• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan.

Pada pelaksanaan tindakan dijabarkan tentang deskripsi siklus I dan siklus II

4.1.1 Deskripsi Siklus I.

Pada deskripsi siklus I akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama 3 pertemuan.

4.1.1.1Rencana Tindakan.

Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 3 perencanaan pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Melakukan diskusi dengan guru kelas IV mengenai materi pelajaran IPA yang akan disajikan dengan pembelajaran pendekatan Inquiry. Guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dan (KD) yakni 10.2 Indikator yang pertama dipakai pada pertemuan pertama yakni Menjelaskan pengaruh faktor peyebab perubahan lingkungan terhadap daratan (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut) dan indikator yang kedua Mendemonstrasikan proses terjadinya erosi pada permukaan tanah. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa gambar perubahan lingkungan terhadap daratan (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut). Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi keaktifan siswa.

2) Pertemuan ke Dua.

(2)

Mendemonstrasikan proses terjadinya erosi pada permukaan tanah. Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran yaitu , tanah, rumput, air, kotak dari baskom atau nampan.

3) Pertemuan ke Tiga.

Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus I. Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan ganda dan lembar kerja percobaan.

4.1.1.2Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I.

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada setiap pertemuan adalah 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I adalah

1) Pertemuan Pertama.

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari selasa 12 Mei pukul 09.00-10.10 dan terdiri dari 3 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan observer yaitu wali kelas IV untuk mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa, dan keaktifan siswa dengan menerapkan pembelajaran pendekatan Inquiry pada mata pelajaran IPA. Observer mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah disediakan. Selain mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa, observer juga mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan skor yang berkisar antara 1-4. Langkah – langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

(3)

semua siswa siap mengikuti pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa menurut agama dan kepercayaan masing – masing dipimpin oleh ketua kelas, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi yang berhubungan denganmengenaiperubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan misalnya apa saja yang dapat merusak lingkungan daratan, apa penyebab tanah longsor dan penyebabnya, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan informasi mengenai mater perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara untuk mempratekkan kegiatan proses terjadinya erosi. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan berhitung 1-5 dengan secara berurutan dan kemudian berkelompok sesuai dengan nomor urutannya masing-masing. Masing-masing siswa yang sudah duduk sesuai dengan kelompoknya kemudian, guru memberikan tata cara tentang lembar kerja yang sudah dibagi. mereka mendapatkan lembar kerja untuk mempratekkan kegiatannya sesuai dengan himbauan guru. Setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk bertanya. Tugas guru disini yang paling utama adalah sebagai fasilitator dan siswa yang harus aktif dalam bertanya apabila ada kesulitan dalam menjawab pertanyaannya dan seterusnya sampai selesai.

c. Kegiatan Akhir

(4)

Observasi aktivitas guru yang diamati oleh observer (guru kelas) dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil dari observasi terhadap aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dalam menerapkan pembelajaran pendekatan Inquiry sudah berada dalam kategori baik dengan jumlah skor 55. Hasil observasi

(5)

60

Tabel 4.1

Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 1

Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

1 2 3 4

Kegiatan Pra Pembelajaran

1. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran. 2. Memeriksa kesiapan siswa.

6

Kegiatan Awal

3. Melakukan apersepsi sesuai dengan materi yang disampaikan

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

6

Kegiatan Inti

5. Kesesuaian materi pembelajaran dengan alat peraga yang digunakan 6. Melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang disampaikan.

7. Menjelaskan cara pendekatan Inquiry (berkelompok) dan memecahkan masalah sesuai lembar kerja yang diberikan. 8. Membagi siswa kedalam 4 atau 5 kelompok sesuai dengan jumlah siswa.

9. Memberikan siswa lembar kerja untuk didiskusikan terhadap kelompoknya masing-masing. 10.Menentukan batasan waktu dan membimbing siswa selama melakukan percobaan.

11.Mengawasi aktifitas siswa dan membimbing siswa selama melakukan pengmatan atau mempratekkan kegiatan pembelajaran pada saat itu.

12.Memanggil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 13.Meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil presentasi.

14.Memberikan konfirmasi tentang kebenaran hasil presentasi siswa dari jawaban masing-masing setiap kelompok.

31

Kegiatan Akhir

15.Membuat kesimpulan bersama siswa mengenai materi yang sudah dipelajari yang sudah berlangsung saat itu.. 16.Melakukan refleksi

17.Menutup pembelajaran dan memberi tindak lanjut. 18.Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa

12

Total 0 2 13 3 55

(6)

Bedasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry sudah terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah skor hasil observasi aktivitas guru adalah 55. Walaupun pada siklus I pertemuan pertama aktivitas guru sudah baik, namun masih terdapat 2 indikator yang masih perlu ditingkatkan yakni pada indikator melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang disampaikan, menjelaskan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry dan memecahkan masalah sesuai lembar kerja yang diberikan. Pada siklus I pertemuan pertama, kedua indikator tersebut masih mendapatkan skor (2) yaitu dilaksanakan dengan cara klasikal oleh guru. Sehingga hanya siswa yang aktif saja yang melakukan tanya jawab dengan guru, siswa yang lain hanya memperhatikan saja. Guru masih telihat kurang maksimal dalam menjelaskan tata cara proses percobaan dengan menggunakan pendekatan Inquiry pada siswa, sehingga siswa masih merasa kebingungan dengan tata cara proses percobaan dengan menggunakan pendekatan Inquiry.

(7)

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I

Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

1 2 3 4

Kegiatan Pra Pembelajaran

1. Siswa menyiapkan perlengkapan seperti (buku, alat tulis) 2. Siswa siap dalam menerima materi pembelajaran

6

Kegiatan Awal

3. Siswa memperhatikan dan menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang disampaikan.

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan.

6

Kegiatan Inti

5. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

6. Siswa mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi kepada guru. 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

8. Siswa aktif berdiskusi terhadap kelompoknya masing-masing. 9. Masing-masing dari siswa mendapatkan tugasnya.

10.Mempraktekkan sesuai dengan materi yang disampaikan dan mengisi lembar kerja yang sudah disediakan 11.Siswa beserta dengan kelompoknya masing-masing mempresentasikan hsil kerjanya didepan kelas 12.Siswa memberikan tanggapan mengenai jawaban temannya yang sedang presentasi.

13.Siswa memperhatikan konfirmasi guru tentang kebenaran jawaban yang sesuai apabila terdapat jawaban yang kurang tepat.

26

Kegiatan Akhir

14.Membuat kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari. 15.Siswa menerima tugas dari guru.

6

Total 0 2 12 1 44

(8)

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dari 15 indikator, terdapat 2 indikator yang memperoleh skor 2, 12 indikator memperoleh skor 3, dan 1 indikator yang memperoleh skor 4. Skor total hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama adalah 44 dengan kategori cukup. Masih ada 2 indikator yang belum dilaksanakan dengan baik oleh siswa. Siswa belum mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi kepada guru dengan baik dan belum menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru secara maksimal. Hanya sebgaian siswa saja yang aktif mengajukan pertanyaan kepada guru, apabila guru mengajukan pertanyaan siswa hanya menjawab secara klasikal. Terbukti ketika guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tidak sampai setengah dari sejumlah siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan benar.

Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik. Sedangkan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama belum mencapai indikator kinerja karena masih berada pada kategori cukup.

2). Pertemuan ke Dua.

Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 pertemuan kedua dilaksanaknakan pada hari selasa tanggal 12 Mei 2015 selama 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2x35 menit yang dimulai pukul 10.10-10.45. Pada pertemuan ini terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Materi yang dibahas melanjutkan dari materi pada siklus 1 pertemuan pertama. Materi pada siklus pertama pertemuan kedua yakni mengenai mengulas kembali tentang penyebab perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh angin, hujan, matahari dan gelombang air laut.

a.Kegiatan Awal.

(9)

dipimpin oleh ketua kelas, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi yang berhubungan denganmengenaiperubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan misalnya apa saja yang dapat merusak lingkungan daratan, apa penyebab tanah longsor dan penyebabnya, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b.Kegiatan Inti.

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, informasi penyebab perubahan lingkungan yang disebabkan oleh hujan. Penyampaian informasi atau materi yang berkaitan dengan materi pada pertemuan pertama, dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi yang berkaitan dengan materi yang pertama. Selanjutnya siswa melakukan percobaan sesuai dengan lembar kerja yang sudah diberikan pada pertemuan pertama. Guru menyediakan tanah, rumput, yang sudah ditaruh nampan. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai perobaan tersebut. Setelah siswa menguasai materi, guru meminta siswa untuk memberikan konfirmasi mengenai beberapa pertanyaan apabila ada kurang jelasnya siswa dalam menjawab.

c.Kegiatan Akhir.

Pada kegiatan akhir, pertemuan kedua siklus I, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan dengan refleksi dengan membahas ulang atau meminta salah satu perwakilan kelompok untuk menyimpulkan hasil tujuan percobaannya yang sudah dilakukan.

(10)

Tabel 4.3

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II

Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

1 2 3 4

Kegiatan Pra Pembelajaran

1. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran. 2. Memeriksa kesiapan siswa.

6

Kegiatan Awal

3. Melakukan apersepsi sesuai dengan materi yang disampaikan

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

6

Kegiatan Inti

5. Kesesuaian materi pembelajaran dengan alat peraga yang digunakan 6. Melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang disampaikan.

7. Menjelaskan cara pendekatan Inquiry (berkelompok) dan memecahkan masalah sesuai lembar kerja yang diberikan. 8. Membagi siswa kedalam 4 atau 5 kelompok sesuai dengan jumlah siswa.

9. Memberikan siswa lembar kerja untuk didiskusikan terhadap kelompoknya masing-masing. 10.Menentukan batasan waktu dan membimbing siswa selama melakukan percobaan.

11.Mengawasi aktifitas siswa dan membimbing siswa selama melakukan pengmatan atau mempratekkan kegiatan pembelajaran pada saat itu.

12.Memanggil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 13.Meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil presentasi.

14.Memberikan konfirmasi tentang kebenaran hasil presentasi siswa dari jawaban masing-masing setiap kelompok.

33

Kegiatan Akhir

15.Membuat kesimpulan bersama siswa mengenai materi yang sudah dipelajari yang sudah berlangsung saat itu. 16.Melakukan refleksi

17.Menutup pembelajaran dan memberi tindak lanjut. 18.Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa

12

Total 0 0 15 3 57

(11)

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran pendekatan Inquiry sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan aktivitas guru pada pertemuan pertama. Ada 16 indikator yang memperoleh skor 3 dan 3 indikator yang memperoleh skor 4. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1 pertemuan ke II mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas guru pada siklus pertemuan pertama. Jumlah skor aktivitas guru pada siklus I pertemuan ke dua mendapatkan skor total 57 dengan kategori baik. Guru sudah mulai mengerti dengan jalannya pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Inquiry.

(12)

Tabel 4.4

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II

Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor 1 2 3 4

Kegiatan Pra Pembelajaran

1. Siswa menyiapkan perlengkapan seperti (buku, alat tulis) 2. Siswa siap dalam menerima materi pembelajaran

7

Kegiatan Awal

3. Siswa memperhatikan dan menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang disampaikan.

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan.

6

Kegiatan Inti

5. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

6. Siswa mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi kepada guru. 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

8. Siswa aktif berdiskusi terhadap kelompoknya masing-masing. 9. Masing-masing dari siswa mendapatkan tugasnya.

10.Mempraktekkan sesuai dengan materi yang disampaikan dan mengisi lembar kerja yang sudah disediakan 11.Siswa beserta dengan kelompoknya masing-masing mempresentasikan hsil kerjanya didepan kelas 12.Siswa memberikan tanggapan mengenai jawaban temannya yang sedang presentasi.

13.Siswa memperhatikan konfirmasi guru tentang kebenaran jawaban yang sesuai apabila terdapat jawaban yang kurang tepat.

29

Kegiatan Akhir

14.Membuat kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari. 15.Siswa menerima tugas dari guru.

6

0 0 12 3 48

(13)

Berdasarkan tabel 4.4 mengenai hasil obsevasi aktivitas siswa siklus 1 pertemuan ke dua dari 14 indikator, terdapat 12 indikator yang memperoleh skor 3 dan tidak ada yang memperoleh skor 1. Skor total dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1 pertemuan ke dua adalah 48 dengan kategori baik. Aktivitas siswa pada siklus 1pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1 pertemuan pertama.

(14)

2) Pertemuan ke dua.

Pertemuan ke dua pada kegiatan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang dilaksanakan hari selasa 12 mei 2015 pukul 11.00-11.35 mengulas materi dan dilanjutkan dengan memberikan evaluasi. Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah 30. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke dua akhir yakni diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas. Sebelum membagi soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar tidak terlalu dekat duduknya, kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara mengerjakan soa evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing-masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya dari awal sampai akhir.

4.1.1.3Hasil Tindakan Siklus I.

Hasil tindakan pada siklus 1 diperoleh dari hasil observasi terhdap keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 dengan menerapakan pembelajaran pendekatan Inquiry oleh guru.

1) Hasil Obsevasi Keaktifan Belajar IPA

Untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry dalam meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa digunakan lembar

observasi yang terdiri dari 6 indikator. Indikator tersebut yang meliputi (1) menjawab pertanyaan, (2) mengajukan pertanyaan pada guru, (3) membuat catatan tentang materi yang dipelajari, (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecah masalah, (5) mempresentasikan hasil belajarnya, (6) menanggapi hasil pekerjaan orang lain yang dipresentasikan.

a. Pertemuan Pertama

(15)

Tabel 4.5

Distribusi FrekuensiHasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I

Skor

Kategori aspek yang

diamati

Frekuensi

(jumlah siswa) Prosentase (%)

12-17 Sedang 13 72

(16)

LKS lebih untuk

(jumlah siswa) Persentase (%)

12-17 Sedang 16 88

≥18 Tinggi 2 12

Jumlah 18 100

(17)

b. Pertemuan Ke dua

Pada pertemuan ke dua di dapatkan hasil observasi yang dilakukan observer terhadap skor keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry dapat dilihat pada tabel 4.6.

Distribusi FrekuensiHasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Pertemuan II

Jumlah Skor

Kategori aspek yang

diamati

Frekuensi

(jumlah siswa) Prosentase (%)

12-17 Sedang 9 50

(18)

dipelajari.

Berdasarkan tabel 4.6 mengenai analisis hasil observasi keaktifan belajar siswa dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry pada siklus 1 pertemuan ke dua, terlihat bahwa tidak terdapat siswa yang memperoleh skor 6-11 kategori rendah dengan prosentase 0%. Siswa yang memperoleh skor 7-12 dengan kategori keaktifan sedang ada 9 siswa dengan prosentase 50%. Siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi dengan rentang skor 18 ada 9 siswa dengan presentase 50%. Jadi kategori sedang dan kategori tinggi jumlah siswa mengalami kesamaan. Skor keaktifan terendah 6 dan skor keaktifan tertinggi adalah 19.

(19)

meningkatkan keaktifan belajar siswa belum berhasil dikarenakan belum memenuhi indikator hasil yakni pembelajaran Inquiry hasil yakni pembelajaran pendekatan Inquiry 75% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi.

Hasil observasi terhadap keaktifan siswa siklus 1 pertemuan pertama dan siklus II pertemuan ke dua mengalami peningkatan. Pada pertemuan I ada 5 siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi dengan presentase 28%. Pada pertemuan ke dua jumlah siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi mengalami peningkatan, yakni ada 9 siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi dengan presentase 50%.

c. Rekap Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA Siswa Siklus I

Observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa siklus I dilakukan pada pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Keaktifan belajar IPA siswa mengalami peningkatan siklus 1 dari pertemuan 1ke pertemuan II. Hal ini terlihat dari jumlah skor keaktifan belajar siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Peneliti kemudian membuat rekapitulsi mengenai hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I pertemuan pertam dan pertemuan ke dua. Peneliti menghitung nilai rata-rata dari jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing siswa. Kemudian peneliti menentukan apakah rata-rata jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa termasuk ke dalam kategori keaktifan tinggi, sedang, dan rendah. Berikut disajikan tabel mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar siswa kelas siklus I:

Tabel 4.7

Distribusi FrekuensiKeaktifan Belajar Siswa Siklus I

Jumlah Skor

Kategori Aspek

yang diamati Frekuensi Persentase (%)

12-17 Sedang 11 61

≥18 Tinggi 7 39

(20)

No

. Aspek

Kategori Aspek Tinggi

(21)

temannnya. pekerjaan siswa lain.

hasil pekerjaan siswa lain.

hasil pekerjaan siswa lain.

pekerjaan siswa lain.

Berdasarkan tabel 4.7 mengenai rekap hasil obsevasi keaktifan belajar IPA siswa sikus 1 dengan menerapkan pembelajaran pendekatan Inquiry dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang memperoleh jumlah skor 6-11 dengan kategori keaktifan rendah dengan presentase 0%. Siswa yang memperoleh jumah skor 12-17 dengan kategori keaktifan sedang ada 11 siswa dengan presentse 61%. Siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi ada 7 siswa dengan presentase 39%. Jumlah skor tertinggi adalah 19 dan jumlah skor terendah adalah 6.

Hasil Belajar IPA

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus 1 dengan menerapkan pembelajaran pendekatan Inquiry selesai, maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa, apakah sudah mencapai KKM atau belum mencapai KKM.

Hasil belajar IPA siklus I disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Kategori Nilai Frekuensi Persentase (%)

50-66 5 28%

67-76 7 39%

77-83 6 33%

84-100 0 0%

Jumah 100%

(22)

mendapat nilai 84-100 tidak ada. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil belajar siklus I adalah 72,38 dengan nilai tertinggi 83.

Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus I kemudian peneliti melakukan analisis ketuntasan hasil belajar siklus I yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Kategori Skor Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥75 12 67%

Tidak Tuntas <75 6 33%

Jumlah 18 100

Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 sudah mencapai KKM, yakni 12 dari 18 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 67%. Sedangkan ada 6 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase 33%. Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I adalah 72,38, nilai tertinggi 83, dan nilai terendah 50.Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry belum berhasil untuk mencapai indikator yaitu ≥75%. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry maka penelitian dilanjutkan siklus II.

4.1.1.4Refleksi Siklus I.

(23)

telah ditetapkan oleh peneliti. Selain itu, juga sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry pada siklus I masih banyak kendala. Kendala tersebut antara lain:

1. Guru kurang maaksimal dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Inquiry.

2. Pada saat guru melakukan tanya jawab dengan siswa, tidak semua siswa menjawab pertanyaan guru. Hanya beberapa siswa saja yang menjawab pertanyaan guru.

3. Guru kurang maksimal dalam mengawasi dan membimbing aktivitas siswa selama melaksanakan percobaan.

4. Siswa masih tampak kebingungan dalam pelaksanaan pembelajaran pendekatan Inquiry.

Untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dilakukan perbaikan sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan lebih baik. Perbaikan tersebut antara lain:

1. Guru harus lebih memahami prosedur pelaksanaan pembelajaran pendekatan Inquiry sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar.

2. Selain memberikan pertanyaan secara klasikal, guru sebaiknya juga memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing siswa. Guru dapat menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan (diusahakan semua siswa secara bergiliran diberi pertanyaan oleh guru untuk dijawab secara individu oleh siswa).

(24)

4. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran pendekatan Inquiry, guru harus mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik agar siswa tidak bingung.

Berdasarkan observasi terhadap keaktifan belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan ke dua mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi pada siklus I pertemuan pertama dan kedua adalah 7 siswa dengan persentase 39%. Maka keaktifan belajar siswa pada siklus I masih berada di bawah indikator kinerja yaitu minimal 75% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Dari hasil analisis terhadap keaktifan belajar siswa siklus I maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA belum tercapai seperti yang diharapkan oleh peneliti.

Dari segi hasil belajar siswa, peresentase ketuntasan belajar siswa siklus I dibandingkan dengan hasil belajar pretest mengalami peningkatan. Pada pretest hanya ada 8 siswa yang mencapai criteria ketuntasan minimal (KKM=75) dengan persentase 44%.Sedangkan pada postestsiklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 67%. Ini berarti hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti.

Meskipun hasil belajar dan keaktifan belum mencapai indikator kinerja. Maka penelitian dilanjutkan ke siklus II untuk lebih meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA agar semua indikator dalam indikator kinerja tercapai.

4.1.2 Deskripsi Siklus II.

Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan dengan pelaksanaan 2 pertemuan.

4.1.2.1Rencana Tindakan.

(25)

1) Pertemuan pertama

Rencana tindakan untuk pertemuan pertama yaitu peniliti bersama guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Dengan kompetensi dasar (KD) 10.1 Penyebab perubahan lingkungan fisik oleh angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang air laut.Indikator pada pertemuan pertama yakni Mengidentifikasi cara mencegah erosi tanah dan abrasi. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa gambar berbagai macam penyebab perubahan lingkungan fisik oleh angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang air laut. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar observasi guru, lembar observasi keaktifan siswa.

2) Pertemuan ke dua.

Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah Mendemonstrasikan penyebab perubahan lingkungan yang disebabkan oleh angin. Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa gambar penyebab perubahan lingkungan yang disebabkan oleh angin dan macam-macam angin yang dapat menguntungkan dan tidak menguntungkan.

3) Pertemuan ke tiga

Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus II. Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan ganda dan lembar jawab.

4.1.2.2Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah:

(26)

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari rabu tanggal 13 Mei 2015 pukul 09.00-10.10 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Langkah – langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang penyebab pengaruh lingkungan fisik yang disebabkan oleh angin. Kemudian guru menyampaikan tujuan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan informasi mengenai penyebab pengaruh lingkungan fisik yang disebabkan oleh angin Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didomisi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan dengan materi. Agar semua siswa melakukan tanya jawab, maka guru memberikan gambar contoh penyebab pengaruh lingkungan fisik yang disebabkan oleh angin. Setelah siswa dirasa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara pendekatan Inquiry. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan cara siswa berhitung dari 1 sampai 5 dan berulang-ulang sehingga yang mendapatkan nomor satu duduk sesuai yang mendapat nomor 1, dan sampai seterusnya. Setelah siswa dibagi menjadi beberapa kemudian guru melakukan tanya jawab tentang materi yang disampaiakan, dilanjut dengan istirahat.

c) Kegiatan Akhir

(27)

Tabel 4.10

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I

Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

1 2 3 4 Kegiatan Pra Pembelajaran

1.Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran. 2.Memeriksa kesiapan siswa.

8

Kegiatan Awal

3. Melakukan apersepsi sesuai dengan materi yang disampaikan 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

8

Kegiatan Inti

5. Kesesuaian materi pembelajaran dengan alat peraga yang digunakan 6. Melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang disampaikan.

7. Menjelaskan cara pendekatan Inquiry (berkelompok) dan memecahkan masalah sesuai lembar kerja yang diberikan. 8. Membagi siswa kedalam 4 atau 5 kelompok sesuai dengan jumlah siswa.

9. Memberikan siswa lembar kerja untuk didiskusikan terhadap kelompoknya masing-masing. 10.Menentukan batasan waktu dan membimbing siswa selama melakukan percobaan.

11.Mengawasi aktifitas siswa dan membimbing siswa selama melakukan pengmatan atau mempratekkan kegiatan pembelajaran pada saat itu.

12.Memanggil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 13.Meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil presentasi.

14.Memberikan konfirmasi tentang kebenaran hasil presentasi siswa dari jawaban masing-masing setiap kelompok.

32

Kegiatan Akhir

15.Membuat kesimpulan bersama siswa mengenai materi yang sudah dipelajari yang sudah berlangsung saat itu.. 16.Melakukan refleksi

17.Menutup pembelajaran dan memberi tindak lanjut. 18.Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa

15

Total 0 0 9 9 63

(28)

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry sudah meningkat dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus I. Ada 9 indikator yang memperoleh skor 4 dan 9 indikator yang memperoleh skor 3. Hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan pertama mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas guru pada siklus I. Jumlah skor aktivitas guru siklus I pertemuan ke dua adalah 63 dengan kategori baik. Guru sudah mengerti dengan jalannya pembelajaran pendekatan Inquiry.

(29)

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I

Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

1 2 3 4

Kegiatan Pra Pembelajaran

1. Siswa menyiapkan perlengkapan seperti (buku, alat tulis) 2. Siswa siap dalam menerima materi pembelajaran

8

Kegiatan Awal

3. Siswa memperhatikan dan menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang disampaikan.

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan.

7

Kegiatan Inti

5. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

6. Siswa mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi kepada guru. 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

8. Siswa aktif berdiskusi terhadap kelompoknya masing-masing. 9. Masing-masing dari siswa mendapatkan tugasnya.

10.Mempraktekkan sesuai dengan materi yang disampaikan dan mengisi lembar kerja yang sudah disediakan 11.Siswa beserta dengan kelompoknya masing-masing mempresentasikan hsil kerjanya didepan kelas 12.Siswa memberikan tanggapan mengenai jawaban temannya yang sedang presentasi.

13.Siswa memperhatikan konfirmasi guru tentang kebenaran jawaban yang sesuai apabila terdapat jawaban yang kurang tepat.

31

Kegiatan Akhir

14.Membuat kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari. 15.Siswa menerima tugas dari guru.

6

Total 0 0 8 7 52

(30)

Berdasarkan tabel 4.11 mengenai hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan pertama dari 15 indikator, terdapat 8 indikator yang mendapat skor 3, 7 indikator yang memperoleh skor 4, dan tidak ada yang memperoleh skor 2 dan 1. Skor total hasil aktivitas siklus II pertemuan I adalah 52 dengn kategori baik. Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I sudah mengalami peningkatan.

Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan I sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik.

2) Pertemuan ke dua

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada pertemuan ke dua siklus II dilaksanakan pada Rabu tanggal 13 Mei 2015 pukul 10.10-10.45 dan terdiri dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan observer yaitu guru kelas IV untuk mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa, dan keaktifan siswa dengan menerapkan pembelajaran pendekatan Inquiry pada mata pelajaran IPA. Observer mengisi lembar obsevasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah disediakan. Selain mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa, observer juga mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan skoryang berkisar antara 1-4. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II pertemuan II adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab mengulas materi tentang penyebab pengaruh lingkungan fisik yang disebabkan oleh angin. Kemudian guru menyampaikan tujuan menyampaikan tujuan pembelajaran.

(31)

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan informasi mengenai penyebab pengaruh lingkungan fisik yang disebabkan oleh angin Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didomisi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan dengan materi. Agar semua siswa melakukan tanya jawab, maka guru memberikan gambar contoh penyebab pengaruh lingkungan fisik yang disebabkan oleh angin. Setelah siswa dirasa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara pendekatan Inquiry. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan cara siswa berhitung dari 1 sampai 5 dan berulang-ulang sehingga yang mendapatkan nomor satu duduk sesuai yang mendapat nomor 1, dan sampai seterusnya. Setelah siswa dibagi menjadi beberapa kemudian masing - masing mendapatkan lembar kerja.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari, Dilanjutkan refleksi meminta salah satu siswa untuk membacakan hasil kesimpulannya didepan kelas kemudian guru memberikan nilai moral yang berhubungan dengan materi.

3) Pertemuan ke dua

Pertemuan ke dua siklus II kegiatan akhir pelaksanaan dari siklus II yang dilaksanakan pada hari Rabu 13 Mei pukul 11.00-11.35. Kegiatan evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah soal 30. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke tiga yakni diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi. Setelah guru membagi soal dan siap dikerjakan siswa selama 35 menit . Siswa mengerjakannya soal secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

(32)

Tabel 4.12

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I I Pertemuan II

Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor 1 2 3 4

Kegiatan Pra Pembelajaran

1. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran. 2. Memeriksa kesiapan siswa.

8

Kegiatan Awal

3. Melakukan apersepsi sesuai dengan materi yang disampaikan 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

8

Kegiatan Inti

5. Kesesuaian materi pembelajaran dengan alat peraga yang digunakan 6. Melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang disampaikan.

7. Menjelaskan cara pendekatan Inquiry (berkelompok) dan memecahkan masalah sesuai lembar kerja yang diberikan. 8. Membagi siswa kedalam 4 atau 5 kelompok sesuai dengan jumlah siswa.

9. Memberikan siswa lembar kerja untuk didiskusikan terhadap kelompoknya masing-masing. 10.Menentukan batasan waktu dan membimbing siswa selama melakukan percobaan.

11.Mengawasi aktifitas siswa dan membimbing siswa selama melakukan pengmatan atau mempratekkan kegiatan pembelajaran pada saat itu.

12.Memanggil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 13.Meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil presentasi.

14.Memberikan konfirmasi tentang kebenaran hasil presentasi siswa dari jawaban masing-masing setiap kelompok.

32

Kegiatan Akhir

15.Membuat kesimpulan bersama siswa mengenai materi yang sudah dipelajari yang sudah berlangsung saat itu.. 16.Melakukan refleksi

17.Menutup pembelajaran dan memberi tindak lanjut. 18.Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa.

15

Total 0 0 9 9 63

(33)

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry sudah meningkat dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama. Ada 10 indikator yang memperoleh skor 4 dan 8 indikator yang memperoleh skor 3. Hasil observasi guru siklus II pertemuan ke dua mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama. Jumlah skor aktivitas guru siklus II pertemuan ke dua adalah 63 baik. Guru sudah mengerti dengan jalannya penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry.

(34)

Tabel 4.13

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I I Pertemuan II

Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

1 2 3 4

Kegiatan Pra Pembelajaran

1. Siswa menyiapkan perlengkapan seperti (buku, alat tulis) 2. Siswa siap dalam menerima materi pembelajaran

8

Kegiatan Awal

3. Siswa memperhatikan dan menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang disampaikan.

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan.

7

Kegiatan Inti

5. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

6. Siswa mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi kepada guru. 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

8. Siswa aktif berdiskusi terhadap kelompoknya masing-masing. 9. Masing-masing dari siswa mendapatkan tugasnya.

10.Mempraktekkan sesuai dengan materi yang disampaikan dan mengisi lembar kerja yang sudah disediakan 11.Siswa beserta dengan kelompoknya masing-masing mempresentasikan hsil kerjanya didepan kelas 12.Siswa memberikan tanggapan mengenai jawaban temannya yang sedang presentasi.

13.Siswa memperhatikan konfirmasi guru tentang kebenaran jawaban yang sesuai apabila terdapat jawaban yang kurang tepat.

32

Kegiatan Akhir

14.Membuat kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari. 15.Siswa menerima tugas dari guru.

6

Total 0 0 7 8 53

(35)

Berdasarkan tabel 4.13 mengenai hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan ke dua dari 15 indikator, terdapat 7 indikator yang memperoleh skor 7, 8 indikator yang memperoleh skor 4, dan tidak ada yang memperoleh skor 2 dan skor 1. Skor total observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ke dua adalah 53 dengan kategori baik. Aktivitas siswa pada silkus II pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan dibandingkan siklus II pertemuan pertama.

Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan siklus II pertemuan pertama ke dua sudah mencapai indikator kinerja karena sudah berada pada kategori baik.

4.1.2.3Hasil Tindakan Siklus II.

Hasil tindakan siklus II diperoleh dri hasil observasi terhadap keaktifan belajar IPA kelas IV SD Negeri Bugel 01.

1) Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA a. Pertemuan Pertama

Analisis mengenai hasil observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry pada siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I

Jumlah Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

6-11 Rendah 0 0

12-17 Sedang 5 27

≥18 Tinggi 13 73

(36)

No

. Aspek

Kategori Aspek Tinggi

(37)

temannnya. pekerjaan siswa lain.

hasil pekerjaan siswa lain.

hasil pekerjaan siswa lain.

pekerjaan siswa lain.

Dari tabel 4.14 mengenai analisis hasil observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inqury pada siklus II pertemuan pertama maka dapat diketahui bahwa sudah tidak ada siswa yang memperoleh 6-11 dengan kriteria rendah. Siswa yang memperoleh skor 12-17 ada 5, pada kriteria tinggi siswa dengan persentase27% Siswa yang memperoleh skor≥18 ada 13 siswa dengan persentase 73% . Skor tertinggi 21 dan skor terendahnya adalah 16.

b. Pertemuan ke dua

Analisis mengenai hasil observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelasV SD Negeri Bugel 01 dengan penerapan pembelajaran Inquiry pada siklus II pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15

Distribusi FrekuensiHasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II

Jumlah Skor

Kategori yang

diamati Frekuensi Persentase (%)

6-11 Rendah 0 0

12-17 Sedang 4 22

≥18 Tinggi 14 78

Jumlah 18 100

No

. Aspek

Kategori Aspek Tinggi

Kategori Aspek Sedang Kategori Aspek Rendah

(38)
(39)

Dari tabel mengenai analisis hasil observasi terhadap observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas IV dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry pada siklus II pertemuan ke dua maka dapat diketahui bahwa sudah tidak

ada siswa yang memperoleh skor 6-11 dengan kriteria rendah. Siswa yang memperoleh skor 12-17 pada kriteria sedang ada 4 siswa dengan persentase 22% Siswa yang memperoleh skor≥18 ada 18 siswa dengan persentase 78%. Skor tertinggi 22 dan skor terendahnya adalah 16. Dari hasil observasi mengenai keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA siklus II pertemuan pertama dan pertemuan ke dua mengalami kesamaan diantara posisi siswa yang berada pada kategori sedang dan tinggi, akan tetapi pada siklus II pertemuan ke dua memiliki skor lebih tinggi untuk skor tertinggi dari pertemuan pertama siklus II maka keaktifan belajar siswa sudah mencapai indikator kinerja. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran pendekatan Inquiry. Guru dengan mudah dapat membimbing siswa selama pembelajaran dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry berlangsung.

c. Rekap Hasil Observasi

Observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa siklus II dilakukan pada pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Keaktifan belajar IPA siswa mengalami peningkatan pada siklus II dari pertemuan I ke pertemuan II. Hal ini terlihat dari jumlah skor keaktifan belajar siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Peneliti kemudian membuat rekap mengenai hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Peneliti menghitung nilai rata-rata dari jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing siswa. Kemudian peneliti menentukan apakah rata-rata jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa termasuk ke dalam kategori keaktifan tinggi, rendah, atau sedang. Berikut disajikan tabel mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I:

Tabel 4.16

(40)

Jumlah Skor

Kategori aspek

yang diamati Frekuensi Persentase (%)

12-17 Sedang 4 22

≥18 Tinggi 14 78

Jumlah 18 100

Berdasarkan tabel 4.16 mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar IPA siswa siklus II dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang memperoleh jumlah skor 6-11 dengan kategori keaktifan rendah. Siswa yang memperoleh umlah skor 12-17 dengan kategori keaktifan sedang ada 8 siswa dengan presentase 44%.Siswa berada pada kategori keaktifan tinggi ada 10 siswa dengan peresentase 56%.

Berdasarkan persentase keaktifan belajar siswa siklus II terlihat bahwa tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah, 22% berada pada kategori sedang dan 78% pada kategori tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry sudah mencapai indikator minimal 75% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi.

2) Hasil Belajar IPA

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi dengan penerapan pembelajara pendekatan Inquiry, guru memberikan tes tertulis kepada siswa dengan bentuk soal pilihan ganda sejumlah 30 soal. Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus II yaitu pada pertemuan ke dua akhir.

(41)

Tabel 4.17

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Nilai Frekuensi Persentase(%)

50-66 2 11

67-76 8 44

77-83 7 39

84-100 1 6

Jumlah 100

Berdasarkan tabe 4.17 maka dapat diketahui bahwat terdapat siswa 2 yang mendapatkan nilai 50-66. Siswa yang mendapat nilai 67-76 sebanyak 8 dengan persentase 44%, dan siswa yang mendapat nilai 77-83 sebanyak 7 dengan persentase 39%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai 84-100 sebanyak 1 dengan persentase 6%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar siklus II adalah 76,83 .

Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus II kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus II yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 4.18

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

Kategori Skor Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥75 15 83

Tidak Tuntas <75 3 17

Jumlah 18 100

(42)

Berdasarkan tabel 4.18 mengenai persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry terlihat bahwa hasil belajar IPA siswa 83% mencapai KKM dan 17% belum mencapai KKM. Hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar IPA yang diperoleh pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan penulis yakni minimal 75% siswa mencapai KKM.

4.1.2.4Refleksi siklus II .

Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama tiga kali pertemuan maka peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pembelajara pendekatan Inquiry dengan baik. Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran pendekatan Inquiry dapat membuat siswa benar-benar aktif. Peningkatan aktivitas siswa terlihat selama proses pembelajaran, tidak hanya siswa yang aktif saja yang memberikan pendapatnya, tetapi siswa yang biasanya hanya duduk diam mampu memberikan pendapatnya. Hasil observasi terhadap keaktifan belajar siswa siklus II yakni 14 siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Persentase keaktifan belajar siswa yang diperoleh pada siklus II sudah menunjukkan tercapainya indikator kinerja yang sudah ditetapkan peneliti yakni minimal 75% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi.

Dari hasil evaluasi keteuntasan belajar IPA yang diperoleh siswa pada siklus II dengan KKM=75 dari 18 siswa, terdapat 15 siswa yang sudah mencapai ketuntasan dengan persentase 83% dan terdapat 3 siswa dengan persentase 17% yang belum mencapai ketuntasan dibawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa, hasil belajar IPA siswa sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan peniliti yaitu minimal 75 % siswa mencapai KKM

(43)

1. Langkah-langkah pembelajaran pendekatan Inquiry sudah dilaksanakan dengan baik dan runtut oleh guru.

2. Guru sudah tidak bingung lagi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pendekatan Inquiry sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.

3. Guru mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik saat melaksanaan percobaan.

4. Siswa sudah tidak bingung lagi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran pendekatanInquiry

5. Kekatifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Ini terlihat dari respon yang diberikan siswa saat melakukan tanya jawab dengan guru. Selain itu, siswa juga memberikan pendapatnya dalam menanggapi pekerjaan temannya. Antusiasme siswa yang besar pada saat mereka sedang melaksanakan percobaan kegiatan pengaruh lingkungan fisik yang disebabkan oleh angin dan hujan.

6. Hasil belajar IPA mengalami peningkatan.

4.2 Hasil Analisis Data.

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data prasiklus, siklus I, dan siklus II mengenai keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

4.2.1 Keaktifan Belajar Siswa.

(44)

Tabel 4.19

Distribusi Keaktifan Belajar SiswaSiklus I, dan Siklus II

Jumlah Skor

Kategori yang diamati

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jml Siswa

Persentase (%)

Jml. Siswa

Persentase (%)

Jml. Siswa

Persentase (%)

6-11 Rendah 17 94 0 0 0 0

12-17 Sedang 1 6 5 28 4 22

≥18 Tinggi 0 0 13 72 14 78

Jumlah 18 100 18 100 18 100

Berdasarkan tabel 4.19 mengenai perbandingan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA prasiklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Siswa yang memperoleh jumlah skor 6-11 dengan kategori keaktifan rendah pada prasiklus sebanyak 17 siswa dengan persentase 94%. Kemudian pada siklus I dan siklus II tidak ada siswa yang yang kategori keaktifan rendah. Pada prasiklus kategori keaktifan sedang dengan skor 12-17 ada 1 siswa saja yang kategori sedang, siklus I menurun menjadi tidak ada yang berada pada kategori keaktifan rendah, yang kategori keaktifan sedang sebanyak 5 siswa dengan persentase 28% . Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 14 siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi dengan persentase 78 % yaitu sudah sesuai kategori minimal yaitu 75%.

4.2.2 Hasil Belajar IPA.

(45)

nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 53. Pada siklus II hasil belajar mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 15 dengan persentase 83% dan masih terdapat 3 siswa dengan persentase 17% yang belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus II meningkat menjadi 76,83 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 63. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus, siklus I, siklus II.

Tabel 4.20

Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Kategori Skor

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jml. Siswa

Persentase (%)

Jml. Siswa

Persentase (%)

Jml. Siswa

Persentase (%) Tidak

tuntas <75 10 55 6 33 3 17

Tuntas ≥75 8 45 12 67 15 83

Jumlah 18 100 18 100 18 100

Rata-rata 71,16 72,38 76,83

Skor tertinggi 86 83 100

Nilai terendah 53 50 68

Berdasarkan tabel 4.20 mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA prasiklus, siklus I, siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan. Sebelum menggunakan tindakan atau sebelum menggunakan pendekatan Inquiry hanya ada 8 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 45%. Setelah menggunakan pendekatan Inquiry pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan menjadi 12 siswa dengan persentase 67%, dan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM meningkatan menjadi 15 siswa dengan persentase 83%.

(46)

4.3 Pembahasan

Dari data yang dipaparkan oleh peneliti, pembelajaran pendekatan Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal sebelum diterapkannya pembelajaran pendekatan Inquiry, tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi . Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal sebagian besar siswa belum aktif selama kegiatan pembelajaran. Pada siklus I, jumlah siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi meningkatdengan persentase 72% atau sebanyak 13 siswa. Sedangkan untuk hasil belajar sebelum tindakan, siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75) hanya ada 8 siswa atau dengan persentase 44%. Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar sebelum tindakan adalah 71,16. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 12 siswa dengan persentase 67%. Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar siklus I adalah sebesar . Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama sudah berkategori baik. Pada siklus I pertemuan ke dua aktivitas guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan, keduanya sudah berada pada kategori baik, skor keaktifan tertinggi menjadi 22.Hal ini berarti penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa.

Hasil belajar pada siklus I sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 75% siswa sudah mencapai KKM tetapi, Keaktifan belajar pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 75% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Tetapi pada siklus I hanya ada 72% siswa yang mencapai indikator keaktifan tinggi. Untuk itu, penelitian dilanjutkan ke siklus II karena indikator kinerja belum tercapai seluruhnya.

(47)

ke II sudah berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan penerapan pendekatan Inquiry sudah dilaksanakan dengan baik. Penelitian yang dilakukan pada siklus II seluruhnya sudah mencapai indikator kinerja. Baik keaktifan siswa, hasil belajar, maupun aktivitas guru dan siswa sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa karena sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Untuk indikator kinerja keaktifan belajar, peneliti menetapkan bahwa pembelajaran dengan penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry dikatakan berhasil jika jika minimal 75% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Sedangkan indikator kinerja dari hasil belajar, peneliti menetapkan bahwa penerapan dengan pembelajaran Inquiry dikatakan berhasil jika minimal 75% siswa mencapai KKM.

Pada siklus I aktivitas guru dan siswa sudah berada pada kategori baik dan keaktifannya mengalami peningakatan dengan skor tertinggi 22. Hal ini berarti penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru dan siswa. Hasil belajar dan pada siklus I sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 75% siswa sudah mencapai KKM, tetapi keaktifan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja keaktifan tinggi. Untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II karena indikator belum tercapai seluruhnya.

(48)

siswa karena sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Untuk indikator kinerja, keaktifan belajar peneliti menetapkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Inquirydikatakan berhasil jika minima 75% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Sedangkan indikator kinerja dari hasil belajar, peneliti menetapkan bahwa penerapan pembelajaran pendekatan Inquiry dikatakan berhasil jika minimal 75% mencapai KKM.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (dalam Anita Lie, 2002:7) bahwa suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang

lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan dan memisah-misahkan siswa. Dengan suasana kelas yang dibangun sedemikian rupa, maka siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga terbentuk hubungan yang positif dan menambah semangat siswa dalam belajar. Suasana seperti ini akan memperlancar pembentukan pengetahuan secara aktif sehingga hasil belajar akan meningkat. Pembelajara pendekatan Inquiry merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran pendekatanInquiry, siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Disamping itu, pendekatan Inquiry juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Pendekatan inkuriAmien (Suryanti,2009:142) memiliki kelebihan diantaranya:

(1) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, (2)

Menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran

yang berpusat pada siswa. (3) Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang

positif. (4) Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan ide untuk

menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri. (5) Mengembangkan bakat

individual secara optimal. (6) Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal.

(49)

yang aktif selalu ingin tahu, sosial. Guru yang memberikan kesempatan belajar pada siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan di dalam kondisi setiap siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan di dalam kondisi yang ada. Hal ini berarti kesempatan belajar yang diberikan oleh guru kepada siswa, akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya (Dimyati dan Mudjiono, 2009:62).

Penelitian ini sejalan dengn penelitian Armi Maulani. 2013.dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran CTL untuk meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”.Hasil Penelitiannya adalah Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari peningkatan presentase skor angka keaktifan belajar siswa terhadap IPA sebesar 75.Pra siklus menunjukkan hanya sisanya sebanyak 20 siswa atau 83,33% kurang aktif terhadap IPA.Pada siklus I siswa yang aktif terhadap IPA yaitu sebanyak 13 siswa atau 54,17% sedangkan yang kurang aktif terhadap IPA sebanyak 11 siswa atau 45,83%. Pada siklus II siswa yang aktif terhadap IPA sebanyak 23 siswa atau 95,83%.Sedangkan siswa yang kurang aktif terhadap IPA sebanyak 1 siswa atau 4,17%. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut : pra siklus siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM =70 )sebanyak 6 siswa atau 25,00% sedangkan yang belum mencapai KKM sebanya 18 siswa atau 75,00%.Pada siklus I siswa yang mencapai KKM 14 siswa atau 58,33% sedangkan yang belum dapat mencapai KKM 10 siswa atau 41,67%. Pada pembelajaran siklus II siswa yang mencapai KKM sebanyak 22 siswa atau 91,67% sedangkan yang belum dapat mencapai KKM sebanyak 2 siswa atau 8,33%.Berdasarkan data hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa jika dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran CTL, maka dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

(50)

Menurut Piaget (Sliman, 2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri

sebagai pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak

untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang

terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol mencari jawaban

atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain,

membandingkan apa yang mereka temukan dengan yang orang lain temukan.

Pendekatan Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan sepenuh hati.

Pada pendekatan Inquiry diperoleh beberapa temuan bahwa Inquiry dapat memberikan pengalaman siswa dan memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari jawabannya dengan bantuan alat peraga yang konkret atau nyata. Pendekatan Inquiry, menugaskan siswa untuk menemukan jawabannyabersama kelompoknya sehingga saling membantu. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu siswa tentang penyelesaian dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Adanya rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga mampu berbagi pengetahuan belajar dengan yang lain. Penerapan pendekatan Inquiry dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA juga meningkat.Melalui pendekatan inkuiri dalam mata pelajaran IPA kelas IV khususnya disini materi perubahan lingkungan fisik, membantu guru

mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya. Jika model ini sering digunakan secara teratur berarti

berguna untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan

sekaligus memecahkannya.Pendekatan inkuiri merupakan proses pembelajaran

yang menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan

(51)

b. Implikasi Praktis.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 1
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keempat jenis t umbuhan paku t ersebut mempunyai penyebaran yang cukup luas t ermasuk Indonesia (Andrew s, 1990). Ket iga jenis t umbuhan paku t ersebut bersifat

Globalisasi telah menempatkan bangsa dan negara Indonesia pada posisi yang dilematis. Di satu sisi proses globalisasi tersebut telah memberikan kesempatan dan

Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan metode Hanifida di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha kelurahan Cebongan kecamatan Argomulyo

Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek, kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan

Berdasarkan hasil pada penelitian yang dilakukan di Dusun Candi Desa Candimulyo dan Dusun Tambak Beras Desa Tambak Rejo didapatkan hasi tidak ada perbedaan yang

Kacang hazelnut juga sangat baik mencegah kanker atau memiliki sifat anti-karsinogenik karena memiliki alpha-tocopherol, yaitu varian Vitamin E yang dikenal memiliki kekuatan

Analisa Laboratorium untuk Penentuan Komposisi Lumpur Berbahan Dasar Bentonite Indobent Trayek Liner Surface 17.5”x20” dan Skala Lapangan.... Pada Kondisi Normal (Tidak

Asupan Zat Gizi Mikro (Vitamin A, Kalsium, Phosfor, Zinc) Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kepulauan Nusa Tenggara (Data Sekunder Riskesdas 2010)..