commit to user
PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR
UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP
Skripsi
Oleh:
Isnaini Rohayati
NIM K2308094
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR
UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP
Oleh:
Isnaini Rohayati
NIM K2308094
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
v
ABSTRAK
Isnaini Rohayati. PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA
TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2012.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui karakteristik instrumen tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun.
Penelitian ini merupakan penelitian dasar. Penelitian dilakukan di Surakarta dan di Girimarto dengan melibatkan responden siswa kelas VIII A, B, C, E, F dan G SMP Negeri 2 Girimarto tahun ajaran 2011 / 2012. Tes yang disusun berupa tes formatif Fisika materi Cahaya. Teknik pengumpulan data dengan teknik non tes dan teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan penelaahan soal dan teknik kuantitatif dengan analisis butir tes pilihan ganda meliputi daya beda, tingkat kesukaran, efektivitas distraktor, dan reliabilitas soal.
Hasil penelitian berupa hasil telaah kualitatif oleh ahli dan hasil analisis kuantitatif yang dilakukan oleh peneliti. Dari telaah kualitatif diperoleh soal – soal yang harus direvisi karena pilihan jawaban tidak alfabetis, kalimat tidak efektif dan materi tidak sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Hasil uji lapangan I menunjukkan hasil sebagai berikut ; paket A : terdapat 6 soal kategori sukar, 24 soal kategori sedang dan 10 soal yang sulit, Dari segi daya pembeda, terdapat 5 soal berdaya beda negative, 5 soal jelek, 5 soal cukup, 13 soal baik dan 12 soal sangat baik. Untuk soal paket B, terdapat 13 soal sukar, 23 soal sedang dan 4 soal mudah. Dari segi daya pembeda, terdapat 12 soal ditolak, 1 soal jelek, 4 soal cukup, 15 soal baik dan10 soal sangat baik.
Dari Hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa Tes yang telah disusun yaitu “Tes Formatif Fisika SMP Materi Cahaya, Tahun Pelajaran 2011/2012”. Tes berupa tes objektif bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang berjumlah 50 soal. Alokasi waktu pengerjaan tes selama 90 menit. Tes yang telah disusun dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan kunci jawaban. Adapun karakteristik tes yang telah disusun adalah dari soal paket A, terdapat 25% soal kategori mudah, 60% soal sedang dan 15% soal sukar. Dari segi daya pembeda, soal dengan daya beda sangat baik, baik dan cukup sebanyak 75%. Sedangkan ditinjau dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 85% soal dengan 3 distraktor dengan baik. Soal paket B, terdapat 10% soal mudah, 57,5% soal sedang dan 32,5% soal sukar. Dari segi daya beda, Soal dengan daya beda sangat baik, baik dan cukup sebanyak 67,5%.Sedangkan dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 85% soal dengan tiga distraktor berfungsi dan dengan baik. Instrumen tes akhir, terdapat 22% soal mudah, 54% soal sedang dan 24% soal sukar. Soal dengan daya beda sangat baik ,baik dan cukup sebanyak 74%. Dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 68% soal dengan tiga distraktor yang sudah berfungsi dengan baik. Dari keriga paket tes, tes yang memiliki kualitas dan karakteristik terbaik adalah tes terakhir.
commit to user
vi
MOTTO
“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai
(dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan
hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Al Insyirah : 6-8 )
Untuk Istana 10 Cinta, yang Belum Nyata Akan Menadi Nyata Jika Diusahakan
(Penulis)
Penjamkan Mata, Sebut Nama Sepuluh Orang yang Dicinta, Niscaya Api
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
1. Istana 10 cinta
2. Omnya ultramen kecil
3. Kel.Besar Censi
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Penyusunan Instrumen Tes Formatif Fisika untuk SMP”.
Banyak kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sukarmin, S. Pd, M. Si, Ph. D. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Supurwoko, M. Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Drs. Surantoro, M. Si. Selaku Koordinator
Skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi.
5. Ibu Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd. Selaku Pembimbing I yang telah
membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing II yang telah
membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Segenap Dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
8. Bapak Basuki, S.Pd. Selaku kepala SMP Negeri 2 Girimarto yang telah
mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Bapak Eko Purwanto, S, Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri 2
Girimarto yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
commit to user
ix
Semoga amal kebaikan semua pihak yang tersebut di atas mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Amiin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Surakarta, September 2012
commit to user
5. Melakukan Telaah Instrumen Secara Teoritis 25
6. Melakukan Uji Coba Dan Analisis Item Hasil Uji
Coba Tes
26
7. Merevisi Instrumen Tes 26
D.Subjek Penelitian 26
E.Data dan Teknik Pengambilan data 26
1. Data 26
1. Hasil Telaah Instrumen Secara Deskriptif 31
2. Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan ITEMAN dan
SPSS
33
3. Analisis Hasil Uji Coba II Menggunakan ITEMAN
dan SPSS
commit to user
xii
4. Produk Akhir 36
B.Pembahasan 37
1. Analisis Kurikulum 37
2. Penetapan Tujuan Tes 37
3. Penyusunan Kisi – Kisi 38
4. Penulisan Instrumen 38
5. Telaah Kualitatif 38
6. Uji Coba 39
7. Analisis Item Hasil Uji Coba I 39
8. Pengambilan Keputusan 53
9. Uji Coba dan Analisis Hasil Uji Coba II 55
BAB V.KESIMPULAN dan SARAN
A.Kesimpulan 114
B.Keterbatasan Penelitian 115
C.Saran 115
DAFTAR PUSTAKA 117
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Daya Beda Butir
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Tabel 3.2. Klasifikasi Daya Beda Butir Soal
Tabel 4.2. Rangkuman Telaah Secara Teoritis
Tabel 4.3. Rangkuman Tingkat Kesukaran
Tabel 4.4. Rangkuman Daya Beda Paket A
Tabel 4.5 Rangkuman Tingkat Kesukaran
Tabel 4.6 Rangkuman Daya Beda Pake Soal B
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN Paket A dan B
Tabel 4.8. Tingkat Kesukaran Item
Tabel 4.9 Daya Pembeda Item
Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN
Tabel 4.11. Persentase Taraf Kesukaran Soal Paket A dan B
Tabel 4.12. Kriteria Daya Pembeda Soal
Tabel 4.13. Perbandingan Persentase Daya Pembeda Paket Soal A dan B
Tabel 4. 14. Klasifikasi Distraktor Soal Paket A
Tabel 4.15. Klasifikasi Distraktor Soal Paket B
Tabel 4.16. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 1
Tabel 4.17. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 2
Tabel 4.18. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 7
Tabel 4.19. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 9
Tabel 4.20. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 11
Tabel 4.21. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 12
Tabel 4.22. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 20
Tabel 4.23. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 23
Tabel 4.24. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 24
commit to user
xiv
Tabel 4.26. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 26
Tabel 4.27. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 27
Tabel 4.28. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 28
Tabel 4.29. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 29
Tabel 4.30. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 30
Tabel 4.31. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 31
Tabel 4.32. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 32
Tabel 4.33. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 37
Tabel 4.34. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 38
Tabel 4.35. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 39
Tabel 4.36 Rangkuman Analisis ITEMAN Paket A dan B
Tabel 4.37. Pemilihan Soal
Tabel 4.38 Kriteria Pengambilan Keputusan
Tabel 4.39 Persentase Taraf Kesukaran Soal Paket A, B, dan Soal Akhir
Tabel 4.40. Persentase Daya Pembeda Soal Paket A, B dan Soal Akhir
Tabel 4.41. Efektifitas Distraktor
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 4.1a. Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket A
Gambar 4.1b. Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket B
Gambar 4.2a Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket A
Gambar 4.2b Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket B
Gambar 4.5a. Diagram Distribusi Skor
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Analisis Deskriptif Instrumen
Lampiran 2 Hasil Analisis ITEMAN uji I
Lampiran 3 Pengambilan Keputusan
Lampiran 4 Hasil Analisis Kurikulum, SK dan KD
Lampiran 5 Kisi –Kisi Tes
Lampiran 6 Instrumen Tes Uji I
Lampiran 7 Hasil Analisis SPSS Paket A dan B
Lampiran 8 Hasil Analisis SPSS Paket A dan B
Lampiran 9 Instrumen Uji II
Lampiran 10 Hasil ITEMAN Uji II
Lampiran 11 Hasil SPSS Uji II
Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal
Lampiran 13 Lembar Telaah Kualitatif
Lampiran 14 Perbandingan Item A dan B ynag Belum Seimbang
Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 16 Soal Pra Validasi
Lampiran 17 Distraktor Soal A dan B
Lampiran 18 Distraktor Uji II
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, pendidik dan peserta memiliki hubungan timbal
balik yang sangat erat. Peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau kelompok yang menjalankan pendidikan, sedangkan pendidik
adalah orang yang berwenang dan bertanggungjawab untuk membimbing dan
membina peserta didik baik individu maupun klasikal di sekolah maupun di luar
sekolah. Dari dua unsur tersebut, dapat dikatakan bahwa anak didik dan guru
mempunyai hubungan saling membutuhkan. Dalam hal ini peserta didik
merupakan unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif.
Interaksi edukatif yang terjadi di dalam kelas misalnya kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak terlepas dari interaksi antara pendidik
dan peserta didik, dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang dan diakhiri
dengan evaluasi (penilaian).
Penilaian merupakan salah satu unsur yang penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Penilaian didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Sri Yamtinah :
2009).
Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
salah satunya dengan tes. Tes merupakan suatu cara efektif yang biasa digunakan
oleh guru untuk menafsirkan kemampuan siswa secara tidak langsung. Peranan tes
dalam penilaian sangatlah penting, karena kualitas tes yang baik akan memberikan
gambaran kemampuan siswa secara akurat sehingga guru dapat menggunakan
informasi balikan dari siswa untuk mengambil keputusan dengan tepat.
Terlepas dari esensi dan urgensi tes sebagai suatu metode untuk menilai,
fakta yang didapatkan di sekolah adalah guru tidak mempersiapkan rancangan
tesnya dengan maksimal , kebanyakan soal tes diambil dari LKS atau buku
commit to user
pegangan guru. Selain itu, soal tes yang digunakan tidak diketahui
standardisasinya. Kenyataan ini tidak sesuai dengan Permendiknas No 16 tahun
2007 mengenai kualifikasi akademik dan Standart Kompetensi Guru khususnya
kompetensi pertama yang berbunyi “memahami prinsip – prinsip penilaian dan
evaluasi proses serta hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
diampu” dan kompetensi keempat “mengembangkan instrumen penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar. Jika instrumen yang digunakan guru untuk
menilai hanya diambil dari LKS atau buku pegangan dan soal tidak diketahui
standardisasinya, bisa jadi soal yang digunakan terlalu susah atau terlalu mudah,
sehingga hasil tes tidak memberikan gambaran yang representatif tentang
kompetensi siswa yang telah atau belum dimiliki oleh siswa.
Apabila tes sudah dipersiapkan dengan optimal dan instrumen yang
berkualitas baik,maka informasi yang diperoleh dari hasil tes dapat menunjukkan
sejauh mana kompetensi yang ditetapkan telah tercapai. Sehingga informasi
tersebut dapat dijadikan balikan untuk meningkatkan kualitas dan
menyempurnakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
menyusun skripsi berjudul PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF
TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Instrumen tes yang digunakan oleh guru diambil dari LKS dan buku
pegangan
2. Tes yang digunakan oleh guru belum diteliti standardisasinya.
C. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan permasalahan ini lebih mendalam dan
cakupannya tidak terlalu luas maka permasalahan-permasalahan yang ada dibatasi
commit to user
1. Tes yang disusun merupakan tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi
Cahaya.
2. Jenis tagihan yang akan dibuat berupa tes tertulis berbentuk soal pilihan
ganda khusus untuk mengukur aspek kognitif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah karakteristik instrumen tes formatif
Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui
karakteristik instrumen tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang
telah disusun
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara
lain :
1. Memberikan informasi tentang instrumen tes formatif fisika untuk SMP
2. Memberikan informasi tentang cara penyusunan instrumen tes yang baik
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi ilmiah untuk
penelitian lebih lanjut.
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan asumsi sebagai berikut :
1. Instrumen tes yang telah disusun diasumsikan layak untuk diteskan karena
tes disusun berdasarkan prosedur dan memenuhi kriteria penyusunan tes.
2. Bentuk soal pilihan ganda memungkinkan peserta tes untuk menebak
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Sains
Pada tingkat SD dan SMP, Fisika diajarkan secara terpadu dengan aspek
Biologi dan aspek Kimia dalam mata pelajaran IPA. Fisika bersama – sama
Biologi, Kimia serta Astronomi tercakup dalam kelompok ilmu – ilmu alam
(natural science) atau secara singkat disebut science. Dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi sains atau ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
”Sains pada dasarnya merupakan abstraksi dari aturan atau hukum alam
yang disederhanakan. Fisika maupun sains bekerja dengan landasan beberapa
asumsi bahwa objek – objek empiris mempunyai sifat keragaman,
memperlihatkan sifat berulang dan kesemuanya jalin menjalin mengikuti pola –
pola tertentu”. (Suriasumantri ,1892:7).
Tujuan dasar setiap ilmu termasuk Fisika adalah mencari pengetahuan
yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas yang dapat
diandalkan (Suriasumantri ,1982:19). Tujuan utama dari IPA dan Fisika yakni,
mengamati, menghayati dan memanfaatkan gejala – gejala alam yang melibatkan
zat atau materi dan energi. Fisika sebagai ilmu dasar juga memiliki karakteristik
yang mencakup bangun ilmu yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum,
postulat dan teori serta metodologi keilmuan. Fisika dalam mengkaji objek –
objek telaahnya yang berupa benda – benda serta peristiwa – peristiwa alam
menggunakan prosedur baku yang biasa disebut dengan metode atau proses
ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran dan penilaian hasil belajar fisika seharusnya
dapat mencerminkan karakteristik keilmuan tersebut.
2. Hasil Belajar
Sebuah proses dijalankan tentu saja memiliki tujuan. Sebagaimana
dengan proses belajar belajar Fisika. Mundilarto (2010:7) berpendapat bahwa
commit to user
”hasil belajar fisika berupa perilaku (behavioral objective) dan kompetensi yang
bukan perilaku (nonbehavioral objectives)”.
Benjamin Bloom ”mengelompokkan hasil belajar siswa dalam tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”. (Suharsini Arikunto ,
1999 ; 117), lebih lanjut disarikan dari pendapat Sri Yamtinah mengenai
komponen dari Taksonomi Bloom sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
a) Pengetahuan
Ranah pengetahuan merupakan ranah yang menuntut siswa untu dapat
mengingat kembali ide, gagasan dan hal – hal yang telah disampaikan tanpa
harus memahaminya. Kata kerja operasionalnya adalah menyebutkan,
menunjukkan, mendefinisikan kembali.
b) Pemahaman
Ranah pemahaman menuntut siswa untuk memahami segala sesuatu meliputi
ide, gagasan dan hal lain yang telah diperoleh. Kata kerja yang biasa
digunakan yakni membedakan, mengubah, menyajikan, menjelaskan,
memberi contoh.
c) Aplikasi
Ranah aplikasi merupakan ranah yang menuntut siswa untuk dapat
menentukan dan memilih suatu ide, gagasan, hukum dan hal – hal yang telah
disampaikan untuk diaplikasikan pada hal yang baru. Kata kerja operasional
yang digunakan antara lain menggunakan, menerapkan, menghubungkan,
memilih, mengembangkan, memilih, mengorganisasikan, dan
mengklasifikasikan
d) Sintesis
Ranah sintesis menuntut siswa untuk menggabungkan atau
mengorganisasikan hal – hal yang telah diterima menjadi sesuatu yang baru.
Kata kerja operasional yang digunakan antara lain menghubungkan,
menghasilkan, menggabungkan, mengorganisasikan, menyimpulkan dan
commit to user
e) Analisis
Ranah ini menuntut menganalisis bagian – bagian, faktor penyebab atau
membuat kelompok hal – hal yang telah diterima. Kata kerja operasional
yang biasa digunakan adalah membedakan, menemukan, mengklasifikasikan,
mengkategorikan dan menganalisis.
f) Evaluasi
Ranah evaluasi menuntut siswa untuk dapat menggabungkan semua aspek
untuk menyelesaikan masalah. Kata kerja operasional yang biasa digunakan
adalah menafsirkan, mempertimbangkan, mengargumentasikan dan menaksir.
Andreson dan Krathwohl melakukan revisi taksonomi Bloom untuk
ranah kognitif, revisi tersebut kemudian disebut dengan Taxonomy for Learning,
Teaching and Assessing. Adapun komponen – komponennya sebagai berikut:
(1)Mengingat(remembering) yakni mengenal kembali pengetahuan yang telah dihimpun dalam memori. Mengingat adalah ketika memori digunakan untuk mengenal kembali pengetahuan – pengetahuan yang telah diperoleh,(2) memahami (understanding) yakni membangun arti dari berbagai jenis materi, ditandai dengan kemampuan menginterpretasi,
memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan, (3) menerapkan (applying) yaitu melakukan atau menggunakan suatu prosedur melalui pelaksanaan atau penerapan pengetahuan. Menerapkan berkaitan dan mengacu pada situasi dimana materi yang telah dipelajari digunakan untuk menghasilkan produk seperti model, penjelasan dan simulasi, keempat, menganalisis (analyzing) yakni mengurai materi atau konsep ke dalam bagian – bagian, mengkaji hubungan antar bagian untuk mempelajari struktur atau tujuan secara keseluruhan. Kegiatan mental yang tercakup di dalamnya adalah
membedakan,mengorganisasi dan mengidentifikasi,(5) mengevaluasi
(evaluating) Membuat kebijakan berdasarkan pada kriteria atau standar melalui pengamatan dan peninjauan, (6) menciptakan (creating) yaitu kegiatan mengkombinasikan elemen – elemen untuk membentuk bangun keseluruhan yang logis dan fungsional. Mengorganisasi ulang elemen – elemen ke dalam pola atau struktur yang baru melalui proses pembangkitan, perencanaan, atau produksi ( Mundilarto ,2010 : 9).
2) Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti perasaan, minat, sikap,
emosi atau nilai. (Sri Yamtinah ,2009:25). Penilaian ranah afektif dilakukan
commit to user
Krathwohl meliputi menerima (receiving), menanggapi (responding), menilai
(valuing), mengorganisasi (organization), dan membentuk watak
(characterization).
3) Ranah psikomotik
burhubungan dengan erta dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya
tubuh atau bagian – bagiannya. Anita harrow mengemukakan garis besar
taksonomi ranah psikomotorik meliputi gerakan refleks, dasar – dasar
gerakan, perceptual abilities, physical abilities, skilled movement, dan
nondiscoursive communication (Arikunto, 1987:122).
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang ingin diamati yaitu hasil belajar
pada ranah kognitif dengan komponen penyusun aspek sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya.
3. Penilaian Pembelajaran Fisika
a. Pengukuran, Evaluasi dan Penilaian
Ada dua istilah yang terkait dengan konsep penilaian (assessment), yaitu
pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). (Djemari Mardaphi,
2007:1). Menurut Griffin dan Nix “pengukuran, asesmen dan evaluasi adalah
hirarki”. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment) sedangkan penilaian
didahului dengan pengukuran. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan
dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran,
sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku (Djemari
Mardapi, 2008:1).
Mundilarto mendefinisikan penilaian sebagai proses pengumpulan dan
penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar
peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan profil
kemampuan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum (2012:14). Penilaian didefinisikan pula sebagai rangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
commit to user
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Sri
Yamtinah , 2009: 1).
Pengukuran adalah proses penetapan angka tehadap suatu gejala menurut
aturan tertentu. Dalam bidang pendidikan, pengukuran dilakukan dengan
menggunakan tes atau non tes yang pada umumnya digunakan untuk mengukur
perilaku peserta didik.
Sedangkan evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manaat atau
kegunaan suatu objek. Evaluasi biasanya dilakukan dalam rangka pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, dalam evaluasi diperlukan indikator – indikator
keberhasian sebagai tolok ukur pencapaian tujuan. Evaluasi dapat dipandang
sebagai suatu siklus yang mencakup empat tahap berikut, persiapan, penilaian,
evaluasi dan refleksi.
Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan kesahihah,
objektifitas, adil, keterpaduan, keterbukaan, kesinambungan, aturan criteria dan
akuntabilitas (Yamtinah, 2009:4).
Sebuah penilaian pembelajaran dilakukan dengan beberapa tujuan.
Menurut Mundilarto, penilaian bertujuan untuk “mengetahui tingkat kompetensi
peserta didik, mengukur perumbuhan dan perkembangan, mendiagnosis kesulitan
belajar, mengetahui hasil proses belajar mengajar, mengetahui pencapaian
kurikulum, mendorong guru untuk mengajar lebih baik, sebagai upaya
meningkatkan akuntabilitas lembaga dan sebagai upaya meningkatkan kualitas
pendidikan “(2010 : 16).
Untuk mendapatkan informasi mengenai ukuran kemampuan peserta
didik maka diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur yang dipakai dalam bidang
evaluasi biasanya berupa tes dan non tes. Istilah tes, pengukuran dan evaluasi
merupakan istilah yang umum dijumpai dalam kegiatan evaluasi. Djemari
berpendapat bahwa ”tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya
tingkat kemampuan atau keterampilan seseorang secara tidak langsung, yakni
melalui respon orang tersebut terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan”(2008
commit to user
Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1990 :51) tes merupakan alat
atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan – atran yang sudah ditentukan.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan
suatu alat ukur untuk menaksirkan kemampuan seseorang (peserta didik). Selain
itu tes juga dapat digunakan sebagai suatu metode untuk melakukan penilaian
hasil belajar peserta didik.
Bentuk tes yang biasa digunakan ada beberapa macam tergantung
penggunaan. ”Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat
dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu tes objektif dan tes non objektif” (Djemari
Mardapi, 2008: 69). Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk
pilihan ganda, menjodohkan, benar- salah, dan uraian objektif.
1) Tes objektif (Pilihan Ganda)
Multiple choice atau pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang
telah disediakan. (Suharsini arikunto , 1999:168).
Dalam Journal of Education yang dituliskan oleh Aidan O’Dwyer
(2006:2) disebutkan bahwa ” Multiple – choice questions are an efficient means
of knowledge assessment (particularly in well defined subjects that do not cange
with time. They are used assessment methodology”. Bentuk pertanyaan pilihan
ganda merupakan sarana yang efisien dalam penilaian ( khususnya untuk mata
pelajaran yang tidak berubah dengan waktu). Bentuk tes pilihan ganda dapat
banyak digunakan dalam metodologi penilaian.
Menurut Suke Silverius, bentuk tes pilihan ganda memiliki beberapa
kelebihan, antara lain dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang
kemampuan berfikir dalam ranah kognitif, dapat dibuat banyak ragam bentuk,
dapat digunakan pada semua jenjang sekolah dan kelas, dapat diskor dengan
sangat objektif, dan ruang lingkup bahan yang ditanyakan dangat luas. ( Isti
commit to user
Dalam penulisan butir soal tentu terdapat beberapa kaidah yang harus
dipenuhi. Begitu pula dengan penulisan soal yang berbentuk pilihan ganda.
Beberapa kaidah yang harus dipenuhi dalam penulisan soal tes pilihan ganda
antara lain :
Soal harus sesuai dengan indikator, pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya masalah yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tida menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda – beda bagi setiap peserta didik dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor, bahasa yang digunakan harus komunikastif sehingga mudah dimengerti peserta didik, kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, Bahasa Indonesia yang digunakan harus baku, rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pertanyaan yang diperlukan saja, letak jawaban benar ditentukan secara acak, pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar, pokok soal tidak boleh menggunakan pertanyaan – pertanyaan yang bersifat negatif ganda, pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi, panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama, pilihan jawaban tidak boleh menggunakan pernyataan ” semua jawaban benar’ atau ’ semua jawaban salah ”, pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan besar kecilnya, pilihan jawaban tidak boleh mengulang kata atau frase yang sama yang bukan merupakan satu kesatuan, gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, setiap soal harus mempunyai satu jawaban benar, butir soal tidak boleh bergantung pada jawaban soal sebelumnya (Mundilarto, 2010 : 53).
Sebagaimana dalam penskoran instrumen tes yang lain, ada beberapa
kaidah penskoran yang harus dipenuhi. Untuk memeriksa jawaban siswa pada
instrumen tes yang berbentuk objektif tidaklah sukar, karena dengan sangat
mudah dapat digunakan skor benar = 1 dan skor salah – 0. Namun untuk
menentukan jumlahan skor secara keseluruhan, dapat digunakan beberapa
pedoman penskoran berikut:
a) Menggunakan faktor koreksi
Faktor koreksi dimaksudkan untuk menghindari atau meminimalisasi
terjadinya guessing (tebakan) dalam menjawab soal sehingga diberikan
denda. Jika penskoran menggunakan faktor koreksi, maka rumus yang harus
digunakan adalah
skor=B- S
commit to user
denganS : jumlah jawaban benar
B ; jumlah jawaban salah
b) Tanpa Faktor Koreksi
Jika penyusun soal tidak memberikan denda, maka rumus yang digunakan
adalah
skor=B ...(2.2)
dimana
B : jumlah jawaban benar.
Jika dalam penskoran digunakan bobot, maka rumus penskoran menjadi
skor = B x bobot ...(2.3)
2) Bentuk Benar Salah
Menurut Djemari ”Tes benar salah adalah tes yang terdiri atas sejumlah
pernyataan yang bernilai benar dan salah” (2008 :71). Tes benar salah
memiliki kelebihan antara lain ”dapat mencakup bahan yang luas, mudah
menyusunnya, dapat digunakan berkali – kali, dapat dilihat secara cepat dan
objektif dan petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti” (Arikunto :
1987:166)
3) Bentuk Uraian Objetif
Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan dalam sains dan
matematika dengan alasan hanya terdapat satu kunci jawaban (Mardapi ,
2008:72). Sebagaimana tes bentuk benar salah, tes bentuk uraian objektif ini
memiliki prosedur pengerjaan tertentu yang relatif mudah dan terdapat poin
pada setiap langkahnya. Akan tetapi bentuk tes ini memiliki kelemahan yakni
kerumitan dalam penskoran.
Terkait dengan penelitian ini, bentuk tes yang akan disusun adalah
bentuk tes pilihan ganda. Pemilihan bentuk tes pilihan ganda ini didasarkan pada
beberapa kelebihan yang dimiliki oleh bentuk tes pilihan ganda antara lain dapat
digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berfikir dalam ranah
commit to user
sekolah dan kelas, dapat diskor dengan sangat objektif, dan ruang lingkup bahan
yang ditanyakan dangat luas
b. Macam Tes Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari suatu tes, maka tes dapat
dibedakan menjadi empat, yakni tes penempatan, tes diagnostik, tes sumatin dan
tes formatif.
1) Tes penempatan
Tes penempatan dilaksanakan di awal dan dilakukan untuk mengetahui
tingkat kompetensi yang telah dimiiki oleh peserta didik
2) Tes diagnostik
Anas Sudijono menyatakan bahwa ”tes sumatif merupakan tes hasil belajar
yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai
diberikan”(2005:70).
3) Tes sumatif
Tes sumatif dilakukan pada akhir semester, hasilnya digunakan untuk
menentukan kebehasilan belajar peserta didik.
4) Tes Formatif
Formatif berasal dari kata form. Secara umum tes ini berfungsi untuk
memperoleh informasi atau masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan
proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi
mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan dapat memperbaiki program
pengajaran dan strategi pelaksanaannya (Winarno Surachman, 1995 : 8).
Tes formatif memiliki karakteristik sebagai berikut:
commit to user
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh
b) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa
c) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan – kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan mana yang belum dikuasainya
d) Sebagai diagnosis. Dengan mengetahui hasil tes formatif siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan yang mesih dirasakan sulit. Setelah siswa mengetahui kelemahannya dengan cepat dapat memperbaiki diri.
Manfaat bagi guru
a) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.
b) Mengetahui bagian – bagian mana dari bahan pelajaran yang berlum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang lain.
c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
Manfaat bagi program
Setelah diadakan tes formatif maka akan diperoleh hasil, dari hasil tersebut maka akan diketahui ;
a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan – pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
b) Jika ada bagian – bagian yang belum dikuasai maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian – bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.
4. Prosedur Penyusunan Tes
Penyusunan instrumen tes melalui beberapa tahapan, yakni ”(1)
commit to user
(4) menulis instrumen tes, (5) melakukan telaah instrumen secara teoritis, (6)
melakukan uji coba dan analisis item hasil uji coba tes, dan (7) merevisi instrumen
commit to user
5. Analisis Hasil Tes
Analisis hasil tes dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis hasil tes dilakukan untuk melihat secara tidak langsung kaualitas dari tes
yang telas disusun.
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan penelaahan pada tes yang telah dibuat.
Telaah tes secara kualitatif dilakukan terhadap aspek materi, konstruksi dan
bahasa. Djemari (2008 : 137) memberikan definisi mengenai aspek materi,
konstruksi dan bahasa sebagai berikut ”Aspek materi berkaitang dengan
substansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berfikir yang terlibat. Aspek
konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, baik bentuk objektif
maupun yang non objektif. Aspek bahasa terkait dengan kekomunikatifan /
kejelasan hal yang ditanyakan.
b. Analisis Kuantitatif
1) Validitas
Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Valid dapat diartikan sebagai sahih, sehingga validitas
dapat diartikan sebagai kesahihan. Walaupun istilah ”tepat” belum tentu
mencakup semua arti yang tersirat dalam kata ”valid” dan kata ”tepat” kadang
– kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata
’tepat” dalam menerangkan kata ”valid” dapat memperjelas apa yang
dimaksud.
Ada beberapa macam validitas, antara lain validitas logis dan validitas
empiris
a) Validitas logis
Validitas logis dalam konteks instrumen memiliki arti sebagai kondisi
bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil
penalaran. Kevalidan tersebut terpenuhi jika instrumen telah disusun dengan
baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
Ada dua macam komponen dallam validitas logis, yakni validitas isi
commit to user
kondisi bahwa sebuah instrumen yang telah disusun sesuai dengan materi
pelajaran yang akan dievaluasi. Sedangkan validitas konstruk sebuah
instrumen tercapai jika instrumen yang disusun berdasarkan konstruk
kejiawaan yang seharusnya dievaluasi.
b) Validitas empiris
Validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh
atas dasar pengamatan di lapangan. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan
memiliki validitas empirik apabila secara tepat dapat mengukur hasil belajar
yang seharusnya diukur melalui tes tersebut Untuk mengetahui validitas
empirik paket soal yang telah diujikan dilakukan dengan menghitung daya
ketepatan bandingan (concurrent validity). Validitas empiris dapat dihitung
dengan dua metode berdasarkan jenis datanya, jika data yang dimiliki salah
satunya adalah data dikotomi maka rumus yang digunakan adalah korelasi
point biserial. Rumusan koefisien point biserial adalah
=[ ] ...(2.4)
(Nonoh Siti Aminah, 2012 :9)
dengan
r : koefisien biseral
Mi : mean skor X dari seluruh subjek yang mendapat angka 1 pada
variabel dikotomi
Mx : mean skor dari seluruh subjek
Sx : deviasi standar skor X
P : proporsi subjek yang mendapat skor 1 pada variabel dikotomi
2) Reliabilitas
Sebuah tes dapat dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berkali – kali. Dengan kata lain jika kepada siswa diberikan tes
yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam
commit to user
Jika dihubungkan denganvaliditas, maka validitas adalah ketepatan dan
reliabilitas adalah ketetapan. Dengan kata lain, reliabilitas tes adalah tingkat atau
derajat konsisten item bersangkutan, yaitu berkenaan dengan pertanyaan apakah
suatu item atau alat ukur teliti dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Item dikatakan reliabel jika selalu memberi hasil yang sama pada
waktu atau kesempatan yang berbeda.
Indeks reliabilitas dapat ditentukan dengan beberapa metode, antara lain:
a) Teknik ulangan tes
Teknik ini dapat dilaksanakan dengan menyelenggarakan tes sebanyak dua
kali pada waktu yang berbeda. Tujuan dari pengulangan tes ini adalah untuk
mengetahui tingkat stabilitas atau ketetapan hasil tes, antara tes yang pertama
dan tes yang kedua. Teknik ini memiliki kelemahan pada sulitnya membuat
kondisi penyelenggaraan tes yang benar – benar sama.
b) Teknik bentuk paralel
Teknik bentuk paralel dilaksanakan dengan memberikan tes yang seimbang
untuk subjek tes yang sama. Kelemahan dari teknik ini adalah pada sulitnya
membuat tes yang benar – benar seimbang.
c) Teknik Konsistenasi Internal
Mengenai teknik konsistensi internal, Syaifuddin mengemukakan bahwa
pendekatan konsistensi internal dimaksudkan untuk menghindari masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan bentuk paralel. Pendekatan konsistensi internal, hanya memerlukan satu kali tes kepada sekelompok individu, pendekatan ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi(1997:63).
Berkaitan dengan penelitian ini, koefisien reliabilitas dicari dengan
menggunakan teknik konsistensi internal metode koefisien alpha. Nilai
koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan bantuan software Microcat
ITEMAN 3,0.
Persamaan matematis untuk mencari koefisien alpha 20 adalah
= 1 ( ) ... (2.5)
commit to user
K ; banyaknya item dalam tes
: varians skor tes
P : proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu item, yaitu
banyaknya angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab
item tersebut
Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring
banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Rumus yang
digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah :
B : banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : jumlah siswa peserta tes
Klasifikasi soal :
Soal dengan p 1,00 sampai 0,30, soal kategori sukar
Soal dengan p 0,30 sampai 0,70, soal kategori sedang
Soal dengan p 0,70 sampai 1,00, soal kategori mudah
4) Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya
suatu butir soal membedakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi
commit to user
dua kelompok ujung, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah
(lower group). Biasanya kedua kelompok ditentukan sebanyak 27% dari jumlah
peserta tes yang medapatkan skor tinggi kelompok atas dan 27% dari jumlah
peserta tes yang mendapat skor rendah sebagai kelompok bawah. Daya pembeda
butir sal ditetapkan sebagai :
ULI=Ru-Rl
f ...(2.7)
dengan
ULI : daya pembeda butir soal (Upper Lower Index)
Ru : Jumlah subjek kelompok atas yang menjawab benar soal
Rl : jumlah subjek kelompok bawah yang menjawab benar soal
f : jumlah subjek tiap – tiap kelompok
Daya pembeda dapat pula dihitung dengan mencari nilai korelasi point biserial
dan nilai korelasi Biserial. Secara matematis nilainya dinyatakan dengan:
rpb is=
p : jumlah peserta tes yang menjawab benar
Mp : mean skor tes dari peserta tes yang menjawab benar
Nilai korelasi Biserial selalu lebih rendah dibanding dengan korelasi point
biserial. Klasifikasi daya beda butir soal adalah sebagai berikut
commit to user
0,40 – 0,70 Good Butir yang bersangkutan telah memiliki daya beda yang
baik
0,70 – 1,00 Excellent Butir yang bersangkutan telah memiliki daya beda yang baik sekali
Bertanda negatif - Butir yang bersangkutan telah memiliki daya bedanya
negatif (jelek sekali)
Sebagai tindak lanjut dari penganalisisan mengenai daya pembeda item,
item soal dikelompokkan menurut klasifikasi sebagaimana yang dikemukakan
oleh Anas Sudijono (1995 : 389) berikut:
1. Butir – butir soal yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik (satisfactory, good, dan excellent) hendaknya dimasukkan dalam buku bank soal tes hasil belajar. Butir – butir item tersebut dapat dipakai.
2. Butir – butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada dua kemungkinan tindak lanjut, yaitu :
a) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.
b) Dibuang dan tidak digunakan lagi.
5) Efektifitas Distraktor
Analisis efektifitas pengecoh atau analisis distribusi jawaban
dimaksudkan untuk mengetahui apakah alternatif jawaban yang tersedia sudah
berfungsi dengan baik atau belum. Berdasarkan hasil analisis distribusi jawaban
tes, dapat diketahui jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar,
alternatif jawaban atau pengecoh (distraktor) mana yang kesalahannya terlalu
mencolok sehingga tidak ada daya tarik bagi peserta tes, dan alternatif jawaban
atau pengecoh yang telah berfungsi dengan baik. Pengecoh dikatakan berfungsi
dengan baik apabila jumlah pemilihnya paling sedikit 2% dari jumlah peserta tes.
6. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang bertema evaluasi kh tes formatif telah
dilaksanakan sebelumnya, antara lain:
a. Isti Nafah (2010 : 5) dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh Perbedaan
Bentuk Tes dalam Evaluasi hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Kemampuan
commit to user
evaluasi hasil belajar Fisika, penggunaan tes pilihan ganda lebih efektif
daripada penggunaan tes esai.
b. Supardi U.S (2008) dalam penelitian berjudul ”Pengaruh bentuk tes Formatif
san Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika”, hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang terbiasa
diberi tes formatif berbentuk pilihan ganda lebih tinggi dari siswa yang biasa
diberi tes formatif bentuk essay.
c. Elvin Yusliana (2008) dalam penelitian berjudul ”Analisis Kualitatif Tes
Fisika Semester I Kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Kabupaten Sleman
Menggunakan Pendekatan teori Tes Klasik dan Teori Respon Butir”,
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah tingkat konsistensi
analisis soal dengan menggunakan teori tes klasik dan teori respon butir tes
Fisika semester I kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik kabupaten Sleman pada
tahun pelajaran 2007/2008 menunjukkan nilai yang rendah.
B. Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen tes formatif
yang telah disusun. Produk akhir yang dihasilkan berupa soal tes formatif materi
cahaya. Aspek yang diukur melalui instrumen tes formatif yang berbentuk soal
pilihan ganda ini adalah aspek kognitif siswa. Hal mendasar yang
melatarbelakangi penelitian ini adalah urgensi tes dalam mengetahui tingkat
kemampuan siswa dan kenyataan di lapangan bahwa sebagian guru belum
melakukan penyusunan instrumen tes sendiri dan menganalisis instrumen yang
telah dibuat sesuai dengan standar.
Sebuah instrumen yang baik, seharusnya dapat memberikan gambaran
mengenai kemampuan dan kompetensi siswa. Siswa dinilai mampu jika
memenuhi standar kelulusan minimal yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui
kemampuan tersebut guru menggunakan instrumen tes untuk diujikan kepada
siswa. Soal yang digunakan seharusnya sesuai dengan materi yang telah
disampaikan oleh guru tersebut, tidak kurang atau lebih. Jadi soal yang diteskan
commit to user
oleh siswa karena kualitas instrumen juga menentukan kualitas pengambilan
keputusan.
Untuk mengetahui kualitas instrumen tes yang telah disusun maka dilakukan
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan oleh ahli dan
analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program ITEMAN dan
analisis butir soal yang lain yang meliputi analisis mengenai reliabilitas, daya
pembeda, taraf kesukaran, efektifitas distraktor.
Dengan disusunnya instrumen tes formatif yang baik diharapkan dapat
menjadi sarana pengumpul informasi mengenai pembelajaran secara keseluruhan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
commit to user
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Pertanyaan dari penelitian ini adalah : Bagaimanakah karakteristik
instrumen tes formtif Fisika untuk SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah
disusun?
Revisi instrumen tes Penyusunan instrumen tes
Validasi instrumen oleh pakar
Produk akhir instrumen tes Validasi lapangan
Revisi instrumen
Analisis hasil
Analisis Kebutuhan Pengumpulan referensi materi
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Girimarto kelas VIII tahun
pelajaran 2011/2012
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian antara bulan Januari – Juni 2012, adapun rinciannya
dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Tahapan Bulan ke-
I II III IV V VI
1. Persiapan penelitian
a. Pengajuan judul
b. Permohonan pembimbing
c. Pembuatan proposal penelitian
d. Permohonan perijinan kepada
lembaga terkait
2. Pelaksanaan penelitian
a. Pembuatan instrument
b. Konsultasi instrument
c. Uji coba instrument
3. Penyelesaian
a. Analisis data
b. Konsultasi dengan pembimbing
c. Penyusunan laporan
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian dasar.
commit to user
teori ilmiah atau prinsip dasar suatu disiplin ilmu yang lebih baik daripada hanya
memecahkan persoalan praktis” ( Nonoh Siti A, 2002:1).
C. Prosedur Penyusunan
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun instrumen tes formatif Fisika
untuk SMP kelas VIII untuk materi Cahaya. Adapun tahapan penyusunan
instrumen tes dalam penelitian ini adalah
1. Melakukan analisis kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan cara melihat dan menelaah kembali
kurikulum yang telah ada berkaitan dengan tujuan tes yang telah ditetapkan.
Instrumen yang disusun seharusnya sesuai dengan indikator pencapaian suatu
KD (Kompetensi Dasar) yang terdapat dalam Standar isi (SI).
2. Menetapkan tujuan tes
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen tes adalah menetapkan
tujuan. Ada empat macam tes berdasarkan tujuannya, yaitu : (a) tes
penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif dan (d) tes sumatif
3. Membuat kisi – kisi
Kisi – kisi tes merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal – soal (meliputi
SK – KD, materi, indikator dan bentuk soal yang akan dibuat.
4. Menulis Instrumen
Penulisan instrumen tes berdasar pada indikator yang telah dituliskan pada
kisi –kisi tes dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal.
5. Melakukan telaah instrumen secara teoritis
Telaah instrumen secara teoritis dilakukan untuk melihat kesahihan instrumen
dari segi materi, konstruksi dan bahasa. Telaah instrumen secara teoritis
dilakukan oleh ahli atau pakar, teman sejawat atau oleh penulis soal. Dalam
penelitian ini, proses telaah instrumen secara teoritis dilakukan oleh dosen
pembimbing, dosen ahli materi dan guru kelas (validasi ahli).
6. Melakukan uji coba dan analisis item hasil uji coba tes
Langkah ini diperlukan untuk memperoleh data empiris tentang kualitas tes
commit to user
hasil ujicoba ini diperoleh data yang digunakan sebagai dasar analisis
reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, efektifitas pengecoh dan daya beda.
7. Merevisi instrumen tes
Dari hasil analisis item tes hasil uji coba kemudian dilakukan perbaikan untuk
soal yang masih belum memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Setelah
butir soal melewati semua tahap maka langkah selanjutnya adalah
penyusunan instrumen tes.
(Estina Ekawati : 2011).
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A, B, C, E, F dan G SMP
Negeri 2 Girimarto tahun pelajaran 2011 / 2012.
E.Data dan Teknik Pengambilan data
1. Data
Data dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif.
a. Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil penelaahan butir tes oleh ahli.
b. Data kuantitatif
Data yang dikumpulkan berupa hasil tes formatif. Datta uantitatif
selanjutnya dianalisis untuk reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran,
dan keefektifan distraktor.
2. Teknik Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
a. Instrumen non tes berupa lembar telaah kualitatif. Lembar telaah kualitatif
digunakan dalam penelaahan butir soal dari tinjauan materi, konstruksi dan
bahasa.
commit to user
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data
secara kualitatif dilakukan untuk menganalisis butir soal yang telah disusun secara
deskriptif. Penelaahan dilakukan meliputi aspek materi, konstruksi dan
bahasa.Dalam penelaahan soal digunakan lembar telaah untuk mempermudah
prosedur pelaksaan. Format lembar penelaahan soal dapat dilihat pada lampiran 1.
Adapun analisis kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis validitas, tingkat
kesukaran item soal, daya pembeda dan efektifitas disktraktor.
1. Reliabilitas
Koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan teknik konsistensi
internal metode koefisien alpha. Nilai koefisien reliabilitas dicari dengan
commit to user
2. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring
banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Rumus
yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah :
P= B
biserial dan nilai korelasi biserial. Secara matematis nilainya dinyatakan
dengan:
Mp : mean skor tes dari peserta tes yang menjawab benar
Mt : mean skor total
Nilai korelasi Biserial selalu lebih rendah dibanding dengan korelasi Point
commit to user
Tabel 3.2. Klasifikasi Daya Beda Butir SoalNilai p Klasifikasi Interpretasi
Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan
daya bedanya lemah sekali
Bertanda negatif - Butir yang bersangkutan elah
memiliki daya bedanya negatif (jelek sekali)
Sebagai tindak lanjut dari penganalisisan mengenai daya pembeda item,
item soal dikelompokkan dengan criteria sebagaimana dinyatakan oleh Anas
Sudijono (1996 :389) berikut :
a. Butir – butir soal yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik (satisfactory, good, dan excellent) hendaknya dimasukkan dalam buku bank soal tes hasil belajar. Butir – butir item tersebut dapat dipakai. b. Butir – butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada dua
kemungkinan tindak lanjut, yaitu :
1) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.
2) Dibuang dan tidak digunakan lagi.
4. Efektifitas Distraktor
Berdasarkan hasil analisis distribusi jawaban tes, dapat diketahui hal –
hal berikut :
a. Jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar
b. Alternatif jawaban atau pengecoh (distraktor) mana yang kesalahannya terlalu
mencolok sehingga tidak ada daya tarik bagi peserta tes
c. Alternatif jawaban atau pengecoh yang telah berfungsi dengan baik.
Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila jumlah pemilihnya paling
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Telaah Instrumen Secara Deskriptif
Telaah instrumen secara teoritis atau deskriptif (Lampiran I) dilakukan
untuk melihat keterbacaan instrumen dan untuk validasi isi. Telaah instrumen
secara deskriptif dilakukan dengan peninjauan aspek materi, konstruksi dan
bahasa. Dalam penelitian ini, telaah instrumen secara deskriptif dilakukan oleh
pembimbing, dosen ahli materi dan guru kelas. Hasil telaah deskriptif untuk setiap
item soal secara singkat dapat dituliskan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rangkuman Telaah Secara Teoritis
No Rangkuman Telaah Secara Teoritis
Paket A Paket B
1 jawaban ganda dan tidak alfabetis -
2 pertanyaan soal membingungkan
6 gambar tidak diberi nomor soal terlalu panjang, pilihan
jawaban mengulang kata “sudut
9 soal berbelit – belit dan tidak sesuai dengan tujuan soal
13 pilihan jawaban tidak alfabetis pernyataan soal kurang jelas 14 Gambar kurang jelas dan tidak
diberi nomor.
-
15 - -
16 - -
17 - pernyataan soal tidak efektif
18 - -
commit to user
19 pernyataan soal kurang jelas -
20 pernyataan soal tidak efektif,
22 pernyataan soal terlalu panjang, pilihan jawaban tidak alfabetis
-
23 - -
24 - pernyataan soal kurang efektif
25 - pernyataan soal tidak efisien
26 Pernyataan terlalu panjang pernyataan soal tidak efisien
27 Pernyataan soal menimbulkan
30 pernyataan soal terlalu panjang pernyataan soal tidak baku dan terlalu panjang
35 - pilihan jawaban tidak alfabetis
36 - pilihan jawaban tidak alfabetis
37 - -
38 gambar pada pilihan jawaban salah pernyataan soal tidak efisien
39 - -
commit to user
2. Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan ITEMAN dan SPSS
a. Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan ITEMAN
Setelah instrumen tes ditelaah secara deskriptif, selanjutnya instrumen
tersebut diujicobakan pada siswa kelas VIII B, VIII C dan VIII E SMP Negeri 2
Girimarto. Uji coba dilaksanakan pada Rabu, 16 Mei 2012.
Hasil uji coba pertama dianalisis menggunakan program ITEMAN
(Lampiran II) dan SPSS. Dari hasil analisis ITEMAN tersebut selanjutnya dibuat
tabel rangkuman mengenai tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas.
commit to user
Tabel 4.6 Rangkuman Daya Beda Pake Soal BKategori Nomor Soal Jumlah
3) Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN Paket A dan B
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN Paket A dan B
Kriteria Paket A Paket B
rata – rata tingkat kesukaran 0.525 0.426
rata – rata daya beda semua soal 0.346 0.295
rata – rata daya pembeda 0.448 0.376
Ditinjau dari nilai reliabilitas tes, koefisien reliabilitas paket soal A
sebesar 0,830 (dari nilai alpha), angka ini menunjukkan bahwa tingkat kesahihan
tinggi. Sedangkan nilai koefisien reliabilitas tes paket soal B sebesar 0,757
menunjukkan bahwa tingkat kesahihan tes tinggi pula. Jika dibandingkan dengan
paket soal A, tingkat kesahihan tes paket B lebih rendah 0,073 dari angka
commit to user
3. Analisis Hasil Uji Coba II Menggunakan ITEMAN dan SPSS
commit to user
4. Produk Akhir
Hasil analisis ITEMAN dan SPSS selanjutnya dijadikan dasar untuk
menentukan kualitas produk akhir penelitian. Produk yang dihasilkan dari
penelitian ini adalah 50 butir soal tes formatif berbentuk pilihan ganda dengan
empat pilihan jawaban. Adapun kualitas dari produk yang dihasilkan ditinjau dari
tingkat kesukaran diperoleh 11 soal kategori mudah, 27 soal kategori sedang dan
12 soal termasuk dalam kategori sukar. Sedangkan ditinjau dari daya pembeda,
diperoleh 35 soal diterima, 5 soal direvisi dan 10 soal ditolak. Dilihat dari analisis
efektifitas distraktor terdapat 16 soal yang distraktornya belum berfungsi dengan
baik. Nilai indeks kesahihan 0,746, menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat
commit to user
B. Pembahasan
Penelitian ini termasuk dalam penelitian dasar karena bertujuan untuk
mengembangkan teori ilmiah atau prinsip dasar suatu disiplin ilmu. Adapun
prinsip dasar yang dikembangkan adalah prinsip dasar mengenai cara penyusunan
instrumen dan karakteristik tes yang baik. Instrumen yang disusun yakni
instrumen tes formatif pokok bahasan cahaya kelas VIII semester genap. Secara
rinci hasil dari setiap tahap penyusunan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan mengkaji SK (Standar
Kompetensi) dan KD (kompetensi Dasar). Standar kompetensi yang ingin dicapai
yakni memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam
produk teknologi sehari – hari. Sedangkan kompetensi dasarnya menyelidiki sifat
– sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Uraian
SK (Standart Kompetensi) dan KD (kompetensi Dasar) tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 4.
2. Penetapan Tujuan Tes
Instrumen tes yang disusun merupakan instrumen tes formatif.
Instrumen formatif bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran
pada setiap satuan pelajaran sudah tercapai, mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap suatu materi (pokok bahasan) dan memberikan umpan balik untuk
perbaikan proses belajar mengajar. Sesuai dengan tujuannya, tes formatif
diberikan pada akhir setiap pokok bahasan.
3. Penyusunan Kisi – Kisi
Kisi – kisi tes merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal – soal yang
akan dibuat, meliputi SK (Standar Kompetensi) – KD (Kompetensi Dasar) ,
materi, indikator, bentuk soal, nomor soal, alokasi waktu dan kurikulum acuan.
commit to user
dalam mengukur hasil belajar siswa. SK dan KD yang telah ditentukan kemudian
dijabarkan menjadi indikator.
Dalam penelitian ini terdapat satu SK (Standar Kompetenasi) yakni
“Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk
teknologi sehari – hari”, satu KD (Kompetensi Dasar) yaitu “Menyelidiki sifat –
sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa” dan 31
indikator (Lampiran 4) yang dikembangkan. Kisi – kisi tes formatif pada pokok
bahasan cahaya dapat dilihat pada Lampiran 5.
4. Penulisan Instrumen
Penulisan instrumen tes mengacu pada indikator yang telah dituliskan
pada kisi –kisi tes dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal. Tes berbentuk soal
objektif pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang dibuat dalam dua
paket, yakni paket A dan paket B. Setiap paket soal terdiri dari 40 soal. Alokasi
waktu yang disediakan 90 menit. Soal dituliskan lengkap dengan identitas soal
dan petunjuk mengerjakan. Secara rinci soal dapat dilihat pada Lampiran 6.
5. Telaah Kualitatif
Tahap selanjutnya yaitu telaah kualitatif dari tes yang telah dibuat.
Validator terdiri dari dosen pembimbing, dosen ahli materi dan guru mata
pelajaran. Dalam penelitian ini validator dari guru mata pelajaran yaitu guru mata
pelajaran fisika kelas VIII SMP Negeri 2 Girimarto, Bapak Eko Purwanto, S.Pd.
Validasi ahli dilakukan dengan penelaahan butir soal secara deskriptif
dari aspek isi, konstruksi dan bahasa. Dari telaah materi yang dilakukan oleh guru
kelas, ditemukan satu soal yang tidak sesuai yakni soal nomor 13 paket B, soal
tersebut tidak sesuai karena tidak diajarkan kepada siswa.
Soal nomor 13 paket B
Tinggi badan Maulana 180 cm. Jika dia ingin melihat seluruh tubuhnya, maka
cermin datar yang dibutuhkan harus memiliki tinggi minimal…
a. 80 cm