• Tidak ada hasil yang ditemukan

tata hukum indonesia dan bab1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "tata hukum indonesia dan bab1"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SMK YADIKA MANADO

2015

O

L

E

H

INDRI PANGKERE

X KEPERAWATAN.2

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Semakin berkembangnya pemikiran mahasiswa dewasa ini, tentunya sudah menjadi

kebutuhan yang wajib bahwa setiap mahasiswa harus mengeahui macam-macam hukum yang ada di Indonesia ini, tidak terkecuali mahasiswa yuang tidak bergelut di bidang hukum sekalipun.

Pengenalan berbagai macam hukum ini tentunya sangat diperlukan dimana seorang

mahasiswa akan mendapa predikat lebih di masyarakat, dan tentunya para mahasiswa dapat menanggulangi ataupun memberikan sumbangsih pada setiap persoalan yang berkaitan dengan dengan hukum minimal yang terjadi di masyarakt sekitarnya.

Dengan demikian, maka seorang mahasiswa dapat mengamalkan misi-misi

kiemahasiswaannya dengan baik di masayarakat. Dan disini kami mengawali pembahasan hukum ini dari hukum perdata.

2. Rumusan masalah

1. Apakah yang dimakud dengan hukum perdata? 2. Bagaimanakah sejarah erbenuknya hukum perdata? 3. Apa sajakah objek-objek kajian dari hukuim perdata?

3. Tujuan

(3)

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Tata Hukum

Tata hukum ialah semua peraturan-peraturan hukum yang diadakan/diatur oleh negara atau bagiannya dan berlaku pada waktu itu seluruh masyarakat dalam negara itu. Jelasnya, semua hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu dalam suatu tempat tertentu. Oleh karena itu ada sarjana yang mempersamakan tata hukum dengan Hukum Positif atau Ius Constitutum.

Tata Hukum adalah susunan hukum yang berasal mula dari istilah rechts orde(bahasa Belanda). Susunan hukum terdiri atas aturan-aturan hukum yang tertata sedemikian rupa sehingga orang mudah menemukannya bila suatu ketika ia membutuhkan untuk

menyelesaikan peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat. Tata Hukum yang berlaku dalam masyarakat karena disahkan oleh pemerintah masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat itu adalah masyarakat negara, yang mensahkan hukumnya adalah penguasa negara.

Tata Hukum Indonesia

Tata hukum suatu negara adalah tata hukum yang ditetapkan atau disahkan oleh negara itu. Jadi tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan oleh pemerintah negara Indonesia. Tata hukum Indonesia juga terdiri atas aturan-aturan hukum yang ditata atau disusun sedemikian rupa, dan aturan-aturan diantara satu dan lainnya saling berhubungan dan saling menentukan. Aturan-aturan hukum yang berlaku di Indonesia berkembang secara dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya suatu aturan yang sudah tidak memenuhi kebutuhan masyarakat perlu diganti dengan yang baru. Perkembangan masyarakat tertentu diikuti oleh perkembangan aturan-aturan yang mengatur pergaulan hidup sehingga tata hukum pun selelalu berubah, begitu pula tata hukum Indonesia. Suatu tata hukum yang selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan masyarakat di tempat mana tata hukum itu berlaku untuk memenuhi perasaan keadilan berdasarkan kesadaran hukum masyarakat.

Aturan-aturan yang ditata sedemikian rupa menjadi ”tata hukum” tersebut antara satu dan lainnya saling berhubungan dan saling menentukan

(4)

Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya sendiri dan oleh sebab itu turut serta sendiri dalam berlakunya tata hukum itu, artinya tunduk sendiri terhadap tata hukum itu.

Tiap-tiap tata hukum mempunyai struktur tertentu, yakni strukturnya sendiri. Masyakat yang menerapkan dan menuruti tata hukum itu hidup, berkembang, bergerak, berubah.

Demikianpun tata hukumnya, sehingga strukturnya dapat berubah pula, oleh sebab itu dikatakan, bahwa tata hukum mempunyai struktur terbuka.

Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakatt hukum Indonesia, ditetapkan oleh Negara Indonesia. Oleh karena itu adanya Tata Hukum Indonesia baru sejak lahirnya Negara

Indonesia (17-08-1945). Pada saat berdirinya Negara Indonesia dibentuklah tata hukumnya.

Pelaksanaan tata atau susunan itu berlangsung selama ada pergaulan hidup manusia terus berkembang. Oleh karena itu, tata hukum terdapat aturan hukum yang positif atau ius constitutum, disamping aturan hukum sejenis yang pernah berlaku dan tetap dinamakan sebagai hukum (recth). Dalam hukum positif di Indonesia, terdapat macam-macam tata hukum di Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Hukum Tata Negara (HTN) adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai organisasi dalam mencapai tujuannya dalam kemasyarakatan

2. Hukum Administrasi Negara (HAN) adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai pengelolaan administrasi pemerintahan yang jika dalam arti luas bertujuan dalam mengetahui cara tingkah laku negara dan alat-alat perlengkapan negara

3. Hukum Perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi setiap tingkah laku manusia untuk memenuhi kepentingan (kebutuhan)nya atau mengatur kepentingan-kepentingan seseorang.

4. Hukum Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku setiap manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum

5. Hukum Acara atau Hukum Formal adalah peraturan hukum yang mengatur mengenai cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum materal. Tata hukum Acara atau hukum formal dibagi menjadi dua antara lain..

 Hukum acara pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dalam cara

(5)

 Hukum acara perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai cara

bagaimana mempertahankan dan menjalankan mengenai peraturan hukum perdata material.

1. Pengertian hukum perdata

Hukum artinya segala peraturan tertulis dan tidak tertulis yang mempunyai sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya. Hukum perdata adalah segala peraturan hukum yang

mengatur yang mengatur hubunga hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain. Pada pengertian ini ada beberapa unsur yang perlu dibahas, unsur-unur tersebut antara lain ialah peraturan hukum, hubungan hukum, dan orang. Dalam buku lain disebutkan bahwa yang dimaksud hukum perdata ialah aturan-aturan atau norma-normayang memberikan pembatasan dan oleh karenanyamemberikan perlindungan pada kepentingan-kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan yang lain dari orang-orang didalam suatu masyarakat tertentu. Seperti yang tertera diatas, bahwa dari pengertian diatas terdapat beberapa unsur dari hukum

perdata yaitu: 1. Peraturan hukum

Peraturan artinya rangkaian ketentuan mengenai ketertiban. Peraturan itu ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Istilah “perdata” berasal dari bahasa sansekerta yang berarti warga, pribadi, sipil, bukan militer. Hukum perdata artinya hukum mengenai warga, pribadi, sipil, berkenaan dengan hak dan kewajiban.

2. Hubungan hukum

Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum. Hubungan yang diatur oleh hukum itu adalah hak dan kewajiban warga, pribadi yang satu terhadap warga, pribadi yang lain dalam hidup bermasyarakat. Jadi, hubungan hukum adalah hak dan kewajiban hukum setiap warga atu pribadi dalam hidup bermasyarakat. Hak dan kewajiban tersebut apabila tidak dipenuhi dapat dikenakan sanksi menurut hukum.

3. Orang ( person )

Orang ( peroon ) adalah subjek hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban. Pendukung hak dan kewajiban ini berupa manusia pribadi dan badan hukum.

(6)

hukum.

Dari uraian mengenai definisi hukum perdata tersebut dapat dikenal adanya hukum perdata tertulis dan hukum perdata tidak tertulis, hukum perdata dalam arti luas dan hukum perdata dalam arti sempit, hukum perdata nasional dan hukum perdata internasional. Huku perdata tertulis adalah hukum perdata yang dibuat oleh pembentuk undang-undang, yang

diundangkan dalam lembaran negara. Contohnya ialah hukum perdata barat yang dimuat dalam B.W.(KUHPdt) yang diundangkan dalam Stb. 1847-23, UU perkawinan no.1 tahun 1974 yang diundanglkan dalam L N tahun 1974 no.1.

Hukum perdata tidak ertulis adalah hukum perdata yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, dibuat oleh masyarakat , bukan oleh pembentuk undang-undang. Hukum perdata tidak tertulis lazim disebut dengan istila “hukum adat”.

Hukum perdata dalam arti luas meliputi hukum perdata, hukum dagang an hukum adat. Sedangkan hukum perdata dalam arti sempit hanya meliputi hukum perdata teretulis. Hukumperdata nasional adalah hukum perdata yang pendukung hak dan kewajibannya mempunyai kewarganegaraan yang sama yaitu warga Negara Indonesia. Sedangkan hukum perdata internasional salah satu pendukung hak dan kewajibannya adalah warga Negara asing.

2. Sejarah Hukum Perdata a. Hukum Peradata Belanda

Hukum perdata belanda berasal dari hukum perdata Prancis, yang berinduk pada Code Civil Prancis. Pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte, Prancis pernah menjajah Belanda dan Code Civil diberlakukan pula di Belanda. Setelah Belanda merdeka dari Prancis, Belanda membentuk kitab Undang-Undang hukum perdata sendiri yang lepas dari pengaruh

kekuasaan Prancis.

Keinginan Belanda tersebut terealisasikan dengan pembentukan kodifikasi hukum perdata Belanda yang selesai tanggal 5 Juli 1830 dan direncanakan diterapkan tanggal 1 Pebruari 1831. Tetapi dalam bulan Agustus 1830 terjadi pemberontakan di daerah bagian selatan Belanda, yang akhirnya keluar dari Belanda yang akhirnya disebut kerajaan Belgia. Karena pemisahan ini, kodifikasi- pun baru dapat terwujud pada tanggal 1 Oktober 1838

Meskipun B.W.( Burgerlijik wetboek/ kitab UU hukum perdata belanda ) itu dibentuk oleh Belanda, namun isi dan bentuknya sebagian besar serupa dengan Code Civil Prancis.

b. Hukum Perdata Indonesia

(7)

diberlakukan pula di Hindia Belanda pada waktu itu,yang berhasil disahkan tanggal 16 Mei 1846, dan diberlakukan tanggal 1 Mei 1848.

Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan aturan peralihan UUD45, maka B.W. Hindia

Belanda tetap diberlakukan sebelum digantikan oleh undang- undang yang baru, yang disebut kitab undang- undang hukum perdata Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia adalah hukum perdata barat( Belanda), yang berinduk pada kitab Undang- Undang Hukum Perdata( KUHPdt), yang dalam bahasa aslinya disebut BUgerlijk Wetboek( B.W.) ini berlaku di Hindia Belanda dulu. Poada pasal II aturan peralihan UUD 1945 yang berbunyi: “ segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belumdiadakan yang baru menurut UUD ini.” Ini berari bahwa ketentuan yang ada pada zaman hindia belanda, khususnya hukum perdata, masih berlaku di Indonesia. Tujuannya untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum, dibidang hukum keperdataan.

3. Sitematika Kodifikasi

Sistematika artinya susunan yang teratur, sitematika kodifikasi artinya susunan yang teratur dari suatu kodifikasi. Sitematika itu meliputi isi dan bentuk kodifikasi. Sistematika kodifikasi hukum perdata juga meliputi bentuk dan isi.

Sistematika bentuk kitab undang-undang hukum perdata (KUHPdt) meliputi urutan bentuk bagian terbesar sampai pada bentuk bagian terkecil yaitu:

1. Kitab undang-undang terusun atas buku-buku 2. Tiap buku terusun atas bab-bab

3. Tiap bab tersusun atas bagian-bagian 4. Tiap bagian tersusun atas pasal-pasal 5. Tiap pasal tersusun atas aya-ayat

Sistematika isi kitab undang-undang hukum perdata meliputi kelompok materi berdasarkan sistem fungsional. Sistem fungional ini ada dua macam, yaitu menurut pembentuk undang-undang ( pembentuk B.W ) dan menurut ilmu pengetahuan hukum. Sistematika isi menurut pembentuk B.W. meliputi empat kelompok materi seperti berikut ini:

1. Kelompok materi mengenai orang ( van personen ) 2. Kelompok materi mengenai benda ( van zaken )

3. Kelompok materi mengenai perikatan ( van verbintenissen ) 4. Kelompok materi mengenai pembuktian ( van bewijs, verjaring )

Sedangkan sistematika isi menurut ilmu pegetahuan hukum juga meliputi empat kelompok materi eperti berikut ini:

(8)

3. Kelompok materi mengenai harta kekayaan ( vermogensrecht ) 4. Kelompok materi mengenai pewarisan ( erfreht )

Apabila sistematioka bentuk dan sistematika isi digabungkan, maka dapat dilihat sistematika kitab undang-undang hukum perdata ( burgerlijik wetboek ) sebagai berikut:

1. Buku I mengenai orang 2. Buku II mengenai benda 3. Buku III mengenai perikatan 4. Buku IV mengenai pembuktian

Mengenai sitematika isi, ada perbedaan antara sistematika B.W.( KUHPdt) dan sistematika ilmu pengeahuanhukum. Perbedaan tersebut disebabkan oleh latar belakang penyusunannya. Penyusuna B.W. didasarkan pada sistem individualism ( kebebasan individu ) sebagai pengaruh dari revolusi perancis. Hak milik (eigendom) adalah sentral, dan tidak dapat diganggu gugat oleh iapapun juga. Hak dan kebebasan setiap individu harus dijamin. Sedangkan sistematika ilmu pengetahuan hukum didasarkan pada perkembangan siklus kehidupan manusia: lahir –dewasa ( kawin ) –cari harta ( nafkah hidup )- mati (pewarisan). Dengan demikian perbedaan sistematioka tersebut dapat dilihat dalam hal materi berikut ini: 1. Buku I B.W. (KUHPdt) memuat ketentuan mengenai manusia pribadi dan keluarga (perkawinan). Sedangkan ilmu penghetahuan hukum hanya memuat ketentuan mengenai manusia pribadi dan badan hukum, keduanya sebagai pendukung hak dan keajiban.

2. Buku II B.W. (KUHPdt) memuat ketentuan mengenai benda dan waris. Sedangkan ilmu pengeahuan hukun hanya memuat keentuan mengenai harta kekayaan yang meliputi benda dan perikatan.

3. Buku III B.W. (KUHPdt) memuat ketentuan mengenai perikatan. Sedangkan ilmu pengetahuan hukum memuat ketentuan mengenai harta kekayaan yang meliputi benda dan perikatan.

4. Buku IV B.W.(KUHPdt) memuat ketentuan mengenai bukti dan daluarsa. Sedangkan ilmu pengetahuan hukum memuat ketentuan mengenai pewarisan, sedangkan mengenai bukti dan daluarsa termasuk materi hukum perdata

4. Sumber Hukum Peradata

Yang dimksud sumber hukum perdata adalah asal mula hukum perdata, atau tempat di mana hukum perdata ditemukan. Asal mula itu menunjuk pada seajrah asalnya dan

pembentukannya. Sedangkan “ tempat” menunjuk kepada rumusan- rumusan itu dimuat dan dapat dibaca. Pengertian sumber hukum perdata dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Sumber dalam arti formal

(9)

pemerintah colonial Belanda yang terhimpun dalam B.W. ( KUHPdt). Berdasarkan aturan peralihan UUD45, B.W. ( KUHPdt) itu dinyatakan tetap berlaku sepanjang belum diganti dengan undang-undang baru berdasarkan UUD45.

Sumber dalam arti “pembentukannya” adalah pembentuk undang-undang beradsarkan UUD45 ditetapkan oleh rakyat Indonesia, yang didalamnya termasuk juga aturan peralihan. Atas dasar aturann peralihan itu, B.W. (KUHPdt) dinyatakan tetap berlaku. Ini berarti pembentuk UUD Indonesia ikut menyatakan berlakunya B.W.(KUHPdt).

a. Sumber dalam arti material

Sumber dalam arti “tempat” adalah Staatsblad atau lembaran Negara dimana rumusan ketentuan undang-undang hukum peradata dapat dibaca oleh umum. Selain itu, keputusan hakim yang disebut yurisprudensi juga termasuk sumber dalam arti tempat, dimana hukum perdata bentukan hakim dapat dibaca.

Sumber hukum perdata dalam arti material umumnya masih bekas peninggalan zaman colonial dahulu, terutama terdapat dalam Staatblad. Sedangkan yang lainnya sebagian besar yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. dan sebagian kecil saja adalah Lembaran Negara R.I. yang memuat hukum perdata R.I.

5. Kitab undang-undang hukum perdata

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia adalah adopsi dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda). Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis, dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu: 1. Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran,

kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

(10)

(ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan dengan hipotik. telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak tanggungan.

3. Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.

4. Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.

6. Object, Subject, dan Causa dalam Perhubungan Hukum

Perhubungan hukum adalah perhubungan antara seorang manusia dan lain orang manusia, atau yang dalam hal ini disamakan dengan manusia yaitu badan hukum, atau antara seorang manusia dan suatu harta benda yang ada peraturannaya dalam hukum dengan rangkaian kewajiban-kewajiban hukum dan hak-hak perseorangan.

Object dalam perhubungan hukum adalah hal yang diwajibkan atau hal terhadap mana seorang mempunyai hak.

Subject dalam perhubungan hukum adalah seorang manusia atau badan hukum yang mendapat beban kewajiban atau yang diberikan hak untuk sesuatu.

Causa dalam perhubungan hukum adalah hal yang menyebabkan adanya perhubungan hukum, yaitu rangkaian kepentingan-kepentingan yang harus dijaga dan diperhatikan secara yang termaktub dalam isi perhubungan hukum itu.

(11)

sebagainya terhadap tanah pekarangan itu. Sebaliknya, pemilik juga memiliki kewajiban yaitu dalam pemakaian tanah itu harus mengingati kepentingan tetangga dan tidak boleh menggunakan tanah nya sedemikian rupa sehingga dapat merugiukan tetangganya. Misalnya mendirikan dinding yang begitu tinggi, sehingga tetangganya tidak dapat melihat sinar matahari.

PENGERTIAN HUKUM PIDANA

Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian independen dari Hukum Publik merupakan salah satu instrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya sejak zaman dahulu. Hukum ini ditilik sangat penting eksistensinya dalam menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindak pidana, menjaga stabilitas negara dan (bahkan) merupakan “lembaga moral” yang berperan merehabilitasi para pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana yang ada di setiap masanya.

Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi siapa yang melakukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam Undang-Undang Pidana. Seperti perbuatan yang dilarang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Korupsi, Undang-Undang HAM dan lain sebagainya. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan memberikan hukuman bagi yang melanggarnya. Perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana adalah:

• Pembunuhan • Pencurian • Penipuan • Perampokan • Penganiayaan • Pemerkosaan • Korupsi

Sementara Dr. Abdullah Mabruk an-Najar dalam diktat “Pengantar Ilmu Hukum”-nya mengetengahkan defenisi Hukum Pidana sebagai “Kumpulan kaidah-kaidah Hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan pidana yang dilarang oleh Undang-Undang, hukuman-hukuman bagi yang melakukannya, prosedur yang harus dilalui oleh terdakwa dan pengadilannya, serta hukuman yang ditetapkan atas terdakwa.”

(12)

yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :

• Menetukan perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.

• Menentukan kapan dan dalam hal hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan. • Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Menurut Sudarto, pengertian Pidana sendiri ialah nestapa yang diberikan oleh Negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Undang-undang (hukum pidana), sengaja agar dirasakan sebagai nestapa.

B. Tujuan Hukum Pidana

Secara konkrit tujuan hukum pidana itu ada dua, ialah :

• Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak baik. • Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkunganya

Tujuan hukum pidana ini sebenarnya mengandung makna pencegahan terhadap gejala-gejala sosial yang kurang sehat di samping pengobatan bagi yang sudah terlanjur tidak berbuat baik. Jadi Hukum Pidana, ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum. Tetapi kalau di dalam

kehidupan ini masih ada manusia yang melakukan perbuatan tidak baik yang kadang-kadang merusak lingkungan hidup manusia lain, sebenarnya sebagai akibat dari moralitas individu itu. Dan untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya suatu perbuatan yang tidak baik

itu(sebagai pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pidana), maka dipelajari oleh “kriminologi”.

Di dalam kriminologi itulah akan diteliti mengapa sampai seseorang melakukan suatu tindakan tertentu yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidup sosial. Di samping itu juga ada ilmu lain yang membantu hukum pidana, yaitu ilmu Psikologi. Jadi, kriminologi sebagai salah satu ilmu yang membantu hukum pidana bertugas mempelajari sebab-sebab seseorang melakukan perbuatan pidana, apa motivasinya, bagaimana akibatnya dan tindakan apa yang dapat dilakukan untuk meniadakan perbuatan itu.

C. Klasifikasi Hukum Pidana

Secara substansial atau Ius Poenalle ini merupakan hukum pidana

(13)

keharusan-keharusan dimana terhadap pelanggarnya diancam dengan hukuman”. Hukum Pidana terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu:

• Hukum Materil ialah cabang Hukum Pidana yang menentukan perbuatan-perbuatan kriminal yang dilarang oleh Undang-Undang, dan hukuman-hukuman yang ditetapkan bagi yang melakukannya. Cabang yang merupakan bagian dari Hukum Publik ini mepunyai keterkaitan dengan cabang Ilmu Hukum Pidana lainnya, seperti Hukum Acara Pidana, Ilmu Kriminologi dan lain sebagainya.

• Hukum Formil (Hukum Acara Pidana) Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara agar hukum (materil) itu terwujud atau dapat diterapkan/dilaksanakan kepada subyek yang memenuhi perbuatannya. Tanpa hukum acara maka tidak ada manfaat hukum materiil. Untuk

menegakkan ketentuan hukum pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum perdata maka ada hukum acara perdata. Hukum acara ini harus dikuasai para praktisi hukum, polisi, jaksa, pengacara, hakim.

Dr. Mansur Sa’id Isma’il dalam diktat “Hukum Acara Pidana”-nya memaparkan defenisi Hukum Acara Pidana sebagai ”kumpulan kaidah-kaidah yang mengatur dakwa pidana— mulai dari prosedur pelaksanaannya sejak waktu terjadinya pidana sampai penetapan hukum atasnya, hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan hukum yang tumbuh dari prosedur tersebut—baik yang berkaitan dengan dugaan pidana maupun dugaan perdata yang merupakan dakwa turunan dari dakwa pidana, dan juga pelaksanaan peradilannnya.”. Dari sini, jelas bahwa substansi Hukum Acara Pidana meliputi:

• Dakwa Pidana, sejak waktu terjadinya tindak pidana sampai berakhirnya hukum atasnya dengan beragam tingkatannya.

• Dakwa Perdata, yang sering terjadi akibat dari tindak pidana dan yang diangkat sebagai dakwa turunan dari dakwa pidana.

• Pelaksanaan Peradilan, yang meniscayakan campur-tangan pengadilan.

Dan atas dasar ini, Hukum Acara Pidana, sesuai dengan kepentingan-kepentingan yang merupakan tujuan pelaksanaannya, dikategorikan sebagai cabang dari Hukum Publik, karena sifat global sebagian besar dakwa pidana yang diaturnya dan karena terkait dengan

(14)

pihak—pelaku pidana dan korban.

Hukum Pidana dalam arti Dalam arti Subyektif, yang disebut juga “Ius Puniendi”, yaitu “sejumlah peraturan yang mengatur hak negara untuk menghukum seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang”.

D. Ruang Lingkup Hukum Pidana

Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup yaitu apa yang disebut dengan peristiwa pidana atau delik ataupun tindak pidana. Menurut Simons peristiwa pidana ialah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan seseorang yang mampu bertanggung jawab. Jadi unsur-unsur peristiwa pidana, yaitu:.

• Sikap tindak atau perikelakuan manusia

. Melanggar hukum, kecuali bila ada dasar pembenaran; Didasarkan pada kesalahan, kecuali bila ada dasar penghapusan kesalahan.

Sikap tindak yang dapat dihukum/dikenai sanksi adalah

- Perilaku manusia ; Bila seekor singa membunuh seorang anak maka singa tidak dapat dihukum

- Terjadi dalam suatu keadaan, dimana sikap tindak tersebut melanggar hukum, misalnya anak yang bermain bola menyebabkan pecahnya kaca rumah orang.

- Pelaku harus mengetahui atau sepantasnya mengetahui tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum; Dengan pecahnya kaca jendela rumah orang tersebut tentu diketahui oleh yang melakukannya bahwa akan menimbulkan kerugian orang lain.

- Tidak ada penyimpangan kejiwaan yang mempengaruhi sikap tindak tersebut.Orang yang memecahkan kaca tersebut adalah orang yang sehat dan bukan orang yang cacat mental. Dilihat dari perumusannya, maka peristiwa pidana/delik dapat dibedakan dalam :

• Delik formil, tekanan perumusan delik ini ialah sikap tindak atau perikelakuan yang dilarang tanpa merumuskan akibatnya.

• Delik materiil, tekanan perumusan delik ini adalah akibat dari suatu sikap tindak atau perikelakuan.

Misalnya pasal 359 KUHP :

Dalam Hukum Pidana ada suatu adagium yang berbunyi : “Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali”, artinya tidak ada suatu perbuatan dapat dihukum tanpa ada peraturan yang mengatur perbuatan tersebut sebelumnya. Ketentuan inilah yang disebut sebagai asas legalitas .

(15)

berlakunya aturan hukum pidana, ialah 1. Asas Teritorialitas (teritorialitets beginsel)

2. Asas nasionalitas aktif (actief nationaliteitsbeginsel) 3. Asas Nasionalitas Pasif (pasief nationaliteitsbeginsel)

E. Sistem Hukuman

Sistem hukuman yang dicantumkan dalam pasal 10 tentang pidana pokok dan tambahan, menyatakan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana terdiri dari :

a. Hukuman Pokok (hoofd straffen ). 1. Hukuman mati

2. Hukuman penjara 3. Hukuman kurungan 4. Hukuman denda

b. Hukuman Tambahan (Bijkomende staffen) 1. Pencabutan beberapa hak tertentu

2. Perampasan barang-barang tertentu 3. Pengumuman putusan hakim.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

(16)

Adanya kemiripan tersebut antara lain disebabkan karena telah adanya penjajahan negara satu terhadap negara lain, sehingga aturan-aturan dari negara penjajahpun secara perlahan-lahan berbaur dengan tata cara dan aturan-aturan yang ada di pribumi.

Hukum perdata secara tertulis/formal di himpun menjadi suatu undang-undang. Apabila undang-undang di buat dalam bentuk kodifikasi, maka harus dapat memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Meliputi bidang hukum tertentu 2. Tersusun secara sistematis 3. Memuat materi yang lengkap

4. Penerapannya memberikan penyelesaian tuntas

Adapun dasar bberlakunya hukum perdata adalah ketentuan undang-undang, perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak, dan keputusan hakim. Realisasi keberlakuan itu adalah pelaksanaan kewajiban hukum, yaitu melaksanakan perintah dan menjkauhi larangan yang ditetapkan oleh hukum. Dan tentunya kewajiban harus diimbangi dengan hak.

Daftar Pustaka

Vollmar. HFA, Pengantar study hukum perdata, PT. Raja grafindo persada, Jakarta 1996 WP. Asas-asas hukum perdata, pustaka hidayah, Bandung, 1990

Subekti, pokok-pokok hukum perdata, PT. intermasa, Bandung, 1980

Abdul khadir Muhammad, hukum perdata Indonesia, PT. citra aditya bakti, Bandar lampung, 2000

Referensi

Dokumen terkait

Dalam istilah hukum Islam, waris disebut juga dengan faraidh , adapun menurut KHI Pasal 171 huruf a, yang dimaksud dengan hukum kewarisan adalah hukum

Dala, literatur hukum, terdapat sebagai istilah yang sering di pakai sebagai rujukan di samping istilah “hukum periatan untuk menggambarkan ketentuan hukum yang mengatur

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

c) Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige.. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat

Hukum yang membahas tentang peralihan harta dalam ilmu hukum disebut hukum kewarisan atau biasa dikenal dengan istilah hukum faraidh, yaitu hukum yang mengatur cara-cara

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

Sumber Hukum dalam kamus bahasa Inggris disebut “source of law”. Istilah sumber hukum pada dasarnya berbeda dengan istilah landasan hukum atau dasar hukum atau payung hukum.

Sistematika Hukum Perdata Dalam KUHPerdata BW • Buku Pertama “ Perihal Orang” yang Mengatur Tentang Diri Seseorang Sebagai Subyek Hukum dan Mengatur Tentang Hukum Keluarga • Buku