• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Perkebunan Nusantara II (persero) Kebun Limau Mungkur Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Perkebunan Nusantara II (persero) Kebun Limau Mungkur Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Memasuki era globalisasi saat ini, kompetisi antar perusahaan semakin

ketat, perusahaan tidak hanya dihadapkan pada persaingan dalam negeri, tetapi

juga persaingan luar negeri. Menghadapi situasi dan kondisi tersebut, perusahaan

harus menentukan strategi dan kebijakan manajemennya, terkhusus dalam bidang

sumber daya manusia (SDM). Ditambah lagi dengan adanya kesepakatan

perdagangan bebas untuk wilayah ASEAN (ASEAN Free Trade atau AFTA)

yang ditandai dengan semakin banyaknya teknologi, tenaga kerja, dan produk dari

Negara lain yang dapat secara bebas masuk ke Indonesia. Hal ini membuat

perusahaan harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sumber daya yang

dimilikinya untuk mempertahankan perusahaannya.

Sumber daya yang dimiliki organisasi beragam, antara lain modal,

peralatan, mesin, bahan baku dan tenaga kerja yang sering disebut dengan sumber

daya manusia. Nurtjahjanti (2006) mengatakan bahwa memiliki sumber daya

manusia yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan akan menjadi penggerak

sumber daya lain seperti metode kerja, mesin dan peralatan. Oleh karena itu

pengelolaan SDM saat ini merupakan suatu keharusan dan bukan lagi merupakan

(2)

Organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan

menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan

(Cusway, 2002). Kemampuan organisasi dalam menghadapi persaingan

merupakan salah satu hal yang menunjukkan bahwa organisasi tersebut efektif.

Adapun hal lain yang dapat menunjukkan organisasi itu efektif yaitu minimnya

perilaku menyimpang dalam organisasi, iklim organisasi yang kondusif,

perputaran karyawan yang rendah, tercapainya kepuasan kerja dan karyawan yang

memiliki Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Robbins & Judge, 2007).

Robbins (2006) mendefinisikan Organizational Citizenship Behavior

(OCB) sebagai perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja

formal atau job description seorang karyawan namun mendukung berfungsinya

organisasi tersebut untuk lebih efektif. Dalam dunia kerja yang dinamis seperti

saat ini dimana tugas-tugas semakin banyak, organisasi membutuhkan perilaku

Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang tinggi seperti mengeluarkan

pendapat yang konstruktif tentang tempat kerja mereka, membantu yang lain

dalam timnya, menghindari konflik yang tidak perlu, dan dengan lapang dada

memahami gangguan kerja yang terkadang terjadi.

Borman dan Motowidlo (1993) mengatakan bahwa Organizational

Citizenship Behavior (OCB) dapat meningkatkan performa organisasi

(organizational performance) karena perilaku ini merupakan “pelumas” dalam

organisasi, dapat diartikan dengan adanya perilaku ini maka interaksi sosial pada

anggota-anggota organisasi menjadi lancar, mengurangi terjadinya perselisihan,

(3)

Berbicara mengenai OCB tidak terlepas dari faktor yang

mempengaruhinya. Organ dkk (2006) menyebutkan ada empat faktor yang

mendorong munculnya OCB pada karyawan. Keempat faktor tersebut adalah

karakteristik tugas, karakteristik individual, karakteristik organisasional, dan

perilaku pemimpin. Perilaku pemimpin berhubungan dengan bagaimana kualitas

interaksinya dengan karyawan. Kualitas interaksi atasan dan bawahan ini

dipercaya dapat mempengaruhi OCB.

Penelitian yang dilakukan oleh Trukenbrodt (2000) mengenai hubungan

antara sikap atasan-bawahan terhadap komitmen organisasi dan Organizational

Citizenship Behavior (OCB), menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang

positif antara sikap tersebut terhadap komitmen organisasi dan OCB. Penelitian

serupa juga menunjukkan hasil yang sama yaitu persepsi kualitas interaksi

atasan-bawahan memiliki hubungan pada OCB. Ketika kualitas interaksi atasan-atasan-bawahan

dipersepsi secara positif atau pada level yang tinggi oleh karyawan, hal ini akan

membuat karyawan secara suka rela untuk memberi imbal baliknya (reciprocity).

Imbal baliknya dapat diwujudkan dengan bekerja “lebih dari” yang seharusnya

mereka kerjakan atau menunjukkan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

(Organ, 2006).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa perusahaan perlu

untuk memiliki karyawan dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

yang tinggi dan salah satu faktor yang dapat meningkatkannya adalah adanya

kualitas interaksi yang baik antara atasan dan bawahan. Namun hal ini tidak

(4)

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Limau Mungkur adalah suatu

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor perkebunan,

merupakan hasil penggabungan dari PT. Perkebunan II (Persero) dan PT.

Perkebunan IX (Persero). Perkebunannya terdiri dari perkebunan kelapa sawit,

perkebunan tebu, perkebunan tembakau, perkebunan karet, dan kebun bibit

kakao. Berdasarkan struktur organisasi pengelolaan perkebunan-perkebunan

tersebut berada di bagian produksi yang dipimpin oleh direktur produksi atau

manajer. Manajer ini yang nanti akan memimpin semua kegiatan operasional

perkebunan seperti pembibitan, pemanenan, dan pengolahan bahan baku.

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Limau Mungkur memulai

aktifitas dari pukul 07.30 – 16.00 WIB. Hal ini berlaku untuk semua orang di

dalamnya baik itu pimpinan, karyawan maupun pekerja. Karyawan di perusahaan

ini terbagi menjadi dua, yaitu karyawan yang bekerja di kantor serta karyawan

yang bekerja di lapangan. Adapun jumlah seluruh karyawannya adalah 205

orang.

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Limau Mungkur sebagai

sebuah organisasi tentu saja tidak terlepas dari masalah, baik itu masalah

eksternal ataupun masalah internal. Masalah eksternal biasanya berhubungan

dengan pencurian buah sawit yang biasa dilakukan oleh warga setempat, saudara

dari karyawan atau malah karyawan itu sendiri. Masalah eksternal lain adalah

terkadang muncul masyarakat atau kelompok-kelompok tertentu yang mengaku

bahwa lahan perkebunan yang dipakai oleh PT. Perkebunan Nusantara II

(5)

Selain masalah eksternal, PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun

Limau Mungkur juga memiliki masalah internal. Masalah tersebut mengenai

kurang terlibatnya karyawan dalam membantu karyawan lain untuk

menyelesaikan pekerjaan padahal pekerjaan mereka telah selesai lebih dulu.

Salah satu contoh yang menunjukkan hal tersebut adalah dalam hal pembuatan

laporan, setiap afdeling wajib memberi laporan mengenai hasil panen. Beberapa

karyawan yang sudah lebih dulu menyelesaikan laporan tersebut enggan memberi

bantuan pada rekan kerja yang belum selesai padahal pada saat evaluasi, selain

kerja individual kerja sama tim juga dievaluasi. Saat ada yang belum selesai

menyelesaikan laporan maka satu afdeling tersebut akan dinilai jelek.

Perilaku membantu ini akan dilakukan karyawan jika ada uang

tambahannya, jika tidak maka mereka enggan untuk melakukan. Begitu halnya

dengan bekerja lembur, sebagai cabang dari PTPN II, Kebun Limau Mungkur

pastilah memiliki target yang harus di capai. Untuk memenuhi target tersebut tak

jarang karyawannya dituntut untuk bekerja lembur agar tercapai dengan baik,

namun karyawan menuntut uang lembur. Memang tidak semua karyawan seperti

itu, beberapa dari mereka diakui oleh sang manager mau bekerja lembur karena

sadar bahwa hal tersebut demi kemajuan Kebun Limau Mungkur.

Berdasarkan masalah diatas dapat dilihat bahwa OCB yang dimiliki

karyawaan PTPN II Kebun Limau mungkur rendah, karena kriteria OCB tinggi

antara lain adalah mau membantu pekerjaan rekan kerja tanpa imbalan dan mau

(6)

Keadaan seperti di atas telah cukup lama terjadi, terutama selama

dipimpin oleh manajer yang lama. Menurut pengakuan dari salah satu karyawan,

manajer lama tidak pernah menegur apalagi memberi sanksi kepada karyawan

dan pekerja yang sering datang terlambat atau mengerjakan tugas tidak tepat

waktu. Sebenarnya setiap manajer atau orang-orang yang termasuk dalam

pimpinan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Limau Mungkur telah

diberikan rumah dinas yang berdekatan dengan kantor dan area perkebunan

dengan tujuan untuk mempermudah mereka dalam menjalankan tugas. Namun

sayangnya rumah dinas tersebut tidak digunakan oleh manajer lama, beliau lebih

memilih tinggal di rumah pribadinya di Medan. Hal ini menjadi salah satu

penyebab sang manajer jarang ada di kebun untuk memantau kerja bawahannya.

Tidak ada teguran dan pengawasan dari atasan membuat para karyawan

cenderung bekerja sesuka hati dan berdampak negatif bagi perusahan yaitu

menurunnya tingkat produksi.

Kurang lebih sudah satu tahun PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Kebun Limau Mungkur dipimin oleh manajer baru, berdasarkan hasil wawancara

dari lima orang karyawan didapati bahwa jika dibandingkan manager yang lama,

manager saat ini lebih bersedia untuk terlibat langsung dalam hal mengawasi

kerja karyawan dan memberikan teguran bagi karyawan yang melakukan

kesalahan. Namun untuk sampai ketahap hubungan yang dekat layaknya seorang

teman, hal itu belum terjadi. Sedangkan dua dari empat dimensi LMX yang

menjadi dasar persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan yaitu affect dan

(7)

oleh karyawan ketika terjadi kedekatan hubungan antara atasan dan bawahan

yang berdasarkan pada daya tarik individual dan tidak termasuk dalam konteks

kerja (Lyden dan Maslyn, 1998).

Namun berdasarkan dimensi contribution, manager baru sudah

memberikan kontribusinya dalam kerja karyawan yaitu dengan mengawasi

kinerja karyawan. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menarik kesimpulan

bahwa interaksi kualitas interaksi atasan-bawahan yang dipersepsi karyawan

dengan manager baru sudah lebih positif daripada manager lama. Namun hal ini

masih perlu peningkatan, agar dapat mengurangi masalah-masalah yang terjadi

di PTPN II Kebun Limau Mungkur Medan.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) pada karyawan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun

Limau Mungkur Medan.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh

persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) pada karyawan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun

(8)

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui pengaruh persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan

terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT.

Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Limau Mungkur Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan

data-data empiris yang berkaitan dengan persepsi kualitas interaksi

atasan-bawahan dan Organizational Citizenship Behavior (OCB).

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang pengaruh

persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB), sehingga perusahaan dapat mencari cara

untuk meningkatkan kualitas interaksi antara atasan dan bawahan, seperti

berinteraksi lebih sering dengan karyawan dan lebih pertisipatif dalam

pekerjaan karyawan agar Organizational Citizenship Behavior (OCB) dari

karyawan ikut meningkat.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penelitian

(9)

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi

objek penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang terdiri dari definisi

OCB, dimensi OCB , serta faktor-faktor dari OCB. Teori tentang persepsi

dukungan organisasi yang terdiri dari definisi persepsi kualitas interaksi

atasan-bawahan, dimensi persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan, serta

dampak persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan. Selanjutnya juga akan

dijelaskan pengaruh persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB).

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi identifikasi variabel, defenisi operasional, subjek penelitian,

metode pengambilan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur

penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini berisi uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang

(10)

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi uraian kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang

diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Kajian ini untuk menjawab apakah kota Merauke kategori kota yang berkembang atau tidak dengan menggunakan konsep prasyarat yaitu agriculture surplus , urban

Kondisi website Desa Sepahat cukup intensif dalam penyajian informasi berita terkait dengan seputar kegiatan desa. Namun, pada saat ini kurangnya kekuatan jaringan internet yang

Batuan metamorf atau malihan adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf sendiri) yang mengalami perubahan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa religiusitas tidak memperkuat pengaruh citra perusahaan terhadap minat menjadi nasabah bank syariah oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi

Data lain menunjukkan responden saat sebelum diberikan intervensi relaksasi genggam jari mengalami gemetar pada tangan dengan gejala sering, dan setelah

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran fiqh materi hukum perkawinan melalui metode discovery learning pada

Obyek penelitian dan pengembangan Puslitbangwas BPKP adalah di bidang pengawasan. Pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan intern, yaitu seluruh proses kegiatan audit,

Kecenderungan pada kedua grafik tersebut yaitu semakin bertambahnya kadar tannin dan semakin besarnya harga koefisien transfer massa pada pertambahan kecepatan