BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Susu Kerbau
Susu kerbau (dadih) adalah susu yang dihasilkan dari kerbau domestikasi
(Bubalus bubalis). Susu kerbau berbeda dengan susu ruminansia lainnya karena
mengandung asam lemak dan protein yang lebih tinggi. Dilihat dari nilai yang
dikandungnya, dadih mempunyai arti penting bagi kesehatan. Sughita (1998)
melaporkan bahwa dadih mempunyai khasiat sebagai obat tradisional bagi
penyakit exim-kulit, sakit kepala dan untuk meningkatkan nafsu makan
Selanjutnya kandungan nutrisi dadih telah dilakukan analisa sebagaimana
dilaporkan Sirait dan Setiyanto (1995) bahwa dadih yang baik biasanya bewarna
putih dengan konsistensi seperti susu asam (yoghurt) serta mampunyai bau yang
khas.
Dalam sistematika (taksonomi) hewan, ternak kerbau diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bubalus
Dalam Daftar Analisis Bahan Makanan menurut Nio (1992), komposisi zat gizi
dalam susu kerbau (g/100g) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Susu Kerbau (g/100g)
Kandungan Jumlah
Berdasarkan tabel di atas maka manfaat zat-zat gizi yang tekandung dalam susu
adalah sebagai berikut :
1. Protein
Protein merupakan bagian dari semua sel-sel hidup. Protein mempunyai beberapa
fungsi yaitu membentuk jaringan baru selama pertumbuhan dan perkembangan
tubuh, memelihara jaringan tubuh, menyediakan asam amino yang diperlukan
untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolism serta antibody yang
diperlukan, mengatur keseimbangan air, mempertahankan kenetralan (asam-basa)
tubuh (Khomsan, 2004).
2. Karbohidrat
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energy, bahan pembentuk berbagai
senyawa tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolism normal
lemak, menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus,
mempertahankan gerak usus (terutama serat), meningkatkan konsumsi protein,
3. Lemak
Sebagaimana halnya dengan karbohidrat, fungsi lemak sangat penting yaitu
menyediakan energy untuk membantu memenuhi kebutuan tubuh. Menurut
bobotnya, energi yang diperoleh dari lemak dua kali lebih banyak daripada
karbohidrat atau protein. Lemak adalah pembawa vitamin A, D, E, dan K yang
larut dalam lemak (Suhardjo, 1996).
4. Kalsium
Kalsium diperlukan untuk membantu mengentalkan darah, penyerapan vitamin
B12 dan mengirimkan isyarat-isyarat ke seluruh tubuh. Kalsium juga memegang
perananan dalam membantu otot berkontraksi dan relaksasi. Hal ini dapat menjaga
keteraturan kerja jantung dan paru-paru (Suhardjo, 1996).
2.1.2 Tataniaga
Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi
dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen kepada
konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses
pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui
proses penyimpanan. Peranan agribisbis dalam suatu negara agraris seperti
Indonesia adalah besar sekali.hal ini disebabkan oleh karena cakupan aspek
agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai
pemasaran termasuk didalamnya (Soekartawi,1999).
Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna
bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna
mencakup lebih banyak perantara. Ada beberapa ciri produksi pertanian yang
mempengaruhi hasil-hasil pertanian: pertama, produksi dilalukan secara
kecil-kecilan. Kedua, produksi terpencar. Ketiga, produksi musiman, menyebabkan
kesulitan dalam tataniaganya, dimana harus ada fasilitas-fasilitas penyimpanan
yang sudah pasti menyebabkan bertambahnya biaya tataniaga. Biaya pemasaran
ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen kepada konsumen
akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran
(Soekartawi,2002).
Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran
yang relatif besar. Dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil
pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada
produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga dikonsumen,
sehingga produsen dan konsumen akan dirugikan (Ginting,2006).
Dalam tataniaga hasil-hasil pertanian umumnya ada tiga tahap proses
penyampaian komoditas atau barang mulai dari produsen sampai kepada
konsumen. Tahap-tahap tersebut adalah 1) Proses konsentrasi dimana pedagang
perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen dan pedagang besar
mengumpulkan barang-barang dari pedagang pengumpul ; 2) Proses equalisasi
dimana pedagang besar menahan barangnya untuk sementara sebelum dijual
kepasar ; 3) Proses diversi yaitu proses penjualan barang dari pedagang besar
Dalam rantai tataniaga posisi petani tergolong lemah karna penawarannya sedikit,
kebanyakan produknya merupakan produk massa yang homogen, produknya
sering kurang tahan lama, pengangkutannya sering sukar, petani sering kurang
sekali dalam mendapatkan informasi tentang harga,dan pengaruh kebutuhan kredit
terhadap posisi tataniaga, dalam hal ini kebutuhan petani akan uang tunai
merupakan faktor yang penting dalam kebijaksanaan tataniaga petani
(Kartasapoetra, 1992).
Sejalan dengan batasan tataniaga yang menghubungkan sektor produksi dengan
sektor konsumen, maka diantara produsen dengan konsumen ada “jarak” yang
ditempuh oleh komuditi sebelum sampai ke konsumen. Di sepanjang perjalanan
komoditi tersebut terdapat pihak-pihak sebagai perantara yang terdiri dari
pedagang dan yang lainnya. Jumlahnya tidak selalu sama, ada yang dua saja, ada
yang tiga bahkan lebih. Mereka ini biasanya disebut sebagai lembaga tataniaga.
Lembaga tataniaga merupakan pihak-pihak yang secara langsung menangani
perjalanan suatu komoditi. Lembaga tataniaga dalam penyempurnaan dan
perbaikan tataniaga ditujukan terutama pada kelancaran tataniaga, seperti dapat
mengadakan tempat, jumlah barang, keadaan barang, dan sebagainya yang
diminta konsumen dalam keadaan sempurna (Gultom,1996).
Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi
tataniaga. Biaya tataniaga menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang
yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga petani terdiri
dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap perantara dan lembaga
perpindahan barang dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa
modalnya (Gultom,1996)
Lembaga pemasaran adalah badan atau usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komuditi dari produsen
kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komuditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan
bentuk keinginan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan
fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal
mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini
berupa margin pemasaran (Sudiyono,2004).
2.2 Landasan Teori
Ditinjau dari sudut ekonomi, pemasaran merupakan kegiatan yang bersifat
produktif karena dapat menambah nilai guna dari suatu barang yaitu kegunaan
tempat, waktu, bentuk dan pemikiran.Dengan demikian pemasarandapat
mempertinggi nilai guna dari suatu komoditi yang diinginkan konsumen.
Tata niaga adalah suatu kegiatan uasaha yang menggerakkan arus barang dan jasa
dari pihak produsen ke pihak konsumen.Pemasaran adalah suatu proses sosial
dengan mana individu dan kelompoknya mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan
Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang –barang dan
jasa dari sektor produsen ke sektor konsumen akan melakukan fungsi –fungsi
tataniaga yang berbeda –beda tiap tataniaga.
Ada beberapa pendapat tentang apa saja yang termasuk fungsi tataniaga, menurut
Richard L. Khols memberikan sembilan fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi
pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi,
pengolahan), fungsi pendukung standarisasi dan grading, penanggung resiko,
informasi pasar, dan permodalan (Soekartawi, 2002).
Tata niaga adalah produktif, dimana kegiatan produktif selalu berkaitan dengan
efisiensi ekonomi.Dalam rangka perbaikan tata niaga, tujuan yang ingin dicapai
adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Penurunan
ongkos tata niaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tata niaga, oleh karena
itu tinggi rendahnya ongkos tata niaga tidak selalu mempengaruhi efisiensi tata
niaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tata niaga suatu
komoditi serta menaikkan kuaalitas komoditi ( Nasution, 1993 ).
Dalam kegiatan tataniaga, besarnya pendapatan atau keuntungan yang dapat
diperoleh dari usahatani selain dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya, juga
sangat ditentukan oleh cara pemasaran. Pemasaran dikatakan berhasil jika dapat
memperoleh harga jual yang tinggi. Untuk mendapatkan harga jual yang tinggi,
diperlukan adanya suatu penyusunan strategi pemasaran dengan memperhatikan
lembaga pemasaran yang berperan di dalamnya dan standar harga dasar untuk
Proses pemasaran meliputi pemahaman misi organisasi dan peran pemasaran
dalam memenuhi isi tersebut, menyusun sasaran pemasaran, analisis lingkungan,
pengembangan strategi pemasaran melalui pemilihan strategi target pasar,
pengembangan dan implementasi bauran pemasaran, implementasi strategi,
mendesain pengukuran kinerja dan evaluasi upaya pemasaran serta membuat
perubahan jika diperlukan. Bauran pemasaran mengkombinasikan strategi produk,
distribusi (tempat), promosi, dan harga dalam upaya menciptakan suatu
pertukaran untuk mencapai sasaran individu dan organisasi (Lamb,dkk 2001).
Badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa
dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan
dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga pemasaran ini adalah
menjalankan fungsi–fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen
semaksimal mungkin.Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga
pemasaran ini berupa margin pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat
digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan
bentuk usahanya (Soekartawi,1993).
Pemasaran terdiri dari berbagai macam saluran pemasaran (Marketing Channel)
dimana setiap saluran pemasaran melibatkan berbagai lembaga pemasaran seperti
pedagang pengumpul, pedagang perantara (distributor, agen komisi, pedagang
antar daerah, eksportir, importir) dan pedagang eceran. Banyaknya jumlah
pedagang saluran pemasaran ini berpengaruh kepada biaya pemasaran dan
Penanganan hasil ini bertujuan untuk mempertahankan mutu buah mulai ketika di
panen sampai kepada konsumen dalam keadaan segar. Penanganan hasil ini, pada
umumnya dilakukan dalam satu hari yang sama pada saat panen atau maksimal
dua hari sampai di retailer untuk menjaga kualitas buah. Untuk memperlancar
pengembangan kegiatan usaha perkebunan rambutan ini maka prasarana distribusi
hasil panen, memegang peranan penting yaitu berupa lembaga pemasaran
hasil-hasil perikanan.Biaya tataniaga terbentuk / terjadi sebagai konsekuensi logis dari
pelaksanaan fungsi –fungsi tataniaga.Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan
harga pada barang –barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu
biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek kepada harga beli konsumen.
Disamping itu, biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga
kurang / tidak efisien. ( Gultom, 1996 )
Fungsi pengangkutan begitu penting karena negara kita merupakan negara
kepulauan. Itulah sebabnya mengapa pemasaran hasil peternakan berbeda untuk
tiap propinsi dinegara kita .Bahkan fungsi ini dominan pada suatu sistem
pemasaran yang masih tradisional. Namun, apapun fungsi ini memang
berhubungan erat dengan biaya transportasi dan ketahan hasil peternakan.
Sistem pemasaran dianggap efisien bila memenuhi syaratyaitu:
1. Mampu menyampaikan hasil produsen ( petani ) kepada konsumen dengan
biaya semurah murahnya.
2. Mampu mengadakan pembangian yang adil daripada keseluruhan harga yang di
bayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan
Marketing margin memberikan ukuran secara terpisah menurut komponen biaya
dari efesiensi penyelenggaraan fungsi-fungsi tata niaga. Pada umumnya suatu
sistem tata niaga. Pada umumnya suatu sistem tata niaga untuk sebagian sistem
tata niaga untuk sebagian produk pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila
persentase margin (share margin) petani diatas 50% (Gultom, 1996)
Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan
harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga
pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. makin panjang
pemasaran (semakin banyak lembaga tata niaga yang terlibat) maka semakin besar
margin pemsarannya (Daniel, 2002).
Margin pemasaran adalah perbedaaan antar harga yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima petani. Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya
untuk melakukam fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin
yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan
berbeda pula (Sudiyono, 2004)
Menurut Soekartawi (2002) efisiensi pemasaran diukur dengan menggunakan
biaya pemasaran dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan. Pasar yang tidak
efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar. Sedangkan tingkat
efisiensi pemasaran akan berbeda pula jika :
a. Apabila harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat
lebih tinggi
b. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak
c. Adanya kompetisi pasar yang sehat
Menurut Kotler dalam Daniel (2002) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa
pemasaran atau tata niaga itu penting.
a. Jumlah produk yang dijual menurun
b. Pertumbuhan perusahaan juga menurun
c.Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen
d. Kompetisi yang semakin tajam
e. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan
Menurut Hadikoesworo (1986) Beberapa masalah pemasaran atau tata niaga
komoditi pertanian yang banyak ditemukan di negara-negara sedang
berkembangan pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, anatar lain sebagai
berikut:
a. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah kontiniu
b. Harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam yang bukan saja
berpengaruh terhadap kestabilan pendapatan produsen dan tingkat konsumsi
masyarakat, tetapi juga akan memperbesar resiko pemsaran
c. Tidak efisiensinya para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan pemasaran
d. Tidak memadai fasilitas misalnya sistem transfortasi, gudang, tempat komoditi
pertanian dipasaran dan lain-lain
e. Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar juga merupakan masalah karena
menyulitkan dalam penyampaian barang dari produsen kepada konsumen
f. Kurang lengkapnya informasi pasar
i. Tidak memadai peraturan – peraturan yang ada.
Menurut Gultom (1996) upaya-upaya perbaikan dalam sistem tataniaga dilakukan
oleh semua pihak yang terkait. Upaya-upaya itu antara lain:
1. Produsen harus dapat memenuhi dengan baik saluran tata niaga yang ditempuh,
juga tentang informnasi pasar pada saat produsen mempunyai hasil untuk dijual.
Produsen juga harus dapat merencanakan produksi dengan pedoman kemungkinan
pasaran hansilnya.
2. Lembaga tata niaga dapat melakukan integarasi sehingga biaya total tata niaga
barang dapat dikurangi dan keuntungan lembaga tata niaga yang meakukan
integrasi yang lebih besar.
3. Konsumen, dalam hal ini melakukan usaha perbaikan dengan jalan pendidikan
terhadap konsumen.
4. Pemerintah, hal-hal yang dapat dilakukan yakni pengadaan pengawasan seperti
mengeluarkan peturan-peraturan, perbaikan fasilitas tata niaga, dan perbaikan
alat-alat komunikasi.
Menurut Mubyarto (1985), yang di maksud adil dalam hal ini adalah pemberian
balas jasa fungsi-fungsi tataniaga sesuai dengan masing-masing. Panjangnya
saluran tataniaga membuat terdapatnya perbedaan antara margin tataniaga, share
margin, dan price spread.
Dimana margin tataniaga adalah selisih anatar harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh
Daniel (2002), menyatakan bahwa makin panjang tataniaga maka makin besar
margin tataniaga. Secara teoritis, dapat dikatan maka semakin pendek rantai
tataniaga hasil pertanian, maka :
1.Biaya tataniaga semakin rendah
2.Margin tataniaga semakin rendah
3.Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah
4.Harga yang diterima produsen semakin tinggi
Soerkartawi (2002), menyatakan bahwa share margin (Sm) adalah persentase
price spread terhadap harga beli konsumen.
Sm = x
100%
Menurut Mubyarto (1994), sistem taaniaga dianggap efisien apabila memenuhi
dua syarat :
1.Mampu menyampaikan hasil – hasil petani produsen ke konsumen.
2.Mampu mengadakan dengan biaya semurah – muarahnya. Pembagian yang adil
dari keseluruhan harga yang di bayar konsumen terakhir kepada konsumen
terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan
tataniaga barang itu.
Menurut Sihombing (2010), penentuan efisiensi dapat juga dilihat dengan
memperbandingkan antara besarnya keuntungan (profit) petani produsen dan
seluruh middleman yang terlibat dengan seluruh ongkos tata niaga yang
Keterangan:
E = Efisiensi
Ji = Keuntungan lembaga tata niaga
Jp = Keuntungan Produsen
Ot = Ongkos tata niaga
Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen
Dimana jika:
E>1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien
E<1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.
Efisiensi tidak terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang
dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Efisiensi tataniaga akan terjadi jika
biaya pemasaran dapan ditekan sehingga keuntungan tata niaga dapat lebih tinggi,
persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu
tinggi, tersedianya fasilitas fisikpemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat
(Soekartawi,2002).
2.3 Penelitian Terdahulu
Hirorimus Limbong (2013) meneliti tentang Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi saluran tataniaga di daerah penelitian, Untuk menganalisis
besarnya biaya tataniaga, price spread dan share margin setiap saluran tataniaga
di daerah penelitian. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Pada tingkatan
petani, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share
marginnya sebesar 0,94%. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spread
untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share marginnya sebesar
4,09%. Sedangkan untuk pedagang pengecer, price spread untuk biaya tataniaga
adalah sebesar Rp. 212,- dengan share marginnya sebesar 3,85%. 2. Biaya tata
niaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi margin (share margin)
pedagang yang menyalurkan sayuran sawi, pedagang pengumpul memperoleh
keuntungan yang paling besar di banding lembaga tata niaga yag lain yang terlibat
dalam saluran pemasaran. Saluran tata niaga sayuran sawi yang ada di daerah
penelitian efesien.
Meina Safitri Siregar (2016) meneliti tentang Analisis Tataniaga Rambutan di
Kota Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rantai tata niaga
rambutan, mengetahui volume rambutan yang dipasarkan masing-masing di
daerah penelitian, mengetahui fungsi-fungsi tata niaga apa saja yang dilakukan
oleh setiap lembaga tata niaga dalam proses tata niaga rambutan didaerah
penelitian. Penelitian menggunakan metode Stratified Random Sampling. Analisis
dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis tabulasi sederhana dengan
menghitung marketing margin (margin pemasaran), price spread (sebaran
harga),share margin, share profit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
Didaerah penelitian terdapat satu saluran pemasaran rambutan yaitu saluran I
adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 %.
pedagang besar dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran pada pedagang
pengumpul; 3)Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya
pemasaran dari harga beli konsumen untuksaluranpemasaran adalahmargin petani
adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%, biaya tataniaga 7,86.
2.4 Kerangka Pemikiran
Tataniaga merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembangunan
pertanian, karena dalam tata niaga akan terjadi perpindahan barang atau komoditi
dari produsen kepada konsumen, dimana konsumen akan membayarkan sejumlah
harga atau uang sebagai balas jasa atas barang yang telah diperolehnya. Aliran
barang atau komoditi ini terjadi karena adanya lembaga tata niaga atau saluran
tata niaga yang akan melakukan fungsi tata niaga .
Dalam mekanisasi tata niaga atau pemasaran ini melibatkan beberapa pihak yang
meliputi produsen, agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen.
Dalam hal ini produsen adalah peternak kerbau dan konsumen adalah masyarakat
yang mengkonsumsi susu kerbau.
Tiap lembaga tata niaga melakukan fungsi-fungsi tata niaga. Fungsi-fungsi tata
niaga yang dilakukan antara lain fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan
pembelian, fungsi fisis yaitu penyimpanan dan pengangkutan, fungsi pelancar
yaitu standarisasi, pembiayaan, penanggung resiko dan informasi pasar. Setiap
pedagang (middleman) melakukan fungsi-fungsi tata niaga tersebut maka akan
dikeluarkan biaya yang disebut dengan biaya pemasaran. Disamping itu pedagang
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan
kegiatan fungsi- fungsi tata niaga.biaya tersebut berbeda-beda pada
masing lembbaga tata niaga. Maka biaya tersebut berbeda-beda pada
masing-masing lembaga tata niaga. Atas jasa lembaga tata niaga dalam pemasaran beras
organik ini, maka lembaga tata niaga mengambil keuntungan (profit). Harga jual
susu kerbau berbeda-beda untuk setiap masing-masing lembaga tata niaga
berbeda-beda. Dari harga penjualan dapat diketahui margin tata niaga yang
merupakan selisih antara harga eceran dan harga tingkat produsen. Kemudian
dapat diketahui sebaran harga (price spread) dengan mengelompokkan harga beli,
harga jual, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh lembaga tata niaga.
Dari sebaran harga (price spread) dapat dihitung persentase margin (share
margin) yaitu harga barang diterima oleh setiap lembaga tata niaga terhadap harga
beli konsumen dalam bentuk persen (%).
Biaya tata niaga akan menetukan harga yang diterima oleh setiap lembaga. Biaya
tata niaga diukur dengan sebaran harga (price spread) dan persentase margin
(share margin ). Besarnya biaya tata niaga dibandingkan dengan nilai produk
yang dipasarkan akan menunjukkan tingkat efesiensi tata niaga susu kerbau.
Semakin panjang rantai tata niaga, biaya yang dikeluarkan jugaakan semakin lebih
besar, mak sistem tata niaga akan semakin tidak efisien. Sebaliknya rantai tata
niaga yang semakin pendek, tidak membutuhkan biaya tata niaga yang besar,
dalam keadaan seperti ini sistem tata niaga akan lebih efisien
Dalam tataniaga susu kerbau, tentunya ada pelaku tataniaga yang terlibat, yaitu
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Tiap lembaga tataniaga akan
melakukan fungsi tataniaga yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh
aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi tataniaga, maka akan
terbentuk biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga menentukan tingkat harga
yang diterima peternak dan lembaga tataniaga. Atas jasa lembaga-lembaga
tataniaga maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan (profit). Dari biaya
tataniaga dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan
pengukuran untuk efisiensi tataniaga. Berarti semakin banyak lembaga tataniaga
yang berperan dalam tataniaga sawi, maka sistem tataniaga sawi semakin tidak
efisien. Berikut skema kerangka pemikiran tataniaga susu kerbau di daerah
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
= Menyatakan Hubungan
= Menyatakan Pengaruh Produsen
Susu Kerbau
Pedagang
Perantara
Konsumen
Fungsi-fungsi Tataniaga
Harga Beli Konsumen
Efisiensi
2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: