• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Jkn Di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Jkn Di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2015"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.1.1. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional

Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga kerjaan.

Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan demikian, JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN.

2.1.2. Tujuan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

(2)

2.1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengaturan dalam Pedoman Pelaksanaan Program JKN ini meliputi penyelenggaraan, peserta dan kepesertaan, pelayanan kesehatan, pendanaan, badan penyelenggara dan hubungan antar lembaga, monitoring dan evaluasi, pengawasan, dan penanganan keluhan.

Pelayanan JKN dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan. Adapun ruang lingkup pelayanan JKN terdiri dari:

1. Pelayanan Jaminan kesehatan tingkat pertama

Pelayanan Jaminan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama.

Jenis pelayanan jaminan kesehatan di tingkat pertama meliputi:

a. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali; b. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir c. Pertolongan persalinan normal

(3)

e. Pelayanan Nifas bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali.

f. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.

g. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/ bayinya.

2. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

Pelayanan jaminan kesehatan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.

Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya. Jenis pelayanan jaminan kesehatan di tingkat lanjutan meliputi:

a. Pemeriksaan kehamilan atau ANC dengan risiko tinggi.

b. Pertolongan persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

c. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan.

(4)

e. Penatalaksanaan KB paska salin dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi. f. Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana

terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

2.1.4. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Manfaat JKN terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai

pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat

b. Imunisasi dasar, meliputi konseling, kontasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi KB. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar di sediakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

2.1.5. Program Jaminan Kesehatan Nasional

(5)

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlindungan ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Unsur-unsur penyelenggaraan dalam Jaminan Kesehatan Nasional meliputi: 1. Regulator

Yang meliputi berbagai kementerian/lembaga terkait antara lain Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

2. Peserta Program JKN

Peserta Program JKN adalah seluruh penduduk Indonesia, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.

3. Pemberi Pelayanan Kesehatan 4. Pemberi Pelayanan Kesehatan

2.1.6. Pinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional 1. Gotong Royong

(6)

2. Prinsip nirlaba

Yaitu pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

3. Prinsip keterbukaan, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

4. Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial di maksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

(7)

6. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

7. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

2.1.7. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional 1. Peserta dalam program JKN meliputi :

a. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah.

b. Peserta program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu:

- Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang yang tidak mampu.

- Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan anggota keluarganya yaitu :

1. Pegawai Negeri Sipil 2. Anggota TNI

3. Anggota Polri 4. Pejabat Negara

(8)

6. Pegawai Swasta

7. Pekerja yang tidak termasuk Pegawai Negeri yang menerima upah

2. Peserta JKN diberikan nomor identitas tunggal oleh JKN. Bagi peserta: Askes sosial dari PT. Askes (Persero), jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) dari PT. (Persero) Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI yang belum mendapatkan nomor identitas tunggal peserta dari JKN, tetap dapat mengakses pelayanan dengan menggunakan identitas yang sudah ada.

3. Anak pertama sampai dengan anak ketiga dari peserta pekerja penerima upah sejak lahir secara otomatis dijamin oleh JKN Kesehatan.

4. Bayi baru lahir dari :

a. Peserta pekerja bukan penerima upah b. Peserta bukan pekerja

c. Peserta pekerja penerima upah untuk anak keempat dan seterusnya. harus didaftarkan selambat-lambatnya 3 x 24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum pasien pulang (bila pasien dirawat kurang dari 3 hari). Jika sampai waktu yang telah ditentukan pasien tidak dapat menunjukkan nomor identitas peserta JKN maka pasien dinyatakan sebagai pasien umum. 5. Menteri Sosial berwenang menetapkan data kepesertaan PBI. Selama seseorang

ditetapkan sebagai peserta PBI, maka yang bersangkutan berhak mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan dalam JKN

(9)

pengemis, orang terlantar dan lain-lain menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Demikian juga untuk penghuni panti-panti sosial serta penghuni rutan/lapas yang miskin dan tidak mampu.

2.1.8. Pendaftaran Peserta

1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan didaftarkan oleh Pemerintah sebagai peserta kepada JKN. Penduduk yang belum termasuk sebagai peserta jaminan kesehatan dapat diikutsertakan dalam program JKN. Kesehatan oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

b. Bayi yang lahir dari peserta PBI dicatat dan dilaporkan oleh fasilitas kesehatan kepada JKN. Mekanisme penetapan selanjutnya akan diatur oleh Kementerian Sosial.

2. Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.

a. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja yang bersangkutan dapat mendaftarkan diri sebagai peserta kepada JKN.

b. Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai peserta kepada JKN. Proses pendaftaran dapat dilakukan secara bertahap baik perorangan atau seluruh anggota keluarga.

2.1.9. Hak dan Kewajiban Peserta Setiap Peserta JKN berhak:

(10)

2. Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan JKN.

3. Memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan JKN sesuai yang di inginkan. Perpindahan fasilitas kesehatan tingkat pertama selanjutnya dapat dilakukan setelah 3 (tiga) bulan. Khusus bagi peserta: Askes sosial dari PT Askes (Persero), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari PT (Persero) Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI, 3 (tiga) bulan pertama penyelenggaraan JKN, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ditetapkan oleh JKN.

4. Mendapatkan informasi dan menyampaikan keluhan terkait dengan pelayanan kesehatan dalam JKN

Setiap Peserta JKN berkewajiban untuk:

1. Mendaftarkan diri dan membayar iuran, kecuali PBI jaminan kesehatan pendaftaran dan pembayaran iurannya dilakukan oleh Pemerintah.

2. Mentaati prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.

(11)

2.2. Kehamilan

2.2.1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 : triwulan pertama dimulai sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai ke 6, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan.

Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga professional yaitu dokter spesialis obstetric (SPOG), dokter umum dan bidan, untuk itu selama kehamilanya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan anteatal care.

Pemeriksaan dan pengawasan selagi hamil serta pertolongan persalinan, merupakan hal yang penting. Banyak penyulit-penyulit sewaktu hamil dengan pengawasan yang baik dan bermutu dapat diobati dan dicegah, sehingga persalinan berjalan dengan mudah dan normal (Hutari,2012)

2.2.2. Tujuan Antenatal Care

(12)

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu dan bayi

3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin

5. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normaldan pemberian ASI eksklusif 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal (Pudiastuti, 2012). 2.2.3. Cara Pelayanan Antenatal Care

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

1. Kunjungan Antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :

a. Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu)

b. Satu kali pada triwulan kedua (14 minggu sampai 28 minggu)

c. Dua kali pada triwulan ketiga (28 minggu sampai 36 minggu, dan setelah 36 minggu)

2. Pelayanan/asuhan standar minimal 7T yaitu : a. Timbang berat badan

(13)

c. Ukur tinggi fundus uteri

d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap

e. Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan f. Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS)

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan 3. Vitamin zat besi

Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberikan satu tablet sehari segera mungkin setelah rasa mual hilang tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60

mg) dan asam folat 500 mg sebanyak 1 tablet/hari. Pemberian selama 90 hari atau 3 bulan (Astuti,2012).

4. Jadwal imunisasi TT

Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi TT

Antigen Interval

(Selang Waktu Minimal) Lama Perlindungan

% Perlindungan TT1 Pada kunjungan antenatal

pertama

- -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99

2.3. Faktor Karakteristik Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional

Menurut Anderson (1974) menggambarkan model system kesehatan (Health

System Model) yang berupa model kepercayaan kesehatan dalam pemanfaatan

(14)

pelayanan kesehatan, yakni: karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karakteristik kebutuhan.

1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Chararcteristic)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda hal ini disebabkan oleh adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan dalam tiga kelompok. (a) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur; (b) Struktur sosial, seperti pendidikan, pekerjaan, kesukuan, ras; (c) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan.

2. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic).

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristic).

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud didalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan, dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) disini dibagi menjadi 2 katagori, dirasa atau perceived (subject

(15)

Gambar 2.1. Ilustrasi Model Anderson

Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik digunakan untuk menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan untuk menggunakan palayanan kesehatan.

a. Umur

Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, persalinan, nifas, serta berpengaruh terhadap bayinya ibu yang berumur kurang dari 20 tahun, masi belum siap secara jasmani maupun secara psikososial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, serta dalam membina dan membimbing bayinya. Sedangkan ibu yang usianya terlalu tua untuk hamil (35 tahun atau lebih) akan menghadapi resiko yang terjadi berupa kelainan bawaan pada waktu kehamilan dan adanya penyulit pada waktu persalinan. Hal ini disebabkan karena jaringan tubuh kurang baik untuk menerima kehamilan. Proses reproduksi sebaiknya pada ibu berumur antara 20 tahun serta tidak lebih dari usia 35 tahun. Sebab pada saat itu penyulit kehamilan jarang terjadi.

Predisposing Enabling Enabling Health Service

(16)

Penelitian Wibisan (2007) membuktikan bahwa umur sangat menentukan pemanfaatan layanan kesehatan karena berkaitan dengan ganggu spesifik berbasis umur dan kemampuan individu berbasis umur dalam mengatasi masalah kesehatan. Penelitian Sitanggang (2002) dan Theresia (2011), Juga membuktikan bahwa ditemukan adaya pengaruh umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas kecamatan Jambi selatan.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, khususnya dalam pembentukan perilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overtbehavior). Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk kepercayaan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian Tuni arwiani (2013) membuktikan bahwa ada pengaruh pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah lebih jarang memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih baik di puskesmas kota

(17)

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Individu terdidik cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dan memiliki informasi tentang pengobatan medis, modern serta memiliki kapasitas yang lebih besar dalam mengenali penyakit tertentu.

c. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pekerjaan seseorang dapat menentukan status diri individu di masyarakat. Seseorang memiliki pekerjaan baik tentunya dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang diinginkannya. Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk menggunakan suatu pelayanan kesehatan JKN. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi keputusan untuk menggunakannya.

Penelitian Suhaerni (2011) membuktikan bahwa ada pengaruh antara pekerjaan ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas DTP Bungbulang Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut Jawabarat.

(18)

d. Penghasilan

Penghasilan dan sumber keluarga pada dasarnya merupakan pendapatan yang diperoleh dari pasangan suami dan istri atau hasil dari suami apabila istri tidak bekerja atau sebaliknya.

Penghasilan keluarga dapat juga berperan terhadap perkembangan anak-anak atau kehidupan keluarga. Interaksi di dalam keluarganya mempunyai corak hubungan yang berbeda. Orang tua mampu, mereka dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam, sebab tidak disulitkan oleh kebutuhan-kebutuhan primer, seperti mencari nafkah sehari-hari dan pemanfaatan kesehatan. Besarnya penghasilan mempengaruhi keputusan untuk mengunakan barang atau jasa yang sesuai dengan kebutuhannnya. Semakin tinggi penghasilan maka kebebasan untuk menentukan berbagai jenis pelayanan semakin luas.

2.4. Motivasi

2.4.1. Pengertian Motivasi

(19)

menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Oleh karena itu, motivasi dapat berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara wajar.

2.4.2. Jenis-jenis Motivasi

Menurut Herzberg motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik (internal) dan motivasi ekstrinsik (Ekternal) :

1. Motivasi intrinsik (internal)

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik (internal) adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu tersebut sadar bahwa dengan memeriksakan kehamilannya dengan memanfaatkan JKN. Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik (internal) yaitu :

a. Kebutuhan (Need)

(20)

b. Harapan (Expectancy)

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meninggakat dan menggerakkan seseorang kea rah pencapaian tujuan, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya dengan menggunakan JKN ke tenaga kesehatan dengan harapan agar apabila ada komplikasi/risiko dalam kehamilannya dapat segera diketahui dan diatasi.

c. Minat (interest)

Minat (interest) adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya tanpa adanya pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat atau keinginan untuk menggunakan JKN pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga mengetahui keadaan kesehatan janin dan kehamilannya.

2. Motivasi Ekstrinsik (Ekternal)

(21)

a. Dukungan suami dan keluarga

Ibu memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan dari keluarga seperti : suami, orang tua, mertua, teman ataupun anggota keluarga lain. Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk melakukan yang terbaik untuk kesehatan kehamilannya.

2.4.3. Faktor yang Memengaruhi Terhadap Motivasi a. Faktor Fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik tubuh, misalnya status kesehatan dan status gizi ibu hamil, artinya bila ibu hamil merasa dalam keadaan kondisi tubuh yang baik atau tidak ada keluhan maka mereka menganggap tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan, jadi ibu hanya memeriksakan kehamilannya hanya bila ada keluhan saja

b. Faktor Proses Mental

(22)

c. Faktor Hereditas

Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe kepribadian yang secara herediter di bawa sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah termotivasi atau sebaliknya (Notoatmodjo,2012)

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar individu baik fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi ibu hamil untuk memanfaatkan JKN dalam pemeriksaan kehamilan. Termasuk dalam lingkungan adalah dukungan suami, mertua, keluarga dan teman.

e. Faktor Kematangan Usia

Kematangan usia akan berpengaruh pada proses berfikir dan pengambilan keputusan untuk memanfaatkan JKN dalam pemeriksaan kehamilan.

f. Faktor Fasilitas

Ketersediaan fasilitas alat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang tersedia dari JKN yang memadai, mudah terjangkau menjadi motivasi bagi ibu untuk memeriksakan kehamilannya (Notoatmodjo,2012)

g. Faktor Media

(23)

2.4.4. Teori Motivasi Menurut Abraham Maslow (1943-1970)

Abraham Maslow (1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada didalam hidupnya. Ia menunjukkanya dalam lima tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkatan kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat.

a. Kebutuhan fisiologis

Contohnya adalah : sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah, dan kebutuhan biologis seperti bernafas dan lain sebagainya.

b. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan

Contohnya adalah : bebas dari diskriminasi, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit/penyakit, bebas dari teror dan sebaginya.

c. Kebutuhan Sosial

Contonya adalah : kasih sayang, rasa memiliki, memiliki teman, memiliki keluarga, diterima dengan baik dan lain-lain.

d. Kebutuhan akan Penghargaan

(24)

e. Kebutuhan Aktualisasi diri

Kebutuhan kognitif contohnya : mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik : keserasian, keteraturan dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya.

Pada adasarnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan manapun, tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi perlu memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu. Dalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut seseorang akan berperilaku yang dipengaruhi atau ditentukan oleh pemenuhan kebutuhannya.

2.5. Landasan Teori

Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitian serta menyusunnya dalam satu kerangka konseptual, maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan diatas dirangkum dalam suatu landasan teori seperti diuraikan berikut ini.

Meningkatnya AKI dimasyarakat menuntut dilakukannya program pelayanan dan penanganan secara terpadu dan komprehensif. Puskesmas Pancur Batu sebagai unit pelayanan kesehatan dan penanggulangan masalah-masalah yang dihadapi selama kehamilan diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam mengurangi jumlah AKI dimasyarakat.

(25)

Menurut Anderson (1974) menggambarkan model system kesehatan (Health System

Model) yang berupa model kepercayaan kesehatan dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Di dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni: karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karakteristik kebutuhan.

Menurut Herzberg motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik (internal) dan motivasi ekstrinsik (eksternal) :

1. Motivasi intrinsik (internal)

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik (internal) adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi intrinsik (internal) datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu tersebut sadar bahwa dengan memeriksakan kehamilannya dengan memanfaatkan JKN. Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik (internal) yaitu :

a. Kebutuhan (Need)

(26)

b. Harapan (Expectancy)

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meninggakat dan menggerakkan seseorang kea rah pencapaian tujuan, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya dengan menggunakan JKN ke tenaga kesehatan dengan harapan agar apabila ada komplikasi/risiko dalam kehamilannya dapat segera diketahui dan diatasi.

c. Minat (interest)

Minat (interest) adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya tanpa adanya pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat atau keinginan untuk menggunakan JKN pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga mengetahui keadaan kesehatan janin dan kehamilannya.

2. Motivasi Ekstrinsik (eksternal)

Motivasi Ekstrinsik (eksternal) adalah kebalikan dari motivasi intrinsik (internal). Motivasi ekstrinsik (eksternal) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah:

a. Dukungan suami dan keluarga

(27)

anggota keluarga lain. Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk melakukan yang terbaik untuk kesehatan kehamilannya.

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang telah dilakukan. Variabel independen pada penelitian ini adalah karakteristik dan motivasi dan variabel dependennya adalah pemanfaatan JKN.

Berdasarkan judul penelitian dan landasan teori kepustakaan yang telah diuraikan diatas maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Variabel independen Variabel dependen

(28)

Gambar

Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi TT
Gambar 2.1. Ilustrasi Model Anderson
Gambar. 2.2.  Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mata kuliah profesi kependidikan mahasiswa diajarkan untuk menguasai kode etik keguruan, dan bersikap sebagai seorang guru yang menguasai kompetensi dasar

Implementasi Ajax ( Asynchronous Javascript and XML HTTP ) dalam proses evaluasi beban kinerja dosen yang akan dibangun diharapkan dapat membantu pihak PPMAI UKSW

1. H 0 : Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Kauman Tulungagung. H 1 : Ada pengaruh kecerdasan

Hasil menunjukkan pola hubungan IHSG dengan faktor makroekonominya di BEI menggunakan pendugaan parameter copula dengan pendekatn tau kendall dengan hasil fitting log-likelihood

Scene Mulai Main Memilih tombol Menu Sistem akan berpindah scene ke scene Menu Sukses, output sesuai yang diha- rapkan, scene akan berpindah ke scene Menu Scene Mulai Main

Indonesia Tahun 1969 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906), Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran

Palisser serta hambatan dan upaya yang dilakukan dalam memberikan perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja di PT..

Those types are the that -clauses, the wh- interrogative clauses, the yes-no interrogative clauses, the nominal relative clauses, the to- infinitive nominal clauses, the –ing