BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami oleh semua negara di dunia.
Kemiskinan tidak hanya berada di negara-negara berkembang dan terbelakang, melainkan
juga dialami oleh negara-negara maju. Masalah kemiskinan menjadi masalah yang sangat
rumit sehingga suatu negara tidak dapat memiliki kemampuan untuk menghapus kemiskinan
secara sendirian.
Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu, langkah pertama
penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah.
Untuk memahami masalah kemiskinan, perlu dipandang dari dua aspek, yakni kemiskinan
sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi,
kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau
lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan
proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga
pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan
tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan
martabatnya (Matias Siagian, 2012 : 2).
Persoalan kemiskinan, menurut Soetrisno (2001), merupakan gejala yang lebih rumit
dan meliputi lebih banyak aspek dari pada hanya sekedar kekurangan pendapatan belaka,
kemiskinan juga berhubungan dengan kepemilikan lahan yang sempit, kondisi geografis,
tingkat pendidikan, serta sikap mental yang saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga
Kemiskinan merupakan salah satu masalah klasik yang selalu dihadapi oleh manusia karena
melibatkan seluaruh aspek kehidupan manusia. Masalah kemiskinan meskipun sebagai suatu
yang sangat dihindari oleh masyarakat, akan tetapi dalam kenyataannya selalu saja
kemiskinan itu menampakkan diri di kebanyakan tempat, baik perkotaan maupun di
perdesaan (Soejadi dalam Soetrisno, 2001).
Masalah kemiskinan yang ada di Indonesia menurut Suharto, merupakan masalah
sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Bukan saja karena masalah
kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah saat ini, tetapi karena kini
gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi
bangsa Indonesia. Hal ini juga dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun, sehingga tingkat
kesejahteraan rakyatnya masih jauh di bawah angka kesejahteraan negara- negara maju
(Suharto, 2009: 131).
Kemiskinan sederhananya digambarkan dengan kondisi seseorang atau sekelompok
orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti, sandang, pangan dan papan.
Kurangnya pendapatan yang diterima mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang
memiliki kualitas hidup yang rendah. Hal ini disebabkan tidak memiliki biaya untuk
mengakses layanan-layanan untuk meningkatkan taraf hidupnya.Kemiskinan membatasi hak
rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, pekerjaan yang memadai dan akses
kesehatan yang terjamin.
Masyarakat miskin di Indonesia tidak hanya dari kalangan pengangguran atau
pendidikan rendah. Hasil kajian LIPI menyebutkan, sekitar 43,67% pekerja Indonesia saat ini
masih berada di bawah garis kemiskinan. Masalah ini terjadi lantaran kecilnya upah dan
melihat, 30 juta penduduk indonesia masih hidup dengan penghasilan dibawah USD 1 atau
sekitar Rp. 12.000 per hari. Sedangkan 70 juta penduduk Indonesia saat ini masih hidup
dengan penghasilan rata-rata USD 2 atau hanya sekitar Rp. 24.000 per hari. Ketua DPR
Irman Gusman mengatakan data kemiskinan terbaru yang dilansir Badan Pusat Statistik
(BPS), jumlah penduduk miskin yang bertambah 480.000 dalam kurun waktu tujuh bulan
terhitung sejak Maret-September 2013. Dengan kenaikan itu, saat ini jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 28 juta jiwa
(http://www.merdeka.com/uang/4-fakta-kemiskinan-di-indonesia/orang-miskin-indonesia-7-kali-penduduk-singapura.html diakses
pada tanggal 31 Mei 2014 pukul 15:37 wib).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin
di Sumatera Utara pada tahun 2010 mencapai 1490.90 ribu orang atau 11,31%, sementara
pada tahun 2011 turun menjadi 1481.31 ribu orang dan padabulan september tahun 2012
tercatat sebanyak 1378.40 ribu orang atau 10,41%. Sumatera Utara terdiri dari beberapa kota
besar, salah satunya ialah Kota Medan. Sejalan dengan perkembangan, Kota Medan menjadi
kota metropolitan dimana perdagangan dan tingkat urbanisasi menjadi meningkat. Penduduk
kota lain yang berada di Sumatera Utara beramai-ramai mengadu nasibnya ke Kota Medan.
Berdasarkan sumber dari Medan dalam Angka tahun 2012 disebutkan bahwa jumlah
penduduk kota Medan pada tahun 2010 berjumlah 2.097.610 dan pada tahun 2011
meningkat menjadi 2.117.224 (http://sumut.bps.go.id diakses pada tanggal 22 Mei 2014
pukul 16:00). Tingginya pertumbuhan di kota Medan dipengaruhi arus urbanisasi tersebut.
Kaum urban berpotensi menyumbang angka kemiskinan dan permasalahan kesejahteraan
sosial. Salah satunya timbullah keluarga-keluarga yang jauh dari kata layak untuk memenuhi
Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggungjawab untuk
mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia. Pada saat sebuah lembaga memulai
membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting, keluarganya tentu banyak berperan
dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarkannya kemampuan berbicara dan
menjalankan banyak fungsi sosial. Akan tetapi, terkadang didalam sebuah keluarga peran
yang seharusnya dijalankan dengan baik tidak berjalan dengan baik. Sosok ayah yang harus
mengajarkan kebijaksanaan dan sosok ibu yang mengajarkan kelembutan tidak terlihat. Hal
ini terjadi karena didalam keluarga tersebut terdapat masalah yang membuat peran tersebut
tidak terlihat.
Masalah dalam keluarga yang terjadi biasanya berkaitan dengan tiga faktor, yaitu
ekonomi, keterbatasan fisik serta mental, atau masalah sosial. Ketiga hal inilah yang sering
muncul sebagai permasalahan dalam sebuah keluarga. Faktor ekonomi menjadi masalah yang
paling sering muncul dalam keluarga.
Keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sangat riskan terhadap
masa depan anak-anak mereka karena sebagaimana diketahui anak adalah generasi penerus
bangsa yang harus diberi pendidikan yang layak dan kesehatan yang terjamin. Dengan
diberinya pendidikan yang layak dan kesehatan yang terjamin, anak-anak ini nantinya akan
tumbuh dan kembang dengan harapan semua orang yaitu memiliki sumber daya manusia
yang mumpuni (Pedoman Umum PKH 2009).
Rendahnyakemampuan ekonomi sebuah keluarga rumah tangga sangat miskin
(RTSM) membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta menyebabkan
banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajaran di bangku sekolah. Sebagian di
antaranya harus bekerja keras membantu mencari nafkah untuk keluarganya dan ada yang
mampu memperoleh pendidikan yang layak akan memperburuk kondisi sosial, ekonomi, dan
politik pada masa yang akan datang dan mengakibatkan beban sosial yang sangat tinggi
terhadap Negara. Penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya terus menerus karena
komplikasi permasalahan dan keterbatasan sumberdaya yang dihadapi masyarakat miskin.
(Pedoman Umum PKH, 2009).
Dalam kerangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangansistem
jaminan sosial, mulai tahun 2007 pemerintah Indonesia melaksanakan Program Keluarga
Harapan (PKH). PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangunsistem perlindungan
sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan PKH secaraberkesinambungan setidaknya
hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaianTujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals atau MDGs).
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) melalui ketentuan dan persyaratan yang
terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dibidang pendidikan
dan kesehatan (Pedoman Umum PKH 2009: 10). Program Keluarga Harapan (PKH)
merupakan program nasional untuk membantu keluarga rumah tangga sangat miskin dengan
bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfer). PKH pertama kali diimplementasikan di
sejumlah negara Amerika Latin dan Karibia seperti Meksiko, Brazil, Kolumbia, Honduras,
Jamaika, dan Nikaragua. Di Indonesia PKH mulai dilaksanakan di 7 provinsi pada tahun
2007 yang diluncurkan di Provinsi Gorontalo pada Juli 2007 sebagai tahap uji coba dengan
harapan program ini berkesinambungan sampai pada tahun 2015 dan mampu untuk
mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.
Dari sejak pertengahan tahun 2006, Bappenas bersama beberapa kementerian
menjalankanpelaksanaan PKH, Departemen Pendidikan Nasional sebagai penyedia
layananpendidikan, Departemen Kesehatan sebagai penyedia layanan kesehatan, Departemen
informasi dan Informatika untuk sosialisasi, Departemen Tenaga Keja dan Tranmigrasi dan
Badan Pusat Statistik untuk pendataan rumah tangga miskin, PT. PosIndonesia mengantarkan
undangan untuk pertemuan, mengantar dan mengambil vomeverifikasi dan dengan dibantu
beberapa tenaga ahli telah bekerja menyusun desainPKH yang berisi antara lain ketentuan,
persyaratan dan mekanisme yang semuanyamembutuhkan persiapan pelaksanaan yang cukup
lama.
PKH dijalankan sebagai pelaksanaan dari:
1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial.
2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
3. Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan.
4. Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
5. Undang- Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Untuk menjamin agarpelaksanaan PKH dapat berjalan lancar,menurut pedoman
umum PKH, (2009: 17) Penerima bantuan PKH adalahRTSM yang memiliki anggota
keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahundan/atau ibu hamil/nifas. Bantuan hanya akan
diberikan kepada RTSM yang telahterpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan
yang diatur dalam program,yang di lihat dari tempat tinggal yang dimiliki, harta benda, dan
pendapatan sebulansekitar kurang lebih 500ribu.Agar penggunaan bantuan dapat lebih efketif
diarahkan untuk peningkatan kualitaspendidikan dan kesehatan, bantuan harus diterima oleh
ibu atau wanita dewasa yangmengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (nenek,
Untuk itu, pada kartu kepesertaan PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang
mengurus anak. Sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu adanya petugas
pendampinganPKH dari kantor Unit Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (UPPKH) di
kantorKabupaten/Kota dan Kecamatan, agar operasional pelaksanaan Program
KeluargaHarapan (PKH) berjalan lancar dan sesuai seperti apa yang diharapkan.Manfaat
yang diperoleh setelah mendapatkan bantuan PKH adalah dalamjangka pendek, melalui
pemberian bantuan kepada RTSM, program ini diharapkandapat mengurangi beban RTSM.
Sedangkan untuk jangka panjang, diharapkan akanmenjadi perubahan pola pikir dan perilaku
terhadap perbaikan status kesehatananak dan ibu hamil serta tingkat pendidikan
anak-anak RTSM tersebutsehingga rantai kemiskinan keluarga tersebut dapat diputus.
Tujuan umum program PKH adalah untuk meningkatkan jangkauan atauaksesibilitas
masyarakat tidak mampu. PKH ini mempunyai dua program yaitutingkat pendidikan dan
kesehatan. Bagi RTSM yang sudah menerima bantuan makapemerintah memberikan
pelayanan kesehatan dan pendidikan.Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan
untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya
mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin.PKH pendidikan berupaya
memotivasi RTSM agar mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah dan mendorong
mereka untuk memenuhi komitmen kehadiran dalam proses belajar, minimal 85% dari hari
efektif sekolah dalam sebulan, selama tahun ajaran berlangsung (Direktorat Jaminan Sosial,
2013: 9). Sedangkan tingkat kesehatan meliputi:
1. Kesehatan ibu hamil, dengan cara ibu hamil harus melakukan pemeriksaankehamilan,
mendapatkan tablet tambahan (Fe).
2. Ibu melahirkan dan nifas, proses kelahiran bayi ditolong oleh tenagaterlatih. Ibu yang
melahirkan dan bayi baru lahir harus melakukan ataudiperiksa kesehatannya
3. Anak usia 0-6 tahun. Anak usia 0-11 bulan melakukan penimbangan dan imunisasi,
anak usia 6-11 bulan mandapatkan vitamin A, anak usia 1-5 tahun dimonitor tumbuh
kembang dengan penimbangandan pemberian vitamin.
4. Anak usia 5-6 tahun dimonitor tumbuh kembang dengan melakukanpenimbangan
PKH dialokasikan ke daerah –daerah yang telah memenuhi syarat yang ditentukan.
Pada tahun 2007 – 2010 di Provinsi Sumatera Utara terdapat 3 kabupaten / kota yang telah
menjalankan Program Keluarga Harapan yaitu, Kota Medan, Kabupaten Nias dan Kabupaten
Tapanuli Tengah.
Tahun 2011, kuota daerah penerima PKH bertambah. Penambahan kuota ini adalah
untuk Kabupaten Nias yang telah melakukan pemekaran wilayah. Selanjutnya Nias terbagi
atas 4 wilayah, yaitu Nias Selatan, Nias Barat, Nias Utara dan Nias Kota. Ke 4 Wilayah
tersebut langsung mendapat bantuan Program Keluarga Harapan.
Selanjutnya pada tahun 2012, kuota bertambah 6 Kabupaten / Kota. 6 Kabupaten /
Kota tersebut antara lain adalah Kabupaten Asahan, Kabupaten Tobasa, Kota Sibolga,
Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Serdang
Bedagai.Penambahan-penambahan kuota ini tidak lain bertujuan untuk memutuskan rantai kemiskinan di berbagai
wilayah Indonesia, khususnya provinsi sumatera utara.
Khusus kota Medan, Program Keluarga Harapan sudah di mulai sejak tahun 2007
hingga sekarang. Ada 11 kecamatan yang mendapat bantuan Program Keluarga Harapan di
Kota Medan.Program ini telah berjalan sesuai yang diharapkan, namun demikian tidak
terlepas dari hambatan / hal-hal yang tidak sesuai dengan program ini. Adapun persoalan
yang berkenaan dengan PKH selama ini, yakni : mengenai kevalidan data kelayakan peserta
PKH. Masyarakat mempersoalkan adanya peserta atau calon peserta PKH yang dinilai bukan
RTSM, sementara pada saat yang bersamaan ada masyarakat yang dinilai RTSM tidak terdata
Selain persoalan tentang data yang tidak valid, persoalan kondisi suatu wilayah yang
sulit di tempuh menjadi persoalan yang cukup menjadi pertimbangan. Wilayah yang sulit di
tempuh ini dikarenakan alat transportasi yang tidak memadai sehingga dapat memakan waktu
yang banyak.
Pemahaman tugas dan tanggung jawab masing-masing, merupakan cara yang terbaik
untuk melakukan kerjasama. Hal ini bertujuan agar tidak ada yang tumpang tindih dan tidak
ada yang tertinggal. Para pihak yang terkait dapat memberikan kontribusi secara maksimal
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Akhirnya target fungsional PKH
yaitu untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
terutama pada kelompok rumah tangga sangat miskin dapat terwujud.
Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat
Kota Medan ini sudah berjalan kurang lebih 5 tahun. Program ini merupakan program yang
digagas Kementerian Sosial dibawah naungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. PKH di
Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kota Medan ini merupakan program untuk
keluarga miskin. Pendidikan dan pelatihan diadakan kepada para pendamping PKH, guna
sebagai layanan pendampingan atau fasilitasi kepada para peserta PKH. Program ini sudah
berjalan kurang lebih 5 tahun di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kota Medan,
sehingga penulis merasa tertarik bagaimana pengaruh kehadiran PKH di daerah tersebut.
Apakah dengan adanya program tersebut masyarakat merasa diringankan masalah sosialnya
atau tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih
lanjut dalam bentuk penelitian dan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah (skripsi) dengan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,maka
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimana pengaruh program
keluarga harapan terhadap sosial ekonomi masyarakat di kelurahan sei agul kecamatan
medan barat”?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Program Keluarga
Harapan terhadap sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat
Kota Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan terhadap para pengambil kebijakan dan
pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Sebagai bahan pengembangan konsep-konsep serta teori-teori sosial ekonomi
masyarakat dan keluarga.
c. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan mahasiwa atau pembaca
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisikan Latar belakang, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berikan uraian teoritis konsep dan teori yang berkaitan
dengan masalah objek yang akan diteliti,kerangka pemikiran,
defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik
analisi data.
BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang lokasi
dimana penulis melakukan penelitian.
BAB V : Analisis Data
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian serta analisis pembahasannya.
BAB VI : Penutup
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian