• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Interaksi Masyarakat (Studi Tentang Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Interaksi Masyarakat Suku Nias di Kampus Universitas Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Interaksi Masyarakat (Studi Tentang Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Interaksi Masyarakat Suku Nias di Kampus Universitas Sumatera Utara)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang dicirikan oleh

adanya keberagaman budaya. Keberagaman tersebut antara lain terlihat dari

perbedaan bahasa, etnis dan keyakinan agama. Pada satu sisi kemajemukan

budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, namun pada sisi lain

pluralitas kultural tersebut memiliki potensi terjadinya disintegrasi bangsa.

Pluralitas kultur sering kali dijadikan alat untuk memicu munculnya konflik suku,

agama, ras dan antar golongan (SARA). Meskipun sebenarnya faktor-faktor

penyebab dari pertikaian tersebut lebih pada persoalan-persoalan ketimpangan

ekonomi dan ketidakadilan sosial dan politik (Rahardjo, 2005:1).

Masyarakat Indonesia yang mejemuk, pertemuan komunikasi antar budaya

merupakan suatu yang tidak dapat dielakkan. dalam interaksi yang dilakukan

masyarakat, pertemuan dengan budaya lain adalah sebuah kaharusan dan

merupakan rutinitas yang tidak bisa dihindari, sehingga komunikasi dan interaksi

harus terjadi. Baik komunikasi secara langsung (tatap muka) maupun komunikasi

yang menggunakan media sebagai saluran. Proses interaksi dalam komunikasi

antar budaya sebagian besar dipengaruhi oleh perbedaan kultur, orang-orang

dengan kultur yang berbeda akan berinteraksi secara berbeda pula, akan tetapi

perbedaan kultur jangan dijadikan sebagai penghambat proses interaksi dalam

budaya yang berbeda. Interaksi dan komunikasi harus berjalan satu sama lain

dalam anggota masyarakat yang berbeda budaya terlepas dari mereka sudah saling

mengenal atau belum.

Proses interaksi yang menunjukan bahwa kita tidak hanya berhubungan

dengan orang yang berasal dari satu etnik, akan tetapi juga dengan orang yang

berasal dari etnik lainnya. Apalagi dalam kondisi masyarakat yang modern seperti

(2)

Universitas Sumatera Utara dengan kita. Perbedaan-perbedaan ini tidak bisa ditolak karena memang pada

dasarnya tuhan menciptakan manusia dalam kondisi yang berbeda. Sekarang yang

terpenting adalah bagaimana mengelola keberagaman etnik secara baik sehingga

keberagaman etnik bisa menjadi karunia tuhan bagi umat manusia. Sebaliknya,

keberagaman etnik tidak boleh mendatangkan bencana, karena tuhan menciptakan

keberagaman antar manusia dengan tujuan agar manusia bisa mengenal satu sama

lain.

Komunikasi antar budaya seperti dalam proses komunikasinya, kita

berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Kita berusaha mendapatkan keuntungan

yang maksimal dari biaya yang minimum. Komunikasi antar budaya, orang

cendrung akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan

memberikan hasil yang positif, dan bila mendapatkan hasil yang positif maka

proses komunikasi akan terus ditingkatkan, dan ketika dalam proses komunikasi

tersebut dirasa mendapat hasil yang negatif maka pelaku komunikasi tersebut

mulai menarik diri dan mengurangi proses komunikasi. Ketika berintraksi

konnteks keberagaman kerap kali menemui masalah atau hambatan yang tidak

diharapkan sebelumnya, misalnya penggunaan bahasa, lambang-lambang,

nilai-nilai atau norma masyarakat dan lain sebagainya (Lubis, 2002:1).

Hambatan-hambatan yang terjadi mungkin disebabkan karena adanya sikap yang tidak saling

pengertian antara individu dengan individu lainnya yang berbeda budaya. Padahal

syarat untuk terjadinya interaksi dalam masyarakat yang berbeda budaya tentu

saja harus ada saling pengertian atau pertukaran informasi atau makna antara satu

dengan yang lainnya.

Pulau Nias merupakan salah satu pulau yang terdapat di Provinsi Sumatera

Utara. Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,40 km2 atau 4,88% dari luas wilayah

Provinsi Sumatera Utara dan merupakan daerah gugusan pulau yang jumlahnya

mecapai 132 pulau. Menurut letak geografis, Kabupaten Nias Terletak pada garis

0012‟ – 1032‟ LU dan 970 - 980 BT dekat dengan garis khatulistiwa.

Suku Nias adalah sekelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam

bahasa aslinya, masyarakat Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono =

(3)

Universitas Sumatera Utara tanah) Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan

kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut

“FONDRAKÖ” yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran

sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik (batu

besar) dibuktikan dengan peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar

yang masih ditemukan di wilayah pedalaman khususnya di Teluk Dalam (Nias

Selatan), Onolimbu (Nias Barat) dan di tempat-tempat lain sampai sekarang

(http://antropologitantowi.blogspot.co.id).

Fenomena migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain faktor lainnya yaitu kelahiran dan

kematian. Migrasi cenderung dilakukan orang dengan berbagai alasan, baik faktor

ekonomi, sosial dan budaya. Tempat yang biasa dijadikan untuk daerah migrasi

oleh para imigran adalah perkotaan. Kelompok suku bangsa yang banyak

melakukan migrasi antara lain batak, jawa, bugis, minagkabau, dan suku nias.

Suku bangsa nias telah banyak melakukan migrasi ke berbagai wilayah seperti

Jakarta, Surabaya, Pekanbaru dan Medan. Menurut Simanihuruk (1999), migrasi

suku bangsa nias secara masif baru terjadi sejak tahun 80-an. Realita ini sejalan

dengan peningkatan penduduk perkotaan secara nasional di Indonesia, yakni 5,1

persen. Suku bangsa nias yang bermigrasi di Sumatera Utara.

Sebagian besar areal tanah di Kabupaten Nias adalah areal pertanian. Dari

areal pertanian atau perkebunan mereka diubah menjadi lokasi perumahan

penduduk, disamping itu banyak penduduk yang tidak lagi mengerjakan lahan

pertanian atau kebunnya, karena dirasakan hasil yang tidak memuaskan dan

ketiadaan tenaga kerja yang mengelola lahan tersebut. Dengan kenyataan

demikian banyak penduduk yang enggan untuk mengerjakan lahan pertanian

mereka dan mencari pekerjaan disekitar daerah tersebut, namun karena alternatif

mata pencaharian di desa mereka tidak tersedia oleh karena itu, beberapa

(4)

Universitas Sumatera Utara Alternatif kota yang dipilih adalah kota yang dekat dengan pulau Nias dan

pastinya menjanjikan pekerjaan yang lebih layak tentunya. Kota tersebut mereka

pilih adalah Kota Medan, karena lokasinya yang tidak terlalu jauh, sama-sama

masih dalam satu pulau Sumatera, hanya menyeberang lewat sibolga, mereka

sudah sampai di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan merupakan salah

satu kota terbesar di Indonesia selain daripada Jakarta, Bandung, Surabaya. Jadi

tidak heran banyak suku bangsa Nias yang bermigrasi ke Kota Medan dengan

harapan mendapat kehidupan yang lebih baik dengan cara mencari pekerjaan di

luar dari pekerjaan bertani dan berkebun. Tidak heran suku bangsa Nias ada yang

berhasil di perantauan ada juga yang makin buruk dari keadaan sebelumnya di

kampung (Pulau Nias). Semua itu tergantung dari keterampilan yang mereka

punya sebagai bekal di kota besar.

Keterbatasan lapangan kerja mengakibatkan penduduk usia produktif

melakukan migrasi ke daerah-daerah lain dari Kabupaten Nias yang bekerja

sebagai tukang becak di Kota Medan. Karena tingkat pendidikan penduduk yang

rendah, sebagian besar penduduk hanya mencari pekerjaan-pekerjaan di sektor

informal, sementara di Kapupaten Nias, sebagai suatu kabupaten yang baru

berkembang, lapangan pekerjaan yang baik bersifat formal, seperti sektor

pemerintahan dan sektor swasta, maupun informal belum banyak tersedia

sehingga tidak dapat menurunkan angka pencari kerja di Kabupaten Nias dari

tahun ke tahun selain itu juga pasca tsunami yang membuat pulau Nias belum

tertata rapi dari segi perekonomiannya.

Sektor informal, lapangan pekerjaan yang banyak tersedia di Kabupaten

Nias hanya terbatas pada pekerjaan sebagai buruh tani, pedagang kaki lima dan

tukang becak yang bersifat subsisten. Dari pernyataan tersebut maka mereka

memilih bermigrasi ke kota besar dan memilih Kota Medan untuk dijadikan

sebagai alternatif kota bermigrasi dan juga karena jaraknya yang dekat dari Pulau

Nias dan menurut mereka di sana cukup menjanjikan kehidupan yang lebih baik

daripada sebelumnya. Di kota besar seperti Kota Medan mereka dapat

memeperoleh pekerjaan yang lebih menjanjikan seperti banyakya terdapat

(5)

Universitas Sumatera Utara banyaknya pekerjaan yang menjanjikan mereka maka mereka berpikir ekonomi

juga akan lebih bertambah. Jadi tujuan utamanya untuk mendapatkan pekerjaan

dan memperoleh uang yang banyak (http://sariariesta.blog.com).

Medan adalah salah satu kota besar yang banyak disinggahi oleh masyarakat

luar baik untuk tujuan mengadu nasib maupun dengan tujuan untuk menuntut

ilmu. Seperti haalnya yang dilakukan oleh masyarakat suku nias di kota Medan.

Banyaknya jumlah mahasiswa yang ada di Universitas Sumatera Utara membuat

mereka memilih untuk bermukim di daerah tersebut, dikarenakan profesi mereka

yang sebagian besar sebagai penarik becak yang memudahkan mereka untuk

mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka beserta keluarganya,

maka dari itu mereka di tuntut untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang

mereka tempati.

Adaptasi yang dilakukan suku bangsa Nias bertujuan untuk mendekatkan

diri dengan masyarakat setempat agar diterima dan dapat tinggal di daerah

tersebut. Itu mereka lakukan agar dapat bertahan hidup di daerah Kampung

Susuk. Mereka menyadari bahwa mereka adalah kelompok minoritas dan jumlah

mereka pun lebih sedikit dibandingkan masyarakat setempat. Oleh karena itu,

mereka harus membiasakan diri mereka dengan kebiasaan yang ada di lingkungan

yang baru.

Banyaknya suku bangsa yang bermukim di kota Medan menyebabkan

kemajemukan etnis di Medan dianggap sebagai hal yang wajar dan lazim. Namun

dengan datangnya masyarakat suku nias ini menambah nuansa perbedaan

kebudayaan di daearah ini, dan komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi

diantara orang-orang yang memiliki perbedaan latar belakang seperti perbedaan

ras, suku, bahasa, tingkat pendidikan, status sosial bahkan jenis kelamin.

Efektifitas komunikasi sangat ditentukan oleh sejauhmana komunikator dan

komunikasn memberi makna pesan dari proses komunikasi yang berbeda latar

belakang budayanya.

Perbedaan latar belakang budaya bisa membuat kita sangat kaku dalam

proses berinteraksi dan berkomunikasi. Ada beberapa hal dalam prinsip-prinsip

(6)

Universitas Sumatera Utara Ketika melakukan awal interaksi dengan orang lain , maka diperlukan adanya

sebuah pola komunikasi sehingga dapat menciptakan komunikasi yang efektif.

Hal itu diperlukan agar dapat menimbulkan feedback (umpan balik) yang positif

pola komunikasi dapat berjalan dan terhubung ketika orang-orang yang terlibat

dalam proses komuikasi tersebut dapat mengerti makna pesan yang disampaikan.

Sebab interaksi awal yang tidak baik juga disababkan karena ketidaknyamanan

sebagai akibat dari perbedaan yang ada (dalam skripsi Primadona Agustia,

2009:3). Kewujudkan komunikasi yang baik atau efektif dengan latar belakan

budaya yang berebda, tidak sesulit yang kita bayangkan dan tidak semudah

anggapan banyak orang. Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam budaya

yang berbeda, banyak hal yang harus diperhatikan dan banyak juga kemungkinan

terjadinya kesalah pahaman di dalamnya. Karakter masing-masing individu

mewarnai komunikasi yang dijalin individu itu sendiri. Karakter yang keras harus

bisa menyesuaikan dengan orang yang berkarakter lemah lembut. Orang yang

berkarakter lemah lembut juga harus bisa memahami dan mengerti mereka yang

berkarakter keras.

Bahasa merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurang efektifnya

interaksi yang terjadi dalam komunikasi antar budaya. Kurangnya pemahaman

mengenai bahasa yang berbeda dapat menimbulkan kesalah pahaman dan

perasaan tidak nyaman, dan akibat dari kesalah pahaman tersebut banyak kita

jumpai konflik-konflik yang terjadi sebagai akibat dari rasa etnosentris. Salah satu

jalan untuk meminimalisir kesalah pahaman mengenai perbedaan kebudayaan

tersebut adalah mencoba untuk mengerti atau setidaknya mengetahui bahasa dan

perilaku budaya orang lain, sehingga kita bisa mengetahui pronsip-prinsip

komunikasi antar budaya dan mempraktekkannya dalam berkomunikasi dengan

orang lain.

Kemajuan budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia selain memiliki

sisi positif, juga memiliki sisi negatif. Kemajuan masyarakat sangat potensial

sekali bagi terjadinya konflik sebagai akibat dari perbedaan budaya. Untuk

(7)

Universitas Sumatera Utara antarbudaya sehingga tercapai suatu pemahaman mengenai budaya yang berebda

dan pada akhirnya bisa menciptakan kenyamanan dan saling menghargai.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti

Hambatan-Hambatan Komunikasi Antar Budaya Dalam Interaksi Masyarakat nias di kampus USU.

1.2Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat dirumuskan fokus permasalahan dari penelitian ini adalah “Apa sajakah

Hambatan-Hambatan Komunikasi Antar Budaya yang dialami oleh masyarakat

suku Nias dalam berinteraksi dengan masyarakat yang ada di sekitar komplek

kampus Sumatera Utara ?”

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui “Hambatan-Hambatan

Komunikasi Antar Budaya apa sajakah yang dialami oleh masyarakat suku Nias

dalam berinteraksi dengan Masyarakat di kampus Universitas Sumatera Utara ?”

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan

menambah pengetahuan serta wawasan bagi pembaca, khususnya

departemen Ilmu Komunikasi

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif terhadap Ilmu Komunikasi, khususnya Hambatan-Hambatan

Komunikasi Antar Budaya Dan Interaksi Masyarakat Nias Di Kampus

(8)

Universitas Sumatera Utara 3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan refrensi

bagi mahasiswa yang membutuhkan informasi yang lebih mendalam

mengenai Hambatan-Hambatan Komunikasi Antar Budaya Dan Interaksi

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karenaperusahaan adalah pekerjaan tetap, sedangkan tidak setiap pekerjaan tetapadalah perusahaan dalam arti mengejar keuntungan pribadi,

Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional dan merupakan ujunhg tombak pelayanan kesehatan dasar dari pemerintah bagi masyarakat luas yang dilakukan

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Izin Pendirian Perusahaan

2015 Pelatihan Penyusunan RPP dan Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Saintifik untuk Guru IPA-Biologi SMK di Kabupaten Bantul,

[r]

(2) Tali asih diberikan kepada anggota KORPRI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mendapatkan Surat Keputusan Purna Tugas sebagai pegawai negeri sipil atau Surat

Seleksi dan modifikasi proses dan produk penelitian sebagai sumber belajar di SMA misalnya, maka prosedur kerja disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran peserta didik, dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa persepsi cara mengajar guru dengan motivasi belajar terdapat korelasi yang rendah namun