• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANG (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANG (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, hal tersebut di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu : lingkungan, genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan. Apabila keempat faktor tersebut mengalami suatu ketidakseimbangan, maka individu berada dalam keadaan yang di sebut dengan sakit (Notoatmodjo, 2005). Sakit adalah suatu keadaan dimana seseorang merasakan ketidaknyamanan secara fisik, mental maupun sosial karena hadirnya penyakit sehingga menyebabkan kelemahan pada tubuh dan perubahan fungsi anggota tubuh (Joyomartono,2006).

Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu Negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita adalah masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit. Terjadinya gangguan kesehatan pada masa tersebut berakibat negatif bagi pertumbuhan anak itu seumur hidupnya. Menurut Depkes 2000, Secara umum penyakit pada anak sangat banyak macamnya. Penyakit yang sering terjadi pada anak di anataranya batuk atau ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), diare, DHF (dengue Hemorage Fever), typoid, demam dan masih banyak lagi. Dari beberapa penyakit tersebut yang sering terjadi pada anak adalah diare. Permasalahan kesehatan yang sering di jumpai pada balita yaitu penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis (Widjaya, 2003).

Angka kejadian diare pada anak didunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 5 juta jiwa. Statistik di amerika mencatat tiap tahun terdapat 25 - 35 juta kasus diare dan 16,5 juta diantaranya adalah balita. Angka kematian balita dinegara berkembang akibat diare ini sekitar 3,2 juta tiap tahun. Sedangkan data statistik di Indonesia menunjukan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk di Indonesia, dua

(2)

Gastroenteritis merupakan penyakit menular yang mempunyai mekanisme penularan tinja melalui mulut dan makanan dan air sebagai pengantar untuk kebanyakan kejadian. Sehinga klien gastroenteritis yang dirawat harus di tempatkan pada tempat yang bersih, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien, sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi, klien dengan keluarganya harus dididik mengenai cara perolehan enteropathogen dan cara mengurangi penularan (Kamus Besar Dorland, 2002).

Penyakit ini mempunyai masalah utama yaitu diare dan muntah, akibatnya klien akan kehilangan air dan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolik. Disamping itu menyebabkan klien kekurangan cairan atau dehidrasi, keadaan kekurangan cairan ini apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan shock hipovolemik, maka akibatnya pada anak yang mengalami dehidrasi akan menyebabkan kematian, dimana 80% bagian dari tubuh anak terdiri dari cairan (Nelson, 2000).

Berdasarkan pembahasan diatas penanganan anak pada gastroenteritis perlu mendapatkan perhatian secara tepat. Agar tidak terjadi komplikasi pada anak dengan diare misalnya dehidrasi, syok hipovolemik, bahkan sampai kematian. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Pencernaan : Gastroenteritis “. Dengan harapan sebagai perawat kita mampu memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan gangguan sistem pencernaan, khususnya

(3)

B. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai :

1. Tujuan umum

Diharapkan agar Mahasiswa/i Keperawatan, sebagai calon perawat mampu memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pada sistem pencernaan, terlebih pada anak.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar Gastroenteritis

b. Mahasiswa dapat memahami tentang anatomi dan fisiologi sistem pencernaan. c. mahasiswa dapat memaparkan pengkajian selama memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan pada sistem pencernaan.

d. mahasiswa dapat menjelaskan diagnosa keperawatan selama memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pada sistem pencernaan.

e. mahasiswa dapat menguraikan rencana tindakan selama memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pada sistem pencernaan.

f. mahasiswa dapat menguraikan implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan pada sistem pencernaan

g. Mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan, khususnya dalam hal ini pada anak.

C. METODE PENELITIAN

Dalam menyusun makalah ini, penulis mengunakan metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan, browsing ke internet, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.

D. SISTEMATIKA PENELITIAN

(4)

konsep gangguan pada muskoluskeletal, dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan rheumatoid arthritis. BAB III Penutup berisi: kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinnja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkaan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat,2006).

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir atau darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005). Gastoenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan pathogen parasitik (Wong, 2003).

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus yang ditandai dengan frekuensi buang air besar pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan pada anak 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer, dengan atau tanpa lendir dan darah.

B. Anatomi Fisiologi Gastrointestinal

Gbr.1.Usus Halus

(5)

Intestinum minor adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada

pylorus dan berakhir pada seikum panjangnya  6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Lapisan usus halus : lapisan mucosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M.Sirkuler), Lapisan otot memanjang (M.Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah Luar).

Bagian-bagian dari usus halus :

a. Duodenum

Disebut juga usus 12 jari, panjangnya  25 cm beerbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat pancreas, dan pada bagian kanan terdapat selaput lendir yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran empdu (ductus coleductus) dan saluran pancreas (ductus wirsungi, ductus pankreatikus) empedu dibuat dihati untuk dikeluarkan kedoedenum melalui duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase.

Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida. Dinding duodenum mempunyai lapuisan mucosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum

b. Yeyenum dan ileum

Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar  6 m 2/5 bagian atas adalah

yeyenum dengan panjang  23 m dan ileum dengan panjang  4-5 m. Lekukan yeyunum

dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.

(6)

san pada bagian ini terdapat katub valvula baukhini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam colon asenden tidak masuk kembali kedalam ileum

c. Mucosa dan usus halus

Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mucosa dan kicrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi, lipatan ini dibentuk oleh mucosa dan submucosa yang dapat memperbesar parmukaan usus halus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam peranan aktif dalam pencernaan.

Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung didalam usus halus melalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe disebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vilus berisis lacteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makan cair dan lemak yang diabsorbsi kedalam lacteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk kedalam pembuluh kapiler darah vili dan vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.

Ringkasan Absorbsi

Sumber Makanan Hasil Akhir

Cernaan Organ Absorbsi

Protein Asam amino Dari epitelium masuk ke pembuluh dan aliran darah

Lemak Gliserin dan asam lemak

Dari epitelium vili masuk lacteal dan aliran limfe

Hidrat Carbon

Mono sacarida :

- Glukosa - Leavilosa - Galaktosa

Dari epitelium vili dan dinding pembuluh dara masuk aliran darah

(7)

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino 3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacarida

Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghsilkan getah usus yang menyempurnakan pencernaan makanan :

1) Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik

2) Eripsin, menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino 3) Laktase mengubah lactase menjadi monosakarida

4) Maltosa mengubah maltosa menjadi monosacarida 5) Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosacarida

2. Usus Besar/Intestinum Mayor

Panjangnya  1,5 m dan lebarnya 5-6 m. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar :

a. Selaput lendir

b. Lapisan Otot melingkar

c. Lapisan otot memanjang

d. Jaringan Ikat

Fungsi Usus besar terdiri dari :

a. Menyerap air dari makanan b. Tempat tinggal bakteri coli c. Tempat feces

Bagian-bagian dari usus besar :

a. Seikum

(8)

bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan dapoat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup

b. Colon Asenden

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur keatas dari ileum kebawa hati, dibawah hati melengkung kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai colon tranversum.

Gbr.2.Usus besar

c. Appendiks (usus Buntu)

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum, mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masi memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isis usus. Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk kedalam rongga pelvis minor terletak horizontal dibelakang seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bias menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga abdomen

d. Colon Tranversum

Panjangnya  38 cm, membujur dari colon asenden sampai colon desenden berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapatr fleksura lienalis.

(9)

Panjangnya  25 cm, terletak diwah abdomen bagian kiri membujur dari atas

kebawah dari fleksura lienalis sampai kedepan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.

f. Colon Sigmoid

Merupakan lanjutan dari colon desenden, terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum

g. Rectum

Terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalm rongga pelvis didepan os sacrum dan os coksigis

h. Anus

Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter:

 Sfingter ani internus (sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak

 Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak

 Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak

Fisiologi usus besar Defekasi (Buang air Besar)

Didahului oleh transport feses kedalam rectum yang mengakibatkan ketegangan dinding rectum mengakibatkan rangsangan untuk refleks defekasi sedangkan otot usus lainnya berkontraksi, musculus levator ani relaksasi secara volunteer dan terkena ditimbulkan oleh otot-otot abdomen.

C. Etiologi

Faktor penyebab diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu :

(10)

Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut : infeksi bekteri, seperti vibrio, E.coli, salmonella, shigella campylobacter, aeromonas dan sebagainya; infeksi virus yaitu enterovirus (virus ECHO,coxsackie, poliomyelitis, adeno-virus,rotavirus, dan lain-lain); infeksi parasit cacing (ascaris, trichuris, oxyuris), protozoa (entamoeba histolytica) dan jamur (candida albicans).

b. Factor parenteral

Infeksi parenteral adalah infeksi diluar pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis dan sebaginya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak yang berumur dibawah 2 tahun.

c. Factor malabsorpsi

Malabsorpsi karbohidrat, misalnya disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galktosa); malabsorpsi lemak dan malabsorpsi protein.

d. Factor makanan

Seperti makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

e. Factor psikologis

Seperti rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

D. Manifestasi klinik

(11)

karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidaak di absorpsi oleh usus selam diare.

Gejala muntah dapat timbul setelah atau sebelum diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 2005).

Frekuensi BAB (Buang Air Besar) pada bayi lebi dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari, bentuk cair padaa buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir dan darah, nafsu makan menurun, warnanya lama kelamaan menjadi kehijauan karena bercampur empedu, munah, rasa haus, malaise, adanya lecet pada daerah sekitar anus, feses bersifat asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus, adanya tanda dehidrasi, kemudian dapat terjadi dieresis yang berkurang atau sampai dengan terjadi asidosis metabolic seperti tampak pucat dengan pernafasa kumaul (Hidayat, 2006).

E. Patofisiologi

Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebt diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeki virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Gastroenteritis dapat ditularan melalui rute rectal oral dari orang ke orang beberapa fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit kedaam usus halus, sel mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal.

(12)

menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Seseorang yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan melalui bakteri colera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit kedalam usus besar sehingga unsure-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.

Gangguan absorpsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi karena sindrom malbsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorpsi dan sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat mengakibatkan asidosis metabolic.

Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbilkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus (adenovirus enteric dan robavirus) serta parasit (biada lambiachristopodium) pathogen ini menimbilkan penyakit dengan mengnfeksi sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinsing usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut adalah usus halus (Corwin, 2000).

F. Komplikasi

(13)

Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan yang tidak adekuat sehingga tidak tercapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001)

Arthritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella, Salmonella. Bisa juga terjadi malnutrisi pada anak, disebabkan karena muntah dan diare yang dialami oleh anak.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakan diagnose yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan menurut Mansjoer (2000) adalah :

1) Pemeriksaan feses

Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap natibiotik serta untuk mengetahui Ph dan kadar gula jika diduga intoleransi glukosa

2) Pemeriksaan darah

darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik) dan dapat terjadi karena

malnutrisi/malabsorpsi tekanan fungsi sum-sum tulang. 3) Pemeriksaan elektrolit tubuh

Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, dan bikarbonat. 4) Duodenal intubation

Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuentitatif dan kualitatif terutama diare kronik.

H. Penatalaksanaan medis Dasar pengobatan diare adalah

1) Pemberian cairan (rehidrasi)

(14)

hari ad libitium. Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB per oral/intragastrik (sonde), selanjutnya 125 ml/kg BB/ hari ad libitum.

2) Dietetic (cara pemberian makanan)

Tujuan diit pada klien gastroenteritis adalahmemberikan makanan secukupnya untuk memberikan makanan yang secukupnya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa

memberatkan kerja usus, mencegah dan mengurangi resiko dehidrasi, mengupayakan agar anak segera mendapatkan makanan sesuai dengan umur dan berat badannya. Syarat diit pada klien gastroenteritis adalah klien tidak dipuasakan setelah terjadi rehidrasi, diberi makanan peroral dalam dalam 24 jam pertama, pemberian ASI diutamakan, makanan cukup energy dan protein, makanan tidak merangsang saluran pencernaan yaitu tidak mengandung bumbu tajam, tidak menimbulkan gas, makanan diberikan bertahap dari makanan ringan dalam bentuk yang sesuai menurut umur dan keadaan penyakit, makanan diberikan dalam porsi kecil denga frekuensi sering.

3) Obat-obatan

obat anti sekresi, obat spasmolik, obat antibiotic juga dapat diberikan bila terjadi penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis atau bronkopneumonia (Ngastiyah, 2005).

(15)
(16)

Pengkajian meruakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan daa dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.

1) Riwayat keperawatan

Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat rumah, suku bangsa, agama dan nama orangtua. Keluhan utama klien biasanya mengeluh BAB encer dengan atau tanpalendir dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijau- hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafsu makan dan diserai dengan demam ringan atau demam tinggi pada anak yang menderita infeksi usus.

Riwayat penyakit sekarang meliputi lamanya keluhan : masing-masing orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan sosial, ekonomi,, hygiene dan sanitasi. Akibat timbil keluhan : anka menjadi rewl dan gelisah, badan menjadi emah dan aktivitas bermain kurang. Factor yang memperberat adalah ibu menghentikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula garam).

Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus dirawat dirumah sakit.

Riwayat kehamilan dan kelahiran yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi, usia kehamilian dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup kesehatan anak sebelum ampai sesudah lahir. Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia anak sekarang.

Imunisasi yang ditanyakna kepada orangtua adalah apakah anak mendapatkan imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian serta efek samping dari

pemberian imunisasi seperti panas alergi dan sebagainya.

Psikososial yang ditanyakan meliputi tugas perkembangan sosial anak, kemampuan beradaptasi selama sakit, mekanisme koping yang digunakan oleh anak dan keluarga. Respon emosional keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stres mencakup juga harapan-harapan keluarga terhadap kesembuhan penyakit anak.

(17)

ditanyakan baik dirumah dan juga bagaimana pola hygiene tubuh seperti mandim keramas dan gaji baju. Kesehatan mental meliputi pola interaksi anak, pola kognitif anak, pola emosi anak saat dirawat, pola psikologi keluarga serta kopingnya dan pengetahuan keluarga dalam mengenali penyakit anak.

2) Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum klien

Pada anak terdapat keluhan dan kelainan-kelainan yang perlu mendukung perlu dikaji adanya tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, ubun-ubun besar cekung, mukosa bibir kering dan turgor kulit berkuran, keelastisannya, kemudian ditanyakan frekuensi BAB, adanya nyeri atau disentri abdomen, demam dan terjadinya penurunan berat badan (Gunawan, 2009). b. Pola fungsional kesehatan

Pola fungsional kesehatan dapat dikaji melalui pola Gordon dimana pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data secara sistematis dengan cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus.

Model konsep & tipologi pola kesehatan fungsional menurut Gordon. 1. Pola persepsi-managemen kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.

2. Pola nutrisi dan metabolic

Menggambarkan masukan nutrisi, cairan dan elektrolit. Nafsu makan, pola makan diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah, keutuhan jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan kulit, makanan kesukaan.

3. Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.

4. Pola Latihan – aktivitas

Menggaambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi 5. Pola kognitif perceptual

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. 6. Pola istirahat tidur

Menggambarkan ola tidur, istirahat dan persepsi tentang energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur.

(18)

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan peprsepsi terhadap kemampuan.

Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sndiri. (Winugroho, 2008)

K. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah dan intake inadekuat

3. Hipertermi berhungan dengan dehidrasi

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rekctal karena diare

5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen 6. Deficit pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatanya berhubungan dengan kurang

paparan informasi

7. Ansites berhubungan dengan hospitalisasi dan stress

(Wilkinson, 2007)

L. Intervensi keperawatan

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan akan teratasi dan keseimbangan elektrolit dan asam basa dapat tercapai.

Kriteria hasil : hidrasi dan status nutrisi adekuat, frekuensi irama dan nadi dalam rentangyang diharapkan.

Intervensi :

a) Beri larutan rehidrasi oral (LRO) sedikit tapi sering khususnya bila anak muntah

(19)

b) Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan.

R : untuk mengobati patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan.

c) Berikan diet regular pada anak sesuai toleransi.

R : karena pemberian diet normal secar dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi penyakit

d) Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, formulasi bebas laktosa atau formula yang mengandung setengah laktosa.

R : untuk mempertahankan terapi cairan

e) Pantau intake dan output (urin,feses dan emesis)

R : untuk mengevaluasi keefektifan intervensi

f) Pantau berat jenis urin setiap 8 jam atau sesuai indikasi

R : untuk mengkaji hidrasi

g) Timbang berat badan anak

R : untuk mengkaji hidrasi

h) Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membrane mukosa dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi

R : untuk mengkaji hidrasi

(20)

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria hasil : asupan makanan dan cairan adekuat, asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik, mencapai berat badan yang ideal.

Intervensi :

a) Instruksikan ibu menyusui untuk melanjutkan pemberian ASI

R : hal ini penting untuk mengurangi kehebatan dan durasi penyakit.

b) Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan

R : untuk mengkaji toleransi pemberian makanan

c) Anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering

R : pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan gastric sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.

d) Timbang berat badan anak

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas (03-08-2016) bertempat di Sekretariat ULP Kabupaten Sumbawa, Kelompok Kerja 34 Pekerjaan Konstruksi

2016 pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk kegiatan tersebut diatas, dengan ini ditetapkan perusahaan-perusahaan dibawah ini sebagai Pemenang,

Given that Japan is one of Indonesia’s larger sources of foreign direct investment, it is possible to gauge the attractiveness of Indonesia as an investment destination from a

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada studi awal peneliti yang menemukan permasalahan yang terkait dengan sistem e-learning di SMAN Kota Yogyakarta, yaitu belum

Dengan ini ditetapkan Perusahaan Jasa Konsultansi yang masuk / Lulus sebagai DAFTAR PENDEK (SHORT LIST) untuk Kegiatan yang Dikelola Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab.

Hasil penelitian menemukan: (1) model pendidikan kewirausahaan meliputi sistem, struktur program diklat, komposisi antara teori dengan praktik, modul diklat,

PENILAIAN PADA PIGP Kompetensi guru Kompetensi guru profesional sosial kepribadian pedagogik Penilai Penilai pengawas sekolah/madrasah kepala sekolah/madrasah guru

SIMALUNGUN PADA UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TENTANG PENETAPAN PEMENANG PELELANGAN UMUM PASCAKUALIFIKASI E-LELANG PEKERJAAN KONSTRUKSI