengatasi resiko kredit.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan kredit di Indonesia yang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir
3. Pembahasan
Pentingnya peran bank dalam memobilisasi perekonomian telah banyak
dibahas oleh para ahli dan telah ditulis dalam beberapa literatur. Intinya, bank
berperan dalam mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kembali
bank harus mempertimbangkan banyak faktor seperti suku bunga, inflasi, PDB dan
pertumbuhan kredit dan juga kondisi kinerja bank seperti Net Interest Margin (NIM),
Non Performing Loan (NPL) dan kemampuan pendanaan bank. Bank akan sulit
berkembang ketika pertumbuhan kredit turun seiring perbankan yang berpengalaman
di Indonesia dari tahun 2012 sampai 2016. pada tahun 2012, pertumbuhan pinjaman
perbankan di Indonesia sekitar 1,67% per bulan dan tren pertumbuhannya dari tahun
ke tahun mengalami penurunan. menjadi 0,62% di tahun 2016.
Penurunan pertumbuhan kredit tersebut disebabkan secara tidak langsung oleh
peningkatan kredit bermasalah (non performing loan / NPL). Menurut bank, kredit
diklasifikasikan tidak dilakukan jika debitur tidak lancar membayar angsuran sampai
kategori berhenti sama sekali. Dalam kasus Indonesia, bahwa NPL bank di Indonesia
dari tahun 2012 sampai 2016 telah meningkat. Pada tahun 2012 NPL per bulan saat
itu sekitar 2,18% sedangkan pada tahun 2016 NPL per bulan telah meningkat menjadi
3,03%. Menurut peraturan Bank Indonesia, jika bank NPL terus meningkat, bank
wajib meningkatkan cadangan aset produktifnya untuk mengatasi risiko kredit.
Penambahan cadangan akan mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran
kredit dan pada akhirnya akan menurunkan profitabilitas dan kesehatan bank. Kondisi
yang menyebabkan adanya risiko kredit, antara lain:
a. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat
hutang) yang dibeli bank tidak terbayar.
b. Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya bisa melalui pihak
lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif.
c. Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk derivatif.
(Ghozali, 2007:12).
Kondisi yang lebih baik dialami PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Tingkat NPL
gross Bank tersebut sempat mencapai 3,7 persen pada 2015, namun berhasil turun
menjadi 3,4 persen pada 2016. Sedangkan NPL nett turun dari 2,4 persen menjadi 2,3
persen. Dengan pencapaian tersebut, Bank pun mengurangi pencadangan sebesar 19,4
persen menjadi Rp 1,6 triliun.
Meski begitu, bank menyatakan masih berhati-hati dalam menyalurkan kredit seiring
dengan perlambatan perekonomian. Kredit Bank tersebut hanya tumbuh 2,9 persen
masih bisa membukukan peningkatan laba yang cukup signifikan yaitu sebesar 71
persen dari Rp 1,1 triliun pada 2015 menjadi Rp 1,9 triliun pada tahun lalu.
4. Rekomendasi
Saran yang diberikan terkait dengan efektifitas proses manajemen risiko perbankan
dalam mengendalikan risiko kredit, adalah:
a. Mempertahankan pencapaian hasil dari proses manajemen risiko perbankan dalam
mengendalikan risiko kredit dan penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan.
b. Menggiatkan pemberian kredit yang lebih terfokus pada debitur yang dinilai
memiliki kemampuan dalam mengendalikan kredit, dapat dilihat dari prinsip
pemberian kredit yang terpenuhi dengan baik, pada saat terjadi kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM).
5. Kesimpulan
Efektifitas proses manajemen risiko perbankan dalam mengelola risiko kredit dilihat
dari upaya yang dilakukan dalam mengendalikan risiko kredit dan tingkat NPL
sebagai hasil dari pencapaian upaya pengendalian risiko kredit yang dilakukan. Proses
manajemen risiko perbankan dalam mengendalikan risiko kredit dilakukan dengan
beberapa upaya pengendalian risiko kredit dan telah sesuai dengan teknik identifikasi
risiko, dimensi pengukuran dan evaluasi risiko, dan alternatif pengelolaan risiko, serta
menghasilkan temuan-temuan yaitu adanya analisis kredit yang tepat, adanya sumber
daya manusia yang berkompeten tinggi, adanya sistem informasi dan pengelolaan
database yang memadai.
6. References
1) Kisman, Z.(2017). Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of Indonesia with Time Series Data 2012M1-2016M12). Journal of Internet Banking and Commerce, December 2017, vol. 22, no. 3.
2) Nawatri, N. Efektifitas Proses Manajemen Risiko Perbankan dalam Mengenfalikan Risiko Kredit. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Agustus 2015
Vol. 25 No. 1