• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi Negara dan Lembaga Lembaga Ne

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Organisasi Negara dan Lembaga Lembaga Ne"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Organisasi Negara dan Lembaga-Lembaga Negara

Dalam perkembangan sejarah , teori dan pemikiran tentang

pengorganisasian kekuasaan dan tentang organisasi negara berkembang sangat pesat.variasi struktur dan fungsi organisasi dan institusi-institusi kenegaraaan itu berkembang dalam banyak ragam dan bentuknya, baik di tingkat pusat atau nasional maupun di tingkat daerah atau lokal.Sebelum abad ke-19,sebagai reaksi terhadap kuatnya cengkraman kekuasaan para raja di Eropa, timbul revolusi diberbagai negara yang menuntut kebebasan lebih bebas bagi rakyat dalam

menghadapi penguasa negara. Ketika itu,berkembang luas pengertian bahwa “the least government is the best government?” menurut doktrin nachwachtersstaat. Enam tipe organisasi oleh Gerry Stoker ,yaitu:

1. Tipe pertama adalah organ yang bersifat central government’s arm’s length agency;

2. Tipe kedua, organ yang merupakan local authority implementation agency; 3. Tipe ketiga, organ atau institusi sebagai public/private partnership organitation; 4. Tipe keempat,organ sebagai user-organitation;

5. Tipe kelima,organ merupakan intergovernmental forum; 6. Tipe keenam, organ yang merupakan Joint Boards.

Menurut Gerry Stoker,

both central and local government have encouraged experimentation with non-elected forms of government as a way encouraging the greater involvement of

major private corporate sector companies, banks and building societies in dealing with problems of urban and economic decline.”

(2)

pemerintahan yang deconcentrated dan decentralized. R. Rhodes, dalam bukunya, menyebut hal ini intermediate institusions.Menurut R.Rhodes, lembaga-lembaga seperti ini mempunyai tiga peran utama.

1. Pertama, lembaga-lembaga tersebut mengelola tugas yang diberikan pemerintah pusat dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan berbagai lembaga lain (coordinate the activities of the various other agencies). Misalnya , Regional Departement of the Environment Offices melaksanakan program housing investment dan mengkoordinasikan berbagai usaha real-estate diwilayahnya.

2. Kedua, melakukan pemantauan (monitoring) dan memfasilitasi pelaksanaan berbagai kebijakan atau policies pemerintah pusat.

3. Ketiga, mewakili kepentingan daerah dalam berhadapan dengan pusat.

Sebenarnya, secara sederhana, istilah organ negara atau lembaga negara dapat dibedakan dari perkataan organ atau lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau yang biasa disebut Ornop atau Organisasi Non pemerintah yang dalam bahasa Inggris disebut Non-Government Organization atau Non-Government Organizations (NGO’s). Oleh sebab itu, lembaga negara itu dapat berada dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif, ataupun yang bersifat campuran.

(3)

Lembaga negara terkadang disebut dengan istilah lembaga pemerintahan, lembaga pemerintahaan non-departemen, atau lembaga negara saja. Ada yang dibentuk berdasarkan atau karena diberi kekuasaan oleh UUD, ada pula yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari UU, dan bahkan ada pula yang hanya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden. Hirarki atau ranking kedudukannya tentu saja tergantung pada derajat pengaturannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh UUD merupakan organ konstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarkan U, sementara yang hanya dibentuk karena keputusan presiden tentunya lebih rendah lagi tingkatan dan derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang duduk didalamnya. Demikian pula jika lembaga dimaksud dibentuk dan diberi kekuasaan berdasarkan Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi tingkatannya.

Karena warisan sistem lama, harus diakui bahwa di tengah masyarakat kita masih berkembang pemahaman yang luas bahwa pengertian lembaga negara dikaitkan dengan cabang-cabang kekuasaan tradisional legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Lembaga negara dikaitkan dengan pengertian lembaga yang berada di ranah kekuasaan legislatif disebut lembaga legislatif, yang berada di ranah eksekutif disebut lembaga pemerintah, dan yang berada di ranah judikatif disebut sebagai lembaga pengadilan.

(4)

Dalam ilmu hukum, subjek hukum (legal subject) adalah setiap pembawa atau penyandang hak dan kewajiban dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum. Pembawa hak dan kewajiban itu dapat merupakan orang yang biasa disebut juga natuurlijke persoon (menselijk persoon) atau bukan orang yang biasa disebut pula dengan rechtspersoon. Rechtspersoon itulah yang biasa dikenal sebagai badan hukum yang merupakan pesona ficta atau orang yang diciptakan oleh hukum sebagai pesona (orang fiktif).

Mahkamah Agung Belanda dalam putusannya tanggal 16 Februari 1891 (W.6083) menyatakan bahwa penghinaan dalam hukum pidana tidak mungkin kecuali hanya terhadap manusia (natuurlijke persoon). Akan tetapi, menurut Paul Scholten, dalam bidang keperdataan, penghunaan dapat saja terjadi oleh dan terhadap badan hukum yang berakibat penghinaan itu, badan hukum yang bersangkutan dapat digugat per-data.

Di samping semua uraian tersebut di atas, yang juga penting dikemukakan ialah bahwa setiap badan hukum yang dapat dikatakan mampu bertanggung-jawab (rechtsbevoegheid) secara hukum, haruslah memiliki empat unsur pokok, yaitu: 1) Harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan subyek hukum yang lain;

2) Mempunyai tujuan ideal tertentu yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

3) Mempunyai kepentingan sendiri dalam lalu lintas hukum;

4) Ada organisasi kepengurusannya yang bersifat teratur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan internalnya sendiri.

(5)

alat baginya untuk mengejar tujuan pendirian atau pembentukannya. Kekayaan tersendiri yang memiliki badan hukum itu ; (ii) dapat menjadi objek tuntutan dan sekaligus menjadi; (iii) objek jaminan bagi siapa saja atau pihak-pihak lain dalam mengadakan hubungan hukum dengan badan hukum yang bersangkutan.

Dengan adanya unsur keterpisahan harta ini, maka siapa saja yang menjadi pendiri dan pengurus badan hukum serta pihak-pihak lain yang berhubungan dengan badan hukum yang bersangkutan, haruslah benar-benar memisahkan antara unsur pribadi beserta hak milik pribadi, dengan institusi dan harta kekayaan badan hukum yang bersangkutan. Karena itu, perbuatan hukum pribadi orang yang menjadi anggota atau pengurus badan hukum itu dengan pihak ketiga tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta kekayaan badan hukum yang sudah terpisah tersebut. Menurut Arifin Soeria Atmadja, kekayaan badan hukum yang terpisah itu, membawa akibat antara lain:

a. Kreditur pribadi para anggota badan hukum yang bersangkutan tidak mempunyai hak untuk menuntut harta kekayaan badan hukum tersebut;

b. Para anggota pribadi tidak dapat menagih piutang badan hukum terhadap pihak ketiga;

c. Kompensasi antara hutang pribadi dan hutang badan hukum tidak dimungkinkan;

d. Hubungan hukum, baik persetujuan maupun proses antara anggota dan badan hukum,dilakukan seperti halnya antara badan hukum dengan pihak ketiga;

e. Pada kepalitan, hanya para kreditur badan hukum dapat menuntut harta kekayaan yang terpisah.

(6)

rujukan dalam setiap kegiatan keorganisasian. Jika timbul permasalahan, perbedaan pendapat, atau perselisihan antar pengurus atau anggota, di dalam berbagai peraturan tersebut sudah diatur adanya mekanisme penyelesaian yang dapat dijadikan rujukan. Dengan demikian, perbedaan pendapat tidak perlu menyebabkan timbulnya perpecahan organisasi yang tidak dapat diselesaikan secara damai dan bermartabat sesuai dengan perangkat norma hukum dan etika (rule of law ataupun rule of ethics) yang berlaku.

Dalam Kitab Undang-Undang Perdata, kriteria suatu lembaga atau organisasi dapat dikatakan sebagai badan hukum atau bukan, tidaklah dirinci diatur. Titel XIX Pasal 1653 Burgerlijk Wetboek hanya menyebut van Zedelijke lichaam atau rechtspersoon yang dalam bahasa indonesia biasa diterjemahkan dengan perkumpulan. Menurut Arifin Soeria Atmaja, terjemahan zedelijke lichaam dengan perkumpulan itu adalah keliru, karena menurut Fockema Andreas, zedelijke lichaam itu identik dengan rechtspersoon.

Dalam pasal 1653 Burgerlijk Wetboek dinyatakan, “ Behalve de eigenlijke maatschap erkent de wet ook vereenigingen van personen als zedelijke lichamen

(7)

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dari segi pembentukannya, oleh Arifin P. Soeria Atmadja, dikemukakan adanya tiga jenis badan hukum, yaitu: 1. Badan hukum yang diadakan atau didirikan oleh pemerintah;

2. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah; dan 3. Badan hukum dengan konstruksi perdata.

Lembaga Tinggi Negara

1) Majelis Permusyaratan Rakyat (MPR) diatur dalam Bab III UUD 1945 yang juga diberi judul “Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Bab III ini berisi dua pasal, yaitu Pasal 2 yang terdiri atas tiga ayat, Pasal 3 yang juga terdiri atas 3 ayat;

2) Presiden yang diatur keberadaannya dalam Bab III UUD 1945, dimulai dari ayat 4 (1) dalam pengaturan mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara yang berisi 17 Pasal;

3) Wakil Presiden yang keberadaannya juga diatur dalam Pasal 4 yaitu pada ayat (2) UUD 1945 itu menegaskan, “Dalam melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”;

4) Menteri dan Kementerian Negara yang diatur tersendiri dalam Bab V 1945, yaitu pada pasal 17 ayat (1), (2), dan (3);

5) Menteri Luar Negeri sebagai menteri triumvirat yang dimaksud oleh Pasal 8 ayat (3) UUD 1945, yaitu bersama-sama dengan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan sebagai pelaksana tugas kepresidenan apabila terdapat kekosongan dalam waktu yang bersamaan dalam jabatan Presiden dan wakil presiden;

(8)

7) Menteri Pertahanan yang bersama-sama dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri ditentukan sebagai menteri triumvirat menurut Pasal 8 ayat (3) UUD 1945. Ketiganya perlu disebut secara sendiri sendiri, karena dapat saja terjadi konflik atau sengketa kewenangan konstitusional diantara sesama mereka, atau antara mereka dengan menteri lain atau lembaga negara lain;

8) Dewan Pertimbangan Presiden yang diatur dalam Pasal 16 Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara yang berbunyi, “Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang”;

9) Duta seperti diatur dalam Pasal 13 ayat (1) dan (2);

10) Konsul seperti yang diatur dalam Pasal 13 ayat (1);

11) Pemerintah Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud oleh Pasal 18 ayat (2), (3), (5), (6) dan ayat (7) UUD 1945;

12) Gebenur Kepala Pemerintah Daerah seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945;

13) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (3) UUD 1945;

14) Pemerintah Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud oleh Pasal 18 ayat (2), (3), (5),(6) dan ayat (7) UUD 1945;

15) Bupati Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten seperti yan g diatur dalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945;

16) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (3) UUD 1945;

(9)

18) Walikota Kepala Pemerintah Daerah Kota seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945;

19) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota seperti yang diatur oleh Pasal 18 ayat (3) UUD 1945;

20) Satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus atau istimewa seperti dimaksud oleh Pasal 18B ayat (1) UUD 1945, diatur dengan undang-undang. Karena kedudukannya yang khusus dan diistimewakan, satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa diatur tersendiri oleh UUD 1945. Misalnya, status Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintahan Daerah Otonomi Khusus Nangro Aceh Darussalam dan Papua, serta Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ketentuan mengenai kekhususan atau keistimewaannya itu diatur oleh undang-undang. Oleh karena itu pemerintahan daerah yang demikian ini perlu disebut secara tersendiri sebagai lembaga atau organ yang keberadaannya diakui dan dihormati oleh negara.

21) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diatur dalam Bab VII UUD 1945 yang berisi Pasal 19 sampai dengan Pasal 22B;

22) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang diatur dalam Bab VIIA yang terdiri atas Pasal 22C dan Pasal 22D;

23) Komisi Penyelenggaraan Pelimu yang diatur dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 yang menentukan bahwa pemilihan umum harus diselenggarakan oleh suatu komisi yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Nama “Komisi Pemilihan Umum” bukanlah nama yang ditentukan oleh UUD 1945, melainkan oleh Undang-Undang;

(10)

Pemilihan Umum, UUD 1945 belum menentukan nama bank sentral yang dimaksud. Memang benar, nama bank sentral sekarang adalah Bank Indonesia. Tetapi, nama Bank Indonesia bukan nama yang ditentukan oleh UUD 1945, melainkan oleh undang-undang berdasarkan kenyataan yang diwarisi oleh sejarah dimasa lalu.

25) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diatur tersendiri dalam Bab VIIIA dengan judul “Badan Pemeriksa Keuangan”, dan terdiri atas 3 Pasal, yaitu Pasal 23E (3 ayat), Pasal 23F (2 ayat), dan Pasal 23G (2 ayat);

26) Mahkamah Agung (MA) yang keberadaannya diatur dalam Bab IX, Pasal 24 dan Pasal 24A UUD 1945;

27) Mahkamah Konstitusi (MK) yang juga diatur keberadaannya dalam Bab IX, Pasal 24 dan Pasal 24C UUD 1945;

28) Komisi Yudisial yang juga diatur dalam Bab IX, Pasal 24B UUD 1945 sebagai auxiliary organ terhadap Mahkamah Agung yang diatur dalam Pasal 24 dan Pasal 24A UUD 1945;

29) Tentara Nasional Indonesia (TNI) diatur tersendiri dalam UUD 1945, yaitu dalam Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, pada Pasal 30 UUD 1945;

30) Angkatan Darat (TNI AD) diatur dalam pasal 10 UUD 1945;

31) Angkatan Laut (TNI AL) diatur dalam pasal 10 UUD 1945;

32) Angkatan Udara (TNI AU) diatur dalam pasal 10 UUD 1945;

33) Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) yang juga diatur dalam Bab XII Pasal 30 UUD 1945;

(11)

Namun, untuk memudahkan pengertian, organ-organ konstruksi pada lapisan pertama dapat disebut sebagai lembaga tinggi negara, yaitu:

1. Presiden dan Wakil Presiden; 2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); 3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);

4. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); 5. Mahkamah Konstitusi (MK);

6. Mahkamah Agung (MA);

7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Lembaga-lembaga negara sebagai organ konstruksi lapisan kedua itu adalah:

1. Menteri Negara;

2. Tentara Nasional Negara; 3. Kepolisian Negara;

4. Komisi Yudisial;

5. Komisi Pemilihan Umum; 6. Bank Sentral.

Lembaga-lembaga daerah adalah:

1. Pemerintah Daerah Provinsi; 2. Gubernur;

(12)

4. Pemerintahan Daerah Kabupaten; 5. Bupati;

6. DPRD Kabupaten;

7. Pemerintahan Daerah Kota; 8. Walikota;

9. DPRD Kota.

Lembaga Konstitusional Lainnya

Sebelum Perubahan UUD 1945 , Bab V tentang Kementerian Negara berisi Pasal 17 yang hanya terdiri atas tiga ayat, yaitu bahwa :

1. “Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara”;

2. “Menteri-menteri diangkat dan diperhentikan oleh Presiden”, dan 3. “ Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintah”.

Sesudah perubahan pertama UUD 1945 pada tahun 1999 dan perubahan ketiga pada tahun 200, isi ketentuan pasal 17 ini bertambah pada menjadi empat ayat, yaitu bahwa:

1. “Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara”,

2. “Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden”,

3. “Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”,dan

(13)

Dalam Pasal 38 UU No. 22 tahun 2004, ditentukan :

1) Komisi Yudisial bertanggung jawab kepada publik melaui Dewan Perwakilan Rakyat;

2) Pertanggungjawaban kepada publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara:

a. Menerbitkan laporan tahunan; dan

b. Membuka akses informasi secara lengkap dan akurat.

3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Laporan penggunaan anggaran;

b. Data yang berkaitan dengan fungsi pengawasan; dan

c. Data yang berkaitan dengan fungsi rekruitmen Hakim Agung.

4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disampaikan pula pada presiden.

5) Keuangan Komisi Yudisial diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan menurut ketentuan UU.

Menurut ketentuan Bab III Pasal 13 UU No.22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial mempunyai wewenang:

a. Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung kepada DPR; dan

(14)

1) Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung; 2) Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung; 3) Menetapkan calon Hakim Agung; dan

4) Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.

Sesuai ketentuan Pasal 2 UU No.34 Tahun 2004 tentang TNI tersebu, Tentara Nasional Indonesia adalah:

a) Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara Indonesia;

b) Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya;

c) Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara diatas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama; d) Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara

baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi.

Menurut ketentuan undang-undang yang baru ini, pengeban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sama sekali terpisah dari fungsi Tentara Nasional Indoonesia (TNI). Polisi sebagai pengemban fungsi kepolisian dibantu oleh:

a. Kepolisian khusus,

(15)

Pengemban fungsi kepolisian dimaksud melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Dalam rangka menyelenggarakan tugas dimaksud, Kepolisian Negara Rebuklik Indonesia secara umum dinyatakan berwenang:

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. Mencari keterangan dan barang bukti;

j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. Mengeluarkan surat ijin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk mentara waktu.

(16)

1. Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai tenjadinya tindak pidana korupsi;

2. Memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak pidana korupsi yang ditanganinya;

3. Menyusun laporan tahunan dan menyampaikannnya kepada Presiden Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan;

4. Menegakkan sumpah jabatan;

5. Menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas sebagaimana dimaksud dalam pasal 5.

Mengenai syarat-syarat untuk dapat menjadi anggota KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota, seperti diatur dalam Pasal 18, adalah:

1. Warga negara Republik Indonesia;

2. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;

3. Mempunyai integritas pribadi yang kuat, jujur, dan adil;

4. Mempunyai komitmen dan dedikasi terhadap suksesnya Pemilu, tegaknya demokrasi dan keadilan;

5. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang sistem kepartaian, sistem dan proses pelaksanaan Pemilu, sistem perwakilan rakyat, serta memiliki kemampuan kepemimpinan;

6. Berhak memilih dan dipilih;

(17)

8. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari rumah sakit;

9. Tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik;

10. Tidak pernah dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;

11. Tidak sedang menduduki jabatan politik, jabatan struktural, dan jabatan fungsional dalam jabatan negeri;

12. Bersedia bekerja sepenuh waktu.

Dalam Pasal 25 UU pemilu ditentukan bahwa tugas dan wewenang KPU adalah:

1. Merencanakan penyelenggaraan Pemilihan Umum;

2. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan Pemilu;

3. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua taha[pan pelaksanaan Pemilu;

4. Menetapkan Peserta Pemilu;

5. Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi dan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota;

6. Menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan pemungutan suara;

7. Menetapkan hasil Pemilu dan mengumumkan calonterpilih anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD Kabupaten/ kota;

8. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pemilu;

(18)

Menurut ketentuan Pasal 26, Komisi Pemilihan Umum berkewajiban:

1. Memperlakukan peserta pemilu secara adil dan setara guna menyukseskan Pemilu;

2. Menetapkan standardisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu;

3. Memelihara arsip dan dokumen Pemilu serta mengelola barang investaris KPU berdasarkan peraturan perundang-undangan;

4. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;

5. Melaporkan penyelenggaraan Pemilu kepada Presiden selambat-lambatnya tujuh hari sesudah pengucapan sumpah/ janji anggota DPR dan DPD;

6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN; dan 7. Melaksanakan kewajiban lain yang diatur undang-undang.

Lembaga Negara Lainnya

Di samping lembaga-lembaga negara seperti telah diuraikan tersebut di atas, ada pula beberapa lembaga negara lain yang dibentuk berdasarkan amanat undang-undang atau peraturan yang lebih rendah, seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden atau Keputusan Presiden. Beberapa di antaranya adalah:

1. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),

2. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), 3. Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi (KKR), 4. Komisi perlindungan Anak Indonesia ,

(19)

6. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), 7. Komisi Banding Paten,

8. Komisi Banding Merek,

9. Komisi perlindungan Anak Indonesia,

10. Komisi Nasional Anti Kekerasn terhadap Perempuan, 11. Dewan Pertahanan Nasional,

12. BP Migas dan BHP Migas,

13. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), dan sebagainya.

Lembaga-Lembaga Daerah

Di samping lembaga-lembaga tinggi negara dan lembaga-lembaga negara lainnyaa di tingkat pusat, ada pula beberapa lembaga daerah yang dapat pula disebut sebagai lembaga negara dalam arti luas. Lembaga-lembaga seperti Gubernur dan DPRD bukanlah lembaga masyarakat, tetapi merupakan lembaga negara. Bahkan, keberadaannya ditentukan dengan tegas dalam UUD 1945. Oleh karena itu, tidak dapat tidak, Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu termasuk ke dalam pengertian lembaga negara dalam arti luas. Namun, karena tempat kedudukannya adalah di daerah, dan merupakan bagian dari sistem pemerintahan daerah, maka lembaga-lembaga negara seperti Gubernur dab Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu lebih tepat disebut sebagai lembaga daerah.

(20)

1. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau di atur dalam Undang-Undang Dasar.

2. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau di atur dalam Undang-Undang dasar.

3. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau di atur dalam peraturan perundang-undangan tingkat pusat lainnya.

4. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau di atur dalam Peraturan Daerah Provinsi.

5. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau di atur dalam Peraturan Gubernur.

6. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau di atur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota.

7. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau di atur dalam Peraturan Bupati/ Walikota.

Mengenai tugas dan wewenang kepala daerah dan wakil kepala daerah, ditentukan oleh Pasal 25 UU No. 32 Tahun 2004 sebagai berikut :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

b. Mengajukan rancangan Perda;

c. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

(21)

f. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjukan kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

g. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuia dengan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan tugas wakil kepala daerah adalah :

a. Membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah;

b. Membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan/ atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

c. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi;

d. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan dan/ atau desa bagi wakil kepala daerah kebupaten/ kota; e. Memberikan saran dan pertimbang kepada kepala daerah dalam penyelenggaran

kegiatan pemerintah daerah;

f. Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya tyang diberikan oleh kepala daerah; dan

(22)

Reformasi dan Konsolidasi

Sebelum tahun 1998, secara simbolis ada dua hal yang tidak terbayangkan untuk dapat disentuh oleh ide perubahan, yaitu:

a. Perubahan dalam jabatan Presiden Soeharto, dan

b. Perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945 yang cenderung dikeramatkan. Kedua hal itu, selama lebih dari 30 tahun terus bertahan di puncak piramid kekuasaan, sehingga tanpa disadari telah mengalami proses sekralisasi alamiah, dan menyebabkan kedua menjadi simbol kesaktian dalam politik kekuasaan di Indonesia. Namun pada bulan Mei 1998, puncak kesaktian kekuasaan Presiden Soeharto tumbang, dan dilanjutkan dengan diterima dan disahkannya Perubahan Pertama UUD 1945 pada tanggal 18 Oktober 1999 yang menandai runtuhnya kedua simbol kesaktian kekuasaan Orde Baru, dan sekaligus beralihnya zaman menuju era baru, era reformasi, demokrasi, dan konstitusi. Reformasi menuju demokrasi konstitusional (constitutional democracy) dan sekaligus negara hukum yang demokratis berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

1) Apa yang dimaksud dengan analisis siklus pembelajaran pada PTK? 2) Bagaimana langkah-langkah analisis data dengan teknik triangulasi data? 3) Bagaimana cara membandingkan

Termasuk Penelitian ini secara khusus akan melakukan kajian aspek transportasi yang meliputi aksesibilitas lokasi, kelancaran lalu lintas, ketersediaan

Oleh karena itu pada penelitian ini akan mengangkat permasalahan mengenai banjir di Sungai Barabai dan upaya pengendalian banjir jangka panjang, yakni pada tahun 2015

Hasil studi awal dengan menggunakan uji beda rata-rata menunjukkan bahwa reaksi pasar modal satu hari setelah serangan teroris lebih rendah untuk jenis industri pariwisata

Penelitian ini bertujuan mengkaji perbandingan implementasi program Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum Berbasis Masyarakat (PRSABHBM)

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya adalah sebagaimana nilai-nilainya yang bersifat fundamental menjadi suatu sumber dari segala sumber hukum

Lempeng saraf berasal dari ektoderm, memanjang dan meluas ke arah primitif, lalu tepi lempeng saraf meninggi untuk membentuk lipatan saraf (neural fold) dan bagian tengah yang

Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Tujuan dari sekolah adalah mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsa. Namun sekarang ini banyak sekolah yang