• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Setiap manusia harus berusaha dan berupaya untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya, yaitu dengan cara melakukan kegiatan ekonomi atau bisnis. Tentu dalam menjalankan bisnisnya manusia dituntut untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Mencari keuntungan merupakan usaha yang sah-sah saja, tetapi yang terpenting dalam menjalankan usaha tersebut tidak mengenyampingkan hukum, melanggar hukum atau sering disebut dengan istilah legal or illegal.1 Di satu pihak kegiatan ekonomi meliputi usaha individu-individu, perusahaan-perusahaan dan perekonomian secara keseluruhan untuk memproduksi barang dan jasa yang mereka butuhkan. Di lain pihak, kegiatan ekonomi meliputi pula kegiatan untuk menggunakan barang dan jasa yang diproduksikan dalam perekonomian. Dengan demikian kegiatan ekonomi dapat didefenisikan sebagai kegiatan seseorang atau suatu perusahaan ataupun suatu masyarakat untuk memproduksi barang dan/atau jasa maupun mengkonsumsi barang dan/atau jasa tersebut.2

Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu,

1

Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis (Jakarta: PT. Mitra Wacana Media, 2012), hlm. 13.

2

(2)

globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi, baik produksi luar negeri maupun produksi dalam negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan kebutuhan barang dan/ atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen.3

Keadaan-keadaan yang memaksa manusia itu, bagi sebagian pelaku usaha menuntut mereka untuk berupaya lebih keras dalam mempertahankan pelanggan/konsumen, atau mempertahankan pasar serta memperoleh kawasan pasar baru yang lebih luas yang merupakan keinginan bagi setiap produsen atau pelaku-pelaku usaha terutama perusahaan-perusahaan, mengingat makin ketatnya persaingan untuk berusaha. Persaingan yang makin ketat ini juga dapat memberikan dampak negatif terhadap konsumen pada umumnya. Menurut

Kebutuhan masyarakat akan fasilitas beserta infastruktur untuk menopang kelangsungan hidupnya ini pada gilirannya memaksa manusia itu sendiri untuk menemukan cara yang tepat dalam mencapai kebutuhannya, yaitu dengan meningkatkan perekonomian melalui pendirian perusahaan yang bergerak di bidang industri, perdagangan ataupun jasa yang tujuannya untuk mengolah segala sumber daya yang tersedia serta memanfaatkan dengan efisien dan efektif.

3

(3)

Merriam Webster Disctionary, bisnis diartikan sebagai suatu aktivitas pembuatan, pembelian atau penjualan barang dan jasa yang kemudian dipertukarkan dengan uang, kerja atau aktivitas yang merupakan bagian dari pekerjaan.4

Aktivitas pembuatan, pembelian atau penjualan barang ini menurut cara penjualan suatau barang ada 2 (dua) macam yaitu :5

1. Perdagangan barang/jasa dengan sistem penjualan langsung (direct selling). Jenis perdagangan ini adalah aktivitas perdagangan yang secara langsung tanpa melalui perantara. Hubungan yang terjalin adalah langsung dari produsen dengan konsumen.

2. Perdagangan barang/jasa dengan sistem pejualan tidak langsung (indirect selling). Jenis perdagangan ini adalah aktivitas perdagangan yang dilakukan dengan perantara. Perantara yang dimaksud ini seperti aktivitas menitipkan barang ke pengecer atau penunjukan distributor untuk pendistribusian dan penjualan barang tersebut.jadi, hubungan yang terjalin disini adalah produsen dengan perantara lalu perantara dengan konsumen.

Pada saat ini sasaran setiap negara, setiap perusahaan (setiap produsen) adalah menuju pada pemasaran global. Orientasi pemasaran global pada dasarnya dapat merubah berbagai konsep, cara pandang dan cara pendekatan mengenai banyak hal termasuk strategi pemasaran. Salah satu strategi pemasaran yang sedang marak sejak awal krisis moneter 1997/1998 hingga saat ini adalah sistem

4

Merriam Webster Inc, Merriam Webster Dictionary (Springfield: Merriam-Webster, 1997), hlm. 158.

5

(4)

penjualan langsung (direct selling) atau multi level marketing (selanjutnya disebut MLM).

Disamping itu juga terjadi perubahan pada tujuan pemasaran, yaitu dari laba menjadi keuntungan pihak berkepentingan. Untuk itu harus memanfaatkan pelanggan yang ada termasuk pesaing, kebijakan yang berlaku, peraturan pemerintah serta kekuatan makro, ekonomi, sosial, politik secara luas. Ketertarikan masyarakat Indonesia menyambut maraknya bisnis penjualan langsung dapat dimengerti dengan akal sehat, sebab kegiatan bisnis ini jika dikelola dengan benar memang dapat memberikan penghasilan relatif besar bagi para pelakunya bahkan tanpa memandang latar belakang pendidikan, umur, kondisi fisik, dan sebagainya, penghasilan para pelaku usaha maupun mitra perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung dapat melebihi gaji para eksekutif perusahaan konvensional.6

Kekuatan dari sistem penjualan langsung (direct selling) adalah tradisi kemandiriannya layanan kepada konsumen dan komitmen untuk pertumbuhan kewirausahaan dalam sistem pasar bebas. Sistem ini menawarkan peluang untuk mendapatkan penghasilan dengan bekerja paruh waktu maupun penuh waktu. Penyelenggaraan kegiatan bisnis penjualan langsung serta kedudukan mitra usahanya di Indonesia diatur berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan, antara lain Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung (selanjutnya disebut Permendag 32/2008).

6

(5)

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Permendag 32/2008, yakni : ”Penjualan langsung (direct selling) adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap”, maksudnya adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang penjualan langsung bekerja sama dengan mitra usahanya untuk mendapat keuntungan dengan cara memberi uang ataupun barang sebagai imbalan kepada mitra usahanya dengan menggunakan target ataupun diukur dari total hasil penjualan kepada konsumen dan pengembangan jaringan pemasaran yang telah dicapai oleh mitra usahanya tersebut.

Definisi mitra usaha sendiri tercantum dalam Pasal 1 angka 4 Permendag 32/2008, yaitu :7

Berdasarkan pasal diatas yang menyebutkan tentang definisi mitra usaha secara umum, mitra usaha dianggap sebagai pedagang perantara atau pembantu pengusaha. Hal itu dapat dilihat dengan jelas dalam praktiknya, bahwa hak dan tanggung jawab mitra usaha itu berbeda-beda tergantung kontrak yang dibuat dengan perusahaan induknya, namun terdapat beberapa poin yang bisa membuat ”Mitra usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran atau penjualan yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual barang dan/atau jasa kepada konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.”

7

(6)

seorang mitra usaha bisa dikategorikan baik sebagai pedagang keliling, agen perniagaan, distributor, makelar, maupun komisioner. Kegiatan bisnis penjualan langsung juga terkait dengan mitra usaha, baik mitra usaha maupun pihak ketiga harus mendapatkan perlindungan hukum agar mereka dapat terhindar dari produk-produk yang tidak bermutu dan tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

Guna menjamin adanya perlindungan hukum tersebut, pemerintah membentuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta badan Standardisasi Nasional (BSN). BPOM dan BSN adalah lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang berada di bawah presiden dan bertanggung jawab secara langsung kepada presiden. BPOM bertugas mengawasi produk obat dan makanan (termasuk minuman, obat/jamu tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan, dan NAPZA/Narkotika, Psikotropika, Zat Aditiv). BPOM juga bertugas menetapkan standarisasi produk, khususnya dalam hal ini adalah produk obat dan makanan yang sering menjadi komoditas perusahaan MLM. Sedangkan BSN bertugas melakukan standardisasi produk secara umum agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

(7)

memenuhi syarat materiil dalam proses perizinan terhadap barang dan/atau jasa yang mereka perdagangkan.

Jika konsumen menderita kerugian berupa terjadinya kerusakan, pencemaran, atau kerugian financial dan kesehatan karena mengonsumsi produk yang diperdagangkan, produsen sebagai pelaku usaha wajib memberikan penggantian kerugian, baik dalam bentuk pengembalian uang, penggantian barang, perawatan, maupun dengan pemberian santunan. Hal ini merupakan kewajiban mutlak bagi produsen untuk memberi penggantian kepada konsumen. Namun, pada kenyataannya ada beberapa kasus dimana konsumen yang merasa dirugikan menuntut mitra usaha yang secara langsung melakukan komunikasi dalam proses jual-beli produk yang diperdagangkan. mitra usaha selayaknya mendapatkan perlindungan hukum karena kecacatan produk yang diterima konsumen belum tentu terjadi karena kesalahan mitra usaha itu sendiri.

(8)

B. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diangkat di dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung menurut hukum positif Indonesia ?

2. Bagaimana kedudukan hukum mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung ?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung atas tuntutan ganti rugi oleh konsumen yang disebabkan karena kegagalan produk ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung menurut hukum positif di Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan hukum mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung.

c. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung atas tuntutan ganti rugi oleh konsumen yang disebabkan karena kegagalan produk. 2. Manfaat penelitian

(9)

a. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum pada umumnya, khususnya hukum ekonomi agar dapat menyesuaikan dengan dinamisme masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan dijadikan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan awal bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang.

b. Secara praktis 1) Bagi pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah selaku regulator, dalam hal pengawasan terhadap pelaku usaha yang bergerak dengan sistem penjualan langsung sehingga diharapkan pemerintah bijak dalam memberikan perlindungan dan pengaturan yang tepat dan efisien baik kepada pelaku usaha, maupun mitra usaha dan pihak ketiga dengan tidak merugikan ataupun menghambat kegiatan perdagangan.

2) Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas bagi masyarakat dan pelaku usaha mengenai kedudukan dan perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam sistem penjualan langsung.

D. Keaslian Penulisan

(10)

usaha dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama dalam bentuk skripsi. Namun, ditemukan skripsi di Departemen Hukum Ekonomi dan Departemen Hukum Perdata yang melakukan penulisan yang menyangkut multi level marketing.

Adapun judul skripsi yang ada di perpustakaan Fakultas Hukum USU antara lain :

1. Nama : Wisely Tahun : 2005

Judul : Analisa Yuridis Terhadap Praktik Money Game dalam Transaksi Perdagangan Berbasis Multi Level Marketing

2. Nama : Amalia Sari Tahun : 2008

Judul :Tanggung Jawab Hukum Pelaku Usaha dalam Multi Level Marketing Atas Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Riset pada Perusahaan Multi Level Marketing Syariah Ahad-Net Salur Sut 06)

(11)

Judul : Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Multi Level Marketing (Studi Kasus pada Perusahaan Multi Level Marketing ELKEN)

Penulisan skripsi ini memiliki perbedaan dengan penulisan skripsi yang pernah ditulis sebelumnya. Penulisan skripsi ini membahas mengenai perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung yang diajukan oleh konsumen jika terdapat kecacatan dalam produk yang dijual. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli. Bila dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Penjualan langsung

Kegiatan usaha penjualan langsung (direct selling) merupakan salah satu bentuk usaha swasta yang ada di Indonesia. Ada 3 (tiga) jenis sistem usaha yang umumnya dipraktekkan saat ini, yaitu :8

a. Perusahaan tradisional, dimana seseorang mengenmabangkan sistemnya sendiri.

b. Usaha waralaba (franchise), dimana seseorang membeli sebuah sistem yang sudah ada.

8

(12)

c. Usaha penjualan langsung (direct selling), dimana seseorang membeli dan menjadi bagian sebuah sistem yang sudah ada.

Penjualan langsung (direct selling) adalah proses pemasaran produk secara langsung kepada konsumen biasanya di rumah mereka atau rumah orang lain, di tempat kerja mereka dan tempat-tempat lain di luar lokasi-lokasi permanen pengecer, biasanya melalui penjelasan atau peragaan produk-produk oleh seorang penjual langsung. Sistem penjualan langsung ini juga dikenal memiliki 3 (tiga) macam yaitu :9

a. One of one, dalam sistem ini seorang penjual yang merupakan agen/ anggota/ kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen yang berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang. Mereka menawarkan produk, serta mendapat komisi atau basis lain. Cara ini sering diterapkan oleh para agen asuransi, broker, agen properti, dan lain-lain. b. Party plan, dalam metode ini seorang pejual bertugas mencari atau

menjadi tuan rumah yang mengundang sekelompok orang dirumahnya dalam rangka sales party untuk mendemonstrasikan produk. Model ini sering digunakan oleh distributor peralatan rumah tangga, kosmetika, minuman kesehatan, dan lain-lain.

c. Multi level marketing, dalam sistem penjualan ini produk yang diperjualbelikan berada di tangan agen/ distributor mandiri yang ditunjuk. Agen ini kemudian dibayar dalam bentuk komisi, diskon, bonus dan reward lainnya, berdasarkan penjulan dan kemampuannya merekrut agen.

9

(13)

Perbedaan antara penjualan langsung dengan jaringan pemasaran terlarang menurut Permendag 32/2008 :

a. Perusahaan penjualan langsung memiliki atau menguasai kantor dengan alamat yang benar, tetap dan jelas serta memiliki program pesaran yang jelas, transparan, dan rasional (Pasal 2 poin a dan b), sedangkan jaringan pemasaran terlarang kantornya sering berpindah-pindah serta tidak memiliki program pemasaran yang jelas, transparan dan rasional.

b. Perusahaan penjualan langsung memiliki kode etik dan peraturan perusahaan yang lazim berlaku di bidang usaha penjualan langsung (Pasal 2 poin d), sedangkan jaringan pemasaran terlarang tidak memiliki kode etik yang berlaku di bidang usaha penjualan langsung.

c. Perusahaan penjualan langsung memiliki barang dan/atau jasa yang nyata dan jelas dengan harga yang layak dan wajar serta memiliki ketentuan tentang harga barang dan/atau jasa yang dijual dalam mata uang Rupiah (Rp) dan berlaku untuk mitra usaha/member dan konsumen (Pasal 2 poin e dan i), sedangkan jaringan pemasaran terlarang menggunakan barang dan/atau jasa hanya sebagai kedok saja dan terdapat beberapa yang menggunakan mata uang Dollar ($).

(14)

partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau sesudah bergabungnya mitra usaha tersebut, dan bukan dari hasil kegiatan penjualan barang dan/atau jasa.

e. Pada perusahaan penjualan langsung jumlah komisi dan/atau bonus atas hasil penjualan yang diberikan kepada seluruh mitra usaha dan jaringan di bawahnya paling banyak 40% (empat puluh persen) dari jumlah nilai penjualan barang dan/atau jasa perusahaan kepada mitra usaha ( Pasal 3 poin b), sedankan pada jaringan pemasaran terlarang mitra usaha yang bergabung mendapatkan presentasi komisi yang berbeda-beda berdasarkan siapa yang duluan bergabung.

f. Perusahaan penjualan langsung wajib memiliki Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) sesuai ketentuan Pasal 9 poin 1, sedangkan jaringan pemasaran terlarang biasanya hanya menggunakan Surat Izin Usaha Penjualan (SIUP).

2. Mitra usaha

Mitra usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran atau penjualan yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual barang dan/atau jasa kepada konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.

(15)

pembelian maupun penjualan dengan melayani arus produk dari produsen ke pihak ketiga, juga secara aktif membantu pemindahan hak kepemilikan. Pedagang perantara juga menyediakan berbagai jasa untuk supplier maupun pelangganya, diantaranya adalah menyediakan jasa pergudangan, memberikan informasi pasar, yang semuanya memberikan manfaat yang tidak kecil bagi supplier dan pelanggan.10

3. Konsumen

Dalam penelitian ini penulis mengarah kepada mitra usaha yang disebutkan sebagai pedagang perantara dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) sebagai acuan dasar hukum positif di Indonesia.

Istilah “konsumen” berasal dari Bahasa Belanda “konsument”, Bahasa Inggris “costumer”, yang berarti “pemakai”. Di Amerika Serikat kata ini dapat diartikan lebih luas lagi sebagai “korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan juga korban bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula bahkan oleh korban yang bukan pemakai.11 Dalam arti yang lebih luas, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

10

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh, Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1995), hlm. 5.

11

(16)

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang mendukung dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian hukum ini dinamakan juga penelitian hukum kepustakaan.12 Sifat penelitian yang melekat pada penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Penelitian tersebut maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori baru.13

2. Data penelitian

Data merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah skripsi. Data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder, adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung yang berasal dari bahan hukum primer seperti perundang-undangan dan bahan hukum sekunder seperti pendapat-pendapat para ahli atau doktrin serta bahan hukum tersier seperti kamus-kamus sepert Kamus Besar Bahasa Indonesia dan

12

(17)

Black’s Law Dictionary. Adapun yang menjadi data sekunder dalam penulisan skripsi ini antara lain :

a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu berupa perundang-undangan, yang terdiri dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan; dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Peraturan di bawah undang-undang tentang penyelenggaraan perdagangan dengan sistem distribusi penjualan langsung, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung, Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 47/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Permendag 32/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung, Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung.

(18)

c. Bahan hukum tersier yang berupa bahan-bahan yang memberi informasi dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder antara lain kamus hukum, ensiklopedia, artikel, majalah, koran, dan situs internet. 3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan di dalam penulisan skripsi ini digunakan teknik pengumpulan data library research. Teknik pengumpulan data dengan library research adalah metode dimana dilakukan kegiatan mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan bantuan bahan-bahan bacaan yang ada di perpustakaan, seperti buku-buku, tulisan-tulisan, serta perundang-undangan yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Selain itu juga turur menggunakan fasilitas teknologi yaitu media internet (online) dengan mencari berbagai situs yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

4. Analisis data

(19)

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat sesuai dengan pembahasan, maka dibuat sistematika secara teratur dalam bagian-bagian yang semuanya saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistematika atau gambaran tersebut dibagi dalam beberapa bab, dimana pada masing-masing bab menguraikan beberapa masalah-masalah. Adapun gambaran isi atau sistematika tersebut adalah sebagai berikut :

Bab I mengenai pendahuluan. Dalam bab ini berisikan pembukaan yang pada pokoknya menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan yang terakhir adalah gambaran ini yang merupakan sistematika penulisan.

Bab II tentang pengaturan perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung menurut hukum positif Indonesia. Bab ini berisikan penjelasan-penjelasan tentang pengaturan perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung menurut hukum positif Indonesia. Dimana pada bab ini pada pokoknya menguraikan tinjauan umum perusahaan distribusi penjualan langsung, ruang lingkup perusahaan distribusi penjualan langsung dan pengaturan perusahaan distribusi penjualan langsung menurut hukum positif Indonesia.

(20)

Bab IV tentang perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung atas tuntutan ganti rugi oleh konsumen yang disebabkan karena kegagalan produk. Dalam bab ini pada pokoknya menguraikan mengenai kerugian yang mungkin diderita konsumen serta perjanjian kerjasama antara mitra usaha dan perusahan berbasis distribusi penjualan langsung.

Referensi

Dokumen terkait

Ya misalkan kayak gini ini lah, kan istilahnya ini kan saya mau usaha merupakan strategi coping yang dilakukan informan 638 apa, saya misalkan saya jual pulsa keuntungannya

Pada 25/3/2015 waris pesakit diarahkan membawa pesakit untuk mendapatkan rawatan lanjut di Hospital Tuanku Jaffar Seremban ini kerana tekanan darah pesakit tidak stabil.. Pada

Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun investasi di cabang buku kantor pusat dan kantor pusat pada buku cabang memiliki saldo

Program simulasi ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari materi automata hingga, agar para pengguna tidak merasa bosan dan merasakan suasana yang berbeda.

[r]

Dengan mempergunakan bahasa pemprograman PHP (PHP Hypertext Preprocessor) untuk membangun website, MySQL untuk database website dan CSS (Cascading Style Sheet) untuk membuat

Dan juga membandingkan kedua bahasa pemrograman tersebut melalui pembuatan program matriks dengan operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian matriks ordo 3 x 3, agar

[r]