BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Kerbau merupakan hewan ternak besar yang populasinya paling sedikit jika
dibandingkan dengan sapi, kambing dan domba. Bahkan, dari tahun ke tahun
populasi kerbau pun semakin menurun. Ada beberapa penyebab penurunan
jumlah populasi ternak kerbau ini yaitu diantaranya tingkat reproduksi yang
rendah dan tingkat pemotongan kerbau itu sendiri yang sangat tinggi setiap
tahunnya, yaitu 1,3 % per tahun (Sulistiawati dan Bustami, 2008).
Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar susu (mammae). Air
susu ibu biasa dikenal dengan ASI sedangkan susu hewan atau susu tiruan sebagai
pengganti air susu ibu atau PASI pada umumnya adalah dari berbagai ternak,
misalnya sapi, kerbau, kambing dan ada pula yang mempergunakan susu unta dan
kuda (Sediaoetama, 1989).
Dinas Pertanian (2013) menyatakan kebutuhan untuk konsumsi susu nasional
sebesar 2.738.510 ton pada tahun 2012, dengan konsumsi per kapita 11,01
kg/kapita/tahun pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan ketersediaan
produksi susu dalam negeri yang mencapai 959.732 ton selama tahun 2012, dapat
disimpulkan bahwa masih terdapat kekurangan pemenuhan susu sebesar
1.778.778 ton pada tahun 2012. Adanya kekurangan pemenuhan susu nasional,
menyebabkan perlu adanya alternatif baru ternak penghasil susu, sebagai
tambahan sumber pemenuhan susu nasional.
Susu kerbau lebih mudah dikenal dengan sebutan dali dalam Bahasa Batak atau
dadiah dalam Bahasa Padang. Suku batak biasanya menjadikan dali ini sebagai
makanan tradisional dan sebagai masakan khas yang dikenal sebagai dali arsik.
Namun ada juga konsumen yang langsung mengonsumsi susu kerbau tersebut
sebelum di masak menjadi dali.
Sebagaimana ternak perah lainnya, maka kerbau perah mempunyai hasil utama
susu. Bahan dasar susu meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Banyak hasil olahan yang dapat dikembangkan dari bahan dasar ini. Hasil olahan
tersebut dibuat berdasarkan ciri dan sifat bahan dasar tersebut (Wisnu, 2002).
Manfaat susu kerbau juga merupakan sumber yang kaya zat besi, fosfor, vitamin
A dan tentu saja protein. Susu kerbau juga mengandung kadar tinggi antioksidan
alami tokoferol. Kekuatan peroxidate biasanya 2-4 kali lipat lebih besar dari susu
sapi. Komposisi susu kerbau secara umum sama dengan susu sapi dan ruminansia
lainnya yakni adanya air, protein, lemak, laktosa, vitamin, dan mineral, tetapi
dengan proporsi yang berbeda. Ciri khas susu kerbau yang berwarna lebih putih
daripada susu sapi dikarenakan tidak adanya β karoten dalam susu kerbau, karena
sudah diubah secara sempurna menjadi vitamin A dalam susu. Susu kerbau juga
mempunyai kadar lemak dan kadar solid non fat (SNF) yang lebih tinggi
dibandingkan susu sapi. Tingginya kadar nutrisi dalam susu kerbau, menyebabkan
para pemerah susu kerbau mengupayakan untuk membuat produk pasca panen
seperti dali/dadih di Sumatera Utara, dangke dan jadih di Sulawesi, serta susu
goreng di NTT (Wisnu, 2002).
Tataniaga adalah suatu kegiatan usaha untuk menyampaikan barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen akhir. Dalam perekonomian dewasa ini, sebagian
besar produsen tidak menjual langsung barang barang mereka pada konsumen
akhir, begitu juga konsumen tidak akan langsung membeli barang kebutuhan
langsung kepada produsen. Oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya saluran
pemasaran yang akan menyampaikan barang dari produsen kekonsumen dan akan
melibatkan lembaga–lembaga tataniaga seperti agen, pedagang pengumpul,
pedagang pengecer dan sebagainya. Saluran pemasaran yang panjang dapat
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak efisiensinya sistem pemasaran,
sedangkan faktor lain yang dapat menyebabkan efisiensi atau tidaknya sistem
pemasaran yaitu keuntungan pemasaran, harga yang diterima konsumen,
tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan kompetisi pasar.
Kecamatan Lintong Nihuta merupakan salah satu sentral produksi susu kerbau di
Sumatera Utara. Dimana peternak kerbau menjual susu kerbaunya ke pedagang
pengumpul dengan ukuran 250 gram/baskom, dan peternak kerbau menghargai
perbaskom seharga Rp 13.000. Dan mereka pun menjualnya kembali dengan
ukuran yang sama seharga Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per ukuran yang sudah di
tentukan oleh peternak. Namun pada hari-hari besar, harga susu kerbau naik harga
menjadi dua kali lipat karena permintaan meningkat sementara produksi tetap.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
tataniaga susu kerbau dimana produk ini merupakan produk lokal dari Kabupaten
Humbang Hasundutan.
1.2Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka dibuat identifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian?
2. Berapa biaya tataniaga, price spread dan share margin disetiap saluran
tataniaga susu kerbau di daerah penelitian?
3. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga susu kerbau di daerah penelitian?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi bentuk saluran tataniaga susu kerbau di daerah
penelitian.
2. Untuk menganalisis biaya tataniaga, price spread dan share margin
disetiap saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga susu kerbau di daerah
penelitian.
1.4Kegunaan Penelitiaan
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.