• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pupuk Kompos dari Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica junce L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pupuk Kompos dari Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica junce L.)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.)

Tanaman pisang (Musa paradisiaca L.) secara umum merupakan tanaman

buah-buahan yang tumbuh dan tersebar di seluruh Indonesia dan penghasil pisang

terbesar di Asia. Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata keseluruh

dunia, yakni meliputi daerah tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke

Timur melalui Lautan Teduh samapai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang

menyebar ke barat melalui Samudra Atlantik, sampai Benua Amerika. (Dewati,

2008)

Tanaman pisang seperti gambar 1. kategorikan menjadi 3 golongan yaitu

pisang yang dapat dikonsumsi, pisang yang diambil pelepah batangnya sebagai

serat dan pisang yang dipergunakan sebagai tanaman hias. Pisang yang dapat

dikonsumsi ada 2 yaitu pisang yang dapat dikonsumsi secara langsung sebagai

buah segar dan pisang yang perlu diolah. Pisang yang dapat diolah menjadi pisang

molen, keripik pisang, sale, tepung pisang, pisang goreng dan sebagainya.

(Dewati, 2008)

Berikut klasifikasi Tanaman Pisang menurut Dewati, (2008):

Kingdom : Plantae

Filum : Magnoliophta

Kelas : Magnolipsida

Ordo : Zingiberalez

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa acuminate L

2.1.1 Komposisi Kulit Pisang

(2)

Berikut tabel 1. yang menjelaskan tentang komposisi kulit pisang kepok

(Musa acuminate L.)

Sumber. ( Dewati, 2008)

2.2 Tanaman Sawi

Sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran daun dari keluarga cruciferae yang

mempunyai ekonomis tinggi. Tanaman sawi berasal dari Tiongkok (Cina) dan

Asia Timur. Permintaan terhadap tanaman sawi selalu meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran kebutuhan gizi. Dilain pihak, hasil

sawi belum mencukupi kebutuhan dan permintaan masyarakat karena areal

pertanaman semakin sempit dan produktivitas tanaman sawi masih relatif rendah.

Bagian tanaman sawi yang bernilai ekonomis adalah daunnya, maka upaya

produksi diusahakan pada peningkatan produk vegetatif untuk mendukung upaya

tersebut dilakukan pemupukan. Tanaman sawi memerlukan unsur hara yang

cukup dan tersedia bagi pertumbuhan dan perkembangannya untuk menghasilkan

prouksi yang maksimal. Salah satu unsur hara yang sangat berperan pada

pertumbuhan daun adalah Nitrogen. (Wahyudi, 2010)

Menurut Tina et al.,(1994), Klasifikasi tanaman sawi adalah sebagai

berikut :

Divisi : Spermatophyta

Hasil tes kimiawi laboratorium Kadar

Air 73,60%

Protein 02,15 %

Fe mg/100 gram 26,00 %

P mg/100 gram 63,00 %

Gula reduksi 07,62 %

Pati 11,68%

Serat kasar 01,52 %

Abu 01,03 %

Vitamin C mg/100 gram 36,00 %

(3)

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

2.2.1 Deskripsi dan Morfologi Tanaman Sawi

Sawi caisim seperti pada gambar 2. bukan merupakan tanaman asli Indonesia,

akan tetapi keadaan alam Indonesia dengan iklim, cuaca serta keadaan dan sifat

tanah memungkinkan untuk dikembangkan dengan baik. Tanaman sawi dapat

tumbuh di tempat yang berhawa dingin, tetapi dapat tumbuh baik dengan iklim

yang kering dan ketinggian 5-1200 m.

Gambar 2. Tanaman sawi (Brassica juncea L.)

Berikut deskripsi dan morfologi dari tanaman sawi:

1. Daun

Daun tanaman sawi caisim berbentuk bulat dan lonjong, ada yang

berkerut-kerut (keriting), berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua.

Daun memiliki tangkai daun panjang dan pendek atau lebar, bersifat kuat dan

halus. Pelepah daun tersusun saling membungkus tetapi tetap membuka. Daun

memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang. (Kurniadi,

1992)

2. Akar

Tanaman sawi memiliki sistem perakaran tunggang (radix primaria) dan

(4)

arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi menyerap unsur

hara dan air dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman.

(Haryanto, 2003)

3. Batang

Tanaman sawi memiliki batang (caulis) yang pendek dan beruas, sehingga

hampir tidak kelihatan. Batang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang

berdirinya daun. Sawi umumnya berdaun dengan struktur daun halus, tidak

berbulu. Daun sawi membentuk seperti sayap dan bertangkai panjang yang

berbentuk pipih. (Rahmat, 2007)

4. Bunga

Bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi)

dan bercabang banyak. Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan

bantuan serangga lebah maupun bantuan manusia. Hasil penyerbukan ini akan

membentuk buah yang berisi biji. (Haryanto, 2003)

5.Buah

Buah sawi termasuk tipe buah polong yakni berbentuk memanjang dan

berongga. (Haryanto, 2003)

2.2.2 Jenis-jenis sawi

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun lonjong, lebar dan tidak

sempit, serta tidak berbulu dan halus. Berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan

sampai hijau tua. Dahulu hanya dikenal tiga macam jenis sawi putih, sawi hijau,

dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso

yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar, dan banyak dibutuhkan oleh

pedagang mie dan sangat banyak di peroleh di restoran Cina. Selain itu masih ada

jenis sawi keriting, sawi monumen dan jenis sawi yang lainnya.

(Haryanto, 2003)

Berikut jenis-jenis sawi menurut Haryanto, (2003):

1. Sawi Monumen

Sawi monumen tumbuh agak tegak dan berdaun kompak, penampilan sawi

ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun putih berukuran agak lebar

(5)

segar, jenis sawi ini tergolong terbesar dan terberat diantara jenis sawi

lainnya.

2. Sawi Putih atau Sawi Jabung

Tanaman sawi jenis ini adalah tanaman sawi yang banyak dikonsumsi oleh

masayarakat, karena memiliki rasa yang paling enak diantara jenis sawi

lainnya. Jenis ini cocok ditanam di Indonesia pada daerah dengan

ketinggian 500-1000 m.

3. Caisim atau sawi Bakso

Caisim atau sawi bakso merupakan jenis sawi yang paling banyak

dijajakan di pasar-pasar. Daunnya lebar memanjang tipis dan berwarna

hijau. Mempunyai rasa yang renyah, segar dengan sedikit sekali rasa pahit.

Selain ditumis atau dioseng caisim banyak dibutuhkan di restoran

makanan Cina, sehingga permintaannya akan sawi caisim cukup tinggi.

4. Sawi Hijau atau Sawi Asin

Sawi jenis ini kurang banyak dikonsumsi sebagai sayur karena rasanya

agak pahit. Masyarakat pada umumnya mengolah terlebih dahulu menjadi

sawi asin sebelum digunakan untuk campuran aneka makanan.

5. Sawi Huma

Jenis sawi ini akan tumbuh baik jika ditanam ditempat-tempat kering

seperti tegalan. Sawi jenis ini memiliki bentuk daun yang sempit, panjang

dan berwarna hijau keputih-putihan. Memiliki batang yang panjang dan

kecil tangkainya bersayap. Dinilai dari harga jual dibandingkan harga sawi

putih lebih murah.

6. Sawi kriting

Ciri khas sawi ini adalah memiliki daun yang keriting. Bagian daun yang

hijau sudah mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun yang berwarna putih.

2.3 Fermentasi

Fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat

defenisi yang lebih jelas yang mendefenisikan fermentasi sebagai respirasi dalam

lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Proses

(6)

tertentu, setelah melewati tahap minimum, mikroba akan mengalami fasa

kematian. (Mardiana, 2012)

Proses pertumbuhan mikroba merupakan proses yang memiliki batas

tertentu. Pada saat tertentu, setelah melewati tahap minimum, mikroba akan

mengalami fasa kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan berhentinya

pertumbuhan mikroba antara lain:

1. Penyusutan konsentrasi nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan

mikroba karena habis terkonsumsi.

2. Produk akhir metabolisme yang menghambat pertumbuhan mikroba

karena terjadinya inhibisi dan represi. (Mardiana, 2012)

Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu

kurva pertumbuhan.

1. Fasa stasioner adalah fasa yang disebut fasa adaftasi / lag fase. Pada saat

ini mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

medium baru dari pada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini

mikroba berusaha merombak materi-materi dalam medium agar dapat

digunakan sebagai nutrisi pertumbuhannya. Bila dalam medium ada

komponen yang tidak dikenal mikroba, mikroba akan memproduksi enzim

ekstraseluler untuk merombak komponen tersebut. Hanya mikroba yang

dapat mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannyalah yang

dapat bertahan hidup.

2. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikroba sudah dapat

menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada saat ini mikroba

banyak tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat

dengan cepat.

3. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini

laju pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum. Nilai ini

ditentukan oleh konstanta jenuh/saturasi subtrat.

4. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial.

(7)

nutrisi yang cukup. Jika fermentasi dilakukan setelah batch, dimana

umpan nutrisi dimasukkan hanya pada awal proses fermentasi, pada waktu

tertentu saat jumlah mikroba yang mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi

daya dukung nutrisi akan terjadi kekurangan nutrisi. Hal lain yang

memperlambat pertumbuhan mikroba adalah terjadinya inhibisi ataupun

represi.

5. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi

mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh

akumulasi produk metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen

sehingga terus menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan sel

mikroorganisme. selain itu umur sel juga sudah tua, sehingga pertahan sel

terhadap lingkungan yang berbeda dari kondisi biasanya juga berkurang.

2.4 Efektif Mikroorganisme-4 (EM-4)

Efektif Mikroorganisme (EM-4) merupakan bahan yang mengandung beberapa

mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan.

Mikroorganisme yang terdapat dalam EM-4 terdiri dari Lumbricus (bakteri asam

laktat) serta sedikit bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces sp dan ragi.

EM-4 yang digunakan merupakan teknologi alternatif yang diterapkan

pada bidang pertanian untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi.

Produksi EM-4 pertanian dapat menyuburkan tanaman dan menyehatkan tanah.

Penerapan EM-4 ini telah dilakukan dalam pembuatan kompos sebagai pengurai

dan pendegradasi bahan organik kompleks menjadi sederhana dalam bentuk

tanah.

Hasil fermentasi bahan organik berupa senyawa organik yang mudah

diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alkohol, asam amino,

protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya. Selain

mendekomposisi bahan organik di dalam tanah, EM-4 juga merangsang

perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan untuk pertumbuhan

(8)

Mikoriza membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekelilingnya. Ion fosfat dalam

tanah yang sulit bergerak menyebabkan tanah kekurangan fosfat.

2.5 Unsur Hara Tanaman

Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut unsur hara

tanaman (plant nutrient). Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan

organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan

pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada

di atmosfir yang kadarnya sangan rendah, ditambah air dirubah menjadi bahan

organik oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari. Unsur yang diserap untuk

pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Mekanisme pengubahan unsur hara

menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolisme. (Mardiana, 2012)

2.5.1 Pemanfaatan pupuk

Kompos adalah salah satu pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses

pembusukan sisa-sisa bahan organik, baik tanaman maupun hewan. (Habibi,

2009) Pupuk merupakan bahan tambahan yang ditaburkan kedalam tanah yang

berfungsi untuk mengubah keadaan fisika, kimia dan biologi tanah sesuai dengan

kebutuhan unsur hara pada tanaman. Sedangkan pemupukan dimaksudkan sebagai

pemberian zat makanan dengan memberikan berbagai jenis pupuk kedalam tanah

guna meningkatkan hasil pertanian. (Natalia, 2006)

Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk kompos adalah

menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk

mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, secara lebih terperinci manfaat

pupuk ini dapat dibagi dalam dua macam yaitu yang berkaitan dengan perbaikan

fisika dan kimia tanah. (Natalia, 2006)

Manfaat pupuk yang paling banyak dirasakan penggunanya adalah:

(9)

2. Membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang seperti

nitrogen, fosfor dan kalium

3. Memperbaiki keasaman tanah. (Marsono, 2001)

Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan

a. Rasio C/N

salah satu aspek yang paling penting dari kesetimbangan hara total adalah

rasio organik karbon dengan nitrogen (C/N). Dalam metabolisme hidup

mikroorganisme mereka memafaatkan sekitar 30 bagian dari karbon untuk

masing-masing bagian dari nitrogen. Sekitar 20 bagian karbon dioksida

menjadi CO2 dan 10 bagian digunakan untuk mensintesis protoplasma.

b. Ukuran Partikel

Permukaan urea yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara

mikroba dengan bahan dan proses dekomoposisi akan berjalan lebih cepat.

Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas).

Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan

memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

c. Aerasi

Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan (kelembapan).

Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang

menghasilkan bau busuk yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan

dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan

kompos.

d. Porositas

Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.

porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume

total. Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan. Apabila

rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan

proses pengomposan juga akan terganggu.

e. Kelembapan (Moisture content)

Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan

(10)

optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%,

aktifitas mikroba akan mengalami penurunan. Apabila kelembapan lebih

besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara akan berkurang,

akibatnya aktifitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi

anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

f. Temperatur

Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan

akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Temperatur yang berkisar

antara 30-600C menunjukkan aktifitas pengomposan yang cepat. Suhu

yang lebih tinggi dari 600C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya

mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi

juga akan membunuh mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

g. Derajat Keasaman (pH)

Dalam proses pengomposan dibutuhkan pH berkisar antara 6,5 - 7,5.

Proses pengomposan ini akan menyebabkan perubahan pada bahan

organik dan pH bahan itu sendiri. pH kompos yang sudah matang biasanya

mendekati netral, yaitu sekitar 7.

h. Kandungan Hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan biasanya

terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan

dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

2.5.2 Unsur Hara Makro Primer 2.5.2.1 Nitrogen (N)

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+).

Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat tersebut karena ion

tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada dalam larutan tanah dan mudah

terserap oleh akar. Karena selalu dalam larutan tanah, ion nitrat lebih mudah

tercuci oleh aliran air tanah. Sebaliknya, ion amonium bermuatan positif sehingga

terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah

(11)

Nilai Nitrogen biasanya mengalami perubahan secara fluktuatif. Secara

keseluruhan kadar nitrogen pada kompos matang masing-masing komposter

mengalami peningkatan. Semakin banyak kandungan nitrogen, maka akan

semakin cepat bahan organik terurai, karena mikroorganisme yang menguraikan

bahan kompos memerlukan nitrogen untuk perkembangannya. (Sriharti, 2008)

Tahap reaksi tersebut sebagai berikut:

1. Penguraian protein yang terdapat pada bahan organikmenjadi asam

amino tahap ini disebut aminisasi

2. Perubahan asam-asam amino menjadi senyawa-senyawa ammonia

(NH3) dan ammonium (NH4+). Tahap ini disebut ammonifikasi.

3. Perubahan senyawa ammonia menjadi nitrat yang disebabkan oleh

bakteri Nirosomonas dan Nitrosococcus. Tahap ini disebut reaksi

nitrifikasi. (Novizan, 2002)

2.5.2.2 Fosfor (P)

Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, dan PO4- akan tergantung

dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral

alami, sisanya dari pelapukan bahan organik.

Walaupun sumber fosfor dalam tanah mineral cukup banyak tanaman bisa

mengalami kekurangan fosfor. Pasalnya sebagian besar fosfor terikat secara kimia

oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut dalam air. Mungkin

hanya 1% fosfor yang dapat dimanfaatkan tanaman.(Agustina, 1990)

Jika terjadi kekurangan fosfor tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan

sebagai berikut:

1. Pertumbuhannya lambat dan kecil

2. Perkembangan akar terhambat

3. Gejala pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna

hijau tua mengilap yang tidak normal

4. Pematangan buah terhambat

(12)

6. Biji berkembang tidak normal

(Agustina, 1990)

2.5.2.3 Kalium (K)

Seperti unsur hara makro lainnya, kalium bukanlah komponen dari protein,

karbohidrat atau beberapa subtabsi lainnya di dalam tumbuhan. Kalium dengan

mudah diserap oleh akar tanaman. Dan sebagian besar ion kalium (K+) disimpan

dalam sel tumbuh-tumbuhan. (Simspon, 1986)

Ion-ion didalam air tanah dan ion-ion K+ yang diadsorbsi, dapat langsung

diserap. Disamping itu tanah mengandung juga persediaan mineral tertentu dalam

bentuk berbagai macam silikat, dimana kalium membebaskan diri sebagai akibat

dari pengaruh iklim. (Rinsema, 1993)

Persediaan kalium dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu

pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium ole air dan erosi tanah.

Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur lain kecuali

nitrogen. (Agustina, 1990).

2.5.3 Kegunaan Unsur Hara Makro Primer 2.5.3.1 Kegunaan unsur hara nitrogen

1. Meningkatkan pertumbuhan tanaman

2. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman

3. Meningkatkan perkembangan mikroorganisme di dalam tanah yang

penting bagi proses pelapukan bahan organik

4. Diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan vegetatif seperti daun,

batang dan akar.

(Foth, 1994)

2.5.3.2 Kegunaan unsur hara fosfor

1. Berperan penting didalam transfer energi di dala sel tanaman, misalnya

ADP da ATP.

(13)

3. Berpengaruh pada struktur K+,Ca2+,Mg2+,dan Mn2+ terutama terhadap

fungsi unsur-unsur tersebut yang mempuyai kontribusi terhadap stabilitas

struktur dan konfirmasi makromolekul, misalnya : gula fosfat, nukleotida,

dan koenzim.

(Agustina, 1990)

2.5.3.3 Kegunaan unsur hara kalium

1. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan dan membantu

pengisapan air oleh akar tanaman, dan mencegah menguapnya air keluar

dari tanaman.

2. Memperbaiki beberapa sifat kualitatif seperti rasa, warna, bau, dan daya

tahan dari buah.

3. Membantu menguatkan rumpun pada tanaman gandum. (Rinsema, 1993)

2.6 Metode Kjeldahl

Metode kjeldahl dikembangkan pada tahun 1883 oleh pembuat bir bernama Johan

Kjedahl. Cara kjeldhal umumnya dapat dibedakan atas 2 cara yaitu : cara makro

dan cara semimikro. Cara makro dipergunakan untuk contoh yang sukar

dihomogenasi dan berukuran besar. Sedangkan cara semimikro, dirancang untuk

sampel yang berukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen

(Mardiana, 2012). Berikut gambar 3. yang menjelaskan susunan alat dari metode

(14)

Gambar 3. Susunan alat kjeldahl

(Sumber: http://www.escience.ca/GFX/PRODS/382N400.jpg)

Metode kjeldahl didasarkan pada destruksi sampel yakni dengan

memanaskan sampel dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis dimana

penentuannya terbagi atas 3 tahapan yaitu :

1. Tahap destruksi

Pada tahap ini sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga

terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Element karbon, hidrogen

peroksida teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O, sedangkan nitrogennya

berubah menjadi ammonium sulfat. Proses destruksi selesai apabila

larutan menjadi jernih atau tidak berwarna. Agar analisa lebih tepat

dilakukan perlakuan blanko.

2. Tahap destilasi

Pada tahap ini ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan

penambahan NaOH sampai alkalis lalu dipanaskan. Ammonia yang

dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan standar asam. Asam

standart yang digunakan adalah asam klorida atau asam borat dalam

jumlah yang berlebih.

3. Tahap titrasi

Banyakya asam borat yang bereaksi dengan amonia dapat diketahui

dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 M dengan indikator

fenolftalein. Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari

biru menjadi merah muda. (Mardiana, 2012)

% N = (��−��)������ 14,008

�������� 1000 � 100%

Reaksi yang terjadi dalam proses analisis kadar protein adalah sebagai berikut :

Protein + H2SO4 destruksi (NH4)2SO4 + SO4 + CO2

(NH4)2SO4 + 2NaOH destilasi 2NH4OH + Na2SO4

NH4OH NH3 + H2O

NH3 + 2HCl NH4Cl + HCl(sisa)

(15)

2.7 Metode Spektrofotometer UV-Visible

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau

yang diabsorbsi. (Khopkar, 2007)

Sejumlah metode telah ditemukan untuk pengukuran kadar protein

berdasarkan spektroskopi UV-Visible.Spektrofotometer UV-Visible melibatkan

energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga sering

digunakan untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. (Mulja, 1990).

Komponen-komponen yang pokok dari spektrofotometer UV-Visible adalah

sebagai berikut :

1. Sumber tenaga radiasi

Sumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi hingga ke

tingkat energi yang lebih tinggi oleh sumber listrik berenergi tinggi atau

oleh pemanasan listrik. Benda atau materi yang kembali ke tingkat

energi rendah atau ke tingkat dasarnya, melepaskan foton dengan

energi-energi yang karakteristik yang sesuai dengan delta E, yaitu perbedaan

energi antara tingkat tereksitasi dan dasar rendah.

2. Monokromator

Dalam spektrometer, radiasi yang polikromatik harus diubah menjadi

radiasi monokromatik. Ada dua jenis alat yang digunakan untuk

mengurai radiasi polikromatik menjadi monokromatik yaitu penyaring

dan monokromator. Monokromator merupakan serangkaian alat optik

menguraikan radiasi polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektif atau

panjang gelombang-gelombang tunggalnya dan memisahkan

gelombang-gelombang tersebut menjadi jalur-jalur yang sempit.

3. Tempat cuplikan

Cuplikan yang akan dipelajari di daerah ultraviolet atau terlihat yang

(16)

Untuk daerah ultraviolet biasanya digunakan Quartz atau sel silica yang

dilebur, sedangkan untuk daerah terlihat digunakan gelas biasa.

4. Detektor

Setiap detektor menyerap tenaga foton yang mengenainya dan

mengubah tenaga tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti

sebagai arus listrik atau perubahan-perubahan panas. Kebanyakan

detektor menghasilkan sinyal listrik yang dapat menghasilkan sinyal

yang secara kuantitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang

mengenainya.

(Sastrohamidjojo, 1985)

2.8 Spektrofotometer Serapan Atom

Metode SSA pertama kali dikembangkan oleh Walsh, Alkamede dan Melatz 1995

yang ditujukan untuk analisis logam renik dalam sampel yang dianalisis. Sampai

saat ini metode SSA telah berkembang dengan pesat dan hampir mencapai

sejumlah 70 unsur yang dapat ditentukan dengan metode ini. (Mulja, 1990)

Metode ini harus dalam keadaan gas (dalam keadaan dasar) berdasarkan

serapan sinar yang mempunyai jarak gelombang tertentu. Jika suatu larutan

mengandung suatu garam logam (suatu senyawa logam) dihembuskan kedalam

suatu nyala (misalnya asetilena yang terbakar di udara) dapat terbentuk uap yang

mengandung atom-atom logam itu. Beberapa atom logam dalam gas ini dapat

dieksitasi ketingkat energi yang cukup tinggi untuk memungkinkan pemencaran

yang karakteristik dari logam tersebut. Atom-atom dalam keadaan dasar ini

mampu menyerap energi cahaya yang panjang gelombang resonansinya khas

untuknya, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan

dipancarkan atom-atom itu apabila tereksitasi dari keadaan dasar.

Jadi jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi itu dilewatkan nyala

yang mengandung atom yang bersangkutan maka sebagian cahaya itu akan

diserap dan jauhnya penyerapan berbanding lurus dengan banyaknya atom

(17)

Komponen-komponen pokok dari alat SSA adalah :

1. Sumber cahaya

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu

ini terdiri dari atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda

dan anoda. (Rohman, 2007)

2. Recorder

Sistem pencatat yang digunakan pada instrument SSA berfungsi untuk

mengubah sinyal yang diterima melalui bentuk digital. (Haswell, 1991)

3. Monokromator

Monokromator terletak diantara nayala dan detektor. Monokromator

memisahkan, mengisolasi, dan mengontrol intensitas dari radiasi energi

yang mencapai detektor. (Haswell, 1991)

4. Tempat sampel

Dalam analisis, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi

atom-atom yang masih dalam keadaan atas. Ada beberapa macam alat

yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap

atom-atom yaitu:

a. Nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berubah padatan

atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk

atomisasi.

b. Tanpa Nyala (Flameless)

Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari garfit, kemudian

tabung tersebut dipanaskan dengan system elektris dengan cara

melewatkan arus listrik grafit. (Rohman, 2007)

5. Detektor

Detektor pada SSA berfungsi mengubah intensitas radiasi yang akan

datang menjadi arus listrik. pada SSA yang umum dipakai sebagai

detektor adalah tabung penggandaan foton (PPMT=Photo Multiplier

Gambar

Gambar 1. Pisang kepok kuning
Gambar 2. Tanaman sawi (Brassica juncea L.)

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Kerja Praktek

Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup dan berkembang biak, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis standar atau lebih. Resistensi terhadap

Dengan demikian, aplikasi dan panduan Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS Bagi Konselor Sekolah telah memenuhi kriteria akseptabilitas pengguna dan ahli sehingga

Data hasil penilaian terhadap penggunaan produk pengembangan modul pembelajaran matematika terhadap tes kelas yang yang digunakan sebagai penelitian dengan kelas

Hasil penelitian data analisis karbohidrat daun jati menunjukkan (Tabel 2), dengan massa karbohidrat tertinggi didapatkan pada titik ke empat yaitu 0,0015/30 g daun,

Asia markets closed higher yesterday ahead of the meeting between Kim Jong Un dated June 12, 2018..

Dari penuturan diatas, kita dapat mengetahui bahwa setiap sekolah memiliki materi plus tersendiri, dan untuk SDI Sunan Giri yang berbasis pondok pesantren menggunakan

Pada form pendaftaran PMB aplikan menekan button save, kemudian sistem akan mengirim broadcast SMS gateway pendaftaran pada Gambar 4.20. Gambar 4.20 Form Broadcast SMS