1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat alam sudah sangat meluas yang saat ini dikenal dengan istilah pengobatan tradisional. Penggunaan obat tradisional di masyarakat berdasarkan informasi empirik (turun temurun). Salah satu pemanfaatan tanaman sebagai obat dilakukan oleh masyarakat kota Kabanjahe untuk pengoabatan hipertensi menggunakan biji tumbuhan salagundi. Lebih kurang segenggam biji tanaman ini digongseng, kemudian hasil penggongsengan ditambah air hangat lalu diminum oleh penderita penyakit tersebut.
Salagundi (Vitex trifolia L.) tanaman dengan nama famili Verbenaceae (famili tanaman berbunga), dikenal juga dengan nama Legundi (Jawa) dan Galumi (Sumbawa). Tanaman ini berupa perdu, memiliki aroma rempah, tumbuh tegak dengan ketinggian sekitar 1 - 4 meter, tumbuh di daerah hutan liar, semak belukar dengan ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut (Dalimartha, 2008).
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Liang (2005), menjelaskan bahwa biji kering dari salagundi memliki efektivitas menurunkan tekanan darah (antihipertensi), analgesik, antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi, namun tidak dijelaskan secara rinci apakah masing-masing khasiat tersebut berasal dari kandungan organik atau anorganik yang terdapat pada biji tersebut. Oleh karena itu, peneliti menduga efek antihipertensi dari biji salagundi berasal dari kandungan anorganiknya, yaitu mineral natrium dan kalium.
2
Kalium terutama merupakan ion intraselular dan dihubungkan dengan mekanisme pertukaran dengan natrium. Peningkatan asupan kalium dalam diet telah dihubungkan dengan penurunan tekanan darah, karena kalium memicu natriuresis (kehilangan natrium melalui urin). Natrium merupakan unsur mineral yang berfungsi untuk memelihara keseimbangan elektrolit tubuh dan membantu dalam hal permeabilitas membran sel. Selain itu natrium juga berperan penting menyalurkan pulsa-pulsa saraf dan membantu kontraksi pada jaringan otot dan termasuk otot jantung (Barasi, 2009).
Penetapan kadar natrium dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom, titrimetri (kompleksometri) dan metode gravimetri. Demikian juga kalium dapat ditetapkan kadarnya dengan spektrofotometri serapan Atom, spektrofotometri visible dan kompleksometri (Khopkar, 1985).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kandungan natrium dan kalium yang terdapat pada biji Salagundi. Metode yang dipilih untuk penetapan kadar natrium dan kalium adalah metode spektrofotometri serapan atom karena pelaksanaannya relatif sederhana, mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), interferensinya sedikit, jika dibandingkan dengan metode lainnya (Gandjar dan Rohman, 2008).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah terdapat mineral natrium dan kalium pada biji salagundi? b. Berapa kadar mineral natrium dan kalium dalam biji salagundi?
3 1.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Terdapat mineral natrium dan kalium dalam biji salagundi.
b. Biji salagundi memiliki kadar mineral natrium dan kalium yang tinggi.
1.4 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Keberadaan natrium dan kalium pada biji salagundi. b. Kadar mineral natrium dan kalium pada biji salagundi.
1.5 Manfaat
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan natrium dan kalium pada biji salagundi, sehingga masyarakat dapat menggunakan biji salagundi ini sebagai alternatif penurun tekanan darah dan menjaga keseimbangan elektrolit di dalam tubuh