• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Tegangan Kerja Terhadap Kinerja Dan Temperatur Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Tegangan Kerja Terhadap Kinerja Dan Temperatur Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Pada umumnya motor induksi tiga fasa merupakan motor bolak-balik yang

paling luas digunakan dan berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi

mekanis berupa tenaga putar. Dari konstruksinya, motor ini terdiri dari dua bagian

yaitu bagian yang diam dan bergerak. Bagian yang diam disebut juga stator,

terdiri dari inti-inti besi yang dipisah oleh celah udara dan membentuk rangkaian

magnetik yang menghasilkan fluksi magnet putar, akibat kumparan stator

dihubungkan ke sumber tegangan tiga fasa, sedangkan bagian bergerak yang

disebut juga rotor, terdiri dari pada kondukor yang dialiri arus, sehingga pada

konduktor ini berinteraksi dengan fluksi yang dihasilkan stator yang akan

menyebabkan timbulnya gaya. Setiap bagian stator dan rotor masing-masing

memiliki terminal masukan. Inputan dari motor induksi ini sendiri adalah

tegangan AC yang dihubungkan lewat terminal stator.

Ada dua tipe motor induksi berdasarkan jenis rotornya, yaitu motor induksi

tipe rotor sangkar dan tipe rotor belitan. Rotor belitan terdiri atas beberapa lilitan

kumparan yang terbuat dari tembaga. Pemilihan pemakaian motor sendiri,

ditentukan dari daya mekanis yang dihasilkan oleh motor. Prinsip kerja dari motor

ini bersifat induksi, yang mana arus pada rotor tidak didapatkan dari sumber

tertentu, melainkan arus yang terinduksi akibat adanya perbedaan relatif antara

putaran rotor dan medan putar yang dihasilkan stator [2].

(2)

2.2. Kontruksi Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

Konstruksi dari motor induksi tiga fasa rotor belitan dapat dilihat pada

Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kontruksi Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan [5]. Pada Motor induksi tiga fasa rotor belitan, terdapat bagian yang memiliki

peran penting dalam cara kerja motor induksi. Kedua bagian tersebut adalah stator

dan rotor. Berikut sedikit penjelasan mengenai stator dan rotor.

a. Stator

Stator merupakan bagian yang diam dari sutau motor induksi, dan merupakan

input dari motor induksi karena pada motor, bagian inilah yang dihubungkan ke

sumber tegangan AC. Pada bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan

tempat kawat (konduktor) dari tiga kumparan tiga fasa yang disebut kumparan

stator, yang masing-masing kumparan akan mendapat suplai arus tiga fasa [6].

Saat kumparan stator mendapat suplai tiga fasa, maka akan timbul fluksi magnet

pada kumparan tersebut. Yang mengakibatkan rotor berputar karena ada induksi

(3)

yang disebut belitan fasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120º.

Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi

tipis. Kemudian tumpukan inti dan dan belitan stator dalam cangkang silindris.

Gambar 2.2. Komponen Stator Motor Induksi Tiga fasa

(a) Lempengan inti, (b) Tumpukan inti dengan kertas isolasi padabeberapa

alurnya, (c) Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.

b. Rotor

Rotor merupakan bagian yang bergerak atau berputar pada motor induksi.

Rotor belitan terdiri dari kumparan-kumparan lilitan kumparan tembaga. Terminal

lilitan rotor dihubungkan dengan cincin slip yang terisolasi dan dipasang pada

poros rotor. Rotor tidak dihubungkan secara listrik ke pencatu tetapi mempunyai

arus yang dinduksikan ke dalamnya oleh kerja transformator dari stator [7].

Konstruksi rotor belitan ditunjukan pada Gambar 2.3. Pada rotor belitan, cincin

slip terhubung ke sebuah tahanan luar (rheostat) yang dapat mengurangi arus start

(pengasutan). Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian

rotor belitan menghasilkan torsi pengasatun yang lebih besar dengan arus

(4)

Gambar 2.3 Konstruksi Rotor Belitan [2].

2.3 Prinsip Kerja Medan Putar [2]

Perputaran motor pada mesin arus bolak balik ditimbulkan oleh adanya

medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya.

Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak,

umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang ataupun delta.

Disini akan dijelaskan bagaimana terjadinya medan putar itu, perhatikan

(5)

Gambar 2.4 Proses terjadinya medan putar [2].

Misalkan kumparan a-a, b-b, c-c dihubungkan tiga phasa, dengan beda

phasa masing – masing 120° (gambar 2.4) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi ,

, sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar 2.4. Pada keadaan , , dan

fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing masing adalah

seperti gambar 2.4 c, d, e dan f. Pada fluks resultan mempunyai arah sama

dengan arah fluks dihasilkan oleh kumparan b-b. Untuk , fluks resultannya

berlawanan arah dengan fluks resultan yang dihasilhan pada saat .

Analisis secara vektor didapat atas dasar:

1) Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu lingkar

sesuai dengan perputaran sekrup (gambar 2.5.a ).

2) Kebesaran fluks yang ditimbulkan ini sebanding dengan arus yang mengalir.

Gambar 2.5 Arah gaya (F) yang ditimbulkan fluks [2].

Notasi yang dipakai untuk menyatakan positif atau negatifnya arus yang

mengalir pada kumparan a – a, b – b, dan c – c pada Gambar 2.5 yaitu: harga

(6)

b, c ), sedangkan negatif apabila tanda titik ( . ) terletak pada pangkal konduktor

tersebut. Maka diagram vektor untuk fluks total pada keadaan t1, t2, t3, t4, dapat

dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Vektor resultan F pada keadaan t [2].

2.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa [2]

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa, Ada beberapa

prinsip kerja motor induksi tiga phasa:

(7)

1. Apabila sumber tegangan 3 fasa dipasang pada kumparan stator,timbullah

medan putar dengan kecepatan ...(2.1)

2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.

3. Akibatnya pada kumparan rotor timbul induksi (ggl) sebesar:

...(2.2)

adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar.

4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl (E) akan

menghasilkan arus.

5. Adanya arus (I) di dalam medan magnet menimbiulkan gaya (F) pada rotor.

6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F ) pada rotor cukup besar untuk

memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.

7. Seperti yang telah dijelaskan pada (3) tegangan induksi timbul karena

terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar

tegangan terinduksi, diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan

medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr).

8. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (S) dan dinyatakan dengan

kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor

akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.

10.Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak

(8)

2.5Rangkaian Ekivalen Motor Induksi 3 Fasa

Operasi dari motor induksi tergantung pada induksi arus dan tegangan di

dalam rangkaian rotor yang berasal dari rangkaian stator karena adanya aksi

transformator. Karena induksi arus dan tegangan pada motor induksi pada

dasarnya sama dengan operasi transformator, maka rangkaian ekivalen motor

induksi akan sangat menyerupai rangkaian ekivalen dari transformator. Motor

induksi disebut juga sebagai singly excited machine, sebab daya hanya disuplai

dari rangkaian stator.

Karena motor induksi tidak memiliki rangkaian medan, maka pada modelnya

tidak akan terdapat sumber tegangan internal EA sebagaimana dijumpai pada

mesin sinkron.

Rangkaian ekivalen per phasa dari transformator dapat menggantikan operasi dari

motor induksi. Sebagaimana halnya pada transformator, maka akan terdapat

tahanan (R1) dan induktansi sendiri (X1) pada belitan stator yang

direpresentasikan dalam rangkaian ekivalen mesin.

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen motor induksi sebagai model transformator

Tegangan stator E1 dikopel terhadap sisi sekunder ER sebagaimana halnya

(9)

mudah dapat ditentukan pada motor induksi rotor belitan, yang mana pada

dasarnya rasio ini merupakan banyaknya konduktor per phasa pada stator terhadap

jumlah konduktor per phasa pada rotor. Akan tetapi tidak demikian halnya pada

motor induksi sangkar tupai, karena tidak terdapatnya belitan pada rotor motor

tersebut. Tegangan ER pada rotor akan menghasilkan arus, karena rangkaian

rotornya terhubung singkat.

Impedansi rangkaian primer dan arus magnitisasi dari motor induksi sama

halnya dengan komponen - komponen yang dijumpai pada transformator. Hal

yang membedakan rangkaian ekivalen tersebut pada motor induksi dikarenakan

terdapatnya variasi frekuensi pada tegangan rotor (ER), impedansi rotor RR dan

jXR.

Ketika tegangan diberikan pada belitan stator, maka tegangan akan

diinduksikan pada belitan rotornya. Pada umumnya, gerak relatif yang lebih besar

di antara rotor dan medan putar stator, akan menghasilkan tegangan dan frekuensi

rotor yang lebih besar juga. Gerak relatif yang terbesar terjadi saat rotor dalam

keadaaan diam atau disebut juga dalam keadaan blocked rotor. Sebaliknya,

frekuensi dan tegangan terendah timbul saat rotor berputar pada kecepatan yang

sama dengan kecepatan sinkron, sehingga tidak terdapat pergerakan relatif.

Magnitud dan frekuensi tegangan induksi rotor pada saat berputar sebanding

dengan slip dari rotornya. Sehingga, besarnya tegangan induksi rotor dalam

kondisi rotor terkunci disebut ERO, sedangkan untuk slip pada suatu putaran

tertentu dirumuskan dengan :

... (2.4)

(10)

...(2.5)

Tahanan dari rotor RR bernilai konstan/ tidak tergantung pada slip, sementara itu

pada reaktansi rotor besarnya akan dipengaruhi oleh slip.

Reaktansi dari rotor tergangtung pada induktansi rotor, frekuensi tegangan

rotor dan arus pada rotor. Bila induktansi rotor LR, maka reaktansi rotor adalah :

XR= ωr LR= 2 π fr LR : fr = sfe

Sehingga:

XR = 2 π sfe LR

= s(2 π sfe LR)

...(2.6)

LR = induktansi rotor

XRO = reaktansi blok rotor.

Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen rotor motor induksi

Dari gambar 2.7 arus pada rotor dapat ditentukan sebagai :

...(2.7)

...(2.8)

...(2.9)

(11)

IR = arus rotor ( A )

ER = tegangan induksi pada rotor ( V )

RR = tahanan rotor ( Ώ )

XR = reaktansi rotor ( Ώ )

Dalam teori transformator, analisa rangkaian ekivalen sering

disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang magnetisasi atau dengan

memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan demikian tidak

dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan normal, karena

adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus magnetisasi yang sangat

besar (30% sampai 40% dari arus beban penuh). Untuk itu dalam rangkaian

ekivalen RC dapat diabaikan. Rangkaian ekivalennya adalah seperti pada gambar

berikut.

Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen motor induksi jika rugi-rugi inti diabaikan

2.6Desain Motor Induksi Tiga Fasa

Standard NEMA pada dasarnya mengkategorikan motor induksi ke dalam

empat kelas yakni disain A,B,C, dan D. Karakteristik torsi – kecepatannya dapat

(12)

Gambar 2.11 Karakteristik torsi kecepatan motor induksi pada berbagai desain.  Kelas A : disain ini memiliki torsi start normal (150 – 170%) dari nilai

ratingnya) dan arus start relatif tinggi. Torsi break down nya merupakan

yang paling tinggi dari semua disain NEMA. Motor ini mampu menangani

beban lebih dalam jumlah besar selama waktu yang singkat. Slip < = 5%

 Kelas B : merupakan disain yang paling sering dijumpai di pasaran. Motor

ini memiliki torsi start yang normal seperti halnya disain kelas A, akan

tetapi motor ini memberikan arus start yang rendah. Torsi locked rotor

cukup baik untuk menstart berbagai beban yang dijumpai dalam aplikasi

industri. Slip motor ini < =5 %. Effisiensi dan faktor dayanya pada saat

berbeban penuh tinggi sehingga disain ini merupakan yang paling populer.

Aplikasinya dapat dijumpai pada pompa, kipas angin/ fan, dan peralatan –

(13)

 Kelas C : memiliki torsi start lebih tinggi (200 % dari nilai ratingnya) dari

dua disain yang sebelumnya. Aplikasinya dijumpai pada beban – beban

seperti Universitas Sumatera Utara

 konveyor, mesin penghancur (crusher), komperessor,dll. Operasi dari

motor ini mendekati kecepatan penuh tanpa overload dalam jumlah besar.

Arus startnya rendah, slipnya < = 5 %

 Kelas D : memiliki torsi start yang paling tinggi. Arus start dan kecepatan

beban penuhnya rendah. Memiliki nilai slip yang tinggi ( 5-13 % ),

sehingga motor ini cocok untuk aplikasi dengan perubahan beban dan

perubahan kecepatan secara mendadak pada motor. Contoh aplikasinya :

elevator, crane, dan ekstraktor.

2.7 Torsi dan Putaran Motor Induksi

Sumber tegangan yang disuplai ke motor tidak langsung terhubung ke

rotor, melainkan terhubung ke stator dahulu, setelah itu terjadi proses induksi dari

stator ke rotor akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan

putar yang dihasilkan oleh arus stator [2]. Sehingga daya yang melewati celah

udara sama dengan daya yang masuk ke rotor. Adapun rumusan persamaan dari

total daya pada kumparan stator (Pin) adalah sebagai berikut :

(14)

θ : perbedaan sudut fasa antara arus masukan dengan tegangan

sumber

Pada pengoperasiannya, motor induksi sering mengalami rugi-rugi seperti

rugi-rugi inti stator (PC) dan rugi-rugi tembaga stator (PSCL). Dan kedua rugi-rugi

ini timbul sebelum daya ditransfer lewat celah udara. Daya yang ditransfer

melalui celah udara (PAG) adalah penjumlahan dari rugi-rugi tembaga rotor (PRCL)

dan daya yang dikonversi (PCONV). Daya yang melewati celah udara ini disebut

Berikut gambar 2.12 yang menunjukkan Diagram aliran daya motor induksi :

Gambar 2.12 Diagram Aliran Daya [8].

Dimana :

(15)

- PC = rugi – rugi inti pada stator (Watt)

- PAG = daya yang ditransfer melalui celah udara (Watt)

- PRCL = rugi – rugi tembaga pada belitan rotor (Watt)

- PA-G = rugi – rugi gesek + angin (Watt)

- PSLL = stray losses (Watt)

- PCONV = daya mekanis keluaran (output) (Watt)

Berdasarkan rangkaian ekivalen dan diagram aliran daya motor induksi tiga

fasa, dapat diturunkan suatu rumusan umum untuk torsi induksi sebagai fungsi

dari kecepatan. Berikut persamaan Torsi motor induksi :

m

Adapun cara kerja dari timbulnya putaran pada motor induksi sebagai berikut,

ketika sumber tegangan dicatu pada stator , maka timbul medan magnet (medan

putar). Medan magnet ini berputar dengan kecepatan sinkron disekitar rotor dan

memotong konduktor rotor. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian

tertutup, timbullah arus rotor yang menghasilkan medan magnet, yang berusaha

untuk melawan medan magnet stator, adanya arus di dalam medan magnet

menimbulkan gaya pada rotor yang membuat rotor berputar [2].

Terjadinya perbedaan antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya

(16)

terjadi pada motor induksi. Pada motor induksi biasanya dipasang cincin/slip ring

untuk menghindari slip dan motor tersebut dinamakan “motor cincin geser/slip

ring motor”. Berikut adalah persamaan untuk menghitung persentase slip/geseran.

%

2.8 Penentuan Parameter Motor Induksi [8]

Data yang diperlukan untuk menghitung performansi dari suatu motor

induksi dapat diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor tertahan,

dan pengukuran tahanan dc lilitan stator.

2.8.1 Pengujian Tanpa Beban

Pengujian ini untuk mengukur rugi-rugi putaran dan arus magnetisasi. Pada

keadaan tanpa beban (beban nol), beban yang dipikul hanyalah rugi-rugi angin

dan gesekan. Adapun rangkaian pengujian tanpa beban adalah sebagai berikut:

Gambar 2.13 Rangkaian pengujian tanpa beban motor induksi [8].

Rugi rotor ini dianggap sebagai rugi angin dan gesekan, sedangkan rugi tembaga

stator dapat dicari sebagai:

(17)

Dimana I1 disini sama dengan Ibn (fasa) dan R1 dicari lewat pengujian tahanan

stator arus searah.

Persamaan daya:

Pin (bn) = Pts + Prot ... (2.17)

Prot = P1 + Pa&g + rugi rugi lain ... .(2.18)

Dimana:

Prot = daya yang hilang akibat adanya putaran (Watt)

Pi = rugi inti (Watt)

Pa&g = rugi angin dan gesekan (Watt)

2.8.2 Pengujian Tahanan Stator Arus Searah

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui nilai parameter resistansi stator

(primer) R1. Pada pengujian ini kumparan stator dialiri arus searah, sehingga

suhunya mencapai suatu nilai yang sama jika motor induksi beroperasi pada

kondisi operasi normal (resistansi kumparan merupakan fungsi suhu).

Gambar 2.14. Rangkaian Uji Tahanan Stator Arus Searah Motor Induksi [8].

Pada percobaan ini, jika kumparan stator terhubung bintang (gambar 2.13a), maka

arus akan mengalir melewati dua kumparan dengan resistansi

sebesar 2R1, sehingga:

(18)

R1

=

... (2.19)

Sedangkan jika terhubung segitiga (gambar 2.14b), maka arus akan mengalir

melewati ketiga kumparan tersebut yang besarnya secara ekivalen terlukis pada

gambar berikut, dengan resistansi total:

Gambar 2.15 Pengukuran Untuk DC Test [8].

Sehingga:|

atau

R1 =

... (2.20)

Nilai R1 yang didapat hanya merupakan nilai pendekatan, karena padakondisi

operasi normal, motor induksi diberikan pasokan tegangan arus bolakbalikyang

dapat menimbulkan efek kulit (skin effect) yang mempengaruhi besarnya nilai R1.

2.8.3 Pengujian Rotor tertahan

Pada pengukuran ini rotor dipaksa tidak berputar (nr = 0 sehingga s = 1) dan

kumparan stator dihubungkan dengan tegangan seimbang karena slip s = 1 maka

harga = R2 karena

|

R2‟ + jX2

|<<|

Rc| jXm

|

maka arus yang melewati

|

Rc|

|

jXm

|

dapat diabaikan sehingga rangkaian ekivalen motor induksi dalam

(19)

Gambar 2.16 Rangkaian rotor ditahan motor induksi [8].

Impedansi perphasa pada saat rotor tertahan (ZBR) dapat dirumuskan sebagai

berikut:

ZBR = R1 + R2 + j(X1 + X2) = RBR + jXBR (Ohm) ...(2.21)

Pengukuran ini dilakukan pada arus mendekati arus rating motor. Data hasil

pengukuran ini meliputi: arus input (I1=IBR), tegangan input (V1=VBR) dan daya

input per phasa (PBR=Pin). Karena adanya distribusi arus yang tidak merata pada

batang rotor akibat efek kulit harga R2 menjadi tergantung frekuensi. Maka

umumnya dalam praktek pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan mengurangi

frekuensi eksitasi menjadi fBR untuk mendapatkan harga R2‟ yang sesuai dengan

frekuensi rotor pada saat slip ring. Data data tersebut, harga RBR dan XBR dapat

dihitung:

RBR =

...(2.22)

2.9 Rating Temperatur dan Metode Pengukuran Temperatur Motor Induksi

Menurut National Electrical Manufacturing Association (NEMA) ,

temperature rise merupakan naiknya temperatur melebihi temperature ambient.

Sementara Temperature ambient itu sendiri adalah temperatur udara yang berada

disekeliling motor atau yang sering disebut sebgai suhu ruangan. Total Panas dari

motor itulah merupakan jumlah dari temperatur rise dan temperatur ambient.

Kelas isolasi temperature pada motor induksi dijelaskan oleh tabel berikut

(20)

Tabel 2.1 Temperature rise for large motors with 1.0 sevice factor

Faktor penyebab rusaknya isolasi winding adalah panas yang berlebih pada

motor. Panas berlebih yang berlangsung lama pada lilitan akan menyebabkan

stress pada lilitan dan isolasi kawat menjadi rapuh. Jika dibiarkan terlalu lama

akan menyebabkan isolasi pada lilitan akan retak. Jika gejala ini disertai dengan

munculnya partial discharge maka proses penuaan isolasi akan semakin cepat.

Berdasarkan penelitian NEMA usia dari isolasi winding akan berkurang

setengahnya setiap kenaikan 10 oC dari kondisi normal kerja motor. Akan tetapi

jika motor harus beroperasi 40 oC di atas temperature normal maka umur

isolasinya menjadi 1/16 dari umur normal yang diperkirakan. Oleh sebab itu

motor- motor listrik yang digunakan pada dunia industri menggunakan alat

proteksi untuk mengatasi panas lebih pada motor seperti thermal overload relay.

Sehingga apabila terjadi overheating pada motor relai akan segera bekerja

(21)

Ada beberapa metode dalam menentukan temperature dari motor induksi. Berikut

adalah beberapa metodenya [4] :

a. Menggunakan thermometer infrared

Metode ini adalah penentuan suhu dengan sensor suhu, atau dengan

thermometer infrared, dengan metode ini instrumen diterapkan pada bagian

terpanas dari mesin yang dapat diakses.

b. Mengunakan Embedded Detector

Motor yang menggunakan embedded detector pada lilitannya dapat

dimonitor langsung output yang dideteksi pada peralatan. Output temperature

yang ditunjukkan adalah temperature terpanas dimana lokasi sensor diletakkan.

Perbedaan antara embedded detector dengan thermometer infrared yaitu

embedded detector tertanam di lilitan stator motor sedangkan thermometer

infrared dapat diletakkan dimana saja bagian motor yang paling panas yang

mudah diakses.

c. Mengukur Tahanan Lilitan motor

Metode digunakan untuk motor yang tidak memiliki embedded detector

seperti thermocouple atau resistance temperature detectors (RTDs). Kelebihan

metode ini yaitu dapat dilakukan tanpa harus membongkar kerangka motor

Penentuan temperature dengan metode ini yaitu dengan membandingkan

tahanan lilitan motor pada temperature yang ingin ditentukan (pada saat motor

panas) dengan tahanan yang sudah diketahui temperaturnya

(temperatureambient). Temperature tahanan yang ingin ditentukan dapat dihitung

dengan persamaaan :

(22)

Dimana : Tt : Temperatur total lilitan (oC)

Tb : Temperatur pada saat motor dingin (oC)

Rt : Tahanan pada saat motor panas (ohm)

Rb : Tahanan pada saat motor dingin (ohm)

K : 234.5 ( konstanta untuk bahan tembaga ) (oC)

225 ( konstanta untuk bahan aluminium ) (oC)

2.10 Tegangan Kerja

Tegangan kerja (Tegangan Pelayanan) adalah tegangan pada terminal

suplai, yaitu yang diukur pada alat pembatas dan pengukur (APP) milik PLN pada

pelanggan. Tegangan inilah yang disalurkan ke pelanggan untuk menyuplai

perlatan-peralatan sistem tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan. Tegangan kerja

(Tegangan pelayanan) ini bervariasi, bisa kurang dari tegangan nominalnya dan

juga bisa lebih dari tegangan nominalnya. Menurut SPLN 1 tahun 1995 variasi

tegangan yang diizinkan maksimum + 5%, dan minimum -10% dari tegangan

nominal [1].

Faktor – faktor yang menyebabkan gangguan pada motor listrik antara

lain :

a. Berasal dari alat yang digerakkan

b. Dari jaringan suplai

(23)

Suplai tegangan yang kurang/rendah dapat menyebabkan kenaikan arus

pada beban yang sama, sehingga belitan motor akan mengalami pemanasan lebih.

Sementara tegangan yang lebih dapat menyebabkan umur isolasi menurun,

bahkan tembusnya kekuatan isolasi. Tegangan turun disebabkan oleh:

a. Overload pada jaringan.

b. Kesalahan operasi pada tap-changer transformator

c. Hubung pendek

2.11 Tegangan nominal suatu sistem

Tegangan nominal suatu sistem adalah nilai tegangan yang disandang

suatu sistem atau perlengkapan dan kepadanva karakteristik kerja tertentu dari

sistem dan perlengkapan itu dirujuk. Biasanya tegangan ini tertera pada nameplate

body peralatan yang sudah sesuai spesifikasi pabrik [1].

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2. Komponen Stator Motor Induksi Tiga fasa
gambar 2.4.
Gambar 2.4  Proses terjadinya medan putar [2].
+7

Referensi

Dokumen terkait

Efisiensi Kinerja Keuangan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA): Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)... Efisiensi Kinerja Baznas Bogor Dan Sukabumi: Pendekatan

Cara unuk mencapai salat dapat dilakukan dengan khusyuk dimulai dari hal yang terkecil sampai hal yang besar.maksud dari hal yang kecil sampai hal yang besar adalah

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dengan judul Pemetaan Pohon Plus

Perumusan Masalah dalam penelitian ini adalah “apakah kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan dan investment opportunity set

7 Ansietas dan depresi memiliki prevalensi paling tinggi dari 19% gangguan mood yang dijumpai pada pasien sirosis HCV (Hepatitis C Virus), masing-masing 24% dan

Penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif , yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang

yang dilakukan dosen Departemen INTP (yang dikordinasikan Fakultas dan Departemen).  Transfer teknologi dan pengembangan

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal yang tersusun pada tabel distributif frekuensi