• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PKR 1103227 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PKR 1103227 Chapter3"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Metode penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2007, hlm. 160) adalah “metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Selain itu, Sugiyono (2013, hlm. 6) mendefinisikan metode penelitian pendidikan sebagai:

Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Dari dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang valid. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey deskriptif dan verifikatif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Oleh karenanya, penelitian ini menggunakan metode survey sebagai metode penelitian untuk mengumpulkan data.

Sugiyono (2010, hlm. 29) menjelaskan bahwa “metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.” Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang diambil dari masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Data yang digunakan pun merupakan data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian. Data-data tersebut dikumpulkan, untuk dianalisis dan diproses sesuai dengan teori-teori yang dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulan.

Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan

gambaran tanggapan pendidik di SMKN 11 Bandung atas Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel X) dan Pendekatan Saintifik (Variabel Y) dengan

(2)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Selain menggunakan metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan metode verifikatif. Masyhuri (2010, hlm. 45) menjelaskan bahwa “metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dengan perhitungan statistik. Penelitian ini menguji pengaruh variabel x terhadap variabel y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2Populasi dan Sampel

Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 1) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki ciri/karakterikstik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan)”. Dengan demikian, populasi tidak terbatas pada sekelompok orang, tetapi apa saja yang menjadi perhatian kita.

Selain itu menurut Sugiyono (2013, hlm. 90), bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang obyek atau subyeknya mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.” Sementara itu Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 2) juga menjelaskan bahwa “sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga daat mewakili populasinya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru di SMK Negeri 11 Bandung yang berjumlah 114 orang. Penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sebagaimana dijelaskan Kun Maryati dan Juju Suryawati (2001, hlm 118), teknik purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan subyek bukan didasarkan pada strata, random, atau wilayah tetapi pada tujuan tertentu.

(3)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mereka yang mampu memberikan penilaian secara obyektif terkait dengan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung. Oleh karenanya, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah guru normatif, guru adaptif dan produktif yang mengajar di Kelas X, XI, dan XII Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran yakni sebanyak 46 orang. Berikut ini merupakan data karakteristik responden berdasarkan mata pelajaran yang diajar di Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran:

Tabel 1.1

Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Mata Pelajaran di Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran Tahun Ajaran 2014/2015

No. Nama Mata Pelajaran Jumlah Responden Persentase

1. Normatif

 Pendidikan Agama

 Pendidikan Kewarganegaraan  Bahasa Indonesia

 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan  Administrasi Sarana Prasarana

13 28%

(4)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sumber: Data responden angket 2015

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 46 responden guru di SMK Negeri 11 Bandung, terdapat 17 orang guru Normatif atau sebesar 37% dari jumlah seluruh responden penelitian, 16 orang guru Adaptif atau 35% dari jumlah seluruh responden penelitian, dan 13 orang guru Produktif atau 28% dari jumlah seluruh responden penelitian.

3.3Instrumen Penelitian

Untuk keperluan pengumpulan data yang diperlukan dalam membahas permasalahan penelitian ini, penulis menggunakan teknik serta alat yang dapat digunakan sebagai pengumpul data yang tepat, sebagai berikut:

1. Observasi, sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung ke tempat penelitian berlangsung yaitu di SMK Negeri 11 Bandung. Selama observasi, penulis mencatat hal-hal penting yang dapat dijadikan bahan untuk mendukung penelitian ini. Observasi dilakukan dua kali yaitu saat penulis melakukan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMK Negeri 11 Bandung selama periode bulan September hingga Desember Tahun 2014, dan saat penyusunan skripsi ini.

2. Wawancara, sebagai teknik komunikasi langsung tanpa perantara dengan pendidik di SMK Negeri 11 Bandung. Sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan kemudian wawancara dilakukan dengan cara terbuka. Wawancara dilakukan dengan empat guru salah satunya Dra. Tati Sutarni yang sekaligus menjabat sebaga Kepala Program Studi Administrasi Perkantoran SMK Negeri 11 Bandung, dan 5 siswa. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung dirasa belum optimal.

(5)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengemukakan 44 pernyataan yang mencerminkan pengukuran indikator dari Pendekatan Saintifik (Variabel X) dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (variabel Y). Responden kemudian memilih alternatif jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling tepat.

Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut: 1) Menyusun kisi-kisi daftar pernyataan, yaitu merumuskan item-item

pernyataan dan alternatif jawaban. Terdapat alternatif jawaban, yaitu: a. Pendekatan Saintifik (Variabel X)

Efektif, Cukup Efektif, Kurang Efektif, Tidak Efektif b. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y)

Tinggi, Sedang, Rendah

2) Menetapkan skala penilaian angket

Alat ukur yang digunakan mengadaptasi skala Likert dengan alternatif jawaban yang menggunakan ukuran ordinal.

3.3.1 Pengujian Instrumen Penelitian

Sebelum mengumpulkan data yang sebenarnya dilakukan uji coba angket terlebih dahulu. Dilakukan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan item angket.

Kegiatan pengujian instrumen penelitian meliputi dua hal, yaitu pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas ini sangat penting untuk memaksimalkan kualitas alat ukur, agar kekeliruan dapat diminimalkan. Pengujian kelayakan instrument ini dilakukan melalui analisis validitas dan reliabilitas. Instrument pengumpul data dikatakan layak jika telah memenuhi syarat valid dan reliabel.

3.3.1.1 Uji Validitas

(6)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pengujian validitas instrumen menggunakan rumus korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson (dalam Sambas Ali, 2010, hlm. 26), seperti berikut:

r

= � − .

� 2 ( )2 . 2 2

Keterangan:

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah responden X = Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total (seluruh item) ∑X = Jumlah skor dalam distribusi X ∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X ∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas instrumen penelitian menurut Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 26-30), adalah sebagai berikut:

1. Menyebar instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul, termasuk di dalamnya memeriksa

kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang

diperoleh. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu .

(7)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

7. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-2, dimana n merupakan jumlah responden yang dilibatkan dalam uji validitas, yaitu 20 orang. Sehingga diperoleh db = 20 – 2 = 18, dan ∝ = 5%.

8. Membuat kesimpulan, yaitu dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r. Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika rhitung>rtabel , maka instrumen dinyatakan valid. b. Jika rhitung<rtabel , maka instrumen dinyatakan tidak valid.

3.3.1.1.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Pendekatan Saintifik

Teknik uji validitas yang digunakan ialah Korelasi Product Moment dan perhitungannya menggunakan program Microsoft Excel 2010. Dari 5 indikator yang terdapat dalam Pendekatan Saintifik diuraikan menjadi 20 butir pernyataan angket yang disebar kepada 21 orang responden. Berikut hasil uji validitas untuk

variabel Pendekatan Saintifik:

Tabel 23.3

Hasil Uji Validitas Pendekatan Saintifik (Variabel X)

No. Item r hitung r tabel Ket

(8)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Item r hitung r tabel Ket

19 0.480 0.413 Valid 20 0.422 0.413 Valid Sumber: hasil data pengolahan responden

Berdasarkan hasil analisis data pada 20 butir pernyataan, dinyatakan

semua pernyataan valid, karena pernyataan kuesioner tersebut memiliki koefisien korelasi butir total rhitung yang lebih besar dari rtabel.

3.3.1.1.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Variabel Y mengenai kemampuan berpikir kritis siswa diukur oleh 5 indikator yang diuraikan menjadi 24 butir pernyataan, kemudian disebarkan kepada 21 orang responden. Rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas variabel Y (kemampuan berpikir kritis siswa) dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010, dengan hasil seperti berikut ini:

Tabel 33.3

Hasil Uji Validitas Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y)

No Item r hitung r tabel Ket

1 0.445 0.413 Valid

2 0.516 0.413 Valid

3 0.457 0.413 Valid

4 0.646 0.413 Valid

5 0.945 0.413 Valid

6 0.945 0.413 Valid

7 0.826 0.413 Valid

8 0.945 0.413 Valid

9 0.826 0.413 Valid

10 0.727 0.413 Valid

11 0.748 0.413 Valid

12 0.539 0.413 Valid

13 0.748 0.413 Valid

14 0.748 0.413 Valid

15 0.945 0.413 Valid

16 0.826 0.413 Valid

17 0.748 0.413 Valid

18 0.945 0.413 Valid

(9)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No Item r hitung r tabel Ket

Sumber: hasil data pengolahan responden

Selanjutnya, pengujian validitas terhadap 24 item untuk variabel kemampuan berpikir kritis siswa (variabel x), menunjukkan 24 item valid. Dengan demikian, item yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data variabel kemampuan berpikir kritis berjumlah 24 item.

Dengan demikian, secara keseluruhan rekapitulasi jumlah angket hasil uji coba dapat ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 43.4

Jumlah Item Angket Hasil Uji Coba

No. Variabel

Jumlah Item Angket Sebelum

Uji Coba

Setelah Uji Coba Valid Tidak Valid

1. Pendekatan Saintifik (X) 20 20 0

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa (Y) 24 24 0

Total 44 44 0

3.3.1.2 Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas instrumen, selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas instrumen. Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 31), menyatakan bahwa:

Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas istrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya, jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen)diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.

(10)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dengan melakukan uji reliabilitas instrumen, maka akan diketahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Koefisien Alfa ( ) dari Cronbach (dalam Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 31), yaitu:

11 = 1 . 1− ��

2

�2

Dimana sebelum menentukan nilai reliabilitas, maka terlebih dahulu

mencari nilai varians dengan rumus sebagai berikut:

� =

2 2

Keterangan:

11 = Reliabilitas instrumen/koefisien korelasi/korelasi alpha K = Banyaknya bulir soal

��2 = Jumlah varians bulir �2 = Varians total

N = Jumlah responden

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas instrumen penelitian seperti yang dijabarkan oleh Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 31-35), adalah sebagai berikut:

1. Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi responden pada tabel pembantu.

(11)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

7. Menghitung nilai koefisien alfa.

8. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n–2. 9. Selanjutnya nilai rhitung diatas dibandingkan dengan rtabel pada

tingkatkepercayaan 95% dengan derajat kebebasan (dk=n-2)

10. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r. Kriterianya:

a. Jika nilai rhitung> nilai rtabel, maka instrumen dinyatakan reliabel. b. Jika nilai rhitung< nilai rtabel , maka instrumen dinyatakan tidak

reliabel.

3.3.1.2.1 Hasil Uji Reliabilitas Pendekatan Saintifik dan Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas angket pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dengan bantuan Microsoft Office Excel

2010, rekapitulasi perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 53.5

Hasil Uji Reliabilitas Pendekatan Saintifik dan Kemampuan Berpikir Kritis

No. Variabel

Hasil

Ket

� � � ��

1. Pendekatan Saintifik (X) 0,538 0,413 Reliabel

2. Kemampuan Berpikir Kritis (Y) 0,955 0,413 Reliabel

Sumber: hasil uji coba angket

Berdasarkan tabel di atas hasil perhitungan dari kuesioner Pendekatan Saintifik (variabel X) dinyatakan reliabel, karena Pendekatan Saintifik

mempunyai angka rhitung sebesar 0.538 yang berarti rhitung>tabel (0.538>0.413). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y) dinyatakan reliabel, karena

(12)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3.4Prosedur Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu variabel independen (X) yaitu Pendekatan Saintifik, dan variabel dependen (Y) yaitu Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Penulis merumuskan definisi-definisi variabel tersebut sebagai berikut:

3.4.1 Operasional Variabel Pendekatan Saintifik

Definisi dari M. Hosnan (2014, hlm. 34) berpendapat bahwa pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk materi ajar melalui tahapan-tahapan metode ilmiah seperti mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep yang „ditemukan‟.

Menurut M. Hosnan (2014, hlm. 39) terdapat lima dimensi dari pendekatan

saintifik yang bisa dijadikan sebagai tolak ukurnya yaitu:

1) Mengamati (observing). Kegiatan mengamati adalah kegiatan pertama pada pendekatan saintifik, yang berhubungan dengan panca indera manusia dengan atau tanpa alat. Kegiatan ini juga mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. dalam proses pembelajarannya, guru menyajikan perangkat pembelajaran berupa media pembelajaran. Siska bisa diajak untuk bereksplorasi mengenai objek yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya.

(13)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dapat dilakukan dalam kegiatan diskusi dan kerja kelompok bersama teman sekelasnya. Adapun kriteria pertanyaan yang baik yaitu: (a) singkat dan jelas, (b) menginspirasi jawaban, (c) memiliki fokus, (d) bersifat

probing atau divergen, (e) bersifat validatif atau penguatan, (f) memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, (g) merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, (h) merangsang proses interaksi.

3) Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting). Kegiatan

experimenting adalah kegiatan ketiga pada pendekatan saintifik. Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi/eksperimen. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara seperti membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan narasumber, dan sebagainya.

4) Menalar/mengasosiasi (associating). Pada kegiatan ini, siswa akan menalar, yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa

yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajarnya adalah; pertama, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; kedua, pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber, yang memiliki pendapat berbeda sampai kepada yang bertentangan. Jadi, siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola kemudian menyimpulkan.

5) Mengkomunikasikan/membentuk jejaring (networking)

(14)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Karena itu membentuk jejaring (networking) berkaitan dengan kegiatan mengkomunikasikan. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.

3.4.2 Operasional Variabel Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut S. Eko Putro W. (2012, hlm. 29), kemampuan berpikir kritis

merupakan hasil belajar yang termasuk ke dalam kategori output dan diklasifikasikan dalam ranah soft skills, lebih tepatnya dalam kecakapan personal atau personal skills. Kemampuan berpikir kritis termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi selain berpikir kreatif, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

Definisi dari Ennis (dalam Lambertus, 2009, hlm. 137), berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Rasional berarti memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung oleh bukti standar, actual, cukup dan relevan. Sedangkan reflektif berarti mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati akan segala alternative sebelum mengambil keputusan.

Ennis (dalam Amri Gunawan Wibisono, 2014, hlm. 13) berpendapat bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis terdapat lima dimensi yang diperlukan sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.

2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas: mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, dan mengamati, serta

mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

(15)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan.

4. Memberikan penjelasan lebih lanjut, yang terdiri atas: mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.

(16)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 63.6

Operasional Variabel Pendekatan Saintifik (Variabel X)

Variabel Dimensi Ukuran Skala

Pendekatan Saintifik (X)

Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang

dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk materi ajar

1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan

pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca

2. Memfasiliasi siswa untuk melakukan pengamatan 3. Melatih siswa untuk

memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek

4. Menyediakan perangkat pembelajaran berupa media pembelajaran tentang suatu objek yang akan diamati siswa

5. Mengajak siswa untuk

bereksplorasi mengenai objek

yang akan dipelajari

Ordinal

2)Menanya (questioning)

1. Membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan tentang objek yang diamati atau materi

ajar yang belum dipahami 2. Mendorong proses interaksi dari

kegiatan bertanya dalam diskusi dan kerja kelompok antar siswa 3. Menginspirasi siswa untuk

(17)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

rangka menambah informasi tentang apa yang diamati

4. Mengaktifkan proses kegiatan belajar mengajar dengan saling tanya jawab antara siswa dan guru

3)Mengumpulkan informasi/ mencoba

(experimenting)

1. Mengarahkan siswa untuk mengadakan percobaan dari materi yang telah disampaikan

2. Mengarahkan siswa membaca sumber lain selain buku teks 3. Mengarahkan siswa untuk

mengumpulkan informasi dengan cara mengamati

objek/kejadian/aktivitas

wawancara dengan narasumber 4. Mengarahkan siswa untuk

membandingkan hasil eks-perimennya dengan siswa lain

4)Menalar/ mengasosiasi (associating)

1. Mengarahkan siswa untuk mengolah informasi yang sudah dikumpulkan

2. Mengarahkan siswa untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya.

3. Mengarahkan siswa untuk

menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

5) Mengkomunika-sikan/

1. Mengarahkan siswa untuk

(18)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

membentuk jejaring

(networking)

kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau

media lainnya

2. Mengajak siswa untuk

memberikan komentar, saran, atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan siswa lain 3. Menginspirasi siswa untuk

membuat jejaring dengan orang lain baik dalam bidang yang mereka tekuni maupun di luar bidang tersebut

4. Melatih siswa untuk memiliki kemampuan membuat hubungan internal dan mampu memandu ke jaringan kerja eksternal

(19)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 73.7

Operasional Variabel Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y)

Variabel Dimensi Ukuran Skala

Kemampuan Berpikir Kritis (Y)

Kemampuan berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Ennis (dalam Lambertus, 2009, hlm. 137) 4. Mencatat hal-hal yang

penting

5. Penggunaan teknologi yang kompeten

3)Menyimpulkan 1. Membuat generalisasi 2. Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

3. Menginduksi atau

(20)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

induksi

4. Membuat keputusan dan

mempertimbangkan hasilnya

5. Memikirkan alternatif

4)Memberikan penjelasan lebih lanjut

1. Mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga

dimensi

2. Strategi definisi (tindakan mengidentifikasi

persamaan)

3. Mengidentifikasi asumsi 4. Penalaran secara eksplisit

5)Mengatur strategi dan taktik

1. Mengidentifikasi masalah 2. Menyeleksi kriteria untuk

membuat solusi 3. Merumuskan tindakan 4. Menentukan tindakan 5. Berinteraksi dengan

orang lain

Sumber: Ennis (dalam Amri Gunawan Wibisono, 2014, hlm. 13)

3.5 Uji Asumsi 3.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi data, untuk

masing-masing variabel penelitian. Penelitian ini harus membuktikan terlebih dahulu, apakah data yang akan dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengujian normalitas dengan uji

(21)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Rasyid,2004). Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut (Sambas dan Maman 2009, hlm. 73) sebagai berikut:

a) Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data.

b) Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

c) Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

d) Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). e) Hitung nilai z untuk mengetahui Theoritical Proportion pada tabel z. f) Menghitung Theoritical Proportion.

g) Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoritical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsisi.

h) Buat kesimpulan dengan kriteria uji jika D hitung < D (n,α) dimana n adalah jumlah sampel dan α=0,05, maka H0 diterima. Bentuk hipotesis statistik yang akan diuji adalah (Harun Al Rasyid, 2004):

H0 : X mengikuti distribusi normal H1: X tidak mengikut distribusi normal

Berikut adalah tabel pembantu untuk pengujian normalitas data: Tabel 83.8

Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

X f Fk Z (�) � − � − �

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sumber : Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 94)

Keterangan :

Kolom 1 : Susunan data dari terkecil ke besar Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fksebelumnya Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, (Xi) = fk/n Kolom 5 : Nilai Z, formula, Z = �−

(22)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dimana: X = � dan S = �−

2

−1

Kolom 6 : Theoritical Proportion(tabel z) : Proporsi kumulatif Luas Kurva

Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada tabel distribusi normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Propotion dengan Theoritical Propotion dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6).

Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut adalah Dhitung.

Selanjutnya menghitung Dtabel pada ∝ = 0,05 dengan cara 0,886

n . kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria :

a. Dhitung< Dtabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal. b. Dhitung≥ Dtabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

3.5.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas digunakan untuk kepentingan akurasi data dan kepercayaan terhadap hasil penelitian. Pengujian homogenitas merupakan uji perbedaan antara dua kelompok, yaitu dengan melihat perbedaan varians kelompoknya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen (Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 96).

Uji statistika yang akan digunakan adalah uji Barlett, dengan kriteria yang digunakannya adalah apabila nilai hitung �2>nilai tabel�2, maka H0 menyatakan

varians skornya homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima. Nilai hitung diperoleh dengan rumus :

�2 = (ln10) −( . � 2)

(Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 96) Dimana :

Si2 = Varians tiap kelompok data

(23)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

B= Nilai Barlett = (log 2 ) ( )

S2gab =Varians gabungan

=

�2

=

� 2

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas varians ini (Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 97), adalah:

a) Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.

b) Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses penghitungan,

dengan model tabel sebagai berikut: Tabel 93.9

Model Tabel Uji Barlett

Sampel db=n-1 Log�� db. Log db.

1

2

3

Sumber : Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 97)

c) Menghitung varians gabungan dengan rumus: 2 = . �

2

d) Menghitung log dari varians gabungan. e) Menghitung nilai Barlett.

f) Menghitung nilai �2.

g) Menentukan nilai dan titik kritis pada α = 0,05 dan db = k-1, dimana k adalah banyaknya indikator.

h) Membuat kesimpulan, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika nilai �2hitung<�2tabel, H0 diterima (variasi data dinyatakan homogen).

(24)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3.5.3Uji Linieritas

Uji linieritas, dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel terikat dengan masing-masing variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran regresi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian linieritas regresi menurut (Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 99-101) adalah:

a) Menyusun tabel kelompok data variabel X dan variabel Y b) Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKreg(a)) dengan rumus:

�( ) =

2

c) Menghitung jumlah kuadrat regresi b a (JKreg(b a)), dengan rumus:

�( ) = b. − .

d) Menghitung jumlah kuardat residu (JKres) dengan rumus: = 2− ( / )( )

e) Menghitung rata-rata kuadrat regresi a (RJKreg (a)) dengan rumus:

reg (a) = �( )

f) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKreg (b/a)) dengan rumus:

reg (b/a)= �( / )

g) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:

res = 2

h) Menghitung jumlah kuadrat error JKE dengan rumus:

� = 2−

2

Untuk menghitung JKE urutkan data x mulai dari data yang paling kecil sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya.

i) Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus: JKTC = JKRes− JKE

j) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus:

=

(25)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

k) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:

� =

l) Mencari nilai uji F dengan rumus:

F = �

m) Menentukan kriteria pengukuran : Jika nilai uji F < nilai tabel F, maka distribusi berpola linier.

n) Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau ∝ = 5% menggunakan rumus:

Ftabel= F1−∝ (db TC,db E) dimana db TC = k-2 dan db E = n-k

o) Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F, kemudian membuat kesimpulan.

1. Jika Fhitung<Ftabel , maka dinyatakan berpola linier.

2. Jika Fhitung ≥Ftabel , maka dinyatakan tidak berpola linier.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin (2011, hlm. 158) analisis data adalah “upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian”.

Tujuan dilakukannya analisis data adalah untuk mendeskripsikan data dan membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif, teknik analisis data inferensial dan uji hipotesis.

3.6.1 Teknik Analisis Data Deskriptif

(26)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dengan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau genaralisasi”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada tujuan penelitian yang sudah di rumuskan, yaitu (1) untuk melihat bagaimana gambaran variabel variabel yang diteliti (2) untuk melihat ada tidaknya pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Berdasarkan tujuan tersebut maka teknik analisis data yang digunakan adalah dengan teknik analisis data deskriptif yaitu untuk menganalisis gambaran variabel.

Secara khusus analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung ukuran pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Adapun langkah kerja analisis data deskriptif dalam penelitian ini yaitu:

a) Membuat tabel perhitungan dan menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh berdasarkan data yang telah dikonversikan melalui MSI pada

Software Microsoft office Excel 2010.

b) Tentukan ukuran variabel yang akan digambarkan. Menurut teori, ukuran

variabel pendekatan saintifik dan kemampuan berpikir kritis adalah tingkatannya, yaitu pendekatan saintifik (tidak efektif, kurang efektif, cukup efektif, efektif) dan kemampuan berpikir kritis (tinggi, sedang, rendah).

c) Membuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan interval jumlah skor dengan cara menghitung selisih skor

tertinggi dan terendah, lalu dibagi banyaknya ukuran variabel penelitian. 2. Memasangkan ukuran variabel dengan kelompok interval yang sudah

ditentukan.

Tabel 103.10

Ukuran Variabel Penelitian

Ukuran Variabel Penelitian

X Y

Efektif

Tinggi Cukup Efektif

(27)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tidak Efektif Rendah

3. Menghitung banyaknya frekuensi masing-masing option yang dipilih oleh responden, yaitu dengan melakukan tally terhadap data yang diperoleh untuk dikelompokan pada kategori atau ukuran yang sudah ditentukan. 4. Menghitung persentase perolehan data untuk masing-masing kategori,

yaitu hasil bagi frekuensi pada masing-masing kategori dengan jumlah responden, dikali seratus persen.

5. Memberikan penafsiran sesuai dengan hasil pada tabel distribusi frekuensi

pada point 4.

Tabel 113.11

Frekuensi Jawaban Responden

No Kategori Interval Jumlah Skor frekuensi Presentase

3.6.2 Teknik Analisis Data Inferensial

Selanjutnya dilakukan pengujian teknik analisis inferensial yaitu digunakan sebagai alat untuk menarik kesimpulan terdapat pengaruh atau tidaknya antar variabel yang diteliti.

Dalam penelitian ini analisis data inferensial yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Analisis regresi sederhana ini digunakan karena tujuan penelitian hendak mengkaji ada atau tidaknya pengaruh antar variabel dan jenis data yang diperoleh berbentuk ordinal.

Langkah kerja analisis data inferensial (analisis regresi) yaitu:

a) Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden, meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan kuesioner sehingga data siap diproses.

b) Melakukan input data (tabulasi), berdasarkan skor yang diperoleh responden.

(28)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

d) Menghitung nilai koefisien regresi. e) Menghitung nilai uji statistik t.

f) Menentukan titik kritis atau nilai tabel r atau nilai tabel t, pada derajat bebas (db=N- k -1) dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0,05.

g) Membandingkan nilai hitung r atau nilai hitung t dengan nilai r atau nilai t yang terdapat dalam tabel.

h) Membuat kesimpulan, kriteria kesimpulan: jika nilai hitung r atau t lebih besar dari nilai tabel r atau t, maka item angket dinyatakan signifikan.

3.7 Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan/jawaban yang masih perlu diuji kebenarannya. Adapun tujuan dilakukannya uji hipotesis adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup jelas antar variabel independen dan variabel dependen. Dengan dilakukannya pengujian hipotesis ini akan didapat suatu keputusan menerima atau menolak hipotesis.

Adapun alat yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen dan variabel dependen yaitu analisis regresi sederhana. Langkah

pengujian hipotesis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Menurut Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 50), langkah-langkah pengujian hipotesis, adalah sebagai berikut:

1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1

�0 : = 0 : Tidak terdapat pegaruh antara variabel X terhadap variabel Y.

H1: β ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y.

2. Menentukan taraf kemaknaan/nyata α (lefel of significant α).

3. Gunakan uji statistik yang tepat.

Dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dengan rumus sebagai berikut:

= − −1

1− 2

(Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 50) Dimana:

(29)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

k = banyaknya variabel bebas n = ukuran sampe

t = mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1 Kriteria pengujian: ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel t. (t0> t tabel (n-k-1))

4. Menentukan nilai kritis dengan derajat kebebasan untuk: dbreg = 1 dan dbreg = n – 2

5. Membandingkan nilai uji t terhadap nilai ttabel =

t(1−a) dbregb a

(dbres

Dengan kriteria pengujian: jika nilai uji t ≥ ttabel , maka tolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

6. Membuat kesimpulan.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel X dengan variabel Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien korelasi. Koefisien korelasi dalam penelitian ini menggunakan Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson dalam Sambas Ali Muhidin(2010, hlm. 26), seperti berikut:

r = � −( ). ( )

� 2 ( )2

. � 2− 2

(Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 47)

Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara variabel X dan

variabel Y. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1. Tanda positif menunjukkan adanya korelasi positif atau korelasi antara kedua variabel yang berarti. Setiap kenaikan nilai variabel X maka akan diikuti dengan penurunan nilai Y, dan berlaku sebaliknya.

1. Jika nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan positif

2. Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan negatif.

(30)

Melly Anggun puspita, 2015

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus:

KD = r2 x 100%

dimana:

Gambar

Tabel 1.1 Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Mata Pelajaran
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Pendekatan Saintifik (Variabel X)
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y)
Tabel 43.4 Jumlah Item Angket Hasil Uji Coba
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam operasionalnya perusahaan sering mendapat kendala yang terjadi pada mesin slotting, dengan frekuensi kerusakan per tahun yang terjadi pada komponen bearing

Menangkap makna terkait fungsi sosial dan unsur kebahasaan secara kontekstual lirik lagu terkait kehidupan remaja

Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk menyesuaikan be­ sarnya harga pekerjaan bangunan dengan keadaaan dewasa ini dan mengatur dengan pasti besarnya uang pengganti biaya pembuatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel independen yang merupakan komponen fraud triangle terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement

Guru meminta siswa menjelaskan alasan alat tubuh yang tersisa dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya evolusi.. Kegiatan Akhir (waktu:

(stakeholder), oleh karena itu perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang tidak hanya melihat aspek financial tetapi juga aspek non financial, akan tetapi kebanyakan

Dari enam butir pokok mengenai konsep pemberdayaan masyarakat ini, dapat disimpulkan, bahwa: (1) pemberdayaan masyarakat tidak dapat dilakukan hanya melalui

Sifat formaldehida yang mudah terhidrolisis atau larut dalam air menyebabkan formaldehida yang seharusnya mengikat urea dan tanin agar daya rekat menjadi kuat lebih terikat atau