commit to user
i
INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI DUKUH
SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI
KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Oleh:
DESE PURNAMASARI
K3208028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dese Purnamasari
NIM : K3208028
Jurusan/ Program Studi : PBS/ Pendidikan Seni Rupa
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ INDUSTRI KERAJINAN
KERAMIK ELVIE DI DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN
KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013
Yang membuat pernyataan
commit to user
iii
INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI DUKUH
SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI
KABUPATEN KLATEN
Oleh
DESE PURNAMASARI
NIM. K3208028
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2013
Pembimbing I
Dra. M.Y. Ning Yuliastuti, M. Pd
NIP: 19580705 198702 2 001
Pembimbing II
Drs. Margana, M. Sn
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 21 Januari 2013
commit to user
vi MOTTO
“Rencanakanlah yang anda akan lakukan, dan lakukanlah yang telah anda rencanakan” (Mario Teguh)
“Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis” (Aristoteles)
“Sebelum menolong orang lain, saya harus dapat menolong diri sendiri. Sebelum menguatkan orang lain, saya harus bisa menguatkan diri sendiri dahulu” (Petrus
Claver)
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini kepada:
“Ibunda dan Ayahanda Tercinta”
Terimakasih atas doa yang tiada terputus, kerja keras yang tiada henti,
pengorbanan dan kasih sayang yang tak terbatas. Tiada kasih sayang yang
seindah dan seabadi kasih sayangmu.
“Kakak-kakakku, Adikku serta Keponakanku Tersayang”
Terimakasih karena senantiasa disampingku, mendorong langkahku dengan
commit to user
viii ABSTRAK
Dese Purnamasari. INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI
DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI
KABUPATEN KLATEN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. (2) Proses produksi kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. (3) Jenis-jenis produk yang dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.
Penelitian ini dilaksanakan di Elvie Keramik yang terletak di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus tunggal terpancang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan sumber data berupa informan, dokumen, dan kepustakaan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi data dan review informan. Teknik analisis data menggunakan analisis model mengalir.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Latar belakang berdirinya Elvie Keramik adalah karena industri ini merupakan warisan turun-temurun dan keterbatasan modal yang dimiliki sedangkan sumber daya manusia yang memadai. (2) Proses produksi kerajinan keramik Elvie dilaksanakan melalui tahap persiapan (desain, alat, bahan, teknik), tahap proses (proses pembentukan, pengeringan, dan proses pembakaran), dan tahap finishing (cat dan kelambu). (3) Jenis produk yang dihasilkan berupa alat rumah tangga (Gentho, Wajan, Piring, Layah, Empluk, Mangkok dan Lepek, Mangkok Ronde), benda-benda hias (vas bunga), dan benda-benda praktek anak sekolah
commit to user
ix ABSTRACT
Dese Purnamasari. ELVIE CERAMIC INDUSTRIAL CRAFT IN
SAYANGAN HAMLET MELIKAN VILLAGE WEDI SUBDISTRICT
KLATEN REGENCY. Thesis, Surakarta: Theacher Training and Education
Faculty. Sebelas March University Surakarta, January 2013.
The aim of this research is to know: (1) Historycal of Elvie Ceramic Industrial Craft at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency. (2) Elvie Ceramic production process at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency. (3) Kinds of Elvie Ceramic Production at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency.
This research was done at Elvie Ceramics that is located at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency began August until November 2012. This research used qualitative descriptive method with embedded research strategy. The data of this research was used qualitative data with informant, document, and literature as a data source. The sample is gained by using purposive sampling technique. To collect data was used observation, interview, and documentation with data triangulation and informant review as a data validity and data analysis technique was used flow model of analysis.
Based on the result of research, it can concluded that: (1) Elvie Ceramics history is the industry are passed on from their parents and financial limidness while sufficient anough of human ruce source. (2) production process of Elvie Ceramics was done by pass through preparation stage (design, tool, material, technique), process (making process, drying, and burning process), and finishing stage (acrylic paint and kelambu). (3) The kinds of commodity result is household tool (Gentho, Wok, Plate, Mortar, Empluk, bowl and dranched, Ronde bowl), decorate things (flower vase), and student practice things.
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Desa Melikan ………. 34
B. Latar Belakang Berdirinya Industri Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten ……….. 37
commit to user
xii
d. Ngelus ……… 82
e. Nglambu ………. 86
3. Finishing……… 90
a. Motif Tembaga ………... 90
b. Motif Batu ……….. 92
c. Motif Marmer ………. 93
d. Motif Lurik ………. 93
e. Motif Bunga (Lukis) ……….. 94
D. Jenis Produk Yang Dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten ……….……….. 95
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan ……… 105
B. Implikasi ………. 107
C. Saran ………... 107
DAFTAR PUSTAKA ……….... 109
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan benda keramik ……… 11
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Melikan berdasarkan Kelompok
Usia Tenaga Kerja ……….. 35
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Pilin ……….. 14
Gambar 2.2 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Pijit Jari …………. 15
Gambar 2.3 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Slab ………... 16
Gambar 2.4 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Putar ……….. 17
Gambar 2.5 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Cetak Tekan …….. 18
Gambar 2.6 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Cetak Tuang ……. 19
commit to user
xv
Gambar 4.15 Tungku Pembakaran Keramik ……….. 51
Gambar 4.16 Tanah Liat Hitam ………. 52
commit to user
Gambar 4.37 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Miring ……… 68
Gambar 4.38 Tanah Liat hasil proses Ngeplok ……….. 69
Gambar 4.39 Proses mengurangi tanah liat (foto kiri) ………... 69
Tanah liat sesuai ukuran (foto kanan) ……….... 69
Gambar 4.40 Proses pemotongan tanah liat (foto kiri) ……….. 70
Pengambilan tanah liat hasil pemotongan (foto kanan) ………. 70
Gambar 4.41 Abu Gosok ……….. 71
Gambar 4.42 Proses pemberian abu gosok ………... 71
Gambar 4.43 Proses menutup pori-pori tanah ……… 72
Gambar 4.44 Meletakkan tanah liat diatas cetakan ………... 72
Gambar 4.45 Membentuk kaki benda keramik dengan cara menekan permukaan atas ………... 73
Gambar 4.46 Proses pemotongan ………... 73
Gambar 4.47 Menutup permukaan tanah liat yang sebelumnya di tekan …….. 74
commit to user
xvii
tangan (foto kiri) ……… 74
Menghaluskan permukaan tanah liat dengan menggunakan plastik (foto kanan) ……… 74
Gambar 4.49 Pemberian penopang dari tanah liat (foto kiri) ………. 75
Penutupan dengan papan kayu (foto kanan) ……….. 75
Gambar 4.50 Proses pengambilan cetakan ………. 75
Gambar 4.51 Hasil setelah cetakan gips diangkat ……….. 76
Gambar 4.52 Pemberian tanah liat pada meja putar sebagai alas dalam proses mbubut (foto kiri) ………. 76
Penutupan tanah liat dengan menggunakan kain (foto kanan) ... 76
commit to user
xviii
Gambar 4.62 Benda keramik ……….. 82
Gambar 4.63 Ngeluspermukaan bagian dalam ……….. 83
Gambar 4.64 Ngelus permukaan benda keramik bagian luar ……….... 84
Gambar 4.65 Ngelus permukaan bawah ………. 85
Gambar 4.66 Hasil setelah di lus……….... 85
Gambar 4.67 Proses nglambu……….... 86
Gambar 4.68 Hasil proses nglambu ………... 87
Gambar 4.69 Proses pengeringan benda keramik ……….. 88
commit to user
xix
Gambar 4.82 Piring Pare ……… 100
Gambar 4.83 Layah ……… 101
Gambar 4.84 Empluk ……….. 102
Gambar 4.85 Mangkuk Sup dan Lepek….………. 102
Gambar 4.86 Mangkuk Ronde ………... 103
Gambar 4.87 Benda Hias ………... 104
Gambar 4.88 Benda Praktek anak sekolah ………. 104
commit to user
xx
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Skema Kerangka Berpikir ……….. 22
commit to user
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Ijin Research/ Try Out ...……… 112
Lampiran 2 Surat Izin Menyusun Skripsi ……….. 113
Lampiran 3 Surat Keputusan Dekan FKIP.………. 114
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian ……….. 115
Lampiran 5 Surat Keterangan dari Desa Melikan ……….. 117
Lampiran 6 Surat Keterangan dari Elvie Keramik ………. 118
Lampiran 7 Data Monografi Desa Melikan ………... 119
Lampiran 8 Daftar Pertanyaan dengan Bapak Triyono ……….. 123
Lampiran 9 Daftar Pertanyaan dengan Ibu Suparni ……….. 125
Lampiran 10 Daftar Pertanyaan dengan Mas Erwin ……….. 126
Lampiran 11 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Mujiati ………... 127
Lampiran 12 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Endang ……...……….. 128
Lampiran 13 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Danik ……… 129
Lampiran 14 Daftar Pertanyaan dengan Mas Suharno ……….. 130
Lampiran 15 Wawancara dengan Bapak Triyono ……….. 131
Lampiran 16 Wawancara dengan Ibu Suparni ………... 131
Lampiran 17 Wawancara dengan Mas Erwin ……… 132
Lampiran 18 Wawancara dengan Mbak Mujiati ……… 132
Lampiran 19 Wawancara dengan Mbak Endang ……...……… 133
Lampiran 20 Wawancara dengan Mbak Danik ……….. 133
Lampiran 21 Wawancara dengan Mas Suharno ………... 134
Lampiran 22 Elvie Keramik ………..………... 134
Lampiran 23 Suasana Bengkel Kerja Elvie Keramik ...………... 135
Lampiran 24 Kayu untuk meletakkan keramik sebelum dibakar ..…………... 136
commit to user
xxii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberikan ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK
ELVIE DI DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni Rupa, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta
3. Ketua Pogram Pendidikan Seni Rupa Jurusan pendidikan Bahasa dan Seni
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan
5. Drs. Margana, M.Sn, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Drs. Sudarsoso, M. Hum (Alm) yang telah memberikan banyak masukan
commit to user
xxiii
7. Pemilik Elvie Keramik, yang telah memberikan kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian
8. Bapak Triyono, Ibu Suparni, Mas Erwin, Mbak Endang, Mbak Danik,
Mbak Mujiati, dan Mas Suharso atas kerjasamanya dalam pengumpulan
data observasi maupun wawancara.
9. Intan, Mbak Tia, Tiara, Nureka, Naning, Wien, Yeni, dan teman-teman
Pendidikan Seni Rupa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
semangat, perjuangan dan kerjasamanya
10.Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Januari 2013
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris. Namun, tanah yang merupakan
sumber utama masyarakat semakin menyempit. Luas tanah yang semakin
berkurang membuat petani berpikir untuk bekerja di bidang lain. Salah satu
pilihan yang tepat bagi masyarakat ialah dengan bekerja di bidang industri kecil
dan kerajinan rakyat.
Industri kecil dan kerajinan rumah tangga menjadi bagian yang sangat
penting bagi masyarakat sebagai mata pencaharian hidup untuk mencukupi
kekurangan pendapatan keluarga. Berdirinya industri kecil mendorong terjadinya
pola kehidupan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, sehingga muncul
ide-ide pembaharuan dan modernisasi.
Di Indonesia industri kecil dan kerajinan rumah tangga jumlahnya sangat
banyak dan menjadi sektor penempung tenaga kerja paling banyak, salah satunya
ialah industri kerajinan keramik. Keramik merupakan salah satu dari karya seni
yang memiliki nilai estetika, yang sudah dikenal dari jaman prasejarah, dan
sampai masa kini manusia tidak dapat dipisahkan dengan produk keramik. Semula
keramik hanya digunakan untuk kepentingan upacara adat atau religius, akan
tetapi saat ini berkembang untuk benda-benda guna seperti peralatan rumah
tangga sampai benda-benda hias atau seni (Ponimin, 2011:1).
Demikian pula yang terjadi di Desa Melikan, Kecamatan Wedi,
Kabupaten Klaten, kerajinan keramik ini sudah ada sejak dari jaman nenek
moyang, yang kepandaiannya didapatkan masyarakat secara turun-temurun.
Semula kerajinan keramik di Desa Melikan hanya dikerjakan oleh para wanita
saja, sedangkan bahan (tanah liatnya) diambil dari desa tersebut juga yang
pengambilannya dilakukan oleh para pria. Namun sekarang baik pria maupun
wanita keduanya mengerjakan kegiatan membuat kerajinan keramik, dan Desa
commit to user
Keramik Desa Melikan mengalami perkembangan dari waktu kewaktu
mulai dari desain yang bervariasai dan unik, teknik pembuatan, teknik
pembakaran yang disertai pengasapan, sampai pada pemasaran yang tidak lagi
hanya menjangkau kota-kota besar disekitar klaten saja melainkan sudah
menjangkau mancanegara.
Dukuh Sayangan merupakan salah satu sentra kerajinan keramik yang
terletak di Desa Melikan, yang sebagian besar warganya terjun ke dalam industri
kerajinan keramik, baik itu sebagai pengusaha maupun buruh. Akan tetapi tidak
banyak dari para pengrajin yang telah memiliki nama usaha sendiri. Salah satu
yang telah memiliki nama usaha ialah Elvie Keramik.
Elvie Keramik, walaupun letaknya tidak berada dipinggir jalan dan tidak
mempunyai show-room untuk memajang hasil produksinya, namun ternyata
banyak yang telah mengenalnya, mulai dari konsumen keramik kelompok lain
sampai tamu dari kelurahan yang sebagian besar merupakan kunjungan kerja dari
instansi pendidikan yang ingin belajar secara langsung pembuatan keramik dari
pengrajin. Elvie Keramik juga telah berhasil memasarkan hasil produksinya
keluar negeri seperti Australia.
Dengan melihat latar belakang tersebut diatas, penulisan ilmiah ini ingin
mengungkapkan tentang “Industri Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan,
Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian seperti pada latar belakang masalah diatas, dapat
dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie
di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten?
2. Bagaimanakah proses produksi kerajinan keramik Elvie di Dukuh
Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten?
3. Jenis-jenis produk keramik apa saja yang dihasilkan Elvie Keramik di
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan kemuingkinan–
kemungkinan yang dapat dicapai dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik
Elvie di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten
Klaten.
2. Untuk mengetahui proses produksi kerajinan keramik Elvie di Dukuh
Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis produk keramik yang dihasilkan Elvie
Keramik di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten
Klaten.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pertimbangan dan permasalahan diatas, diharapkan dapat
memberikan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan sebagai masukan dalam bidang kesenirupaan.
2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
pengetahuan bagi masyarakat umum serta mengembangkan dan
commit to user
4 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap
pengetahuan ilmiah yang ada. Sedangkan yang dikaji berupa teori-teori yang ada
hubungannya dengan fenomena-fenomena yang akan diteliti. Masalah-masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain: (1) Tinjauan tentang industri (2)
Tinjauan tentang kerajinan (3) Tinjauan tentang keramik.
A. Tinjauan Industri
1. Pengertian Industri
Industri identik dengan semua kegiatan mengolah barang mentah atau
bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga bernilai lebih dengan maksud untuk dijual. Kristanto (2002: 166) berpendapat bahwa “Industri merupakan suatu kegiatan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output)”.
Dalam kegiatan memproses atau mengolah barang tersebut dengan menggunakan
sarana dan peralatan.
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu “industria” yang artinya
buruh atau tenaga kerja, sedangkan dalam bahasa inggris “industrious” ialah
bidang mata pencaharian yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja. Industri menurut Oxlay (2011) adalah “Semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup”.
Kegiatan industri yang telah ada sejak lama dalam tingkat yang sangat
sederhana, seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki manusia, kemudian tumbuh dan berkembang semakin
kompleks. Jumlah dan macam industri berbeda-beda pada tiap daerah tergantung
pada tingkat perkembangan perindustrian di daerah tersebut, makin banyak
jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha
commit to user
Walaupun industri kecil dan kerajinan rakyat sifatnya hanya merupakan
pekerjaan sambilan, tetapi keberadaannya dapat dipakai sebagai salah satu
pemecehan masalah lapangan pekerjaan, dimana terjadi persaingan dan tantangan
bagi para tenaga kerja yang mengharuskan adanya peningkatan mutu produk dan
kualitas pekerjaan tenaga kerja.
2. Klasifikasi Industri
Pengelompokan industri secara sederhana dapat dibagi kedalam 3
kelompok (Kristanto, 2002: 157), yaitu:
a. Industri primer
Industri primer merupakan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi, yang biasanya akan digunakan untuk
industri yang lain.
b. Industri sekunder
Industri sekunder merupakan industri yang mengolah bahan
setengah jadi menjadi barang jadi, sehingga barang yang dihasilkan
dapat langsung digunakan oleh konsumen.
c. Industri tersier
Industri tersier merupakan industri yang mengolah bahan industri
sekunder yang sebagian besar merupakan industri jasa dan industri
perdagangan.
Masih menurut Kristanto yang menyebutkan bahwa salah satu klasifikasi
dalam konsep industri adalah industri kecil, dimana dalam penggunaan maupun
proses produksinya masih sederhana dan bersifat padat karya. Sedangkan menurut
Saleh (1986: 4) industri kecil didefinisikan sebagai unit usaha industri yang
mepekerjakan antara 5 sampai 19 orang tenaga kerja. Tenaga kerja biasanya
commit to user
Terkait dengan industri kecil ini terdapat pengklasifikasian kembali,
menurut Saleh (1986: 50-51) berdasarkan eksistensi dinamikanya industri kecil di
Indonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:
1) Industri lokal
Indusri lokal merupakan kelompok jenis industri yang
menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas serta
lokasinya tersebar. Industri berskala sangat kecil ini memiliki target
pemasaran yang sangat terbatas dan dalam pemasaran hasil
produksinya ditangani sendiri, sehingga tidak memerlukan jasa
perantara.
2) Industri sentra
Industri sentra merupakan satuan usaha berskala kecil yang
membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri
dari unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Dalam proses
pemasaran industri sentra membutuhkan peranan dari pedagang
perantara, karena jangkauan pasar yang lebih luas dibandingkan
industri lokal.
3) Industri mandiri
Industri mandiri pada dasarnya merupakan kelompok jenis industri
yang mempunyai sifat industri kecil, namun industri mandiri telah
mampu untuk mengadaptasi teknologi produksi yang canggih dan
dalam pemasaran pun tidak bergantung pada peran pedagang
perantara.
Dari beberapa teori diatas, industri kerajinan keramik termasuk kedalam
industri berskala kecil dengan modal yang relatif kecil pula dimana tenaga
kerjanya rata-rata berjumlah dibawah 20 orang. Dilihat dari modal yang terbatas
menyebabkan terhambatnya perkembangan industri krajinan keramik. Industri
kerajinan keramik di desa Melikan merupakan tumpuan hidup masyarakat yang
tidak hanya mampu menyerap banyak tenaga kerja, namun juga turut
commit to user
B. Tinjauan Kerajinan
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki beraneka ragam
kesenian daerah. Tiap daerah memperlihatkan corak dan jenis seni yang berbeda
dengan daerah lain. Kekayaan seni kerajinan Indonesia mencerminkan
bermacam-macam kebudayaan etnik yang tersebar di kepulauan Nusantara. Tiap daerah di
setiap jaman menghasilkan karya seni kerajinan dengan watak tertentu karena
pengaruh kebudayaan yang selalu berkembang.
Kerajinan berasal dari suku kata “rajin” yang berarti suka bekerja, dan “kerajinan” itu sendiri merupakan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Sedangkan dalam bahasa Inggris “craft” mempunyai arti energi atau
kekuatan. Menurut Soegeng Toekio M (2004: 7) “kerajinan dapat diartikan
sabagai suatu tindakan yang hanya memerlukan rutinitas atau hanya sekedar kerja tangan atau motorik”. Meskipun demikian, kerajian merupakan karya seni karena didalamnya telah tercurah ide, pikiran, dan juga gagasan dari para pengrajin.
Kerajinan merupakan bagian dari seni kriya. Seni kriya adalah seni tinggi
yang bisa menghasilkan karya yang mempunyai nilai estetika dan filosofi tinggi.
Kriya berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya perbuatan atau pekerjaan atau
membuat. Walaupun demikian, antara kriya dan kerajinan mempunyai beberapa
perbedaan. Kriya dijalani oleh seseorang yang disebut empu. Empu menghasilkan
senjata, perhiasan, dan pernak-pernik bagi semua kalangan istana dengan bertapa
serta mensucikan diri terlebih dahulu. Sedangkan kerajinan dilakukan oleh pandhe
yang menghasilkan sabit, cangkul, pikulan, gerobak, gerabah, dan perlengkapan
rakyat lainnya dengan besimbah peluh sepanjang hari. Seperti diungkapkan SP
Gustami bahwa kriya berbasis budaya keraton yang halus, ngremit, mengandung
makna filosofis dan mempunyai mitos-mitos tertentu, sedangkan kerajinan
berbasis budaya pedesaan yang kasar dan vulgar (2007: 146).
Akan tetapi dalam masa sekarang kerajinan sangat berperan penting erat
kaitannya dengan komoditi perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Kerajinan sekarang tidak lagi merupakan benda utama untuk bekerja namun sudah
menjadi benda pelengkap dalam kehidupan yang modern. Kerajinan sebagai
commit to user
sekarang sudah digantikan dengan alat modern sehingga cangkul dan sabit
menjadi barang antik yang bagus jika digantung di dinding rumah. Sehingga
kerajinan mendapatkan tempat sebagai penghasil devisa negara.
C. Tinjauan Keramik
1. Pengertian Keramik
Jika kita berbicara mengenai keramik maka yang terbayang adalah
alat-alat rumah tangga, bahan bangunan atau guci keramik. Keramik sebenarnya
merupakan bentuk aktivitas dan sekaligus produk kebudayaan yang paling tua
yang teknologi pembuatannya dibawa oleh nenek moyang bangsa Austronesia dan
China Selatan pada saat zaman Neolitikum (Guntur, 2005: 102).
Pada zaman Neolitikum pula, di Indonesia ditemukan pecahan-pecahan
kecil tembikar di bukit kulit kerang di Sumatera, meskipun pecahan tersebut kecil
dan berkeping-keping namun sudah terlihat adanya usaha untuk membuat suatu
wadah dengan cara menekan keras pada saat tembikar atau keramik masih dalam
keadaan basah (Suwardono, 2002: 12).
Dapat disimpulkan bahwa keramik merupakan kerajinan tangan yang
dibantu dengan peralatan yang masih sederhana dan menjadi salah satu sarana dan
produk budaya yang memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dengan
masa lalu. Keramik yang dulunya dibuat untuk memenuhi kebutuhan religius
seperti tempat penguburan, bekal kubur, dan alat upacara adat, kini seiring
perkembangan jaman mulai berkembang sebagai benda hias atau seni dan ekspresi
yang memprioritaskan nilai-nilai estetika dan artistik.
Kata keramik sendiri berasal dari bahasa Yunani “keramos” yang berarti periuk atau belanga yang terbuat dari tanah liat. Secara sederhana keramik adalah
suatu benda atau barang yang terbuat dari tanah liat atau lempung yang
mengalami proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi.
Secara sederhana keramik adalah suatu benda atau barang yang terbuat
dari tanah liat atau lempung yang diproses sedemikian rupa dan kemudian
dibakar, sesuai dengan pendapat Agus Mulyadi Utomo (2012) yang
commit to user
panas (pembakaran) sehingga mengeras. Hal ini menunjukkan bahwa keramik itu
hanya dapat dibuat dari tanah liat atau lempung, padahal saat ini tidak semua
keramik berasal dari tanah liat, melainkan mencakup semua bahan bukan logam
dan anorganik yang berbentuk padat yang bersifat tradisional sampai modern atau
canggih sesuai dengan perkembangan teknologi.
Hartomo A.J menyatakan bahwa:
Pembuatan antara gerabah-keramik tradisional dengan keramik modern atau canggih tidak terlalu berbeda, karena keramik canggih juga dibuat dengan proses kalsinasi pada suhu tinggi, yang melibatkan tahap sintering
yaitu suatu cara memadatkan-kompakkan bubuk oksida, karbida atau nitrida halus dengan sintesis berbahan baku lempung kuarsa, kaolin, dan feldspar selaku basisnya (1992: 1).
Secara keseluruhan, keramik merupakan seni industri atau kelompok seni
yang menghasilkan objek yang benar-benar bermanfaat dan dekoratif. Pada
umumnya keramik banyak digunakan sebagai perabot rumah tangga. Selain itu
banyak pula yang menggunakan keramik sebagai barang seni hias dan dekorasi
serta untuk bahan-bahan bangunan.
2. Jenis Keramik
Sampai saat ini, telah bermacam-macam keramik yang dihasilkan sesuai
dengan perkembangan teknologi yang ada. Berdasarkan teknik pembuatannya
(2010), keramik dibedakan atas dua jenis, yaitu :
a. Keramik kuno
Keramik jenis ini biasanya berupa peralatan rumah tangga yang
dibuat dengan teknik yang sederhana dan tradisional dengan bahan
baku tanah liat.
b. Keramik Modern atau canggih (Fine Ceramics)
Keramik modern secara teknis diproses untuk keperluan teknologi
tinggi seperti konstruksi dan elektronika dengan bahan tertentu selain
commit to user
Berdasarkan suhu bakarnya (Fahbasna,2011), keramik dapat digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Gerabah (Earthenwar)
Earthenware merupakan jenis keramik yang memiliki suhu matang
antara 900–1100 °C. Keramik jenis ini bersifat rapuh, kasar dan
berpori.
2. Keramik Batu (Stoneware)
Stoneware memiliki sifat halus dan kokoh seperti batu, dengan
suhu matang sekitar 1200 °C.
3. Porselen (porcelain)
Keramik jenis porselen memiliki suhu matang yang tinggi yaitu
sekitar 1260 °C. Bahan ini banyak digunakan untuk bahan industry
bangunan karena kekerasan dan kestabilannya. Walaupun tampak
begitu rapuh, porselen memiliki struktur dan tekstur yang rapat dank
commit to user
3. Alat dan Bahan
a. Alat Pembentuk Keramik
Dalam proses pembuatan bahan keramik, dibutuhkan beberapa peralatan
yang bisa mempermudah pengerjaannya. Alat-alat tersebut digunakan baik
dalam pembentukan maupun dekorasi benda keramik, seperti ditunjukkan
pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan benda keramik
No Nama Bahan Fungsi Gambar menghaluskan benda kerja, dan membersihkan handtool
serta cetakan gips
commit to user
(Sumber gambar: Budiyanto, 2008: 205-208)
b. Bahan
Bahan keramik secara garis besar digolongkan kedalam dua
kategori, yaitu bahan lunak yang terdiri dari tanah dan bahan keras yang
terdiri dari batu-batuan. Tanah liat atau lempung sebagai bahan pokok
dalam pembuatan keramik merupakan salah satu bahan yang kegunaannya
sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah
didapat dimana sebagian besar dari kulit bumi terdiri dari batuan yang
merupakan sumber tanah liat, dan biasanya masyarakat memanfaatkan
tanah liat atau lempung sebagi bahan bakupembuatan keramik.
Hugo J & Horn J menyatakan bahwa “Tanah liat merupakan beberapa anasir yang berasal dari erosi bumi, yang berkembang menjadi
commit to user
Sedangkan menurut Saraswati, tanah liat merupakan semacam
produk dari batu, yang disebabkan oleh pengaruh cuaca menjadi
kehilangan sifat litanya dan menjadi padat (2011: 8).
Tanah liat memiliki sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah
mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering menjadi keras,
sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Tanah liat
dikategorikan kedalam dua jenis yaitu tanah liat residu (tanah liat primer)
dan tanah liat endapan (tanah liat sekunder).
Dalam membuat benda keramik, tanah liat sebagai bahan harus
memenuhi persyaratan agar benda keramik yang dibuat tidak mengalami
kesuliatan, persyaratan tersebut seperti diungkapkan Budiyanto(2008: 216)
diantaranya adalah:
1) Plastisitas
Plastisitas tanah liat sangat mempengaruhi proses
pembentukan benda keramik dan mencegah terjadinya
perubahan bentuk, retak maupun runtuh.
2) Homogen
Tingkat plastisitas tanah liat yang akan digunakan haruslah
homogen (seragam), dalam arti merata dan tidak ada yang
keras atau lembek.
3) Bebas dari gelembung udara
Tanah liat yang bebas dari gelembung udara meminimalisir
terjadinya retak atau pecah saat proses pembakaran
berlangsung.
4) Memiliki kemampuan bentuk
Yang dimaksud tanah memiliki kemampuan bentuk disini
adalah saat proses pembentukan sapai selesai, benda keramik
tidak mengalami perubahan bentuk, yang berarti tanah
commit to user
4. Teknik Pembuatan Keramik
Secara umum proses produksi keramik dilakukan secara bertahap dan
tidak bisa dilakukan secara berasamaan. Tahapan tersebut adalah tahap
pembentukan, tahap pengeringan, dan tahap pembakaran. Ada beberapan cara
atau teknik pembentukan keramik (Ponimin, 2008: 56-61), yaitu :
a. Teknik Coiling (Lilit Pilin)
Keramik dibuat dari susunan pilinan-pilinan yang disambung.
Ketebalan pilinan yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan benda
yang akan dibuat. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah ketika
menyambung pilinan, permukaan pilinan yang akan disambung hendakknya dibasahi dengan air atau „dilem‟ memakai lumpur tanah liat, dan diberi goresan lebih dahulu agar lebih kuat.
Gambar 2.1 Pembentukan benda keramik dengan teknik pilin
commit to user
b. Teknik Pijit Jari
Pembentukan dengan tangan (handbuilding) merupakan salah satu
keteknikan di dalam pembuatan keramik dimana benda langsung
dibentuk dengan tangan. Teknik ini merupakan keteknikan bagi
pemula dalam membentuk sebuah benda keramik.
Gambar 2.2 Pembentukan benda keramik dengan teknik pijit jari (Sumber: Budiyanto, 2008: 222)
c. Teknik Slab (Lempengan)
Cara pembentukan dengan teknik lempengan merupakan teknik
pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat
commit to user
Gambar 2.3 Pembentukan benda keramik dengan teknik slab
(Sumber: Budiyanto, 2008: 235-238)
d. Teknik Putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan bentuk
yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan
dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di
sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan
commit to user
Gambar 2.4 Pembentukan benda keramik dengan teknik putar (Sumber: Budiyanto, 2008: 250-252)
e. Teknik Cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang
dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk
dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah
berupa gips. Pembentukan teknik cetak digolongkan menjadi dua yaitu
teknik tekan (pres plastis) dan teknik tuang (slip).
Teknik cetak tekan dilakukan dengan cata menekan-nekankan
commit to user
Gambar 2.5 Pembentukan benda keramik dengan teknik cetak tekan (Sumber: Budiyanto, 2008: 237-239)
Sedangkan untuk teknik pembentukan dengan teknik cetak tuang
dilakukan dengan cara menuangkan adonan tanah liat kedalam cetakan
commit to user
Gambar 2.6 Pembentukan benda keramik dengan teknik cetak tuang (Sumber: Budiyanto, 2008: 338-339)
Setelah melalui tahap pembentukan, keramik harus melalui tahap
pengeringan terlebih dulu, karena jika masih basah memungkinkan terjadinya
ledakan uap air saat dibakar sehingga menimbulkan keratakan. Keretakan bisa
pula disebabkan oleh tingkat kering yang tidak merata pada bagian-bagian
keramik. Pengeringan dilakukan agar kandungan air pada benda keramik tersebut
barang-commit to user
barang keramik adalah penguapan air dan difusi air dari barang-barang basah
(Razak, 1992: 105). Cara pengeringannya cukup sederhana yaitu cukup disimpan
di atas rak terbuka dan diangin-anginkan. Pada umumnya, pengeringan zat padat
berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lainnya dari bahan padat,
sehingga mengurangi kadar zat cair di dalam zat padat. Dalam proses pengeringan
ini biasanya diikuti pula dengan proses penyusutan benda keramik, maka dari itu
saat proses pengeringan, kadar air dalam benda keramik tidak boleh berlebihan
karena dapat mengakibatkan benda keramik melengkung.
Setelah kering, barulah keramik akan melalui tahap selanjutnya, yaitu
tahap pembakaran. Budiyanto (2008: 485), menyatakan bahwa
Membakar benda keramik merupakan tahapan cukup kritis namun menyenangkan dimana merupakan salah satu tahapan yang sangat penting pada proses pembuatan benda keramik, karena tanpa melalui proses pembakaran maka benda keramik belum dapat disebut produk keramik. Temperatur kematangan untuk suatu tanah liat berbeda-beda sesuai dengan jenis tanah liatnya.
Dalam proses pembakaran ini tanah liat akan mengalami perubahan fisik
dan kimiawi menjadi keramik yang keras, kuat, dan padat yang tidak lagi bisa
hancur oleh air. Proses membakar benda yang terbuat dari tanah liat tidaklah
mudah, untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan teknik dan media yang tepat.
Hal ini dilakukan pada keramik atau gerabah yang telah dibuat agar tidak
mengalami keretakan atau bahkan pecah dan rusak. Proses pembakaran tersebut
dapat dilakukan dengan cara langsung ataupun menggunakan alat lain berupa
tungku (oven/ kiln).
Tungku keramik bervariasi tipe dan bahan bakarnya. Masing-masing
tungku memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun tipe tungku keramik menurut
Suwardono (2002: 97-104), yaitu:
(1) Tipe tungku ladang
Tipe tungku ladang merupakan tipe tungku dimana saat akan
melakukan proses pembakaran benda keramik, benda-benda tersebut
hanya diletakkan diatas tanah dan kemudian ditimbun dengan
commit to user
(2) Tipe tungku bak
Tipe tungku bak berbentuk segi empat dengan dinding terbuat dari
bata merah atau lempung yang pada kedua sisi dinding biasanya dibuat
lubang untuk membakar bahan bakar.
(3) Tipe tungku botol
Tipe tungku botol mempunyai bentuk silindris menyerupai boto
yang pada bagian tertentu terdapat lubang untuk bakan bakar.
(4) Tipe tungku api berbalik
Tipe tungkuapi terbalik ada yang berbentuk bulat dan ada juga
yang berbentuk segi empat. Tungku api terbalik ini merupakan tipe
tungku yang paling baik untuk industri keramik.
Karena begitu bervariasinya tungku pembakaran keramik, maka bahan
bakar yang digunakan pun bervariasi. Ada yang berbahan bakar listrik, minyak
tanah, kayu bakar, bahkan bahan bakar gas. Para perajin keramik tradisional di
desa Melikan biasa menggunakan tipe tungku bak pada saat proses pembakaran
benda keramik dengan menggunakan bahan bakar kayu, karena ketersediaan kayu
commit to user
D. Kerangka Berpikir
Industri kerajinan merupakan salah satu alternatif mata pencaharian
masyarakat dukuh Sayangan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Keramik
sabagai salah satu benda peninggalan nenek moyang terus dikembangkan mulai
dari fungsi maupun bentuknya. Semula penggunaan keramik hanya untuk
keperluan upacara adat atau religius, akan tetapi saat ini mulai berkembang
keramik untuk benda-benda peralatan rumah tangga, bahkan sampai benda-benda
hiasan atau seni. Dari segi bentuk juga mengalami perkembangan, yaitu dari
bentuk tradisional menjadi bentuk yang lebih modern.
Bagan 2.1 Skema Kerangka Berpikir Latar Belakang
Proses Elvie Keramik
Produk Jenis Barang
Finishing
Bahan
Desain/ Bentuk
commit to user
23 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi berasal dari kata “metode” yang berarti cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu, dan “logos” yang berari ilmu atau pengetahuan. Jadi,
metodologi yaitu ilmu mengenai cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, yang
dimaksud dengan tepat adalah dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian merupakan kegiatan mencari
kebenaran. Jadi metodologi penelitian adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
bagaimana cara mencari kebenaran, yaitu dapat dilakukan dengan cara mencari,
mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya berdasarkan
fakta-fakta yang ada.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Elvie Keramik yang terletak di dukuh
Sayangan, desa Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten Klaten, dimana Elvie
Keramik terletak di Desa Melikan merupakan desa yang terkenal sebagai desa
wisata kerajinan keramik yang berkualitas baik dengan produk yang variatif dan
unik.
2. Waktu Penelitian
Aktivitas penelitian mengenai Industri Kerajinan Keramik Elvie ini secara
keseluruhan dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan
November 2012.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian mengenai Industri Kerajinan
Keramik Elvie ini ialah pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif jenis
temuan penelitian tidak berupa statistik atau bentuk hitungan lainnya, melainkan
commit to user
penelitian kualitatif sebagai prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data
kualitatif berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka
yang terobservasi (1993: 30).
Karena mempunyai objek tunggal, maka pendekatan dilakukan dengan
strategi studi kasus tunggal terpancang (embedded research). Disebut dengan
tunggal karena penelitian diadakan pada satu lokasi saja, sedangkan disebut
terpancang karena sebelum diadakan penelitian sudah direncanakan. Sesuai
dengan pendapat Sutopo (2002: 112) yang menyatakan bahwa, “Penelitian
terpancang merupakan suatu langkah sebelum melakukan penelitian harus
memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya namun tetap terbuka dengan sifat interaktif dan variabel utamanya”.
2. Jenis Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang ada dan agar penelitian ini berjalan
dengan lancar maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian deskriptif. Dimana dalam penelitian deskriptif peneliti diharapkan
pandai menerangkan atau menjelaskan mengenai fenomena-fenomena yang telah
ditemukan. Penelitian deskriptif menurut Narbuko dan Achmadi yaitu penelitian
yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis data, dan
menginterpretasikan data yang bertujuan untuk memecahkan masalah secara
sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat populasi (2003: 44). Jadi,
deskriptif merupakan jenis penelitian yang digunakan menjelaskan keadaan objek
yang diteliti pada saat sekarang sebagaimana adanya saat penelitian dilakukan
berdasarkan fakta yang ada dan mencoba untuk menganalisis kebenarannya
berdasarkan data yang diperoleh dilapangan
commit to user
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data merupakan segala informasi baik lisan maupun tulisan, bahkan bisa
berupa gambar atau foto yang berperan dalam penelitian untuk menjawab
permasalaham yang telah dinyatakan dalam rumusan masalah, yaitu mengenai
latar belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi keramik, dan jenis
barang yang dihasilkan Elvie Keramik. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang tidak
berupa angka, melainkan berupa penjabaran-penjabaran yang rinci dan jelas
sehingga dapat ditarik kesimpulan.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian.
Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Lofland dan Lofland ialah berupa
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain (Moleong, 2000: 112)
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan
Informan merupakan aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil
tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikannya.
Maka dari itu peneliti harus pandai dalam memilih informan yang
benar-benar mengerti mengenai masalah yang diteliti, karena bila terjadi
kesalahan dalam memilih informan mengakibatkan informasi atau data
tidak lengkap. Informan dalam penelitian ini terdiri dari pihak Elvie
Keramik, yaitu Bapak Triyono beserta Ibu Suparni selaku pemilik usaha
dan para karyawan.. Untuk melengkapi data peneliti harus pandai dalam
menggali informasi dengan membangun kepercayaan, keakraban, dan
commit to user
2. Dokumen
Dokumen merupakan semua sumber data, baik sumber tertulis maupun
sumber lisan yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas yang
terjadi dimasa silam yang bisa mendukung proses penelitian ini, yaitu
tentang latar belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi keramik
Elvie, dan jenis barang yang dihasilkan Elvie keramik.
Nasution (1988: 85-86) menyatakan bahwa:
Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, dan merupakan bahan utama dalam penelitiann historis. Dokumen itu sendiri terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi.
3. Kepustakaan
Kepustakaan yaitu buku-buku yang berhubungan tentang keramik dan
buku-buku acuan lainnya.
D. Teknik Pengambilan Sampel (Cuplikan)
Sampel menurut Prof. Sutrisno Hadi, MA, adalah sebagian individu yang
diselidiki dari keseluruhan individu penelitian (Narbuko & Achmadi, 2003: 7).
Sedangkan cuplikan atau sampling menurut Sutopo merupakan suatu bentuk
khusus atau suatu proses yang umum dalam pemusatan atau pemilihan dalam riset
yang mengarah pada seleksi (1988: 21).
Teknik sampling (cuplikan) merupakan proses pemilihan atau penentuan
sampel untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam
sumber untuk merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik sehingga
menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul (Bungin (2003), Moleong
(2000)).
Taknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah
teknik non random sampling, dimana dalam pengambilan sampel, tidak semua
anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan
jenis sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang cenderung
commit to user
pembatasan ini dimaksudkan untuk memilih informan yang dipandang paling
mengetahui masalah yang diteliti secara dalam, dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data yang mantap, pilihannya dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam mengumpulkan data, sehingga
mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya dari sumber informasi dalam
penelitian .
Seperti pendapat Patton dalam Sutopo (2007: 64) yang mengatakan
bahwa:
Teknik sampling dengan menggunakan purposive sampling memiliki kecenderungan peneliti untuk memilih informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data sesuai dengan sifat penelitian yang lentur dan terbuka, pilihan informan dan jumlahnya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
Pemilihan sampel ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu
mengetahui: latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie, proses
produksi keramik Elvie, dan jenis-jenis barang keramik yang dihasilkan di Elvie
keramik.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan penelitian. Untuk mengumpulkan data
dari sampel penelitian tersebut dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik dan
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan metode pengumpulan data dimana
peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian (Gulo, 2003: 116). Dalam kegiatan observasi,
commit to user
pndengaran maupun penciuman dalam rangka mencari bukti untuk menjawab
masalah penelitia.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan selama beberapa waktu tanpa
mempengaruhi objek yang diobservasi dengan cara mencatat, merekam, dan
bahkan memotret. Pencatatan dilakukan secara mendetail mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian, sehingga dapat memperoleh data-data
dari objek yang diteliti dan juga mendapatkan data yang otentik, sehingga
dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi observasi
partisipasi pasif dimana peneliti tidak terlibat dalam peran apapun, namun
kehadiran peneliti dilokasi penelitian diketahui oleh yang diamati. Penelitian
ini akan dilaksanakan di Elvie Keramik, Dukuh Sayangan, Desa Melikan,
Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan metode pengumpulan
data memiliki peranan penting, karena sebagian besar data diperoleh melalui
wawancara. Wawancara adalah percakapan antara dua belah pihak dengan
maksud tertentu (Moleong: 135). Proses percakapan dilakukan dengan cara
tanya jawab antara peneliti dan informan. Wawancara dilakukan dengan cara
yang luwes, akrab, dan terbuka. Seperti diungkapkan Herdiansyah (2010: 117), bahwa “Wawancara tidak melulu harus berlatar formal, tetapi dapat dilakukan dalam latar apapun dan dengan siapapun”. Dalam melakukan wawancara juga tidak melulu harus dengan tatap muka, melainkan dengan
memanfaatkan media telekomunikasi yang ada.
Penelitian ini menggunakan wawancara secara mendalam (in-depth
interview), dimana wawancara mendalam dapat dilakukan berkali-kali sesuai
dengan keperluan peneliti dalam waktu dan konteks yang dianggap tepat
untuk mengungkapkan dan mendapatkan data yang rinci, jujur, dan mendalam
dari informan dengan cara tanya jawab secara bebas dalam artian meskipun
ada pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya, tetapi tidak
commit to user
semakin memfokus sehingga informasi yang diperoleh semakin lengkap dan
mendalam. Dari wawancara yang dilakukan diperoleh data tentang latar
belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi Elvie Keramik, dan juga
jenis barang yang dihasilkan Elvie Keramik.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kumpulan informasi atau data, baik berupa foto,
gambar, maupun catatan yang diperoleh, yang ada kaitannya dengan penelitian
yang akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek
yang bersangkutan melalui suatu media. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan foto, gambar, dan catatan dilapangan. Foto dan catatan
dilapangan diambil saat penelitian berlangsung, baik itu saat observasi
maupun saat wawancara. Gambar diambil dari buku-buku yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
F. Uji Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini sangat diperlukan, agar hasil penelitian
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Seperti yang diungkapkan Nasution (1988: 105) mengemukakan bahwa “validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi”.
Agar data-data dari penelitian ini benar-benar valid, maka pemeriksaan keabsahan
data dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Triangulasi Data
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sabagai cara
mempertinggi kebenaran data, dimana peneliti membandingkan atau
mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber yang berbeda akan
tetapi mengenai masalah yang sama sehingga data akan saling melengkapi,
seperti diungkapkan Patton (1984), dalam triangulasi data peneliti
menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama
commit to user
2. Review Informant (Recheck)
Review informant (Recheck) merupakan upaya meneliti atau
memeriksa kembali data hasil wawancara dari informan. Review informan
menurut Sutopo bertujuan untuk mengetahui apakah yang ditulis
merupakan sesuatu yang dapat disetujui mereka (1988: 32). Dengan kata
lain review informan digunakan untuk memperoleh tingkat kebenaran dan
perbaikan data dari informan yang telah dimintai informasi, jika memang
ada kesalahan atau ketidaklengkapan hasil informasi sebelumnya maka
wajib adanya perbaikan.
G. Analisis Data
Setelah data yang telah di kumpulkan di edit, maka langkah selanjutnya
adalah analisis terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh. Analisis data adalah
proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan dan merupakan langkah pemikiran
lebih lanjut dari peneliti untuk mencari jawaban dan kesimpulan dari berbagai
data yang diperoleh sehingga mendapatkan data yang valid. Secara keseluruhan
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
mengalir (flow model of analysis) yang saling berkaitan antara tiga komponen
pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan
verifikasinya, serta pengumpulan data di lapangan.
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi semua jenis informasi yang tertulis lengkap di dalam catatan lapangan. Menurut Sutopo (2006: 114) “Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”.
Proses reduksi data berlangsung secara terus menerus sepanjang
pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya sudah diawali sebelum
pelaksanaan pengumpulan data dilapangan. Reduksi data sudah
commit to user
disadari sepenuhnya), yaitu seleksi, memfokuskan, menyederhanakan, dan
membuang data-data yang tidak perlu, sehingga diperoleh data yang sesuai
dengan rumusan masalah.
2. Sajian Data (Display)
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi lengkap yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan (Sutopo, 2006: 114). Dalam mendeskripsikan informasi
yang diperoleh disajikan dengan menggunakan kalimat yang disusun
secara logis dan sistematis sehingga mempermudah dalam menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi data
Penarikan kesimpulan atau verifikasi data merupakan salah satu
langkah terakhir dalam menganalisis data. Dalam tahap ini peneliti
ditekankan memeriksa kembali kesimpulan-kesimpulan awal sejak
pengumpulan data sampai merumuskan kesimpulan akhir. Kesimpulan
yang mulanya masih sangat kabur dan diragukan akan menjadi lebih
mendasar dan jelas dengan bertambahnya data, karena verifikasi dapat
dilakukan dengan cara mencari data baru ataupun lebih mendalami
penelitian.
Komponen analisis model mengalir (flow model of analysis) tersebut
menurut Miles & Huberman digambarkan sabagai berikut:
masa pengumpulan data
Bagan 3.1 Analisis data model mengalir
commit to user
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian berfungsi untuk mempermudah dalam penulisan
laporan penelitian yang dilakukan penulis, atau disebut juga tahap-tahap atau
langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu penelitian. Untuk memperleh hasil
penelitian yang diharapkan maka peneliti menggunakan prosedur penelitian
sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan atau Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan tahap persiapan sebelum terjun ke
lapangan dan membuat rencana penelitian dan mempersiapkan semua alat dan
materi yang akan dibutuhkan dalam penelitian. Pada tahap ini peneliti
berkunjung ke Perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat melaksanakan
penelitian, yaitu Elvie Keramik yang terletak di dukuh Sayangan, desa
Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten Klaten dan menemui pemilik Elvie
Keramik bapak Triyono. Peneliti meminta ijin kapada bapak Triyono untuk
mengadakan penelitian di Elvie Keramik. Pada tahap ini peneliti juga
menemui para karyawan untuk mempersiapkan survei awal untuk membangun
keakraban.
2. Tahap Observasi
Pada tahap ini peneliti meliput segala aktivitas di lapangan, untuk
mengetahui keadaan objek penelitian secara langsung. Selain itu, peneliti juga
melakukan wawancara dengan pengrajin dengan maksud:
a. memahami latar belakang penelitian serta persiapan diri
b. mendapatkan data yang lengkap dan akurat dengan cara melibatkan secara
langsung dalam penelitian tersebut.
3. Tahap Analisis Data
Pada proses pencarian data sebelumnya meliputi, observasi lapangan
dilanjutkan dengan analisis data yang diperoleh setelah data secara global dan
masih mentah dikumpulkan dari lapangan, dan pada tahap berikutnya adalah
commit to user
4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian
a. Menyusun laporan awal, pada tahap ini peneliti menyususn laporan
dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian
b. Review laporan
commit to user
34 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Dekripsi Lokasi Desa Melikan
Kabupaten Klaten terbagi menjadi 23 Kecamatan. Desa Melikan
merupakan salah satu desa di Kecamatan Wedi yang terletak ± 13 kilometer
sebelah tenggara dari Kabupaten Klaten. Desa Melikan merupakan desa paling
timur di kecamatan Wedi yang terletak di kaki pegunungan Jabalkat. Luas
wilayah Desa Melikan mencapai 167,6280 Hektar yang terbagi kedalam 15
pedukuhan. Luas desa tersebut dibatasi oleh desa-desa yang ada disekitarnya.
Desa-desa yang membatasinya antara lain: sebelah utara Desa Paseban
(Kecamatan Bayat), sebelah selatan Desa Kaligayam (Kecamatan Wedi), sebelah
barat Desa Brangkal (Kecamatan Wedi), sebelah timur Desa Paseban (Kecamatan
Bayat).
Gambar 4.1 Peta Desa Melikan
commit to user
Dilihat dari kondisi geografisnya, Desa Melikan merupakan dataran
rendah yang terletak pada ketinggian ±126 meter dari permukaan laut, dengan
suhu rata-rata yang melingkupi Desa Melikan berkisar antara 22°C – 32°C.
Berdasarkan data monografi desa Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten
Klaten pada tahun 2012 tercatat jumlah penduduk sebanyak 3.604 orang yang
terdiri dari 1.782 orang laki-laki dan 1.822 orang perempuan yang secara
keseluruhan terbagi menjadi 1.055 kepala keluaga. Khusus mengenai jumlah
penduduk berdasarkan kelompok tenaga kerja yang ada di Desa Melikan pada
tahun 2012 dapat dilihat pada table 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Melikan berdasarkan Kelompok Usia Tenaga
Kerja
Jumlah penduduk menurut kelompok usia kerja di Desa Melikan memang
cukup besar, akan tetapi tidak semua penduduk usia kerja tersebut bekerja
dikarenakan masih harus menyelesaikan sekolahnya. Sebaliknya, penduduk Desa
Melikan yang tidak termasuk usia produktif yaitu usia kurang dari 14 tahun dan
lebih dari 60 tahun tersebut bekerja dikarenakan kesulitan di bidang ekonomi
commit to user
Tabel 4.2 Komposisi Jumlah Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian Desa
Melikan
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Karyawan
a. PNS 38
b. Swasta 39
2 Wiraswasta 189
3 Tani 186
4 Pertukangan 79
5 Buruh Tani 350
6 Pensiunan 36
7 Pemulung 1
8 Jasa 27
Sumber: Monografi Desa Melikan Tahun 2012
Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas keberadaan industri kerajinan keramik
tidak diterangkan lebih rinci melainkan dimasukkan dalam kategori wiraswasta.
Di Desa Melikan industri kerajinan keramik merupakan salah satu mata
pencaharian penunjang kehidupan sehari-hari karena tersedianya sumber daya
manusia yang terampil dalam pembuatan keramik, sehingga menjadi hal yang