BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
Sebelum disusunnya rancangan Peraturan Gubernur tentang Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Istimewa Yogyakarta, perlu
dilakukan sebuah kajian akademis terhadap substansi rancangan Peraturan
Gubernur ini yang dituangkan dalam kajian akademik rancangan Peraturan
Gubernur tentang Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Melalui kajian akademik ini diharapkan dapat diketahui:
1. tingkat penting dan tingkat urgensi substansi yang akan diatur;
2. hak dan kewajiban terhadap para pemangku kepentingan yang terkait;
3. penyelenggaraan kewenangan Pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta didasarkan pada nilai-nilai kearifan lokal dan keberpihakan
kepada rakyat.
Maksud disusunnya kajian akademis ini adalah sebagai landasan ilmiah
bagi menyusunan rancangan Peraturan Gubernur tentang Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk
memberikan arah dan menetapkan ruang lingkup dalam penyusunannya
serta sasaran yang dapat diwujudkan sebagai pranata hukum di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Tujuan disusunya kajian akademis ini adalah sebagai acuan untuk
merumuskan pokok-pokok pikiran yang akan menjadi bahan dan dasar bagi
penyusunaan rancangan Peraturan Gubernur tentang Kebijakan Pengelolaan
Sumber Daya Air di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan, kegunaan dari disusunnya kajian akademis ini adalah
sebagai bahan masukkan dalam penyusunan Peraturan Gubernur tentang
menjadi dokumen resmi yang menyatu dengan konsep rancangan Peraturan
Gubernur ini.
Ruang lingkup pengaturan yang termuat rancangan tentang Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Istimewa Yogyakarta, memuat
materi sebagai berikut:
A. KETENTUM UMUM
1. Daerah Istimewa Yogyakarta, yang selanjutnya disebut DIY adalah
daerah provinsi yang mempunyai Keistimewaan dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintahan Daerah DIY adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah DIY dan dewan perwakilan
rakyat daerah DIY menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah DIY yang selanjutnya disebut Pemda DIY adalah
Gubernur sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan DIY.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DIY yang selanjutnya disingkat
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
DIY.
6. Kewenangan Istimewa adalah wewenang tambahan tertentu yang
dimiliki DIY selain wewenang sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang tentang pemerintahan daerah.
7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubernur dan DPRD
dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan DIY.
8. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul,
Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota
Yogyakarta.
9. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.
10. Dewan SDA DIY, yang selanjutnya disebut Dewan SDA atau adalah
wadah koordinasi pengelolaan SDA di DIY.
11. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
12. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan
tanah.
13. Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah.
14. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
15. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
16. Kebijakan pengelolaan sumber daya air adalah arahan strategis
dalam pengelolaan sumber daya air.
17. Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya
air, dan pengendalian daya rusak air.
18. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan
serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar
senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup, baik pada waktu
sekarang maupun generasi yang akan datang.
19. Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan
sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya
guna.
20. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan
yang disebabkan oleh daya rusak air.
21. Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.
22. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya
air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau
kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
23. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
24. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah
25. Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan
secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air.
26. Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan
lain yang menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik
langsung maupun tidak langsung.
27. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata,
baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan
berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing,
maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.
28. Perencanaan pembangunan Daerah DIY adalah suatu proses
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai
unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial di DIY dalam jangka waktu tertentu.
29. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program
indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.
30. Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh Pemerintah
Pusat dan/atau DIY untuk mencapai tujuan.
31. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga
untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi
anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh
instansi pemerintah.
32. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu
atau beberapa Perangkat Daerah sebagai bagian dari pencapaian
tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa sumber daya
manusia, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana,
atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya
tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa.
33. Lembaga adalah organisasi non kementerian negara dan instansi
lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 atau Peraturan Perundang-undangan lainnya.
34. Program Satuan Kerja Perangkat Daerah DIY adalah sekumpulan
rencana kerja suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah DIY.
B. ASAS-ASAS
Rancangan Peraturan Gubernur tentang Kebijakan Pengelolaan Sumber
Daya Air di Daerah Istimewa Yogyakarta, disusun berdasarkan asas
pembentukan dan materi muatan. Asas pembentukan Peraturan Gubernur
ini, yakni kejelasan tujuan; kelembagaan atau pejabat pembentuk yang
tepat; kesesuaian antara jenis dan materi muatan; dapat dilaksanakan;
kedayagunaan dan kehasilgunaan; kejelasan rumusan; keterbukaan; dan
partisipatif. Sedangkan asas materi muatannya harus mencerminkan
pengakuan atas hak asal-usul; kerakyatan; demokrasi;
ke-bhinneka-tunggal-ika-an; efektivitas pemerintahan; kepentingan nasional; dan pendayagunaan
kearifan lokal.
C. MAKSUD
Pengaturan mengenai kebijakan pengelolaan SDA di DIY dimaksudkan
sebagai arahan strategis yang menjadi dasar dalam mengintegrasikan
cekungan air tanah dengan program pembangunan daerah DIY yang telah
ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah DIY tahun
2012-2017.
D. TUJUAN
Tujuan pengaturan mengenai kebijakan pengelolaan SDA untuk
mewujudkan penyelenggaraan Pengelolaan Sumber Daya Air yang berbasis
pada wilayah sungai dan/atau cekungan air tanah di DIY selaras dengan
penyelenggaraan program:
1. pengembangan dan pengelolaan jaringan iringan;
2. penyediaan dan pengelolaan air baku;
3. pengembangan dan pengelolaan air minum; dan
4. pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta SDA
lainnya.
E. MATERI MUATAN
Materi muatan rancangan Peraturan Gubernur tentang Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Istimewa Yogyakarta ini, berisikan
materi muatan mengenai Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air, yang
meliputi:
1. kebijakan umum
2. kebijakan konservasi Sumber Daya Air;
3. kebijakan pendayagunaan Sumber Daya Air;
4. kebijakan pengendalian daya rusak air; dan
5. kebijakan sistem informasi Sumber Daya Air,
terhadap Sumber Daya Air yang berbasis wilayah sungai dan/atau
cekungan air tanah yang berada di DIY dan perwujudan
serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
Perangkat Daerah sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada
suatu program yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya baik yang berupa sumber daya manusia, barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa
atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input)
untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
F. TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEBIJAKAN
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pada prinsipnya tahapan dalam pembentukan Peraturan Gubernur
tentang Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Istimewa
Yogyakarta ini berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan untuk materi
muatan pokok mengenai Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air, yang
meliputi:
1. kebijakan umum
2. kebijakan konservasi Sumber Daya Air;
3. kebijakan pendayagunaan Sumber Daya Air;
4. kebijakan pengendalian daya rusak air; dan
5. kebijakan sistem informasi Sumber Daya Air,
terhadap Sumber Daya Air yang berbasis wilayah sungai dan/atau
cekungan air tanah yang berada di DIY dan disusun sesuai kewenangan
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sesuai dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
Istimewa Yogyakarta didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan