ANALISIS TATA NIAGA RAMBUTAN DI KOTA BINJAI
(Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)SKRIPSI
Oleh :
MEINA SAFITRI SIREGAR 060304003
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
MEINA SAFITRI SIREGAR (060304003), dengan judul skripsi“Analisis Tata Niaga Rambutan Di Kota Binjai (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)” dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, MS dan Ir. Iskandarini,
Mm, Ph.D.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rantai tata niaga rambutan, mengetahui volume rambutan yang dipasarkan masing-masing di daerah penelitian, mengetahui fungsi-fungsi tata niaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga tata niaga dalam proses tata niaga rambutan didaerah penelitian. Penelitian menggunakan metode Stratified Random Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis tabulasi sederhana dengan menghitung
marketing margin (margin pemasaran), price spread (sebaran harga),share margin, share profit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Didaerah penelitian terdapat satu saluran pemasaran rambutan yaitu saluran I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi secara langsung; 2) Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi pemasaran pada pedagang besar dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran pada pedagang pengumpul; 3)Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran dari harga beli konsumen untuksaluranpemasaran adalahmargin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%, biaya tataniaga 7,86.
RIWAYAT HIDUP
MEINA SAFITRI SIREGAR dilahirkan di Medan 19 Mei 1988, sebagai
pertama dari keluarga Bapak Syahruddin Siregar dan Ibu Usniah.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1994 masuk ke Sekolah Dasar Negeri 060908 Medan Denai , tamat
tahun 2000.
2. Tahun 2000 masuk ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Medan, tamat
tahun 2003.
3. Tahun 2003 masuk ke Sekolah Menengah Atas Swasta Eria Medan, tamat
tahun 2006.
4. Tahun 2006 diterima di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
melalui jalur SPMB.
5. Tahun 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae
Hole II, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
6. Tahun 2013 melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Pahlawan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Tataniaga Rambutan di Kota Binjai” (Studi Kasus: Kelurahan
Pahlawan, Kabupaten Langkat).
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga
tercinta, teristimewa ayahanda Syahruddin Siregar dan ibunda Usniah, kepada
seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat dan do’a dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing.
2. Ibu Ir. Iskandarini, Mm, P.hD selaku anggota komisi pembimbing..
3. Seluruh dosen pengajar dan pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman stambuk 2006
dan adik-adik stambuk atas segala doa dan perhatiannya.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Kegunaan Penelitian... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... .3
2.2 Landasan Teori ... .4
2.3 Kerangka Pemikiran ... .8
2.4 Hipotesis Penelitian ... 11
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian... 12
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 13
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 13
3.4 Metode Analisis Data ... 14
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi Operasional ... 16
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 17 4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 18 4.3 Karakteristik Pedagang Sampel ... 20
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Saluran Tataniaga dan Persentase Barang yang Disalurkan
Untuk Masing- masing Saluran Tataniaga... 22 5.2 Fungsi- fungsi Tataniaga ... . 23 5.3 Volume Rambutan yang Dipasarkan Dalam
Masing- masing Tataniaga ... . 25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... ..29 6.2 Saran ... ..30
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Luas Lahan, Produksi dan Tanaman Menghasilkan Tanaman
Rambutan di Kabupaten Langkat ... 12
2. Jumlah Sampel di Kelurahan Pahlawan Tahun 2012 ... 13
3. Penggunaan Lahan di Kelurahan Pahlawan Tahun 2012 ... 17
4. Jumlah Penduduk di Kelurahan Pahlawan Tahun 2012 ... 18
5. Karakteristik Petani Sampel ... 18
6. Jumlah Pohon dan Produksi Rata- rata Petani Sampel ... 20
7. Macam Pedagang, Jumlah dan Domisili Daerah Penelitian Tahun 2012 ... 21
8. Fungsi- fungsi Tataniaga yang Dilakukan Pedagang Pengumpul ... 23
9. Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Pemasaran dan Profit (Jasa Pedagang Pengumpul) ... 25
10. Volume Pembelian dan Penjualan Rambutan, Biaya Tataniaga dan Profit (Jasa Pedagang Besar) ... 26
11. Price Spread (Rp) dan Share Margin (%) Saluran Pemasaran Utama ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Karakteristik Petani Sampel Tahun 2012... ...32
2. Karakteristik Pedagang Besar...33
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Tanaman Rambutan ... 3
2. Skema Kerangka Pemikiran ... 10
ABSTRAK
MEINA SAFITRI SIREGAR (060304003), dengan judul skripsi“Analisis Tata Niaga Rambutan Di Kota Binjai (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)” dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, MS dan Ir. Iskandarini,
Mm, Ph.D.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rantai tata niaga rambutan, mengetahui volume rambutan yang dipasarkan masing-masing di daerah penelitian, mengetahui fungsi-fungsi tata niaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga tata niaga dalam proses tata niaga rambutan didaerah penelitian. Penelitian menggunakan metode Stratified Random Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis tabulasi sederhana dengan menghitung
marketing margin (margin pemasaran), price spread (sebaran harga),share margin, share profit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Didaerah penelitian terdapat satu saluran pemasaran rambutan yaitu saluran I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi secara langsung; 2) Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi pemasaran pada pedagang besar dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran pada pedagang pengumpul; 3)Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran dari harga beli konsumen untuksaluranpemasaran adalahmargin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%, biaya tataniaga 7,86.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan peningkatan kesehatan yang dilakukan pemerintah,
pengetahuan masyarakat pun kini semakin meningkat.Salah satu perhatian
masyarakat sehubungan tentang meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan ini
adalah, usaha untuk memanfaatkan lebih banyak lagi sayuran dan
buah-buahan.Kedua jenis makanan ini mengandung berbagai vitamin, mineral, dan zat
lainnya yang sangat diperlukan untuk tubuh manusia (Mahisworo, dkk, 1998).
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) merupakan tanaman buah
hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae.Tanaman buah tropis ini
dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia.Hingga saat
ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan
negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim
sub-tropis (Mahisworo, dkk, 1998).
Pada saat ini adanya pasar global menyebabkan terjadinya persaingan
bebas, baik mutu maupun harga.Tuntutan masyarakat (konsumen buah-buahan)
cederung bergeser kearah mutu yang tinggi. Untuk mengantisipasi pasar global
dan permintaan konsumen (pasar) di dalam negeri yang terus meningkat ,harus
dilakukan usaha peningkatan mutu buah-buahan hal ini berarti pemilihan varietas
dan jenis buah-buahan yang akan dikembangkan dengan sekala komersial harus
dikajisecara seksama di sesuaikan dengan selera konsumen .
Pengembangan tanaman buah-buahan dengan pola agribisnis antara lain
berbentuk perkebunan besar dan perkebunan inti rakyat, yang secara profesional
membangun pola kemitraan. Perkebunan memberi bibit tanaman buah- buaha
yang bermutu kepada petani (anggota PIR pemegang sahan dan plasma) dan
sekaligus membina para petani tersebut, sehingga kualitas buah-buahan yang
petani sama dengan kualitas buah-buahan yang dihasikan oleh perkebuan inti
(Rukmana, 2002).
Berbagai langkah strategi yang telah dicanangkan untuk mengantisipasi
era perdagangan bebas antara lain adalah perubahan strategi dasar pembangunan
pertanian kita, yaitu pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis terpadu.
Dengan strategi dasar ini keterkaitan dan keterpaduan dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian merupakan hal yang mutlak. Dengan pengembangan
sistem agribisnis terpadu ini akan dihasilkan produk – produk pertanian dan
produk agroindustri berdaya saing tinggi di pasar domestik dan internasional
Komoditas hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah – buahan,
tanaman hias dan tanaman obat – obatan sangat prospektif untuk dikembangkan,
mengingat potensi serapan pasar dalam negri yang sangat besar di samping
potensi pasar luar negri yang terus berkembang
Adapun komoditi buah – buahan unggulan Sumatera Utara adalah : jeruk,
rambutan, markisa, pisang, manggis, dan durian.
Salah satu yang mempunyai prospek cerah saat ini adalah rambutan,
dimana pada umunnya buah rambutan telah dikenal dan digemari setiap orang.
Namun hampir bisa dipastikan bahwa tidak setiap orang mengetahui seluk beluk
mengenai tanaman rambutan, seperti budidayanya, jenis – jenisnya, juga
pemasarannya ( mahisworo, 1989 ).
Rambutan adalah buah yang barangkali hampir setiap orang telah
mengenalnya, atau malahan merasakan buahnya.Seperti tanaman buah – buahan
pada umumnya, rambutan nampaknya memang belum mendapatkan perhatian
khusus dalam pembangunan sektor pertanian yang tengah dilakukan. Walaupun
demikian, sebenarnya rambutan telah mampu menyumbangkan devisa bagi negara
demikian, sebenarnya rambutan telah mampu menyumbangkan devisa bagi negara
melalui ekspor ke luar negri berupa buah rambutan yang segar dan yang
Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha untuk menyampaikan barang dan
jasa dari produsen kepada konsumen akhir. Dalam perekonomian dewasa ini,
sebagian besar produsen tidak menjual langsung barang barang mereka pada
konsumen akhir, begitu juga konsumen tidak akan langsung membeli barang
kebutuhan langsung kepada produsen. Olehkarena itu sangat dibutuhkan adanya
saluran pemasaran yang akan menyamoaikan barang dari produsen kekonsumen
dan akan melibatkan lembaga – lembaga tataniaga seperti agen, pedagang
pengumpul, pedagang pengecer dan sebagainya. Saluran pemasaran yang panjang
dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak efisiensinya sistem
pemasaran, sedangkan faktor lain yang dapat menyebabkan efisiensi atau tidaknya
sistem pemasaran yaitu keuntungan pemasarn, harga yang diterima konsumen,
tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan kompetisi pasar.
Kecamatan Binjai merupakan kecamatan sentral produksi rambutan di
Kabupaten langkat yang mempunyai luas lahan untuk usahatani rambutan.
Dimana petani rambutan menjual buah rambutannya ke pada pengumpul
dengan cara menjual perpohan,dan petani rambutan menghargai perpohan dengan
sehargaRp. 500.000. Dan mereka pun menjual dengan perbuah, 1 buah seharga
Rp. 250 dan mereka juga menjual perikat, dimana perikat isi nya sebanyak 20
buah dengan harga Rp. 5000.
Oleh karna itu peneliti tertarik untuk mengetahui atau menganalisi
Identfikasi Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara lain:
1. Bagaimana jenissaluran tataniaga rambutan didaerah penelitian?
2. Bagaimana pendapatan petani rambutan di daerah penelitian?
3. Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga
tataniaga dalam proses tataniaga rambutan di daerah penelitian?
Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui saluran tataniaga rambutan di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis berapa besar pendapatan petani rambutan didaerah
penelitian.
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh
setiap lembaga tataniaga dalam proses tataniaga rambutan di daerah
penelitian.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk :
1. Mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambilan keputusan untuk
perkembangan agribisnis komoditas rambutan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan
famili sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa inggrisnya disebut
hairy fruit berasal dari indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar didaerah
yang beriklim tropis seperti filipina dan negara – negara Amerika Latin dan
ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman rambutan
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Nephellium
Spesies : Nephellium lappaceum Linn.
(Rukmana, 2002).
Secara umum tanaman rambutan mampu mencapai ketinggian antara
15-25 meter dengan bentuk batang lurus dan memiliki cabang yang banyak. Pada
pangkal batang berdiameter antara 40-60 cm, kulit batang berwarna abu-abu
Bentuk tajuk bulat atau tidak beraturan sama sekali. Ranting atau cabang
ujung mempunyai warna cokelat kusam dengan permukaan kulit berkerut-kerut
(Rukmana, 2002).
Daerah yang ideal untuk penanaman tanaman rambutan adalah daerah
dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl, dengan kondisi curah hujan berkisar
antara 1.500 mm – 2.500 mm / tahun yang merata sepanjang tahun, memiliki
bulan basah lebih dari 7 bulan/tahun, suhu udara antara 25 0 C – 32 0 C, dan
intensitas cahaya matahari antara 45 % -50 % (Rukmana, 2004).
Di tanah air tanaman rambutan umumnya tumbuh menyebar pada lahan
jenis latosol, lahan utama usaha tani di Indonesia. Lahan jenis ini memang
memiliki sifat fisik baik. Remah strukturnya, gembur konsistensinya, mudah
merembeskan air dan dapat menahan air dengan cukup baik. Solum lahan cukup
dalam, antara 1,5-10 meter. Kandungan haranya rendah sampai sedang, bereaksi
asam sampai agak asam dengan kandungan pH 4,5-6,5. Pemberian pupuk yang
baik akan menghasilkan produksi yang baik dan berkesinambungan (Kalie, 1994).
Landasan Teori
Ditinjau dari sudut ekonomi, pemasaran merupakan kegiatan yang bersifat
produktif karena dapat menambah nilai guna dari suatu barang yaitu kegunaan
tempat, waktu, bentuk dan pemikiran.Dengan demikian pemasaran dapat
mempertinggi nilai guna dari suatu komoditi yang diinginkan konsumen.
Tata niaga adalah suatu kegiatan uasaha yang menggerakkan arus barang
dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen.Pemasaran adalah suatu proses
sosial dengan mana individu dan kelompoknya mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan
Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang –
barang dan jasa dari sektor produsen kesektor konsumen akan melakukan fungsi –
fungsi tataniaga yang berbeda – beda tiap tataniaga. Ada beberapa pendapat
tentang apa saja yang termasuk fungsi tataniaga, menurut Richard L. Khols
memberikan sembilan fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran
(penjualan dan pembelian), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, pengolahan),
fungsi pendukung ( standarisasi dan grading, penanggung resiko, informasi pasar,
dan permodalan. ( soekartawi )
Tata niaga adalah produktif, dimana kegiatan produktif selalu berkaitan
dengan efisiensi ekonomi.Dalam rangka perbaikan tata niaga, tujuan yang ingin
dicapai adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi.
Penurunan ongkos tata niaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tata niaga,
oleh karena itu tinggi rendahnya ongkos tata niaga tidak selalu mempengaruhi
efisiensi tata niaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tata niaga
suatu komoditi serta menaikkan kwalitas komoditi ( nasution, 1993 )
Dalam kegiatan tataniaga, besarnya pendapatan atau keuntungan yang
dapat diperoleh dari usahatani selain dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya,
juga sangat ditentukan oleh cara pemasaran. Pemasaran dikatakan berhasil jika
dapat memperoleh harga jual yang tinggi. Untuk mendapatkan harga jual yang
tinggi, diperlukan adanya suatu penyusunan strategi pemasaran dengan
memperhatikan lembaga pemasaran yang berperan di dalamnya dan standar harga
dasar untuk menentukan harga jual (Lamb,dkk 2001).
Proses pemasaran meliputi pemahaman misi organisasi dan peran
pemasaran dalam memenuhi isi tersebut, menyusun sasaran pemasaran, analisis
lingkungan, pengembangan strategi pemasaran melalui pemilihan strategi target
pasar, pengembangan dan implementasi bauran pemasaran, implementasi strategi,
mendesain pengukuran kinerja dan evaluasi upaya pemasaran serta membuat
perubahan jika diperlukan. Bauran pemasaran mengkombinasikan strategi produk,
distribusi (tempat), promosi, dan harga dalam upaya menciptakan suatu
Badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran,
menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta
mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga
pemasaran ini adalah menjalankan fungsi – fungsi pemasaran serta memenuhi
keinginan konsumen semaksimal mungkin.Konsumen memberikan balas jasa
kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran.Lembaga pemasaran ini
dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan
dan bentuk usahanya (Soekartawi, 1993).
Pemasaran terdiri dari berbagai macam saluran pemasaran
(MarketingChannel) dimana setiap saluran pemasaran melibatkan berbagai
lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, pedagang perantara (distributor,
agen komisi, pedagang antar daerah, eksportir, importir) dan pedagang eceran.
Banyaknya jumlah pedagang saluran pemasaran ini berpengaruh kepada biaya
pemasaran dan efisiensi pemasaran (Lamb,dkk 2001).
Penanganan hasil ini bertujuan untuk mempertahankan mutu buah mulai
ketika di panen sampai kepada konsumen dalam keadaan segar. Penanganan hasil
ini, pada umumnya dilakukan dalam satu hari yang sama pada saat panen atau
maksimal dua hari sampai di retailer untuk menjaga kualitas buah. Untuk
memperlancar pengembangan kegiatan usaha perkebunan rambutan ini maka
prasarana distribusi hasil panen, memegang peranan penting yaitu berupa lembaga
pemasaran hasil-hasil perikanan.
Biaya tataniaga terbentuk / terjadi sebagai konsekuensi logis dari
pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga.Biaya tataniaga ini menjadi bagian
tambahan harga pada barang – barang yang harus ditanggung oleh konsumen.
Oleh sebab itu biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek kepada harga beli
konsumen. Disamping itu, biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem
Fungsi pengangkutan begitu penting karena negara kita merupakan
negara kepulauan.Itulah sebabnya mengapa pemasaran hasil peternakan berbeda
untuk tiap propinsi dinegara kita.Bahkan fungsi ini dominan pada suatu sistem
pemasaran yang masih tradisional.Namun, apapun fungsi ini memang
berhubungan erat dengan biaya transportasi dan ketahan hasil peternakan.
Sistem pemasaran dianggap efisien bila memenuhi syarat yaitu:
1. Mampu menyampaikan hasil produsen ( petani ) kepada konsumen dengan
biaya semurah murahnya.
2. Mampu mengadakan pembangian yang adil daripada keseluruhan harga
yang di bayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta
didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.
Tata niaga dianggap efisien apabila memenuhi 2 syarat yaitu mampu
menyampaikan hasil produksi dari petani produsen kepada konsumen dengan
biaya semurah – murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari
Kerangka Pemikiran
Setiap barang ekonomi mempunyai kegunaan atau manfaat bagi
manusia.Manusia memerlukan suatu barang tertentu pada tempat, waktu, bentuk
dan harga tertentu. Kalau antara penjual dan pembeli tidak ada kecocokan dalam
salah satu syarat tersebut diatas mka transaksi jual beli tidak akan terjadi.
Disinilah terletak fungsi dan peranan tataniaga yaitu: mengusahakan agar pembeli
memperoleh barang yang akan diinginkan pada tempat, bentuk dan harga yang
tepat.
Lembaga pemasaran ini penting, sebab lembaga pemasaran inilah yang
melakukan proses pengambilan keputusan dalam proses pemasaran komoditi
pertanian. Tanpa lembaga pemasaran ini tidak ada perubahan dan proses
penyesuaian. Suatu lembaga pemasaran mungkin menjalankan lebih dari satu
fungsi pemasaran, oleh karena itu, diperlukan penelaahan lembaga pemasaran dari
bentuk usahanya.
Mekanisme pemasaran rambutan melibatkan beberapa pihak yang
meliputi, produsen, distributor dan konsumen. Distributor melakasanakan
pemindahan barang dari pedagang yang satu ketangan pedagang yang lain
sehingga terjadi perbedaan harga produksi mulai dari petani hingga ke konsumen.
Tataniaga rambutan untuk konsumsi dalam negri maupun eksport akan
melibatkan lembaga – lembaga tataniaga, tiap lembaga tataniaga berperan dalam
penjualan rambutan sampai ke konsumen. Atas jasa lemaga – lembaga tataniaga
dalam pemasaran rambutan akan mengambil profit atas jasa mereka. Berarti
semakin banyak lembaga tataniaga yang berperan dalam pemasaran rambutan
Dalama teori ekonomi faktor jumlah pembeli dan penjual dalam tataniaga
dianggap memegang peranan sangat penting dalam menentukan bentuk dan sifat –
sifat pasar.Bentuk yang ekstrim adalah persaingan sempurna dimana terdapat
banyak pembelian dan penjual yang saling bersaingan.Pembeli bersaing mendapat
barang dan penjual bersaing untuk mencari pembeli.Karena jumlah penjual dan
petani yang banyak maka masing – masing tidak mampu mempengaruhi dan
menentukan harga yang terjadi.
Setiap lembaga tataniaga yang telibat akan menganbil profit atau
keuntungan untuk jasa yang mereka berikan. Kegiatan fungsi pemasaran oleh
lembaga – lembaga tataniaga akan mengakibatkan timbulnya biaya tataniaga.
Besarnya biaya tataniaga akan berpengaruh terhadap harga beli konsumen. Hal ini
disebabkan biaya tataniaga yang timbul akan menjadi tambahan harga pada
barang yang harus ditanggung oleh petani. Sehingga semakin banyak lembaga –
lembaga tataniaga yang berperan dalam pemasaran rambutan maka akan semakin
Gambar I : Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Ada Hubungan
Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Tataniaga rambutan di daerah penelitian belum efisien.
2. Biaya pemasaran untuk masing – masing saluran tataniaga berbeda disetiap saluran pemasaran di daerah penelitian
PETANI PRODUSEN
PEDAGANG PENGUMPUL
PEDAGANG BESAR
PENGECER
METODOLOGI PENELITIAN
Penentuan Daerah penelitian
Penelitian dilakukan di Binjai. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja) karena kota tersebut merupakan salah satu sentra produksi rambutan yang cukup besar. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3014’ dan 4013’ lintang utara, serta 93051’ dan 98045’ Bujur Timur.Penentuan daerah dilakukan dengan alasan bahwa binjai memiliki potensi yang begitu besar dalam melakukan pemasaran rambutan dilihat dari keadaan strategis keadaan buat memasarkan rambutan tersebut.
Tabel 1. Luas lahan, produksi dan tanaman menghasilkan tanaman rambutan di kabupaten langkat
Metode pengambilan sampel
Penelitian ini dilakukan dengan survey menelusuri komoditas mulai dari petani produsen sampai ke konsumen akhir.Sampel penelitian dilakukan di kecamatan Binjai kabupaten Langkat sebagai daerah petani produsen dan pedagang pengumpul dan pengecer.
Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified random sampling atas dasar strata jumlah pohon dengan jumlah petani sampel sebesar 30 kk dari populasi sebesar 155 kk.
Tabel .2. Distribusi Populasi dan Petani Sampel
Strata Jumlah Pohon (Batang) Populasi (KK) Sampel (KK)
I <50 80 15
II 50 – 100 51 10
III > 100 24 5
Jumlah 155 30
Untuk pedagang sampel yang menjadi responden adalah pedagang yang
terlibat pada setiap mata rantai masing-masing saluran pemasaran. Adapun jumlah
pedagang yang diambil dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3. Jumlah Sampel yang diambil Untuk Tiap Jenis Pedagang
No. Jenis Pedagang Jumlah Sampel
1. 2. 3.
Pedagang Pengecer Pedagang Besar Pedagang Pengumpul
15 3 10
Metode Pengumpul Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari Biro pusat statistik ( BPS ), dinas pertanian, kantor Dinas pertanian langkat, instansi terkait lainnya, buku serta literatur – literatur yang mendukung penelitian ini.
Metode Analisis Data
Analisis margin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut :
mji = Psi - Pbi, atau
mji = bti + I
I = mji - bti
Total margin pemasaran adalah :
MJ = Σ mji, atau Pr – Pf
Keterangan :
mji = margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Psi = harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi = harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
MJ = total margin pemasaran
Pr = harga pada tingkat eksportir
Pf = harga pada tingkat petani produsen
Untuk nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut : i
bt I
Analisis korelasi harga digunakan untuk mengetahui hubungan antar tingkat pasar
dan antar tingkat petani dengan tingkat eksportir. Untuk analisis ini dapat
digunakan regresi linear sederhana, yaitu :
Y = bo + b1 + e
Dimana :
i i i x
y x
Sehingga hubungan harga pada tingkat petani ( Pf ) dan harga pada tingkat
eksportir ( Pr ), seperti halnya persamaan :
Pf = a + b Pr
Dimana :
a = titik potong
b = koefisien regresi
Dari persamaan tersebut, akan didapatkan koefisien korelasi antara Pf dan
Pr. Koefisien korelasi (r), antara Pf dan Pr dapat diduga dengan menggunakan
formula :
2 2
i i
i i
y x
y x
r =
Keterangan :
Xi = harga di tingkat petani
Yi = harga di tingkat konsumen / eksportir
Koefisien korelasi yang tinggi merupakan indikator keeratan hubungan
harga kedua tingkat pasar (kedua pasar terintegrasi sempurna).Sebaliknya
koefisien korelasi yang rendah atau mendekati nol menunjukkan hubungan pasar
Elastisitas transmisi harga merupakan persentase perubahan harga di
tingkat petani produsen akibat persentase perubahan harga di tingkat konsumen
akhir.Analisis elastisitas transmisi harga digunakan untuk menggambarkan
respons harga rambutan di tingkat petani produsen karena perubahan harga di
tingkat eksportir melalui informasi harga. Untuk menghitung elastisitas transmisi
harga digunakan formula :
r f j
P P x b
N = 1
Keterangan :
Nj = elastisitas transmisi harga
B = koefisien regresi
Pr = harga di tingkat petani produsen
Definisi dan Batas Operasional
Definisi
1. Petani rambutan adalah Petani yang mengusahakan tanaman rambutan dan
menerima hasil dari penjualan rambutan tersebut
2. Tataniaga adalah mata rantai saluran barang dari petani / produsen sampai ke konsumen akhir.
3. Pedagang pegumpul adalah pedagang yang membeli rambutan langsung
dari petani dan menjualnya kepada pengecer ataupun ke pedagang besar setelah melakukan penyortiran.
4. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli rambutan dari pedagang
pengumpulan dan menjual kepada pedagang pengecer
5. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil produksi
rambutan dari pedagang pengumpul ataupun dari pedagang besar untuk dijual langsung ke konsumen.
6. Share marjin petani adalah bagian yang diterima petani yaitu rasio antara harga jual akhir pada tingkat petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir.
7. Lembaga tataniaga adalah badan – badan usaha yang ikut berperan dalam proses pemasaran.
8. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan sebagai konsuensi logis dari pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga mulai dari produsen hingga diterima oleh konsumen.
9. Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan harga jual produsen.
10.Efisiensi tataniaga adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian prestasi kerja proses pemasaran bagi semua lembaga yang terkait dalam pemasaran.
Batas Operasional
1. Sampel dalam penelitian ini adalah petani rambutan di Binjai. 2. Waktu penelitian dilaksanakan 2012.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak dan Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Binjai, Kecamatan Binjai Barat. Daerah ini
dipilih karena daerah ini memiliki potensi sebagai daerah penghasilan rambutan .
Selain dikenal sebagai kota dagang, Binjai juga dikenal sebagai kota penghasilan
ramnutan.
Secara geografis wilayah Kota Binjai berada antara 3° 31’ 40” - 3° 40’
2” Lintang Utara dan 98° 27’ 3” – 98° 32’ 32” Lintang Selatan dengan luas
wilayah 90,23 km dengan batas – batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kecamatan Binjai Utara
- Sebelah Selatan : Kabupaten Langkat
- Sebelah Barat : Kabupaten Langkat
- Sebelah Timur : Kecamatan Binjai Kota
Pola penggunaan lahan
Untuk mengetahui penggunaan lahan kota Binjai dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. Penggunaan lahan Kelurahan Binjai, Tahun 2012
No Penggunaan Luas (Ha)
1.
2.
3.
Sawah
Perumahan
Lahan pertanian
147,00
640,00
299,00
Jumlah 1.086,00
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa lahan di Kelurahan Binjai
banyak digunakan untuk pemukim yaitu 640 Ha dari 1.086 Ha luas
kelurahan.Hanya sebagian kecil digunakan untuk sawah yaitu 147
Ha.Untuk lahan pertanian dipergunakan sekitar 299 Ha.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah penduduk Kelurahan Binjai, Tahun 2012
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki – laki 22.297 0,51
Perempuan 21.330 0,49
Total 43.627 100
Sumber :kelurahan Binjai Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dikelurahan Binjai sejumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 0,51%
dibandingkan dengan perempuan hanya 0,495 dari jumlah penduduk.
Tabel 3. Distribusi penduduk Menurut Umur di Kelurahan Binjai, tahun
2012
No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Perentase (%)
10
Sumber :Kelurahan Binjai tahun 2012
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan
Binjai paling banyak berada pada kelompok umur 5 – 9 tahun yaitu 4.181
jiwa atau 9,58%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berada pada
kelompok umur 60 – 64 tahun yaitu 2,20%.
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kualitas Angkatan Kerja di
Kelurahan Binjai, tahun 2012
No Kualitas angkatan kerja Jumlah Persentase (%)
1
Sumber : Kecamatan Binjai Dalam Angka 2012
Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai
tingkat pendidikan tamat SLTA umum/kejuruan/lainnya yaitu 775 atau
19,87 %, SLTP umum/sederajat 322 Orang atau 8,25 % dan sisanya tamat
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang
meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah
tanggungan dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Karakteristik Petani Sampel
Uraian Range Rata - rata
Umur 32 – 59 48.03
Lama pendidikan 6 – 12 11.27
Pengalaman bertani rambutan 7 – 15 9.97
Jumlah tanggugan 1 – 6 3.17
Luas lahan 0.2 – 1.35 0.56
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 5. Diatas dapat dilihat bahwa rata – rata umur petani adalah
48,03 tahun dengan range 32 – 59 tahun. Ini berarti bawha petani pada
desa penelitian masih tergolong dalam usia produktif, sehingga memiliki
tenaga kerja keluarga petani yang masih mampu untuk mengusahakan
uasahataninya.
Untuk tingkat pendidikan di Binjai rata – rata lama pendidikan 11,27 tahun
dengan range 6 – 12 dimana yang berpendidikan rendah (SD) ada 19 orang
dan yang berpendidikan SMP ada 5 orang dan yang berpendidikan SMA
ada 9 0rang dengan demikian petani sampel di Binjai mempunyai tingkat
pendidikan rendah.
Pengalaman bertani rambutan rata – rata adalah 9.97 tahun dengan range 7
– 15 tahun.Dari rata – rata ini dapat dilihat bahwa pengalaman bertani dari
Jumlah anak yang merupakan tanggunggan dan setiap kepala keluarga
petani rata – rata adalah 3 orang dengan range 1 – 6 orang.Hal ini
memperlihatkan bahwa tanggungan setiap kepala keluarga termasuk besar.
Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap distribusi
pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja. Semakin banyak jumlah
tanggunggan maka semakin besar pula pengeluaran keluarga.
Luas lahan yang dikelola petani rata – rata 0,56 Ha dengan range 0.2 –
1.35 Ha. Luas lahan petani akan berpengaruh terhadap jumlah populasi
tanaman dan produksi rambutan. Hal tersebut akan mempengaruhin
pendapatan yang diperoleh petani.
Dari desa sampel penelitian diambil 30 petani sampel secara purposive
berdasarkan strata jumlah pohon rambutan. Dari sampel 30 sampel petani
terdapat jumlah tanaman rambutan rata – rata 65,4 pohon dan produksi
rata – rata 5238,9 ikat. Jumlah pohon dan produksi rata – rata petani
sampel pada desa tersebut terlihat pada tabel berkut ini:
Tabel 6. Jumlah Pohon dan Produksi rata – rata Petani sampel, 2012
Srata Jumlah pohon Produksi
Range Rata - rata Range Rata – rata
Sumber : Data Primer Diolah, 2012
Karakteristik Pedagang Sampel
Penentuanpedagang sampel dilakukan dengan cara menanyakan kepada
petani sampel kepada siapa mereka menjual rambutan dan dengan secara
kebetulan dikenal di desa sampel dan pasar. Dengan cara tersebut maka
komsumen. Jenis macam dan jumlah pedagang tersebut terlihat dalam
tabel berikut.
Tabel 7. Macam pedagang, jumlah dan domisili daerah operasional, 2012
No Macam pedagang Jumlah ( orang) Domisili dan daerah operasional
1
2
3
Pedagang pengumpul
Pedagang Besar
Peagang pengecer
10
3
15
Desa – Desa
Binjai – Pantai gemi
Binjai, pusat pasar medan
Sumber : Data Primer diolah : 2012
Jumlah pedagang pengumpul ada sebanyak 10 orang.Mereka adalah
penduduk desa yang juga petani dengan status ekonomi yang tinggi di
desanya.Pedagang pengumpul menyalurkan rambutan kepada pedagang
besar yang berdomisili di binjai.Pedagang besar kemudian membeli
rambutan dari pedagang pengumpul setelah terlebih dahulu mengadakan
kesepakatan untuk transaksi jual – beli rambutan.
Pedagang besar kemudian menjual kepada pedagang pengecer yang ada di
medan. Ada beberapa pedagang pengecer yang membeli rambutan
langsusng kepada petani.Hal ini dilakukan pedagang pengecer karena
harga yang mereka beli dari petani lebih murah dari pada mereka membeli
dari pedagang besar. Sedangkan untuk pedagang pengecer yang
berdomisili di medan, mereka membelinya dari pedagang besar karena
petani memborongkan rambutannya langsung kepada pedagang
pengumpul seminggu sebelum panen dengan alasan bahwa petani
rambutan tidak mempunyai waktu dan tenaga yang cukup untuk
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada daerah penelitian terdapat dua saluran pemasaran rambutan dimana
pada saluran pertama ada 10 (33.33 %) orang petani menjual rambutan kepada
pedagang pengumpul dengan sistem borongan.Hal ini disebabkan karena para
petani tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menjaga, memanen dan
memasarkan rambutannya.Kemudian pedagang pengumpul menjual kepada
pedagang besar setelah terlebih dahulu terjadi kesepakatan.Kemudian pedagang
besar menjual rambutan kepada pedagang pengecer yang berada di Medan. Pada
saluran kedua ada 20 (66,67 %) orang petani yang menjual rambutannya langsung
kepada pedagang pengecer. Hal ini disebabkan karena para petani mempunyai
waktu yang cukup untuk menjaga dan memanen rambutan tersebut.Harga
rambutan yang dijual petani pada saluran kedua lebih tinggi daripada harga yang
dijual petani kepada pedagang pengumpul pada saluran pertama.
Saluran Tataniaga dan Persentase Barang yang Disalurkan untuk Masing-Masing Saluran Tataniaga
Dari gambaran umum penelitian di atas, dapat digambarkan dengan
ringkas skema saluran tataniaga rambutan di daerah penelitian.Skema saluran
tataniaga ini adalah skema saluran pemasaran rambutan yang berasal dari desa
sampel.Data yang diambil adalah dari petani yang menanam rambutan dengan
Adapun skema dan volume saluran pemasaran itu dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran Rambutan
Dari hasil penelitian diperoleh total produksi petani sampel sebesar
124000 ikat. Rambutan dari daerah penelitian terdistribusi dalam dua saluran
pemasaran yaitu :
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer
Konsumen
Saluran I
69,05 % 85625 ikat
68,32 % 85000 ikat
67,97 % 84700 ikat
67,38 % 84200 ikat 29,65 %
37875 ikat 30,95 %
1. Saluran pemasaran I melalui pedagang pengumpul desa sebesar 85625 ikat
atau sekitar 69,05 %.
2. Saluran pemasaran II melalui pedagang pengecer di Binjai sebesar 38375 ikat
atau sebesar 30,95 %.
Volume rambutan terbesar disalurkan melalui pedagang pengumpul desa,
dengan demikian saluran ini menjadi saluran utama dalam pemasaran rambutan di
daerah penelitian.
Dari pedagang pengumpul desa, rambutan disalurkan kepada pedagang
besar 85000 ikat (68,32 %) setelah menyusut 625 ikat. Dari pedagang besar
rambutan disalurkan kepada pedagang pengecer di Medan sebesar 84700 ikat
(67.97 %) setelah menyusut 300 ikat. Setelah pedagang pengecer Medan menjual
ke konsumen sebesar 84200 ikat (67,38 %) setelah menyusut 500 ikat.
Sedangkan untuk saluran pemasaran kedua yaitu melalui pedagang
pengecer di Binjai yang langsung menjual kepada konsumen sebesar 37875 ikat
(29,78 %).
Fungsi-Fungsi Tataniaga
Dalam proses pemasaran terdapat fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh
pihak produsen dan lembaga pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran merupakan
unsur penting di dalam proses pemasaran rambutan terutama dalam hal kelancaran
arus barang dari produsen ke konsumen. Tetapi sekaligus dapat membuat biaya
Dari hasil penelitian diperoleh fungsi-fungsi yang diperankan oleh setiap
lembaga pemasaran yang berperan di dalam proses pemasaran.
Tabel V.1. Fungsi-fungsi Tataniaga yang Dilakukan Pedagang Pengumpul
Fungsi-fungsi Pemasaran Sumber : Analisis data primer, 2012
Keterangan : X = Melakukan fungsi tersebut
- = Tidak melakukan
Dari data-data dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap lembaga
pemasaran memerankan paling sedikit 6 fungsi. Dimana pedagang pengumpul
melakukan 7 fungsi pemasaran, pedagang besar melakukan 6 fungsi pemasaran,
pedagang pengecer Binjai melakukan 8 fungsi pemasaran dan pedagang pengecer
Medan melakukan 6 fungsi pemasaran. Satu-satunya lembaga yang hampir
melaksanakan semua fungsi pemasaran adalah pedagang pengecer rambutan
Binjai.Oleh sebab itu wajar saja bila beban tataniaga itu lebih besar pada
Pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan dan
transportasi karena untuk penyediaan transportasi itu dilakukan oleh pedagang
besar.Pedagang besar tidak melakukan fungsi penyimpanan, pemilihan,
pembungkusan karena untuk pemilihan sudah dilakukan oleh pedagang
pengumpul sedangkan untuk fungsi penyimpanan dan pembungkusan dilakukan
oleh pedagang pengecer Binjai.Hal ini disebabkan karena setelah dari pedagang
pengumpul, rambutan tersebut langsung diambil oleh pedagang besar untuk
kemudian disebarkan kepada pedagang pengecer yang ada di Binjai dan juga
pedagang pengecer yang ada di Medan.
Pada tingkat petani (produsen), rambutan dijual kepada pedagang
pengumpul seminggu sebelum panen dengan sistem borongan, dimana
pemanenan dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan menggunakan beberapa
orang tenaga kerja sehingga upah pemanenan ditanggung oleh pedagang
pengumpul.Pedagang pengumpul selain melakukan fungsi penjualan dan
pembelian juga melakukan fungsi sortasi.Fungsi sortasi (pemilihan) pada tingkat
pedagang pengumpul adalah dengan melakukan tindakan memilih dan
membeda-bedakan rambutan sesuai dengan besar kecilnya ukuran rambutan.Biaya sortir
disatukan bersama dengan upah panjat dan upah mengikat.Pedagang pengumpul
tidak melakukan fungsi penyimpanan dan transportasi karena rambutan setelah
selesai dipanen dan diikat langsung diambil dan diangkut oleh pedagang besar
pada saat itu juga. Pedagang besar melakukan fungsi penyusutan karena ada
beberapa ikat rambutan yang rusak akibat tertimpa rambutan lain pada waktu
Pedagang pengecer untuk Binjai berbeda dengan pedagang pengecer
Medan dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran, dimana pedagang
pengecer.Binjai melakukan hampir semua fungsi pemasaran, selain melakukan
fungsi penjualan dan pembelian juga melakukan fungsi penyimpanan dan
transportasi dimana fungsi penyimpanan yang dilakukan disini apabila rambutan
tidak habis laku dijual maka rambutan tersebut disimpan untuk dijual keesokan
harinya. Pedagang pengecer Binjai membeli langsung rambutan kepada petani
yang secara praktis melakukan kegiatan pemanjatan rambutan, memilih buah
rambutan, mengikat rambutan dan memasukkan buah rambutan ke dalam
keranjang kemudian mengangkut buah rambutan tersebut.Informasi pasar yang
sangat sederhana mengenai harga rambutan sampai kepada petani diterima
melalui pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan pedagang besar.
Struktur Pasar pada Saluran Tataniaga Rambutan
Dalam hal ini struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran
pemasaran ditinjau berdasarkan jumlah pedagang maupun pembelinya pada saat
proses jual beli rambutan tersebut. Ada beberapa struktur pasar yang terjadi untuk
masing-masing saluran pemasaran yaitu pasar Oligopoli adalah struktur pasar
dimana ada terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli, pasar Oligopsoni
adalah struktur pasar dimana terdapat banyak penjual dan hanya beberapa
pembeli. Selengkapnya struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran
Tabel V.2. Struktur Pasar yang terjadi pada Setiap Saluran Pemasaran Rambutan
Uraian Struktur pasar
yang dihadapi
Petani Pedagang Pengecer Binjai
Petani Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengumpul Pedagang Besar
Pedagang Besar Pedagang Pengecer Medan
Oligopsoni
Oligopsoni
Oligopsoni
Oligopoli
Pada tingkat desa dimana petani menjual rambutannya kepada pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer, dimana struktur pasar yang terjadi adalah
Oligopsoni.
Untuk memperkuat bargaining position, petani dapat merubah struktur
pasar.Dengan merubah posisi dari price taker menjadi price maker.Hal ini dapat
dilakukan dengan memberdayakan kelompok tani.Karena dengan adanya
kelompok tani, maka para petani dapat bersatu untuk dapat mempertahankan
posisinya sebagai price maker.Sehingga struktur pasar berubah menjadi satu
penjual menghadapi beberapa pembeli (pasar oligopoly).Pada tingkat kecamatan/
kabupaten, hanya ada beberapa pedagang besar. Pada pasar Binjai terdapat lima
pedagang pengecer. Sedangkan pada pusat pasar Medan terdapat sepuluh
Upaya-Upaya yang dapat dilakukan untuk Meningkatkan Efisiensi Pasar Rambutan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada upaya-upaya yang dapat
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik oleh petani, pedagang
pengumpul dan pedagang besar maupun pedagang pengecer untuk meningkatkan
efisiensi dan kelancaran pemasaran rambutan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pedagang / lembaga pemasaran untuk
meningkatkan efisiensi pemasaran rambutan dengan cara mengetahui informasi
pasar tentang perkembangan harga rambutan di pasaran dan dengan menggunakan
biaya pemasaran seefisien mungkin.
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh petani rambutan adalah dengan cara
merubah struktur pasar pemasaran rambutan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
penjualan hasil panen mereka melalui wadah kelompok tani yang telah ada
(memberdayakan kelompok tani), sehingga dengan demikian akan terbentuk suatu
pasar dimana satu penjual menghadapi beberapa pembeli (pasar oligopoli). Dan
ini juga merupakan salah satu cara untuk memperpendek mata rantai tataniaga,
karena petani dapat langsung menjual hasil panennya melalui
kelompok-kelompok tani tersebut tanpa melalui lembaga pemasaran lainnya. Dengan
demikian semakin pendek saluran pemasaran tersebut maka biaya pemasaran pun
dapat ditekan lebih kecil lagi dan semakin efisienlah pemasaran rambutan
Pembahasan
Skema pembahasan dilakukan menurut aturan mulai dari mata rantai
terbesar ke mata rantai yang lebih kecil.
Saluran Utama (1)
Skema arus pemasaran rambutan dalam saluran ini dengan singkat dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4. Saluran Pemasaran Utama (I)
Jika dilihat dari skema hasil penelitian, maka volume rambutan yang
mengalir melalui saluran utama ialah sebesar 85625 ikat (69,05 %). Volume ini
lebih besar jika dibandingkan dengan saluran lain.
Pedagang pengumpul menjual rambutan kepada pedagang besar sebesar
85000 ikat (68,32 %). Kemudian pedagang besar menjual rambutan kepada
pedagang pengecer di pusat pasar Medan sebesar 84700 ikat (67,97 %).
Volume pembelian pedagang pengumpul berkisar 7.500 ikat hingga 9.750
ikat dengan jumlah total pembelian 85625 ikat.Pedagang pengumpul membeli
rambutan dari petani berkisar Rp. 1.000 / ikat.
Petani Pedagang
Pengumpul
Pedagang Besar
Pedagang
Pengecer Konsumen
Biaya rata-rata tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel V.3. Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Pemasaran dan Profit (Jasa Pedagang) Pengumpul, 2012
No. Komponen Biaya Nilai (Rp.)
A. Harga beli rambutan dari petani Rp. 1000 x 85625 ikat
85.625.000
B. Biaya-biaya pemasaran :
1. Keranjang 2. Tali
3. Upah panjat + ikat + sortir 4. Marketing loss
5. Profit pedagang pengumpul
380.000 250.000 6.750.000 625.000 16.870.000
C. Harga jual ke pedagang besar 110.500.000
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.3 dapat dilihat bahwa total biaya keranjang adalah Rp.
380.000. Dimana keranjang digunakan untuk sekali musim panen saja. Untuk
mengetahui biaya keranjang perikatnya adalah dengan membagi jumlah total
biaya keranjang dengan jumlah rambutan yang dibeli dari petani (ikat), yaitu
Rp. 380.000 : 85625 ikat = Rp. 4,44 / ikat.
Besarnya biaya tali adalah Rp. 250.000 dengan biaya tali perikatnya
adalah Rp. 250.00 : 85625 ikat = Rp. 2,92 / ikat.
Untuk upah panjat + ikat + sortir ini dilakukan dengan sistem borongan
dimana total biaya upah panjat + ikat + sortir adalah Rp. 6.750.000 dengan biaya
perikatnya adalah Rp. 6.750.000 : 85625 ikat = Rp. 78,83 / ikat.
Besarnya marketing loss dihitung dari penyusutan dikalikan dengan harga
beli rambutan.Dari 85625 ikat rambutan yang dibeli terdapat 625 ikat rambutan
yang tidak layak jual. Sehingga marketing loss perikat adalah Rp. 625.000 : 85625
Besarnya profit margin yang diperoleh adalah Rp. 16.870.000 atau sebesar
Rp. 197,02 / ikat. Selanjutnya rambutan dijual kepada pedagang besar (67,97 %).
Dari pedagang pengumpul, rambutan tersebut dijual kepada pedagang besar.Biaya
tata niaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar terdiri dari biaya transportasi dari
desa tempat panen ke pedagang pengecer, retribusi daerah, upah muat dan
bongkar, marketing loss.Besarnya biaya pedagang besar dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel V.4. Volume Pembelian dan Penjualan Rambutan, Biaya Tataniaga dan Profit Margin (Jasa Pedagang Besar), 2012
No. Komponen Biaya Nilai (Rp.)
A. Harga beli rambutan dari Pedagang Pengumpul
Rp. 1300 x 85000 ikat
110.500.000
B. Biaya-biaya pemasaran :
1. Transportasi
2. Retribusi Daerah
3. Upah muat + bongkar
4. Marketing loss
5. Profit pedagang besar
2.250.000
90.000
900.000
390.000
38.330.000
C. Harga jual ke pedagang pengecer
Rp. 1800 x 84700 ikat 152.460.000
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.4 dapat dilihat bahwa biaya transportasi adalah Rp. 2.250.000
ini meliputi biaya truk, supir, bensin selama proses pengangkutan. Biaya
transportasi perikatnya adalah Rp. 2.250.000 : 85.000 ikat = Rp. 26,47.
Besarnya biaya retribusi daerah Rp. 90.000 dengan biaya perikatnya
Untuk upah muat + bongkar besarnya biaya adalah Rp. 900.000 atau
sebesar Rp. 10,59 / ikat.
Dari 85000 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang besar terdapat 300
ikat rambutan yang tidak dapat dijual lagi, sehingga nilai penyusutan (Marketing
loss) dari 85000 ikat rambutan adalah Rp. 1300 x 300 ikat + Rp. 390.000 atau
sebesar Rp. 4,59 / ikat. Setelah dijumlahkan maka total biaya pemasaran adalah
Rp. 42,91 / ikat. Dengan harga jual Rp. 1800 / ikat pedagang besar memperoleh
profit margin sebesar Rp. 38.300.000 atau sebesar Rp. 450,94 / ikat.
Selanjutnya rambutan dari pedagang besar dijual kepada pedagang
pengecer.Harga beli pedagang pengecer dari pedagang besar adalah Rp. 1800 /
ikat.Pedagang pengecer melakukan pembelian apabila rambutan sebelumnya
sudah habis terjual.Tabel berikut ini memperlihatkan besarnya biaya rata-rata
tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer.
Tabel V.5. Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Tataniaga dan Profit Margin (Jasa Pedagang Pengecer), 2012
No. Komponen Biaya Nilai (Rp.)
A. Harga beli rambutan dari Pedagang Besar
Rp. 1800 x 84700 ikat 152.460.000
B. Biaya-biaya pemasaran :
1. Sewa tempat + keamanan
2. Plastik pembungkus
3. Kebersihan
4. Marketing loss
5. Profit pedagang
400.000
200.000
100.000
900.000
14.340.000
C. Harga jual ke pedagang pengecer
Rp. 2000 x 84200 ikat 168.400.000
Dari tabel V.5 dapat dilihat bahwa biaya sewa tempat + keamanan adalah
Rp. 400.000 atau sebesar Rp. 4,72 / ikat, dimana sewa tempat + keamanan ini
untuk biaya selama satu bulan.
Untuk plastik pembungkus besarnya biaya adalah Rp. 200.000 atau
sebesar Rp. 2,36 / ikat. Sedangkan besarnya biaya kebersihan adalah Rp. 100.000
atau sebesar Rp. 1,18 / ikat.
Dari 84700 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang pengecer terdapat
500 ikat rambutan yang tidak dapat dijual, sehingga nilai penyusutan (Marketing
loss) dari 84700 ikat rambutan adalah Rp. 1800 x 500 ikat = Rp. 900.000 atau
sebesar 10,63 / ikat. Setelah dijumlahkan maka total biaya pemasaran adalah
18,89 / ikat.
Dengan harga jual Rp. 2000 / ikat pedagang pengecer memperoleh profit
margin sebesar Rp. 14.340.000 atau sebesar Rp. 169,30 / ikat.
Setelah diketahui besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh tiap
lembaga pemasaran, maka dapat diperoleh price spread dan share margin dengan
membandingkan besarnya biaya tersebut terhadap besarnya harga yang harus
dibayar konsumen terakhir.
Untuk lebih jelasnya, besarnya price spread dan share margin tataniaga
Tabel V.6. Price Spread (Rp.) dan Share Margin (%) Saluran Pemasaran Utama (I)
No. Komponen Biaya
Price Spread
3. Plastik pembungkus
4. Retribusi daerah
5. Sewa tempat + keamanan
6. Upah panjat + ikat + sortir
7. Upah muat + bongkar
8. Transportasi
9. Kebersihan
10.Marketing loss
11.Profit pedagang
380.000
C. Harga beli konsumen 168.400.000 100
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.6 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang adalah Rp. 13.235.000 atau sebesar Rp. 155,29 / ikat
dengan share margin 7,86. Sedangkan jumlah total profit pedagang adalah Rp.
Dari Tabel V. 6 dapat dibuat rekapitulasi volume pembelian rambutan,
harga beli, biaya tataniaga dan profit margin. Rekapitulasi volume pembelian,
harga beli, biaya tataniaga dan profit margin perikat.
Tabel V. 7 Rekapitulasi volume pembelian, harga beli, biaya tataniaga dan profit
margin saluran utama
Uraian Lembaga Pemasaran
Pedagang
Pengumpul
Pedagang
Besar
Pedagang
Pengecer
Volume pembeliaan ( ikat ) 85625 85000 84700
Harga beli ( Rp / ikat ) 1000 1300 1800
Harga jual ( Rp / ikat ) 1300 1800 2000
Biaya tataniaga ( Rp / ikat ) 93,49 42,71 18,89
Profit ( Rp / ikat ) 197,02 450,94 169,30
Sumber : Data Primer Diolah, 2012
Dari tabel V.7 dapat dilihat bahwa :
1. Biaya tataniaga yang tinggi terdapat pada pedagang pengumpul rambutan
sebesar Rp. 93,49 / ikat. Hal ini disebabkan karena biaya upah panjat +
ikat + sortir yang tinggi, sehingga mengakibatkan biaya tataniaga pada
pedagang pengumpul rambutan lebih besar dari pada pedagang besar dan
2. Profit margin lembaga pemasaran yang tinggi terdapat pada pedagang
besar yaitu sebesar Rp. 450,94 / ikat. Hal ini disebkan karena selisih harga
beli rambutan dan harga jual yang cukup tinggi.
Dari Tabel V.8 dapat pula dibuat rekapitulasi share margin tataniaga
rambutan melalui saluran utama ( I ).
Tabel V.8 Rekapitulasi share margin petani rambutan, pedagang dan biaya pemasaran pada saluran pemasaran I .
Uraian Pedagang pengecer Rambutan
Share margin petani ( % )
Share margin pedagang ( % )
Share margin biaya pemasaran (% )
50,85
41,29
7,86
Sumber : Data Primer Diolah 2012
Dari tabel V.8 dapat dilihat bahwa share margin petani adalah 50,58 %,
sedangkan share margin pedagang yaitu 41,29 dan share margin biaya
pemasaran adalah 7,86 %.
Mata Rantai Saluran Kedua
Skema arus rambutan dalam saluran ini dengan singkat digambarkan
sebagai berikut :
30,95 % 29,65 %
Gambar 5 : saluran pemasaran kedua
Petani Pedagang
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa saluran kedua ini petani menjual
rambutan kepada pedagang pengecer sebesar 38375 ikat ( 30,95% ). Kemudian
pedagang pengecer menjual rambutan kepada konsumen sebesar 37875 ikat
(29,65%). Pedagang pengecer membeli rambutan dengan harga 1300/ ikat dan
menjual dengan harga Rp. 1600/ikat. Biaya – biaya yang dikeluarkan pedagang
pengecer terdiri dari biaya transportasi dari desa ke pasar Binjai, upah muat
ditambah bongkar, sewa ditambah keamanan, plastik pembungkus dan biaya
kebersihan, biaya rata – rata tataniaga yang dikeluarkan oleh kelima pedagang
pengecer dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel V.9. volume pembelian ditambah penjualan, biaya tataniaga dan profit margin ( jasa pedagang ) pengecer, 2012.
No Komponen Biaya Jumlah ( Rp )
A Harga beli dari petani Rp. 1300 x 38375
ikat
49.887.500
B Biaya Pemasaran
1. Biaya Transportasi
2. Upah muat + bongkar
3. Sewa tempat
4. Plastik pembungkus
5. Biaya kebersihan
6. Marketing loss
7. Profit pedagang
Dari tabel V.9 dapat dilihat bahwa biaya transportasi Rp. 250.000 atau
sebesar Rp. 6,51 / ikat, dimana biaya transportasi disini adalah biaya mengangkut
rambutan dari petani ke pedagang pengecer selama satu musim panen. Upah muat
+ bongkar adalah RP. 100.000 atau sebesar Rp. 2,61 / ikat. Untuk biaya sewa
tempat + keamanan adalah Rp. 150.000 atau sebesar Rp. 3,90 / ikat.
Biaya plastik pembungkus adalah Rp. 100.000 atau sebesar Rp. 2,61 / ikat
sedangkan biaya kebersihan adalah Rp. 25.000 atau sebesar Rp. 0,65/ ikat.
Dari 38375 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang pengecer Binjai terdapat 500
ikat rambutan yang tidak dapat dijual lagi. Sehingga nilai penyusutan ( Marketing
loss ) Rp. 650.000 atau sebesar Rp. 16,94 / ikat. Total biaya pemasaran Rp.
1.275.000 atau sebasar 33,22 / ikat.
Dengan harga jual Rp. 1600 / ikat pedagang pengecer memperoleh profit
Dari uraian diatas dapat dibuat price spread dan share margin dan saluran
pemasaran kedua sebagai berikut :
Tabel V. 10. Price spread dan share margin saluran pemasaran kedua ( Pedagang Pengecer Binjai) 2013.
No Komponen Biaya Tataniaga Price Spread
( Rp )
Share
Margin
( % )
A Harga beli dari petani Rp. 1300 x 38375 49.887.500 82,32
B Total biaya Tataniaga
1. Biaya Transportasi
2. Upah muat + bongkar
3. Sewa tempat + keaman
4. Plastik pembungkusan
5. Biaya kebersihan
6. Marketing loss
7. Profit margin + jasa pedagang
250.000
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V. 10 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya pemasaran
yang dikeluarga oleh pedagang adalah Rp. 1.275.000 atau sebesar Rp. 33,22 / ikat
dengan share margin 2,11 %. Sedangkan jumlah Profit pedagang adalah Rp.
Rekapitulasi Margin dan Price Spread Lembaga Pemasaran Saluran Kedua
Tabel V. 11 Rekapitulasi Margin dan Price Spread Lembaga Pemasaran Saluran Kedua.
Uraian Lembaga Pemasaran
Pedagang Pengecer
Volume pembelian ( ikat ) 36375
Harga beli ( Rp/ikat ) 1300
Harga jual ( Rp/ikat ) 1600
Biaya Tataniaga ( Rp/ikat ) 33,22
Profit ( Rp/ikat ) 245,93
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.11 di atas dapat dilihat bahwa :
1. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer stabat adalah
Rp. 33,22/ikat
2. Profit margin yang diperoleh pedagang pengecer Stabat adalah Rp. 245,
Dari uraian diatas dapat dibuat Rekapitulasi Share margin lembaga pemasaran
dan biaya pemasaran
Tabel V.12. Rekapitulasi Share margin petani, pedagang pengecer, biaya pemasaran
Uraian Pedagang pengecer
Petani ( % ) 82,32
Pedagang ( % ) 15,57
Biaya pemasaran ( % ) 2,11
Dari tabel V.12 dapat dilihat bahwa share margin petani adalah 82,32 5,
sedangkan Share margin pedagang adalah 15,57 % dan share margin Biaya
KESIMPULAN DA SARAN
Kesimpulan
1. Didaerah penelitian terdapat 2 saluran pemasaran Rambutan yaitu saluran
I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar
69,05 % dan saluran II adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang
pengecer 30,95 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi
secara langsung.
2. Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi
pemasaran dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran.
3. Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran
dari harga beli konsumen untuk masing-masing saluran pemasaran adalah
sebagai berikut:
a. Saluran I, margin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%,
biaya tataniaga 7,86
b. Saluran II, margin petani adalah 82,32%, mrgin pedagang 15,57%,
biaya tataniaga 2,11%
4. Strutur pasar adalah pasar Oligopsoni yaitu di tingkat petani, pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer, meskipun masih ada yang cenderung
Oligopoli yaitu di tingkat Kecamatan dan Kabupaten.
5. Besarnya margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran rambutan
adalah :
- Saluran pemasaran I margin pemasarannya adalah Rp. 972,55/ikat
- Saluran pemasaran II margin pemasarannya adalah Rp. 279,15/ikat
6. Tingkat efisiensi tataniaga berada diantara yang paling rendah 2,10 % dan
yang tertinggi 12,99 %. Dari segi petani tingkat efisiensi belum cukup
baik, dilihat dari harga jual petani yang relatif rendah dan struktur pasar
Saran
1. Kepada petani rambutan, diharapkan untuk dapat lebih memperbaiki
mutu/kualitas rambutan yang dihasilkan agar mampu bersaing. Sehingga
dengan dilakukannya uasah meningkatkan mutu rambutan diharapkan
penerimaan harga jual petani lebih besar.
2. Untuk memperoleh harga yang lebih baik, sebaiknya petani membentuk
wadah bersama yang akan memasarkan rambutan hasil produksi petani,
misalnya dengan lebih mengaktifkan kelompok tani atau koperasi yang
telah ada, serta berusaha menjalin hubungan dagang (langganan) yang
baik.
3. Kepada pengambilan kebijakan diharapkan untuk lebih memperhatikan
kesejahteraan petani rambutan dengan cara menyediakan bantuan modal
kepada para petani. Pemerintah juga diharapkan untuk lebih mengaktifkan
DAFTAR PUSTAKA
Gultom, H.L.T. 1996. Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Kalie, M. G. 1994. Rambutan :VaretasUnggul. Kanisius, Jakarta.
Kotler, P. 1992. ManajemenPemasaran Analisis Perencanaan dan Pengendalian.
Erlangga, Jakarta.
Lamb, C., Hair, J., Mc.Daniel, C. 2001. Pemasaran. Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Mahisworo. 1989. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.
_________. 1998. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Nasution,W.E. 1993. Metode Riset. Bumi Aksara, Jakarta.
Rukmana, R. 2002. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis.
Kanisius, Jakarta.
Rukmana, R. 2004. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis.
Kanisius, Jakarta.
Sihaeni.2007. Penunutun Praktis Bertanam Rambutan.
Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. PT. Radja Grafindo, Jakarta.
_________. 1995. Dasar Managemen Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali
Lampiran 2. Karakteristik Pedagang Besar
Sampel Umur
(Tahun)
Pengalaman Berdagang
(Tahun)
Volume Pembelian
(Ikat)
Harga Beli
(Rp/ikat) Sumber Pembelian
Volume penjualan
(ikat)
Harga jual
(Rp/ikat) Dijual Kepada Fungsi - Fungsi
1 55 10 26250 1300 Pedagang Pengumpul 26170 1800 Pedagang Pengecer Penjualan
2 55 15 28750 1300 Pedagang Pengumpul 28650 1800 Pedagang Pengecer Pembelian
3 58 20 30000 1300 Pedagang Pengumpul 29880 1800 Pedagang Pengecer Transfortasi
Penyusutan
Informasi pasar
Pembiayaan
Pengemasan
Pemilihan
Total 168 45 85000 3900 84700 5400
Lampiran 3. Biaya Pemasarn Rambutan Pada Saluran Pemasaran Utama
(Rp/ikat) Keranjang Tali