BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara yang menyatakan dirinya sebagai Negara yang demokratis berarti menyatakan bahwa bangsa Indonesia mengakui bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Dan sebagai perwujudannya maka pemerintah wajib untuk menyelenggarakan pemilihan umum. Pemilihan umum ini harus diikuti sebanyak mungkin rakyat dan dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan secara kontinyu.
Esensi Demokrasi adalah partisipasi publik dalam menentukan pejabat-pejabat politik dan dalam pembuatan kebijakan publik. Dalam Pandangan Rosseau, demokrasi tanpa partisipasi langsung oleh rakyat merupakan bentuk pengingkaran terhadap demokrasi itu sendiri. Oleh sebab itu Pemilihan Kepala Daerah secara langsung mutlak adanya sebagai perwujudan demokrasi di Indonesia.
dengan 24,34%, pasangan Gus Irawan-Sukirman di posisi tiga dengan 21,13%, Amri Tambunan-RE Nainggolan di posisi empat dengan 12,23% suara dan terakhir pasangan Chairuman Harahap-Fadly Nurzal dengan 9,30% suara.
Hal yang menarik dari Pemilihan Gubernur Tahun 2013 adalah kembali menangnya calon usungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) setelah periode sebelumnya dimenangkan Syamsul Arifin. Secara tradisi PKS bukanlah partai penguasa Sumatera Utara. Hal ini dibuktikan dengan tidak pernah menangnya partai ini di Sumatera Utara dalam Pemilu. Sumatera Utara adalah basis Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan walaupun Pemilu 2009 Partai Demokrat tiba-tiba muncul sebagai pemenang.
Banyak yang dikatakan sebagai pemicu kemenangan dari pasangan Gatot-T.Erry Nuradi. Mulai dari terpecahnya suara kaum nasionalis, dukungan Pemuda Pancasila dan juga latar belakang agama. Padahal sangatlah tidak tepat rakyat untuk memilih berdasarkan hal-hal tersebut di atas tanpa mengerti apa isi kampanye dan program yang ditawarkan calon gubernur. Belum lagi Pemilukada Gubernur Sumatera Utara tercatat hanya memiliki tingkat partisipasi sebesar 48,50 %.
Di Negara manapun setiap pemilihan umum maka para calon haruslah melakukan kampanye. Hal ini berguna untuk memberitahu publik berbagai program dan rencana calon yang bersangkutan jika terpilih dalam pemilu. Ujung dari hal tersebut adalah munculnya ketertarikan dari publik untuk memilih si calon tersebut.
untuk memilih calon yang bersangkutan. Hal itu kemudian akan menjadi bahan pertimbangan bagi pemilih dalam memilih kandidat yang akan dipilihnya dalam pemilihan nantinya. Hal-hal yang biasanya menjadi dasar pertimbangan pemilih untuk memilih kandidat atau tidak adalah beberapa hal berikut yaitu persepsi pemilih tentang kandidat yang bersangkutan serta persepsi pemilih tentang isu kampanye yang dilakukan oleh kandidat.
Kecamatan Medan Kota merupakan kecamatan dengan ragam suku dan agama sehingga merupakan tempat yang bisa dikatakan agak berimbang jikalau pemilih berorientasi pada suku dan agama. Menurut Sekretaris Partai Golkar Kecamatan Medan Kota, Zul, mengingat tingkat pendidikan yang cukup baik di Kecamatan Medan Kota maka pemilih yang bukan kader partai cenderung tidak terlalu bergantung pada kesamaan suku agama dengan calon gubernur namun sangat memperhatikan kampanye dari para kandidat. Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan sekretaris karang taruna Kecamatan Medan Kota, Saidi Dalkit. Hal itu dibuktikan dengan kemenangan pasangan Drs.Effendi Simbolon dan Drs.H.Djumiran Abdi dibandingkan kandidat lain walaupun Kecamatan Medan Kota mayoritas beragama Islam. Penetrasi kampanye Effendi Simbolon dengan berbagai bentuknya sangat efektif mengingat juga kantor pemenangan Effendi Simbolon berpusat di Kecamatan Medan Kota.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Pengaruh Kampanye Politik Terhadap Perilaku Memilih Masyarakat Kecamatan Medan Kota Kota Medan dalam Pemilukada Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kampanye politik calon gubernur pada
Pemilukada Gubernur Sumatera Utara di Kecamatan Medan Kota.
2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku memilih pemilih pada Pemilukada
Gubernur Sumatera Utara di kecamatan Medan Kota.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kampanye politik calon
gubernur dengan perilaku memilih pemilih pada Pemilukada Gubernur
Sumatera Utara di Kecamatan Medan Kota
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi kepentingan akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca dan juga pihak lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Bagi Pemerintah Daerah, kegiatan ini diharapkan dapat memberi masukan khususnya dalam masalah perilaku memilih masyarakat dalam Pemilukada.
pemerintahan, khususnya mengenai suku dan agama dan perilaku memilih masyarakat dalam Pemilukada.
1.5 Kerangka Pemikiran
Menurut Sekaran (Sugiono, 2005 : 65), kerangka pemikiran adalah merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Kerangka pemikiran menjelaskan secara
teoritis pertautan antara variabel-variabel yang akan diteliti.
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran
Di dalam suatu negara yang menganut faham demokrasi, kekuasaan tertinggi
berada di tangan rakyat. Sesuai dengan asal kata demokrasi yaitu rakyat berkuasa (Kata
Yunani demos berarti rakyat dan kratos berarti kekuasaan). Salah satu bentuk Perwujudan
dari kekuasaan tersebut adalah penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu). Pemilu
merupakan sarana bagi rakyat untuk memilih siapa yang menjadi pemimpin rakyat atau
pemimpin negara. Hal ini sejalan dengan pendapat Parulian Donald yang menyatakan
bahwa :
”Pemilu berarti rakyat melakukan kegiatan memilih orang atau sekelompok orang
menjadi pemimpin rakyat atau pimpinan negara. Pemimpin yang dipilihnya itu
jika terpilih akan menjalankan kehendak rakyat yang memilihnya...”. (Donald,
1997 : 5)
Salah satu tahap penting dalam Pemilukada adalah penyelenggaraan kampanye
yang dilakukan oleh kandidat calon Gubernur yang secara sederhana dapat dikatakan
sebagai upaya persuasif yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain yang dalam hal
ini adalah masyarakat pemilih. Kampanye yang merupakan bentuk komunikasi
melibatkan dua pihak yaitu mereka yang berkampanye (komunikator) dan mereka yang
memperhatikan kampanye (komunikan), hal ini sesuai dengan teori stimulus-respon (S-R)
yang dikemukakan oleh Hovland yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa ”
Komunikasi sebagai suatu proses yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan stimuli guna mengubah perilaku pihak lain” (Rakhmat, 1992 : 3). Dalam
hal ini kampanye dapat kita golongkan sebagai komunikasi politik karena di dalamnya
terdapat pesan-pesan politik.
Dalam kegiatan politik, negara pada struktur dan bentuk apapun, perilaku
individu maupun kelompok individu merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan,
karena individu maupun kelompok individu adalah faktor penggerak dalam menjalankan
kegiatan politik itu sendiri.
Perilaku memilih merupakan salah satu aspek perilaku politik yang dalam hal ini
berkaitan dengan kegiatan Pemilukada.Kegiatan menggunakan hak untuk memilih atau
tidak merupakan kegiatan perseorangan dalam kehidupan politiknya. Ramlan Surbakti,
dalam bukunya Memahami Ilmu Politik, memberikan pengertian mengenai perilaku
memilih sebagai berikut :
”Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian
kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut: