• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mutu Pelayanan KIA Terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Secara Normal di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Mutu Pelayanan KIA Terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Secara Normal di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mutu Pelayanan Kesehatan

2.1.1. Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan sesuai dengan standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber dayasecara wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta diselenggarakan secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik (Bustami, 2011). Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan. Artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah dimensi kepuasan pasien menjadi salah satu dimensi mutu layanan kesehatan yang penting (Pohan, 2006)

2.1.2. Dimensi Mutu Pelayanan

(2)

Menurut Muninjaya (2004) Dimensi pelayanan kesehatan yang mempengaruhi kepuasan pasien meliputi Tangibles (Bukti Fisik), Responsiveness (Daya tanggap), Reliability (Kehandalan), Assurance (Jaminan) dan Empathy (Perhatian pribadi), Biaya, Konseling, Dimensi mutu meliputi:

1. Bukti langsung/ tangibles

Merupakan bagian dari penampilan pelayanan, (Unit/ruangan), perlengkapan alat (kelengkapan dan kebersihan alat), pegawai (kerapian, kebersihan petugas dan sarana komunikasi).

2. Daya tanggap/ responsiveness

Yaitu kemauan untuk membantu pasien dan memenuhi harapan pasien, misalnya waktu yang diperlukan petugas kesehatan untuk memberikan informasi yang jelas, menyelesaikan keluhan pasien dan tindakan yang cepat pada saat pasien membutuhkan.

3. Keandalan/ reliability

Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan dengan prosedur pelayanan, misalnya bagaimana cara penerimaan pasien yang dilakukan oleh bidan, pemeriksaan dan jadwal pelayanan asuhan persalinan.

4. Jaminan/ assurance

(3)

merupakan bagian dari profesionalisme pelayanan, misalnya pengetahuan bidan dalam memberikan konseling sehingga memberikan rasa nyaman.

5. Perhatian pribadi/ emphaty

Merupakan bentuk perhatian pelayanan yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pasien. Hal ini menunjukkan adanya perhatian petugas kesehatan dengan setiap keluhan pasien dan keluarganya.

6. Biaya

Merupakan sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

7. Konseling

Merupakan pemberian bimbingan oleh yang petugas kesehatan kepada paien/klien dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya.

2.1.3. Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan terhadap Kepusan Pasien

Kemampuan pihak rumah sakit dalam membuktikan eksistensinya kepada pihak eksternal yang dapat dipersepsikan oleh pasien berupa penampilan fisik yaitu ruang rawat inap yang rapi, nyaman dan bersih dan tempat tidur yang rapi, peralatan medis yang lengkap seperti adanya stetoskop, tensi meter, jarum suntik,

(4)

mereka harapkan sesuai dengan kenyataan yang mereka dapatkan, maka akan dapat memberikan kepuasan kepada pasien terhadap bukti fisik (Asmuji, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Ayu (2014), dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi kehandalan, persepsi empati dan persepsi daya tanggap dengan kepuasan pasien, hal ini dinyatakan bahwa kehandalan asuhan keperawatan sangat penting dalam membantu proses kesembuhan pasien dengan tepat dan terpercaya sehingga dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan. Pada dasarnya setiap pasien ingin diperlakukan secara individu atau khusus, dengan demikian rasa empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan merupakan alat utama dalam memenuhi harapan pasien akan perlakuan istimewa, sehingga terwujudlah kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperwatan yang mereka terima. Kepuasan maupun ketidak puasan pasien sangat berhubungan dengan persepsi daya tanggap pasien karena pasien dapat merasakan secara langsung pelayanan daya tanggap yang perawat berikan dari awal pelayanan yang diterima pasien sampai akhir pelayanan di ruang rawat inap.

(5)

Mutu pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan kepuasan pada pasien. Dimensi mutu yang berkaitan yaitu unsur proses karena dalam unsur proses terbagi menjadi dua tindakan yaitu tindakan medis yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, tindakan medis, dan tidak lanjut serta non medis yang terdiri dari informasi, penyaringan, konseling, dan rujukan (Wijono, 1991).

2.1.4. Karakteristik Pelayanan

Pelayanan merupakan aktivitas manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan. Kottler (2003) dalam Tjiptono dkk (2005), menjelaskan karakteristik dari pelayanan sebagai berikut:

1) Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan dicium sebelum dibeli oleh konsumen, misalnya pasien dalam rumah sakit akan merasakan bagaimana pelayanan keperawatan yang diterimanya menjadi pasien rumah sakit.

(6)

secara bersamaan, misalnya pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien dapat langsung dirasakan kualitas pelayanannya.

3) Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena merupakan non-standard dan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari pemberi pelayanan, penerima pelayanan dan kondisi dimana serta kapan pelayanan tersebut diberikan kepada pasien hemodialisa dirumah sakit swasta mungkin ada berbeda dengan rumah sakit pemerintah.

4) Perihability (tidak tahan lama), dimana pelayanan ini merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, misalnya jam tertentu tanpa ada pasien diruang perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan lain waktu.

Selain itu kottler (2003) dalam supranto (2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik dari pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan sebagai berikut:

1) Pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari segi penyediaanya, yaitu pekerja tidak terlatih atau professional.

2) Beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s prencese) 3) Pelayanan juga dibedakan dalam dalam memenuhi kebutuhan perorangan

(personal need) atau kebutuhan bisnis (business need)

(7)

2.2 Rumah Sakit

2.2.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No.147 Tahun 2010).

Perkembangan rumah sakit awalnya hanya memberi pelayanan yang bersetifikat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Selanjutnya, rumah sakit karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan dirumah sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Kedua pelayanan tersebut secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan rumah sakitt bukan hanya individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum (Herlambang, 2014).

2.2.2. Klasifikasi Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit mengatur klasifikasi rumah sakit lebih detail berdasarkan pelayanan sumber daya manusia, peralatan, sarana prasarana dan administrasi manajemen.

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

(8)

pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik sub spesialis. Kriteria fasilitas dan dan kemampuan pelayanan medik meliputi pelayanan medik pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar. Kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

(9)

spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar. Kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas D meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medic spesialis dasar, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan penunjang non klinik.

e. Rumah Sakit Umum Kelas E

Jenis rumah sakit khusus antara lain rumah sakit ibu dan anak, jantung kanker, orthopedi, paru, jiwa, kusta, mata, ketergantungan obat stroke, penyakit infeksi, bersalin, gigi dan mulut, rehabilitasi medik, telinga hidung tenggorokan, bedah, ginjal, kulit dan kelamin. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus diklasifikasikan menjadi rumah sakit khusus kelas A, Rumah sakit khusus kelas B, rumah sakit khusus kelas C. Klasifikasi rumah sakit khusus ditetapkan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana dan administrasi manajemen.

2.2.3. Fungsi Rumah Sakit

(10)

tahun 2009 disebutkan bahwa untuk menjalankan tugas, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihn kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan perorangan melalui pelayanan kesehatan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2.4. Kewajiban Rumah Sakit

Kewajiban Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit diatur dalam Undang-Undang No 69. Tahun 2014 Tentang kewajiban rumah sakit, dalam Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa:

1. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya.

2. Menyediakan sarana dan oelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin. 3. Melakukan fungsi sosial

(11)

5. Melaksanakan etika rumah sakit

6. Memiliki sistem pencegahan, kecelakaan dan penanggulangan bencana

7. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional

8. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit

9. Mengupayakan keamanan pasien, pengunjung dan petugas di rumah sakit 10.Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok 11.Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada

masyarakat

12.Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standart pelayanan rumah sakit

13.Memberikan pelayanan gawat daruruat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya

14.Membuat, melaksanakan dan menjaga standart mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien

15.Menyelenggarakan rekam medis

16.Menolak kenginan pasien yang bertentangan dengan standart profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan

17. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien

(12)

19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit dan melaksanakan tugas

20. Menjamin hak petugas dan bekerja di rumah sakit 2.3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.3.1 Pelayanan Antenatal

a. Pengertian Antenatal

Pelayanan antenatal adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal yang lengkap mencakup banyak hal, seperti anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada). Penerapan operasionalnya dikenal standar, minimal “5T” untuk pelayanan antenatal (timbang berat badan dan

tinggi badan, ukuran tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid secara lengkap, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan (Syarifuddin, 2007).

(13)

b. Tujuan Pelayanan Antenatal.

Antenatal Care merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Tujuan Antenatal Care (ANC) yaitu:

1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, serta proses kelahiran

2) Mendeteksi dan menatalaksanaan komplikasi medis, bedah, dan obstetric selama kehamilan

3) Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh kembang janin

4) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi 5) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas

normal, serta merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial

6) Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Jannah, 2012).

c. Lingkup Asuhan Kehamilan

Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara komprehensif/menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi:

1) Mengumpulkan data dan riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa tiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.

(14)

3) Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri (TFU)/posisi/presentasi dan penurunan janin

4) Melakukan penilaian pelvic dan struktur panggul

5) Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dengan fetoskope dan gerakan janin dengan palpasi

6) Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL) 7) Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin 8) Mengkaji berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi

9) Memberikan penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan 10) Melakukan penatalksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemisis

gravidarum tingkat I, abortus iminens, dan preeklamsia ringan

11) Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan dalam kehamilan

12) Memberikan imunisasi

(15)

14) Memberikan bimbingan pasien persiapan persalinan, kelahiran, dan menjadi orang tua

15) Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil, seperti nutrisi, latihan, keamanan, merokok

16) Pengunaan secara aman atau obat-obatan tradisional yang tersedia (Kusmiyati, 2008).

2.3.2. Pelayanan Asuhan Persalinan

Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan dalam persalinan yang mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa upaya Asuhan Persalinan Normal harus didukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukkan adanya manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan (Affandi, 2007).

2.3.2.1. Proses Persalinan dengan 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) 1. Kala I

(16)

jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh (10 cm). Fase transisional adalah kala persalinan ketika serviks berdilatasi dari sekitar 8 cm sampai dilatasi penuh (atau hingga kontraksi ekspulsif yang terjadi pada kala dua mulai dirasakan oleh ibu). Kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. Proses ini terbagi dalam dua fase, yaitu : a. Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, serviks membuka kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang lebih 8 jam, kontraksi mulai teratur mulainya masih diantara 20-30 detik. Pencatatan selama kala I fase laten persalinan selama fase laten, pengamatan dan pemeriksaanharusdicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik dicatatan kemajuan persalinan maupun di buku KIA atau Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan fase laten persalinan, semua asuhan dan intervensi harus dicatat. (JNPK-KR, 2008).

b. Fase Aktif

(17)

Fase aktif dibagi menjadi tiga :

1. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

2. Fase dilatesi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Tanda Kala II

1. Mengenali dan melihat adanya tanda persalinan kala II yang dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.

c. Perineum menonjol .

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau

kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

a. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi. b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam

(18)

3. Pakai celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.

5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.

6. Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.

a. Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.

b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia. c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam

dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi. 9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih

(19)

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk membantu proses pimpinan meneran.

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

(20)

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan. 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di

masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.

(21)

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).

26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara

muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

(22)

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi. 34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.

35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan

yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. 37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)

(23)

1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh. 3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.

38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

(24)

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.

b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.

45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

(25)

4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.

47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.

a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C). Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit. Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.

51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.

52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa

(26)

54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .

56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.

58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV) (JNPK-KR, 2008).

2.3.2.2. Konseling Pasca Persalinan 1. Gizi

Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit).

2. Kebersihan diri

(27)

Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi: menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan, menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri.

4. Pemberian ASI

Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bermanfaat, karena pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan KIE tentang proses laktasi dan ASI, mengajarkan cara perawatan payudara.

5. Latihan/ senam nifas

Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi mendiskusikan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal, menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat bantu mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal.

6. Hubungan seks dan Keluarga Berencana

(28)

7. Tanda-tanda bahaya masa nifas

Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas. Tanda bahaya berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal, sakit daerah abdomen/punggung, sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati, bengkak pada ekstremitas, demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan pada payudara, nyeri/kemerahan pada betis, depresi postpartum (Bahiyadatun, 2009).

2.3.3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru lahir

Masa perinatal dan neonatal merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Faktor yang dapat menyebabkan kematian perinatal anatara lain perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran preterm, atau bayi berat lahir rendah, asfiksia, dan hipotermi.

Penagananan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan hipotermi, cold stress, yang selanjutnya dapat menyeabkan hipoksemia, hipoglikemia, dan

menyebabkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, shock, dan keterlambatan tumbuh kembang.

1. Pelayanan kesehatan perinatal terhadap bayi baru lahir 1)Pemeriksaan kesehatan bayi

2)Pemantauan tanda-tanda vital

(29)

4)Penanganan gawat darurat

5)Pemberian kolostrum dan ASI ekslusif 6)Pengaturan suhu tubuh

7)Perawatan luka tali pusat 8)Pelaksanaan rawat gabung

9)Pelaksanaan rujukan (Eka, 2014).

2. Pelaksanaan kelainan-kelainan perinatal seperti asfiksia neonaturum, tetanus neonaturum, dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Eka, 2014).

3. Pelayanan kesehatan pada bayi

Kesehatan bayi dan balita harus selalu dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal empat kali, yaitu pada usia 29 hari–2 bulan, usia 3–5 bulan, usia 6–8 bulan dan usia 9–12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

(30)

perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) (Profil Kesehatan, 2014).

2.3.4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu:

a. Faktor dalam, yaitu dari dalam diri anak itu sendiri, baikbawaan maupun diperoleh yang merupakan modal dasar dalam mencapai hasi akhir proses tumbuh kembang anak.

b. Faktor luar (lingkungan), yang secara garis besar bagi menjadi:

1)Lingkungan sebelum anak lahir (prenatal), meliputi gizi ibu hamil, obat-obatan, penyakit ibu (infeksi TORCH), stress, posisi janin, gangguan hormone, dan lain-lain

2)Lingkungan pada saat anak lahir (perinatal), meliputi persalinan lama, persalinan macet, persalinan dengan pertolongan (vakum ekstraksi, forsep, seksio sesaria, dan lain-lain).

3)Lingkungan setelah anak lahir (postnatal), meliputi gizi anak, penyakit (infeksi), gangguan hormone, lingkungan rumah, kebersihan, stress, kasih sayang, stimulasi, adat istiadat, agama, dan stabilitas rumah tangga (Eka, 2014).

(31)

stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat (Kemenkes RI, 2010).

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi : 1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak.

(32)

kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).

2. Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak, disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh.

Manfaat vitamin A diantaranya:

a. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan diare.

b. Membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap. c. Mencegah kelainan pada sel–sel epitel termasuk selaput lendir mata.

d. Mencegah terjadinya proses metaplasi sel–sel epitel sehingga kelenjar tidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata

e. Mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan.

f. Vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan (Profil Kesehatan, 2014).

3. Pelayanan Posyandu

(33)

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup :

a. kesehatan ibu dan anak b. keluarga berencana c. imunisasi

d. gizi

e. pencegahan dan penanggulangan diare (Kemenkes RI, 2012). 2.3.5. Keluarga Berencana

Dalam mempersiapkan anak yang berkualitas, sejak dari mulai terjadi pembuahan sampai tumbuh menjadi dewasa haruslah dilakukan pemeliharaan dan penjagaan yang seksama agar tidak terjadi kegagalan dalam proses tumbuh kembangnya. Faktor anak selama dalam kandungan akan sangat mempengaruhi dalam proses tumbuh kembang anak dikemudian hari.

(34)

2.4. Kebijakan Pemerintah Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan

Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolonganpersalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah Ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan danpersalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggiuntuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan.

Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari: a. Pelayanan persalinan tingkat pertama

Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama.

Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:

(35)

3. Pertolongan persalinan normal

4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED.

5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali

6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya

7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.

Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi:

1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)

2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan.

4. Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti).

(36)

c. Pelayanan Persiapan Rujukan

Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaandimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan hal-halsebagai berikut:

1. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena keterbatasan SDM dan keterbatasan peralatan dan obat-obatan

2. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan

3. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan untuk memastikan bahwa pasien yang dirujuk dalam kondisi aman sampai dengan penanganannya di tingkat lanjutan.

Manfaat pelayanan jaminan persalinan meliputi: 1. Pemeriksaan kehamilan (ANC)

Pemeriksaan Kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi:

(37)

1) Persalinan per vaginam normal

2) Persalinan per vaginam melalui induksi 3) Persalinan per vaginam dengan tindakan 4) Persalinan per vaginam dengan komplikasi

5) Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar. b. Persalinan per abdominam

1) Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi medis 2) Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis

3) Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan lahir, perlukaan jaringan sekitar rahim, dan sesarean histerektomi).

c. Penatalaksanaan Komplikasi Persalinan : 1) Perdarahan

2) Eklamsi

3) Retensio plasenta

4) Penyulit pada persalinan. 5) Infeksi

6) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin d. Penatalaksanaan bayi baru lahir

1) Perawatan esensial neonates atau bayi baru lahir

2) Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, BBLR, Infeksi, ikterus, Kejang, RDS

(38)

1) Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari

2) Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 (dua) hari 3) Persalinan dengan penyulit

c. Pelayanan nifas (Post Natal Care) a. Tatalaksana pelayanan

Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin. Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir dan pelayanan KB pasca salin. Tatalaksana asuhan PNC merupakan pelayanan Ibu dan Bayi baru lahir sesuai dengan Buku Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal.

Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing1 kali pada :

1) Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2) 2) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)

3) Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28) 4) Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42) b. Keluarga Berencana (KB)

1) Jenis Pelayanan KB

(39)

2) Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alokon Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk danketerkaitannya dengan Jaminan Persalinan, maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tatalaksana pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) (Permenkes 2011).

2.5. Kepuasan Pasien

2.5.1. Pengertian Kepuasan Pasien

Menurut Muninjaya (2011), kepuasan pasien adalah tanggapan pelangan terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan (ekspetasi) pelanggan sebelum mereka menerima jasa pelayanan dengan sesudah pelayanan yang mereka terima. Kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat disimpulkan sebagai selisih kinerja institusi pelayanan kesehatan dengan harapan pelanggan (pasien atau kelompok masyarakat).

2.5.2. Pengukuran Kepuasan Pasien

Menurut Rangkuti (2006), terdapat beberapa teknik mengukur kepuasan, diantaranya sebagai berikut :

a. Teknik Rating

1. Teknik Pengukuran Langsung

(40)

dahulu berdasarkan nilai skala tengah dari pengukuran dan dapat ditentukan oleh peneliti sendiri. Hasil jawaban dari individu dihitung nilai rata-ratanya dengan cara menjumlahkan nilai skala individu yang diamati dibagi jumlah individu. Apabila nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar maka pelanggan puas terhadap pelayanan.

2. Metode Ranking Sederhana

Pelanggan menentukan ranking dari objek yang ditanyakan dalam urutan pilihan bobot kepentingan.

3. Metode Berpasangan

Tersedia beberapa objek yang harus dinilai, kemudian pelanggan dianjurkan memilih pasangan dari objek tersebut saat itu juga.

b. Pengukuran Kesenjangan

(41)

1. Satisfaction Feeling (Evaluation Overall) a) Tidak Langsung

Hasil dari metode ini dapat berupa “tidak puas” apabila nilai harapan lebih

besar dari kenyataan, “puas” apabila nilai harapan sama dengan nilai kenyataan dan “sangat puas” bila nilai harapan lebih besar dari nilai kenyataan.

b) Langsung

Tabel 2.1 Pengukuran Tingkat Kepuasan

Sangat Tidak puas Tidak Puas Cukup puas Puas Sangat Puas

1 2 3 4 5

c. Indeks Kepuasan

Kepuasan diukur menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, yakni product, service, dan value. Tahap awal diukur terlebih dahulu rata-rata tingkat kepuasan product (QSS= Quality Satisfaction Score), PBS (Perceived Best Score), dan VSS (Value Satisfaction Score). Kemudian menentukan bobot ketiga faktor dengan melakukan multiple regression. Setelah menentukan bobot, langkah selanjutnya adalah menentukan indeks TSS (Total Satisfaction Score). Indeks = WqSq + WvSv + WpSp.

(42)

penting oleh pasien. Kemudian pasien diminta menilai setiap aspek tersebut bagi pasien yang bersangkutan.

Tingkat kepentingan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert dengan graduasi penilaian kepentingan, misalnya, sangat penting, cukup penting, penting, kurang penting dan tidak penting. Kemudian tingkat penilaian tersebut diberi pembobotan misalnya, sangat penting diberi bobot 5, cukup penting diberi bobot 4, penting diberi bobot 3, kurang penting diberi bobot 2, tidak penting diberi bobot 1.

(43)
(44)

2.7. Kerangka Konsep

Dari landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Mutu Pelayanan KIA

Bukti langsung Daya tanggap Keandalan Jaminan

Perhatian pribadi Konseling

Gambar

Tabel 2.1 Pengukuran Tingkat Kepuasan
Gambar 2.1 Landasan Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialis untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin,

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan KIA terhadap kepuasan ibu bersalin secara normal di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan KIA terhadap kepuasan ibu bersalin secara normal di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang

Survey pendahuluan dilakukan di ruang bersalin diperoleh pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan petugas kesehatan diruang bersalin seperti

Hubungan Antara Persepsi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III Di RSUD Wangaya Kota Denpasar.. Program Pascasarjana

Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Mutu Pelayanan KIA Terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Secara Normal Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten