BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Moderating Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penerapan SAP
(X1)
Kapasitas SDM (X2)
SPI SPI (X3)
Teknologi Informasi (X4)
Peran Internal Audit Pemerintah (X5)
Kualitas Laporan Keuangan
(Y)
Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1. 1. Pengaruh Penerapan SAP terhadap Kualitas Laporan Keuangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan pedoman dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dalam Pasal 32 disebutkan bahwa bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Standar akuntansi pemerintahan adalah syarat mutlak yang harus dijadikan
pedoman agar kualitas laporan keuangan di Indonesia dapat ditingkatkan. Dengan
demikian, maka Penerapan SAP berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan
Keuangan. Penerapan SAP diduga akan berdampak pada peningkatan kualitas
pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Berarti apabila SAP
diterapkan dalam suatu laporan keuangan pemerintah maka laporan keuangan
pemerintah tersebut akan semakin berkualitas. Dengan demikian, maka
penerapan SAP berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.
3.1.2. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Sumber daya manusia adalah faktor penting untuk menciptakan laporan
keuangan yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki
kemampuan serta keterampilan dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan sangat diperlukan untuk menyusun laporan
Setiap SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang kompeten, yang
didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti
pendidikan dan pelatihan, serta mempunyai pengalaman di bidang keuangan
untuk mengelola keuangan pemerintah daerah dengan baik sehingga sistem
akuntansi yang ada dapat diterapkan. Sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten tersebut akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik dan
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dengan demikian, maka
kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
3.1.3. Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) memiliki fungsi untuk memberikan
keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektifitas dan efisiensi dalam proses
akuntansi terutama dalam menciptakan keandalan laporan keuangan sehingga
penerapan sistem pengendalian intern mampu meningkatkan reliabilitas,
objektivitas informasi dan mencegah inkonsistensi dan memudahkan proses audit
laporan keuangan.
PP Nomor 60 Tahun 2008 mendefinisikan pengendalian intern adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
SPI merupakan kegiatan pengendalian terutama atas pengelolaan sistem
informasi yang bertujuan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi.
Penerapan SPI dapat lebih meningkatkan laporan keuangan, dengan demikian
penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan.
3.1.4. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Teknologi informasi sangat diperlukan untuk memberi manfaat atau
kemudahan dalam mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait
lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah. Pemanfaatan teknologi informasi yang
meliputi teknologi komputer dan teknologi komunikasi dalam pengelolaan
keuangan daerah akan meningkatkan pemrosesan transaksi dan data lainnya,
keakurasian dalam perhitungan, serta penyiapan laporan dan output lainnya lebih
tepat waktu.
Pemanfaatan teknologi informasi akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan sehingga pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.
3.1.5. Pengaruh Peran Internal Audit Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Peran internal audit/ inspektorat selaku pengawas internal pemerintah
daerah diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam menyiapkan laporan
jasa konsultasi dan jaminan mutu (quality assurance) terhadap laporan keuangan
khususnya melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah.
Peran Internal Audit Pemerintah terkait dengan proses kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin agar pengelolaan keuangan pemerintah daerah berjalan
sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dengan demikian, maka peran internal audit pemerintah berpengaruh
positif terhadap kualitas laporan keuangan.
3.1.6. Pengaruh Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI sebagai Variabel Moderating
3.1.6.1. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan antara Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dengan Kualitas Laporan Keuangan
Tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah kegiatan dan/atau keputusan yang
dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan/atau pihak lain yang
kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan. Manfaat tindak
lanjut hasil pemeriksaan adalah untuk meminimalisir adanya kejadian yang
berulang dalam laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK, salah satu temuan
yang terdapat dalam laporan keuangan hasil pemeriksaan BPK-RI diantaranya
temuan terkait kesalahan dalam penerapan standar akuntansi pemerintahan.
Penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI terhadap temuan terkait
penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) akan meningkatkan kualitas
laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Silviana (2012) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa komitmen
pimpinan dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan berpengaruh positif terhadap
penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi
hubungan antara penerapan standar akuntansi pemerintahan dengan kualitas
laporan keuangan.
3.1.6.2. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan antara Kapasitas Sumber Daya Manusia dengan Kualitas Laporan Keuangan
BPK-RI selaku auditor eksternal pemerintah selain melakukan audit
keuangan juga melakukan audit kinerja. Audit kinerja bertujuan untuk menilai
kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomis, efisien dan efektivitas dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerja entitas yang diaudit dan meningkatkan
akuntabilitas publik. Hasil audit yang dilakukan oleh BPK-RI dilaporkan dalam
bentuk rekomendasi yang harus ditindaklanjuti oleh auditan.
Penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI akan
memperbaiki kapasitas SDM dengan adanya rekomendasi untuk memperbaiki
temuan yang ada seperti penambahan pegawai, perbaikan keahlian pegawai dan
pengetahuan ataupun pelatihan yang diperlukan. Berdasarkan uraian diatas, dapat
dijelaskan bahwa penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara kapasitas sumber daya manusia dengan kualitas
laporan keuangan.
3.1.6.3. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan antara Penerapan Sistem Pengendalian Intern dengan Kualitas Laporan Keuangan
Temuan atas Sistem Pengendalian Intern menunjukkan kasus-kasus
kelemahan sistem pengendalian intern yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja; dan
(c) kelemahan struktur pengendalian intern.
Menurut Rai (2008) menyatakan bahwa pelaksanaan tindak lanjut audit
sangat penting karena manfaat pekerjaan audit bukan terletak pada banyaknya
temuan audit yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, melainkan pada
tindak lanjut atas laporan audit atau rekomendasinya. Penyelesaian tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPK-RI terkait kelemahan sistem pengendalian intern akan
memperbaiki penerapan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa penyelesaian tindak
lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan penerapan Sistem
Pengendalian Intern dengan kualitas laporan keuangan.
3.1.6.4. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan antara Pemanfaatan Teknologi Informasi dengan Kualitas Laporan Keuangan
Salah satu aspek penting yang sangat berpengaruh dan menjadi kekuatan
utama dalam kehidupan individu maupun organisasi adalah munculnya teknologi
tinggi. Penggunaan komputer dan teknologi tinggi untuk menyelesaikan tugas
akan memudahkan pekerjaan dan hasil yang lebih baik. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
disebutkan bahwa untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan
dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance), pemerintah
pusat dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan serta
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi agar dapat meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah, maupun menyalurkan informasi
Pemerintah daerah belum mempunyai komitmen untuk menggunakan
SIMDA secara utuh, masih banyak pemerintah daerah yang hanya menggunakan
SIMDA untuk proses pembuatan laporan keuangan saja, proses penganggaran dan
pencatatan aset belum menggunakan SIMDA sehingga masih ada temuan atas
laporan keuangan terkait dengan penerapan SIMDA. Rekomendasi atas temuan
tersebut akan memperbaiki penggunaan aplikasi yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa penyelesaian tindak
lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan pemanfaatan
teknologi informasi dengan kualitas laporan keuangan.
3.1.6.5. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan antara Peran Internal Audit Pemerintah dengan Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan pemerintah daerah sebelum diserahkan ke BPK-RI
harus direviu oleh inspektorat daerah untuk meyakinkan keandalan laporan
keuangan. Inspektorat daerah selaku auditor intern mengawal proses pembuatan
laporan keuangan dengan cara melakukan monitoring atas pembuatan laporan
keuangan pemerintah daerah. Rekomendasi hasil reviu dan monitoring yang
dilakukan akan memperbaiki laporan keuangan pemerintah daerah.
Inspektorat daerah juga sebagai partner BPK-RI dalam melakukan tindak
lanjut atas temuan hasil pemeriksaan BPK-RI. Penyelesaian tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK-RI sangat tergantung kepada kinerja inspektorat daerah karena
Inspektorat daerah merupakan perantara antara BPK-RI dan SKPD-SKPD
pemerintah daerah dalam melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Tunggakan
temuan hasil pemeriksaan BPK-RI yang banyak akan merekomendasikan
Inspektorat selaku auditor internal pemerintah seharusnya memberikan
peringatan dini terhadap pengelolaan keuangan pemerintah dan proses tindak
lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI tahun-tahun sebelumnya sehingga dapat
dilakukan perbaikan dan pencegahan terhadap permasalahan yang ada sebelum
diaudit oleh audit eksternal pemerintah. Berdasarkan uraian diatas, dapat
dijelaskan bahwa Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara Peran Internal Audit Pemerintah dengan kualitas
laporan keuangan.
3.2. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teoritis
dan kerangka konsep maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kapasitas SDM, Sistem
pengendalian intern (SPI), pemanfaatan teknologi informasi dan peran
internal audit pemerintah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat.
2. Penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI mampu memoderasi
(memperkuat) hubungan antara penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), kapasitas SDM, penerapan Sistem pengendalian intern (SPI),
pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah dengan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat kausal
komparatif. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) penelitian kausal
komparatif (Causal Comparative Research) merupakan tipe penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau
lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan tipe penelitian ex post facto yaitu
tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya fakta atau
peristiwa.
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai
Juli 2016 (Lampiran 1).
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut Lubis (2012) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Indriantoro dan Supomo menyatakan bahwa peneliti dapat
meneliti seluruh elemen populasi (disebut dengan sensus) atau meneliti sebagian
Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat atau pegawai SKPD yang
terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah Kabupaten Langkat
pada 32 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari: 6 (enam) kantor, 16
(enam belas) Dinas, 7 (tujuh) badan, 1 (satu) Inspektorat, 1 (Satu) Sekretariat
DPRD dan 1 (Satu) Sekretariat Daerah, dimana pejabat atau pegawai SKPD yang
akan diberikan kuesioner sebanyak 3 (tiga) orang yaitu PPK-SKPD, Pegawai
bagian keuangan/akuntansi dan Bendahara Pengeluaran SKPD, sehingga jumlah
populasi dalam penelitian ini sebanyak 96 orang (responden). Alasan penulis
memilih PPK-SKPD, Pegawai bagian keuangan/akuntansi dan Bendahara
Pengeluaran SKPD sebagai responden adalah karena ketiga orang tersebutlah
yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Teknik
pengambilan sampling pada penelitian ini adalah sensus dan seluruh populasi
akan dijadikan sampel.
Distribusi populasi dan responden dapat dilihat pada table 4.1
Tabel 4.1.
Daftar Populasi dan Responden
No Satuan Kerja Perangkat Daerah Responden
1. Sekretariat Daerah 3 Orang
2. Sekretariat DPRD 3 Orang
3. Inspektorat 3 Orang
4. Badan Kepegawaian Daerah 3 Orang
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 3 Orang
6. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
3 Orang
7. Badan KB & Pemberdayaan Perempuan 3 Orang
8. Badan Lingkungan Hidup 3 Orang
9. Badan Pengelola Keuangan & Aset Daerah 3 Orang
10. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 3 Orang
11. Dinas Kesehatan 3 Orang
12. Dinas Pendidikan dan Pengajaran 3 Orang
13. Dinas Pekerjaan Umum 3 Orang
14. Dinas Pendapatan 3 Orang
Tabel 4.1. Lanjutan
No Satuan Kerja Perangkat Daerah Responden
16. Dinas Pertanian 3 Orang
17. Dinas Perikanan & Kelautan 3 Orang
18. Dinas Kebersihan & Pertamanan 3 Orang
19. Dinas Kehutanan & Perkebunan 3 Orang
20. Dinas Peternakan 3 Orang
21. Dinas Perhubungan 3 Orang
22. Dinas Kependudukan & Catatan Sipil 3 Orang
23. Dinas Pemuda & Olah Raga 3 Orang
24. Dinas Perindustrian & Perdagangan 3 Orang 25. Dinas Koperasi UKM & Penanaman Modal 3 Orang
26. Dinas Pertambangan & Energi 3 Orang
27. Kantor Kebudayaan & Pariwisata 3 Orang
28. Kantor Pelayanan Terpadu 3 Orang
29. Kantor Perpustakaan, Arsip & Dokumentasi 3 Orang
30. Kantor Sosial 3 Orang
31. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
3 Orang
32. Satuan Polisi dan Pamong Praja 3 Orang
Jumlah……… 96 Orang
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
bersifat kualitatif. Data primer menurut Lubis (2012) merupakan data yang
dikumpulkan sendiri oleh si peneliti pada saat berlangsungnya penelitian tersebut.
Metode yang digunakan yaitu metode survey. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan teknik kuesioner. Menurut Daulay (2010) kuesioner adalah
usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan
tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.
Adapun tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner ini terdiri
dari dua tahap yaitu: tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner
kepada 96 (sembilan puluh enam) responden yang berada di Pemerintah
belum menyelesaikan diberi waktu tambahan selama satu minggu. Responden
yang tidak dapat menyelesaikan kuesioner setelah diberikan waktu tambahan,
tidak dapat dijadikan sampel. Tahapan kedua yaitu: pengambilan kuesioner yang
telah diisi oleh responden untuk dilakukan pengolahan data dari kuestioner
tersebut.
4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi yang dijadikan sebagai
dasar dalam menetapkan besarnya nilai dari masing-masing variabel tersebut.
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen, variabel dependen dan
variabel moderating.
Menurut Sugiyono (2014) variabel independen adalah variabel bebas atau
variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel dependen adalah variabel
terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh keberadaan variabel bebas. Penelitian
ini menggunakan lima variabel independen yaitu penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), kapasitas SDM, penerapan Sistem Pengendalian Intern
(SPI), pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah, satu
variabel moderating yaitu penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI
dan satu variabel dependen yaitu Kualitas Laporan Keuangan.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan pengukuran sikap
dengan metode likert. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) metode likert
merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau
ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek, atau kejadian tertentu. Skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal. Metode
(1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju, dan (5)
sangat tidak setuju. Skala likert dikatakan sebagai skala ordinal karena
pernyataan sangat setuju mempunyai tingkat preferensi yang lebih tinggi dari
setuju dan setuju lebih tinggi dari netral/ragu-ragu (Ghozali, 2013).
Definisi operasional dalam variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
4.5.1. Variabel Dependen
4.5.1.1. Kualitas Laporan Keuangan
Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang harus
dilaksanakan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Kualitas laporan keuangan dapat diukur dengan relevan, andal, dapat dipahami
dan dapat dibandingkan. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen
kuesioner dengan 11 (sebelas) butir pertanyaan yang diadaptasi dari Irwan (2011).
Pengukuran variabel ini dengan menggunakan metode likert dengan skala ordinal
yaitu dengan menggunakan penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Sangat Tidak
Setuju (STS), Skor 2 = Tidak Setuju (TS), Skor 3 = Netral (N), Skor 4 = Setuju
(S), Skor 5 = Sangat Setuju (SS) .
4.5.2. Variabel Independen
4.5.2.1. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Dengan demikian penerapan SAP merupakan persyaratan yang mempunyai
pemerintah di Indonesia. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan laporan keuangan disusun secara
periodik, evaluasi atas laporan keuangan, keterbukaan dan kejujuran dari laporan
keuangan. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan 7
(tujuh) butir pertanyaan yang diadaptasi dari Aryani (2013). Pengukuran variabel
ini dengan menggunakan metode likert dengan skala ordinal yaitu dengan
menggunakan penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Tidak Pernah (TP), Skor 2 =
Jarang (JR), Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 = Sering (S), Skor 5 = Sangat
Sering (SS) .
4.5.2.2. Kapasitas SDM
Kapasitas SDM adalah kemampuan dari Pejabat Penatausahaan, bendahara
pengeluaran dan staf bagian keuangan dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
pendidikan, pelatihan yang diperoleh, pemahaman mengenai tugas dan
tanggungjawab terhadap kewajiban. Indikator variabel ini adalah latar belakang
pendidikan akuntansi, pengetahuan, keahlian dan pelatiham. Pengukuran variabel
ini dengan menggunakan kuesioner 9 (sembilan) butir pertanyaan yang diadaptasi
dari Azhar (2007) dan Irwan (2011). Pengukuran variabel ini dengan
menggunakan metode likert dengan skala ordinal yaitu dengan menggunakan
penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Tidak Pernah (TP), Skor 2 = Jarang (JR),
Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 = Sering (S), Skor 5 = Sangat Sering (SS)
4.5.2.3. Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Indikator
variabel ini adalah lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas
pengendalian dan informasi komunikasi. Pengukuran variabel ini dengan
menggunakan kuestioner 7 (tujuh) butir pertanyaan yang diadaptasi dari Irwan
(2011). Pengukuran variabel ini dengan menggunakan metode likert dengan skala
ordinal yaitu dengan menggunakan penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Tidak
Pernah (TP), Skor 2 = Jarang (JR), Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 =
Sering (S), Skor 5 = Sangat Sering (SS) .
4.5.2.4. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro),
perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic
commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi untuk
mempermudah pelaksanaan tugas-tugas akuntansi. Komputer sebagai perangkat
lunak dengan software-software sebagai perangkat lunak yang berfungsi untuk
sarana pengolahan maupun penyimpanan data yang nantinya dikirimkan melalui
saluran komunikasi. Indikator variabel ini adalah pemanfaatan komputer dan
jaringan internet, pengolahan data yang terintegrasi, pemeliharaan komputer.
Pengukuran variabel ini dengan menggunakan kuestioner 6 (enam) pertanyaan
yang diadaptasi dari Indirasari (2008). Pengukuran variabel ini dengan
menggunakan metode likert dengan skala ordinal yaitu dengan menggunakan
penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Tidak Pernah (TP), Skor 2 = Jarang (JR),
4.5.2.5. Peran Internal Audit Pemerintah
Peran Internal Audit Pemerintah adalah pengawasan internal yang
dilakukan oleh internal audit/ inspektorat selaku pengawas internal pemerintah
daerah diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam menyiapkan laporan
keuangan yang berkualitas dan handal. Dalam hal ini peran internal audit yaitu
memberikan jasa konsultasi dan jaminan mutu (quality assurance) terhadap
laporan keuangan khususnya melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah
daerah. Indikator variabel ini adalah reviu laporan keuangan, monitoring
penyusunan laporan keuangan. Pengukuran variabel ini dengan menggunakan
kuesioner 4 (empat) pertanyaan yang diadaptasi dari Yuliani, dkk (2010) dan
Indirasari (2008). Pengukuran variabel ini dengan menggunakan metode likert
dengan skala ordinal yaitu dengan menggunakan penilaian skor 1 sampai 5. Skor
1 = Tidak Pernah (TP), Skor 2 = Jarang (JR), Skor 3 = Kadang-Kadang (KK),
Skor 4 = Sering (S), Skor 5 = Sangat Sering (SS) .
4.5.3. Variabel Moderating
4.5.3.1. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
Tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI adalah kegiatan dan/atau
keputusan yang dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan/atau pihak
lain yang kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan
BPK-RI. Indikator variabel ini adalah jumlah temuan, status temuan dan lamanya
tindak lanjut. Pengukuran variabel ini dengan menggunakan kuesioner 10
(sepuluh) pertanyaan yang diadaptasi dari Rai (2008) dan PP No. 2 tahun 2010.
yaitu dengan menggunakan penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Tidak Pernah
(TP), Skor 2 = Jarang (JR), Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 = Sering (S),
Skor 5 = Sangat Sering (SS) .
Definisi operasional variabel dan pengukuran variabel dapat dilihat pada
Tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Jenis Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Tabel 4.2. Lanjutan
Jenis Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
pegawai untuk memberikan dilakukan oleh inspektorat selaku pengawas internal
Pada penelitian ini, model analisis data dalam penelitian menggunakan
akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi software Statistical
Package for Social Sciences (SPSS). Penelitian diuji dengan beberapa uji statistik
yang terdiri dari: uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji statistik deskriptif dan uji
hipotesis.
4.6.1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif lebih berkenaan dengan pengumpulan dari ringkasan
data, serta penyajian hasil ringkasan sehingga lebih mudah dipahami dan
diinterprestasikan. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri
dari rata-rata, standar deviasi, jawaban minimum dan jawaban maksimum dari
jawaban yang telah didapat melalui kuisioner.
4.6.2. Uji Kualitas Data
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrument penelitian dapat
dievaluasi melalui uji validitas dan uji realibilitas. Pengujian tersebut
masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari
penggunaan instrumen. Uji kualitas data dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada 30 (tiga puluh) orang responden pengelola keuangan SKPD
Pemerintah Kabupaten Langkat di luar sampel yang terdiri dari pembantu PPK
dan pembantu bendahara.
4.6.2.1. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur ini dapat mengukur
apa yang harapkan oleh peneliti. Uji validitas dapat dilakukan dengan
menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor dari
pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl
Pearson dengan ketentuan : jika r-hitung lebih besar dari r-tabel, maka skor butir
pertanyaan/ pernyatan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r-hitung lebih kecil
dari r-tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid.
4.6.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden atas pertanyaan
tetap konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas ditentukan dengan
menggunakan koefisien cronbach alpha, kemudian dilakukan pengukuran dengan
menggunakan software SPSS. Hasil yang diperoleh dari SPSS, angka cronbach
alpha dibandingkan dengan angka ketentuan batas reliabilitas. Jika angka
cronbach alpha > 0,70, maka pernyataan diatas signifikan yang berarti bahwa
pernyataan tersebut reliabel.
4.6.3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan sebelum dilakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan analisis regresi, agar datanya bermakna dan bermanfaat.
Uji asumsi klasik terdiri dari: uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji
heteroskedastisitas.
4.6.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: analisis
grafik dan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik normal
P-P P-Plot, data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik nonparametrik
Kolmogrov-Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan dengan uji
kolmogrov-smirnov, jika signifikan nilai kolmogrov-smirnov di atas α = 0,05 yang
berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2013).
1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak
normal.
2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
4.6.3.2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Pengujian ini bermaksud
untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh
pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas atau tidak yaitu dengan
melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF tidak
lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model tersebut dapat
dikatakan tidak memiliki multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF 10 maka
4.6.3.3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual antara suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
yaitu :
a. Melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen).
Dasar analisisnya: Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Uji statistik dilakukan dengan uji glejser yaitu dengan meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas.
4.6.4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua
hipotesis yaitu pertama untuk menguji dan menganalisis pengaruh Penerapan
SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan teknologi informasi dan peran
internal audit pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan dilakukan dengan
menguji penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI mampu
memoderasi (memperkuat) hubungan antara penerapan SAP, kapasitas SDM,
penerapan SPI, pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit
pemerintah dengan kualitas laporan keuangan dilakukan dengan uji residual.
4.6.4.1. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama bertujuan untuk menguji dan menganalisis secara
simultan dan parsial pengaruh penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI,
pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah terhadap
kualitas laporan keuangan.
Model Persamaan regresi yang digunakan yaitu :
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana:
Y = Kualitas laporan keuangan X = Penerapan SAP
X2 = Kapasitas SDM
X3 = Penerapan Sistem Pengendalian Intern X4 = Pemanfaatan Teknologi Informasi X5 = Peran Internal Audit Pemerintah α = Konstanta
b = Koefisien regresi e = Error
Untuk menguji model hipotesis pertama digunakan pengujian hipotesis secara
simultan dengan uji F, dan secara parsial dengan uji t serta koefisien determinasi
(R2 ).
1. Uji-F
Uji-F dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara
dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai
F-tabel. Jika nilai F-hitung lebih besar dari pada nilai F-tabel dapat dinyatakan bahwa
semua variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
Pengambilan keputusan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Ho: β = 0, Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah tidak
berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Langkat
H1: β ≠ 0, Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah
berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Langkat
Kriteria pengujian:
Apabila Fhitung < Ftabel(α = 0,05) maka H0 diterima (tidak berpengaruh).
Apabila F hitung > F Tabel (α = 0,05) maka H1 diterima (berpengaruh).
2. Uji-t
Uji statistik t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Apabila
nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel dapat disimpulkan bahwa suatu variabel
independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, bisa juga
dilakukan dengan melihat p-value dari masing-masing variabel. Hipotesis
Hipotesis untuk uji statistik t adalah sebagai berikut :
H0: β = 0, Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah tidak
berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Langkat
H1: β ≠ 0, maka Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah
berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Langkat.
Kriteria pengambilan keputusan atas hasil uji statistik t sebagai berikut:
1. Jika t hitung > t tabel dan signifikansi < α = 5%, maka menerima H1, artinya
Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan teknologi
informasi dan peran internal audit pemerintah berpengaruh secara parsial
terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat.
2. Jika t hitung < t tabel dan signifikansi > α = 5%, maka tidak dapat menerima
H1.
3. Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien
determinan berkisar antara nol sampai dengan satu. Hal ini berarti bila R2 = 0
menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin
independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini penulis menggunakan
R Adjusted karena lebih stabil dan menghindakan bias terhadap jumlah variabel
independen.
4.6.4.2. Uji Hipotesis Kedua (Variabel Moderating)
Hipotesis kedua bertujuan untuk menguji penyelesaian tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK-RI sebagai variabel moderating apakah mampu memperkuat
atau memperlemah hubungan antara penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan
SPI, pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah dengan
kualitas laporan keuangan.
Menurut Ghozali (2013) ada 3 (tiga) cara menguji regresi menggunakan
variabel moderating yaitu:
1) Uji interaksi
Uji interaksi/Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi
dalam regresi berganda linear dimana terdapat unsur interaksi (perkalian dua atau
lebih variabel independen) dalam persamaan regresinya.
Model regresi yang digunakan yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6 X1Z + b7 X2Z + b8 X3Z +
b9 X4Z + b10 X5Z + e
Dimana:
Y = Kualitas laporan keuangan X1 = Penerapan SAP
X2 = Kapasitas SDM
X3 = Penerapan Sistem Pengendalian Intern X4 = Pemanfaatan Teknologi Informasi X5 = Peran Internal Audit Pemerintah
Z = Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI X1Z .. X5Z = Perkalian Variabel X1 s/d X5 dengan Variabel Z
b1..b10 = Koefisien regresi
e = Error
2) Uji selisih mutlak
Merupakan model regresi yang agak berbeda, ditemukan oleh Frucot dan
Shearon (1991) yaitu untuk menguji pengaruh moderasi dengan model nilai
selisih mutlak dari variabel independen.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6 [X1-Z] + b7[X2-Z]+b8[X3-Z]+
b9[X4-Z] + b10[ X5-Z]+ e
Dimana:
Y = Kualitas laporan keuangan
X1 = Penerapan SAP
X2 = Kapasitas SDM
X3 = Penerapan Sistem Pengendalian Intern X4 = Pemanfaatan Teknologi Informasi X5 = Peran Internal Audit Pemerintah
Z = Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI [X1-Z]..[X5-Z] = Selisih mutlak variabel X1 s/d X5 denganVariabel Z
a = Konstanta
b1..b10 = Koefisien regresi
e = Error
3) Uji residual
Menurut Ghozali (2013) agar multikolinieritas tidak terjadi maka
pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode uji residual. Pada uji
residual seluruh variabel independen harus diregresikan dengan variabel
moderating.
Model I : Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Model II : Z = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e (1)
[ e ] = α + b1Y (2)
Dimana:
X1 = Penerapan SAP X2 = Kapasitas SDM
X3 = Sistem Pengendalian Intern X4 = Pemanfaatan Teknologi Informasi X5 = Peran Internal Audit Pemerintah α = Konstanta
b = Koefisien regresi e = Error
Z = Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI [ e ]= Absolut Error
Uji residual dapat menunjukkan apakah suatu variabel dapat dikatakan
sebagai variabel moderating, jika suatu variabel dilakukan uji residual dengan
hasil nilai koefisien signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan dan
bernilai negatif maka variabel ini dapat dijadikan sebagai variabel moderating
(Ghozali, 2013).
Uji interaksi untuk menentukan suatu variabel moderating dapat
memperkuat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dapat
dilihat dari hasil koefisien determinasi (R2) jika nilai R2 pada regresi kedua
(setelah dimasukan variabel moderating) lebih besar dari nilai R2 pada regresi
pertama (sebelum dimasukkan variabel moderating) maka variabel moderating
dapat memperkuat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dan sebaliknya jika hasil koefisien determinasi (R2) pada regresi kedua
(setelah dimasukan variabel moderating) lebih kecil dari nilai R2 pada regresi
pertama (sebelum dimasukkan variabel moderating) maka variabel moderating
memperlemah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Pada penelitian ini, penulis akan melakukan pengujian variabel moderating
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Statistik Deskriptif
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan.
Variabel independen pada penelitian ini adalah penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), kapasitas sumber daya manusia, penerapan Sistem
Pengendalian Intern (SPI), pemanfaatan teknologi informasi, peran internal audit
pemerintah dan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI sebagai
variabel moderating.
Jawaban kuesioner responden yang kembali mengenai variabel penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel tersebut menunjukkan nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari setiap variabel pada penelitian
ini.
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
N Min Max Mean
Std. Deviation
Penerapan SAP 91 28.00 35.00 29.9121 1.89531
Kapasitas SDM 91 29.00 43.00 37.0220 2.93249
Penerapan SPI 91 25.00 35.00 28.6484 2.34461
Pemanfaatan Teknologi Informasi 91 23.00 30.00 25.3407 1.80259 Peran Internal Audit Pemerintah 91 15.00 20.00 16.9011 1.31702 Penyelesaian TL BPK-RI 91 10.00 42.00 23.0549 8.51451 Kualitas Laporan Keuangan 91 42.00 55.00 46.6044 3.62975
Valid N (listwise) 91
Sumber : Hasil Penelitian, 2016(Data Diolah)
Berdasarkan hasil tabulasi data pada 91 kuesioner yang telah
dikumpulkan, maka dapat diuraikan jawaban responden terhadap pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner penelitian. Variabel penerapan SAP total skor terendah
adalah 28 dan total skor tertinggi dari jawaban responden adalah 35 sehingga
rata-rata (mean) total skor jawaban variabel penerapan SAP adalah 29.9121, dengan
jumlah butir pertanyaan sebanyak 7 butir maka skor rata-rata per orang adalah
sebesar 4,27 hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban
mendekati nilai 4,00 dengan kategori sering. Variabel kapasitas SDM total skor
terendah adalah 29 dan total skor tertinggi dari jawaban responden adalah 43
sehingga rata-rata (mean) total skor jawaban variabel kapasitas SDM adalah
37.0220, dengan jumlah butir pertanyaan sebanyak 9 butir maka skor rata-rata per
orang adalah sebesar 4,11 hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung
memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori sering.
Variabel penerapan SPI, skor terendah dari jawaban responden adalah 25
dan skor tertinggi dari jawaban responden adalah 35 sehingga rata-rata (mean)
total skor jawaban variabel penerapan SPI adalah 28.6484, dengan jumlah butir
pertanyaan sebanyak 7 butir maka skor rata-rata per orang adalah sebesar 4,09 hal
ini menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban mendekati nilai
4,00 dengan kategori sering.
Variabel pemanfaatan teknologi informasi memiliki skor terendah adalah
23, skor jawaban tertinggi adalah 30 sehingga rata-rata (mean) total skor jawaban
variabel pemanfaatan teknologi informasi adalah 25.3407, dengan jumlah butir
ini menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban mendekati nilai
4,00 dengan kategori sering.
Variabel peran internal audit pemerintah, skor terendah dari jawaban
responden adalah 15, skor tertinggi dari jawaban responden adalah 20 sehingga
nilai rata-rata (mean) total skor jawaban variabel peran internal audit pemerintah
adalah 16.9011 dengan jumlah butir pertanyaan sebanyak 4 butir maka skor
rata-rata per orang adalah sebesar 4,23, hal ini menunjukkan bahwa responden
cenderung memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori sering.
Variabel Penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI sebagai
variabel moderating, skor terendah dari jawaban responden adalah 10, skor
tertinggi dari jawaban responden adalah 42 sehingga nilai rata-rata (mean) total
skor jawaban variabel penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI
adalah 23.0549 dengan jumlah butir pertanyaan sebanyak 10 butir maka skor
rata-rata per orang adalah sebesar 2,3. Hal ini menunjukkan bahwa responden
cenderung memilih jawaban mendekati nilai 2,00 dengan kategori jarang.
Variabel kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, skor terendah dari
jawaban responden adalah 42, skor tertinggi dari jawaban responden adalah 55
sehingga nilai rata-rata (mean) total skor jawaban variabel kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah adalah sebesar 46.6044 dengan jumlah butir
pertanyaan sebanyak 11 butir maka skor rata-rata per orang sebesar 4,23
mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuju.
5.2. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner
Kabupaten Langkat yang terdiri dari 6 (enam) kantor, 16 (enam belas) Dinas, 7
(tujuh) Badan, 1 (satu) Inspektorat, 1 (Satu) Sekretariat DPRD dan 1 (Satu)
Sekretariat Daerah. Seluruh kuesioner telah dibagikan kepada responden dan
setiap SKPD diberikan 3 (tiga) kuesioner yaitu Pejabat Penatausahaan Keuangan
(PPK) SKPD, Bendahara Pengeluaran dan Staf pembuat laporan keuangan
sehingga jumlah responden sebanyak 96 orang.
Responden diberikan waktu selama 2 (dua) minggu untuk mengisi
kuesioner dan berdasarkan pada batas waktu yang telah ditentukan, kuesioner
dikutip kembali. Jika ada yang belum menyelesaikan akan diberikan tambahan
waktu selama satu minggu lagi. Dari 96 kuesioner yang dibagikan yang kembali
sebanyak 91 kuesioner, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Tingkat Pengembalian Kuesioner
No
Uraian
Instansi Sebar
kembali
Tidak kembali
Baik Rusak
1 Sekretariat Daerah 1 3 - - 3
2 Sekretariat DPRD 1 3 3 - -
3 Badan 7 21 21 - -
4 Dinas 16 48 46 - 2
5 Kantor 6 18 18 - -
6 Inspektorat 1 3 3 - -
Jumlah 32 96 91 5
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
5.2.1. Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilakukan di seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah
Utara, ibukotanya adalah Stabat. Secara geografis Kabupaten Langkat berada
pada 3o 14' 00" - 4o 13' 00" Lintang Utara, 97o 52' 00" - 98o 45' 00" Bujur
Timur dan 4 - 105 m dari permukaan laut. Kabupaten Langkat menempati area
seluas ± 6.263,29 Km2 (626.329 Ha) yang terdiri dari 23 Kecamatan dan 240 Desa
serta 37 Kelurahan Definitif. Area Kabupaten Langkat di sebelah Utara
berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Karo, di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Aceh, dan
di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai.
Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan di Kabupaten Langkat, luas
daerah terbesar adalah Kecamatan Bahorok dengan luas 1.101,83 Km2 atau 17,59
persen diikuti Kecamatan Batang Serangan dengan luas 899,38 Km2 atau 14,36
persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kecamatan Binjai dengan luas
42,05 Km2 atau 0,67 persen dari total luas wilayah Kabupaten Langkat. Wilayah
Kabupaten Langkat meliputi:
Kawasan hutan lindung seluas ± 266.232 Ha (42,51 %) dan kawasan lahan
budidaya seluas ± 360.097 Ha (57,49 %).
Kawasan hutan lindung terdiri dari kawasan pelestarian alam Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas ± 213.985 Ha.
Kawasan Timur Laut seluas ± 9.520 Ha.
Kawasan Penyangga seluas ± 7.600 Ha.
Kawasan Hutan Bakau seluas ± 20.200 Ha dan kawasan lainnya ± 14.927
5.2.2. Karakteristik Responden
Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data
tentang responden penelitian yang terdiri dari: (1) Jenis Kelamin, (2) Tingkat
Pendidikan, (3) Latar Belakang Pendidikan, dan (4) Pangkat/Golongan responden,
(5) Lama Bekerja. Tabel 5.3 menyajikan ringkasan karakteristik responden.
Tabel 5.3
Karakteristik Responden
Nomor Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
I Jenis Kelamin
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasaran Tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin
jumlah responden laki-laki dalam penelitian lebih banyak dari responden
perempuan yaitu sebanyak 49 orang atau 53,8 % sedangkan responden perempuan
hanya sebanyak 42 orang atau 46,2%. Tingkat pendidikan responden terdiri dari
tingkat pendidikan SLTA sebanyak 24 orang atau 26,4%, tingkat pendidikan D3
dan tingkat pendidikan S2 sebanyak 5 orang atau 5,5%. Berdasarkan jurusan
pendidikan responden, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendidikan
dengan jurusan Akuntansi sangat minim yaitu hanya sebanyak 4 orang atau 4,4%
dan sebanyak 87 orang atau 95,6% responden bukan dari jurusan akuntansi.
Berdasarkan pangkat/golongan responden didominasi oleh golongan III,
dari jumlah 91 responden sebanyak 65 orang atau 71,4% merupakan golongan III
dan sisanya sebanyak 4 orang atau 4,4% golongan IV dan sebanyak 22 orang atau
24,2% merupakan golongan II. Dilihat dari masa kerja, responden yang telah
memiliki masa kerja 1-5 tahun yaitu sebanyak 11 orang atau 12%, responden
dengan masa kerja 6-10 sebanyak 27 orang atau 29,7% dan masa kerja 11-15
tahun yaitu sebanyak 19 orang atau 20,9%, masa kerja 16-20 tahun sebanyak 12
orang atau 13,2% dan masa kerja lebih dari 20 tahun sebanyak 22 orang atau
24,2%.
5.3. Uji Kualitas Data
Penelitian ini menggunakan data primer, oleh karena itu harus dilakukan uji
kualitas data sebelum pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Uji
kualitas data dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang
terdapat pada kuesioner penelitian. Uji kualitas data dilakukan melalui uji
validitas dan uji reliabilitas.
5.3.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji sah atau valid tidaknya item
pertanyaan pada variabel kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, penerapan
informasi, peran internal audit pemerintah dan penyelesaian tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK-RI. Pengujian validitas untuk setiap pertanyaan pada kuesioner
dapat dilihat dari nilai validitas pada kolom Corrected Item-Total Correlation.
Jika nilai korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada nilai kritis (r hitung > r
tabel) maka instrumen tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2013).
Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 91 orang, nilai r-tabel
dapat diperoleh dari df (degree of freedom) = n-2, n merupakan jumlah responden.
Maka df untuk penelitian ini adalah 89, dengan taraf signifikansi 5 % maka nilai r
tabelnya yaitu 0,2061. Hasil uji validitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Uji Validitas
Variabel r hitung r tabel Keterangan
I. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pertanyaan 1 0,447 0,2061 Valid
II. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Tabel 5.4. Lanjutan
Variabel r hitung r tabel Keterangan
III. Kapasitas SDM
VII. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
Tabel 5.4. Lanjutan
Variabel r hitung r tabel Keterangan
Pertanyaan 8 0,457 0,2061 Valid
Pertanyaan 9 0,809 0,2061 Valid
Pertanyaan 10 0,483 0,2061 Valid
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa hasil uji validitas terhadap variabel
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, penerapan SAP, kapasitas SDM,
penerapan SPI, pemanfaatan teknologi informasi, peran internal audit pemerintah
dan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI menunjukkan nilai
rhitung pada setiap item pertanyaan memiliki nilai lebih besar dari nilai rtabel maka
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan item pertanyaan untuk semua
variabel bernilai valid.
5.3.2. Uji Reliabilitas
Tahap selanjutnya setelah dilakukan uji validitas adalah melakukan uji
reliabilitas data. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner
penelitian yang digunakan reliabel atau andal yaitu dengan melihat nilai
cronbach’s alpha, Apabila nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7 maka
kuesioner penelitian tersebut dinyatakan reliabel (Ghozali, 2013). Hasil uji
realibilitas dari penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.5
Tabel 5.5 Reliability Statistics
Kapasitas SDM 0,747 0,70 Reliabel
Penerapan SPI 0,720 0,70 Reliabel
Pemanfaatan Teknologi Informasi 0,716 0,70 Reliabel
Peran Internal Audit Pemerintah 0,725 0,70 Reliabel
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI 0,893 0,70 Reliabel
Kualitas Laporan Keuangan 0,799 0,70 Reliabel
Hasil pengujian seperti yang terlihat pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa
nilai cronbach’s alpha untuk semua variabel lebih besar dari 0,7 maka dapat
dinyatakan bahwa kuesioner penelitian yang digunakan reliabel atau andal.
5.4. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.
5.4.1. Uji Normalitas
Pada uji normalitas dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji
normalitas bertujuan untuk melihat normal tidaknya data yang akan dianalisis.
Ada dua cara yang digunakan yaitu analisis grafik dan uji statistik.
1. Analisis Grafik
Grafik 5.1. Normal P-P Plot
Pada analisis grafik, pengujian dilakukan dengan melihat grafik normal
P-P P-Plot. Hasil uji menunjukkan pada grafik normal P-P-P-P P-Plot, dimana terlihat
diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi
normalitas.
2. Uji Statistik
Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik nonparametrik
Kolmogrov-Smirnov (K-S). Pengujian data menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi sebesar 5%. Dasar
pengambilan keputusan pada uji normalitas yaitu dengan melihat probabilitas
asymp.sig (2-tailed) yang lebih besar dari 0,05 maka data dapat dikatakan
berdistribusi normal dan jika asymp.sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka data
berdistribusi tidak normal (Ghozali, 2013).
Hasil uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada penelitian
dapat dilihat dalam Tabel 5.6
Tabel 5.6
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 91
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.4714389
7
Most Extreme Differences Absolute .091
Positive .091
Negative -.086
Test Statistic .091
Asymp. Sig. (2-tailed) .061c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed)> α
(0,061 > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui uji statistik
terbukti data residual berdistribusi normal.
5.4.2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mendeteksi apakah model regresi yang
dipakai bebas dari permasalahan multikolonieritas dapat dilihat dari besaran
Variance Inflation Factor (VIF). Jika Variance Inflation Faktor (VIF) > 10 maka
artinya terdapat persoalan multikolonieritas diantara variabel bebas dan Jika
Variance Inflation Faktor (VIF) < 10 maka artinya tidak terdapat persoalan
multikolonieritas diantara variabel bebas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka
Tolerance = 1/10 = 0,1.
Pemanfaatan Teknologi Informasi .414 .195 2.123 .596 1.678 Peran Internal Audit Pemerintah .666 .258 2.586 .624 1.603
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.7, diketahui bahwa perhitungan
nilai Tolerance tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance
kurang dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada gejala multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
5.4.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik yaitu yang tidak terjadi heteroskedastisitas atau
homoskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Analisis Grafik
Gambar 5.2 Scatterplot
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari scatterplot dimana penyebaran
jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y
(Ghozali, 2013).
2. Analisis Statistik
Peneliti melakukan uji statistik hetroskedasitas dengan Uji Gletjer. Hasil
Uji Gletjer dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8
Pemanfaatan Teknologi Informasi -.028 .125 -.029 -.223 .824 Peran Internal Audit Pemerintah .299 .165 .231 1.816 .073
a. Dependent Variable: Absres1
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan pada tabel 5.19, hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji gletser diperoleh nilai sig. dari masing-masing variabel
independen lebih besar dari tingkat kepercayaan (α) sebesar 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak ada gejala heteroskedastisitas.
5.5. Pengujian Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis bertujuan menjawab rumusan masalah tentang apakah
penerapan SAP, kapasitas sumber daya manusia, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi informasi, peran internal audit pemerintah berpengaruh secara simultan
dan parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah Kabupaten Langkat.
5.5.1.
Uji Statistik FHasil pengujian statistik F (uji simultan) pada penerapan SAP, kapasitas
sumber daya manusia, penerapan SPI, pemanfaatan teknologi informasi, peran
internal audit pemerintah berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 636.037 5 127.207 19.669 .000b
Residual 549.721 85 6.467
Total 1185.758 90
a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Peran Internal Audit Pemerintah, Kapasitas SDM, Penerapan SPI,
Penerapan SAP , Pemanfaatan Teknologi Informasi
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai F hitung 19,669 lebih besar dari nilai F
tabel 2,32 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari α=0,05 sehingga
H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dapat diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel penerapan SAP, kapasitas sumber daya
manusia, penerapan SPI, pemanfaatan teknologi informasi, peran internal audit
pemerintah berpengaruh secara simultan terhadap variabel kualitas laporan
keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat.
5.5.2. Uji Statistik t
Hasil pengujian statistik t (uji parsial) pada variabel penerapan SAP,
peran internal audit pemerintah berpengaruh secara parsial terhadap variabel
kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat dapat dilihat pada
Tabel 5.10
Pemanfaatan Teknologi Informasi .414 .195 2.123 .037 Peran Internal Audit Pemerintah .666 .258 2.586 .011 a. Dependen Variable: Kualitas Laporan Keuangan
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.10, kriteria pengambilan
keputusan menggunakan nilai signifikansi t pada taraf nyata 5% dan nilai t tabel
sebesar 1,9870 maka secara parsial pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen diuraikan sebagai berikut:
1. Variabel penerapan SAP (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,047
yang lebih kecil dari α = 0,05 atau nilai t hitung sebesar 2,012 lebih besar dari
t tabel 1,9870 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penerapan SAP
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas laporan keuangan.
Koefisien regresi penerapan standar akuntansi pemerintahan sebesar positif
0,352 berarti setiap kenaikan nilai variabel penerapan SAP sebesar satu
satuan maka nilai variabel kualitas laporan keuangan akan bertambah sebesar
0,352 dengan asumsi variabel independen yang lain dalam model regresi
variabel penerapan SAP berpengaruh terhadap variabel kualitas laporan
keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat.
2. Variabel kapasitas SDM (X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,631
yang lebih besar dari α = 0,05 atau nilai t hitung sebesar 0,482 lebih kecil dari
t tabel 1,9870 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kapasitas SDM
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel kualitas laporan
keuangan. Koefisien regresi variabel kapasitas SDM sebesar positif 0,046
berarti setiap kenaikan nilai variabel kapasitas SDM sebesar satu satuan maka
nilai variabel kualitas laporan keuangan akan bertambah sebesar 0,046
dengan asumsi variabel independen yang lain dalam model regresi adalah
tetap, sehingga menolak H1 danmenerima H0 yang menyatakan bahwa secara
parsial variabel kapasitas SDM tidak berpengaruh terhadap variabel kualitas
laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat.
3. Variabel penerapan SPI (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,01 yang
lebih kecil dari α = 0,05 atau nilai t hitung sebesar 3,369 lebih besar dari t
tabel sebesar 1,9870 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penerapan
SPI berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas laporan
keuangan. Koefisien regresi variabel penerapan SPI sebesar positif 0,478
berarti setiap kenaikan nilai variabel penerapan SPI sebesar satu satuan maka
nilai variabel kualitas laporan keuangan akan bertambah sebesar 0,478
dengan asumsi variabel independen yang lain dalam model regresi adalah
tetap, sehingga menerima H1 yang menyatakan bahwa secara parsial variabel
penerapan SPI berpengaruh terhadap variabel kualitas laporan keuangan