• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan salah satu hak dasar manusia, serta salah satu dari tiga faktor utama selain faktor pendidikan dan pendapatan yang menentukan indeks pembangunan sumberdaya manusia. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peranan yang dimainkan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka hanya sedikit yang dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sector kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat ( Syafrudin, 2009:32)

(2)

Sosial yang harus dilaksanakan pemerintah dan jajarannya. Pemerintah daerah (provinsi,kabupaten,kota) dipersilakan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa BPJS daerah, supaya semua warga Negara Indonesia memperoleh layanan kesehatan.

Menurut Sen (dalam Ismawan, 2000:102) penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesbilitas. Akibat keterbatasan dan ketiadaaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya. Kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini dapat dilakukan (bukan apa yang harus dilakukan). Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibat potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.

Dalam meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial dalam masyarakat maka, meningkat pula kesadaran akan arti hidup sehat dan keadaan tersebut menyebabkan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, nyaman, dan berorientasi pada kepuasaan konsumen semakin mendesak dimana diperlukan kinerja pelayanan yang tinggi. Adapun proses pelayanan kesehatan berkaitan dengan ketersediaan sarana kesehatan.

(3)

Pemerintah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKEMAS) diseluruh wilayah Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja tertentu.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) :

a. Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah untuk mengetahui kemampuannya dalam pencapaian visi,misi dan tujuan organisasi;

b. Untuk melaksanakan pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah perlu dikembangkan sistem pelaporan akuntabilitas kinerja yang mencakup indicator, metode, mekanisme, dan tata cara pelaporan kinerja instansi pemerintah;

c. Pelaksanaan dan pengembangan sistem pelaporan kinerja tersebut perlu diatur dalam suatu Instruksi Presiden.

(4)

keterampilan petugas, sarana/fasilitas, serta waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan.

Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan persalinan. Jaminan persalinan di maksudkan untuk menghilangkan hambatan financial bagi ibu hamil mendapatkan jaminan dalam persalinan

Berikut adalah kutipan masalah BPJS di Indonesia:

Dalam rangka upaya peningkatan taraf dan kualitas hidup yang lebih

baik, kesehatan harus dijaga sejak bayi masih berada dalam kandungan.

Kehamilan menjadi berita gembira pada pasangan yang baru menikah atau yang

sudah menginginkan keturunan. Tentu dalam menjalani kehamilan, ibu hamil

harus mempersiapkan segala sesuatunya termasuk rutin dalam memeriksa kondisi

kehamilan. Nah, dengan adanya program pemerintah tentang Jaminan Kesehatan

Nasional atau disingkat JKN, melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS Kesehatan) ibu hamil yang akan periksa kehamilan bisa menggunakan

kartu BPJS kesehatan.

(5)

Salah satu faktor penting adalah perlunya meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki kartu BPJS kesehatan. Kartu BPJS ini diberikan kepada semua ibu hamil agar dapat mengakses pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care / ANC) untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi, persalinan, pemeriksaan bayi baru lahir, pemeriksaan pasca persalinan (postnatal care / PNC) terutama selama nifas awal selama 7 hari setelah melahirkan, dan pelayanan KB.

(6)

Belum adanya sosialalisasi yang baik ditingkat masyarakat, tentang adanya BPJS dan adanya perbedaan persepsi pemahaman tentang adanya layananan kesehatan persalinan, baik ditingkat petugas kesehatan maupun pada masyarakat pengguna, misalnya tentang pelayanan persalinan di rumah sakit serta keengganan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan kerjasama BPJS, antara lain alasan biaya klaim yang dianggap relative kecil, dibandingkan tarif yang berlakukan. Kesulitan taknis klaim, apabila ibu hamil datang berkunjung untuk pertama kali, tidak pada awal kehamilannya, atau ibu hamil yang berpindah-pindah tempat periksa karena ketidaktahuannya.

Masalah yang terjadi sekarang adalah pelayanan BPJS persalinan belum bisa di akses oleh warga Negara dengan baik. Pelayanan publik dibidang kesehatan itu yaitu BPJS persalinan yang terjadi saat ini belum memenuhi standar pelayanan publik yang baik bagi warga, akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sangat terbatas, masyarakat belum bisa mendapatkan pelayanan BPJS persalinan disemua fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan pemerintah dikarenakan belum semua fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan pemerintah membuka layanan jaminan persalinan yang seharusnya sudah menjadi kewajiban dalam pemenuhan hak warga Negara dalam bidang kesehatan. Pelayanan publik BPJS persalinan juga belum menerapkan prinsip responsivitas terhadap kebutuhan masyarakat

(7)

Puskesmas Batangtoru adalah puskesmas yang terletak di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan memuaskan bagi pasien melalui upaya kesehatan perlu adanya pelayanan yang baik diberikan oleh pegawai di Puskesmas Batangtoru tersebut, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan memilih judul “Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat pada Program BPJS

Kesehatan dalam melayani Persalinan ( Studi Kasus Pada Puskesmas

Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan)”.

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Kedudukan masalah yang akan diteliti sangat sentral dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, pemilihan masalah penelitian haruslah dipertimbangkan secara sungguh-sungguh ( Faisal, 2007:37 )

Perumusan masalah dalam penelitian yang saya miliki adalah :

1. Bagaimana akuntabilitas pelayanan kesehatan masyarakat pada program BPJS Kesehatan dalam melayani Persalinan di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan ?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya, suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni :

1. Untuk mengetahui Bagaimana Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat pada Program BPJS Kesehatan dalam melayani persalinan di Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan

2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi dalam melakukan akuntabilitas pelayanan kesehatan pada Program BPJS Kesehatan dalam melayani Persalinan di Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat secara ilmiah

(9)

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyesuaikan studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. E. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto,2002:92)

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti. Adapun kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Good Governance

a. Pengertian Good Governance

(10)

Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan (Djohan, 2007:131)

Good Governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi. Investasi yang langka, dan penghindaran korupsi yang baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta pencitraan legal dan political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswataan (shedemayanti,2003:7)

Sementara UNDP (United Nations Development Programme) mendefenisikan governance sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah bangsa, karena itu menurut UNDP, ada tiga model Good Governance, yaitu :

a. Kepemerintahan politik (Political Governance) yang mengacu pada proses pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan

b. Kepemerintahan Ekonomi (Economic Governance) yang mengacu pada proses pembuatan keputusan yang memfalitasi kegiatan ekonomi didalam negeri dan berinteraksi diantara penyelenggara ekonomi, kepemerintahan ekonomi memiliki implikasi terhadap masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup.

c. Kepemimpinan administrative (Administrative Governance) yang mengacu pada system implementasi kebijakan.

(11)

bias berarti mekanisme-mekanisme, proses-proses, dan institusi-institusi melalui warga Negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka. (Salam, 2005:224)

Munculnya konsep Good Governance untuk dilaksanakan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh banyak factor. Namun demikian, salah satu faktor terbesar adalah ketidakberdayaan pemerintah Negara-negara berkembang dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi menjadi pemain tunggal, tetapi mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan masyarakat sipil.

Secara umum kualitas Good Governance dapat tercapai apabila pemerintah dan instansi publik lainnya secara keseluruhan mampu bersikap terbuka terhadap ide dan gagasan baru dan responsive terhadap kepentingan masyarakat. Responsivitas akan meningkat jika masyarakat memiliki informasi yang lengkap mengenai proses dan implementasi kebijakan pemerintahan dan pembangunan (Sinambela, 2008:51)

b. Prinsip-Prinsip Good Governance

(12)

1. Partisipasi Masyarakat

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebsasan berkumpul dan mengungkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.

Prinsip partisipasi mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Partisipasi adalah keterlibatan anggota organisasi didalam semua kegiatan organisasi (Jewel & Siegal, 1998:31). Partisipasi merupakan tindakan ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan didalam organisasi (Handoko, 1998:31)

Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantaun, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.

(13)

Penegakan supermasi hukum adalah pelaksanaan semua ketentuan hukum dengan konsistensi tanpa memandang subjek dari hukum itu (Satrio, 1998:92). Prinsip penegakan hukum mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa terkecuali, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Instrument dasar penegakan hukum adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik terhadap penegakan hukum maupun keterpaduan dari system yuridis ( kepolisian, pengadilan dan kejaksaan ), Sedangkan instrument-instrumen pendukung adalah penyuluhan dan fasilitas ombudsman.

Menurut Jeff dan Shah (1998:68) inidkator yang dapat digunakan untuk mengukur penegakan hukum, yaitu : berkurangnya praktek KKN dan pelanggaran hukum, meningkatnya (kecepatan dan kepastian) proses penegakan hukum, berlakunya nilai/norma dimasyarakat (living law) dan adanya kepercayaan masyarakat pada aparat penegak hukum sebagai pembela kebenaran. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi masyarakat.

3. Transparansi

Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

(14)

masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Peduli Pada Stakeholder

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.

5. Berorientasi pada Konsensus

Tata pemerintah yang baik menjembati kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, consensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.

6. Kesetaraan

Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

Menurut Jeff dan Shah (1998:69) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kesetaraan, yaitu bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya dan berkurangnya pelanggaraan terhadap peraturan perundang-undangan.

(15)

(Handoko, 1998:23). Prinsip ini menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab. Pelayanan masyarakat harus mengutamakan kepuasan masyarakat, dan didukung mekanisme penganggaran serta pengawasan yang rasional dan transparan.

Intrumen dasar dari efisiensi dan efektivitas adalah komitmen politik sedangkan instrument pendukungnya adalah struktur pemerintahan yang sesuai kepentingan pelayanan masyarakat, adanaya standar-standar dan indikator kinerja untuk menilai efektivitas pelayanan, pembukuan keuangan yang memungkinkan diketahuinya satuan biaya dan adanya survey-survei kepuasan konsumen.

8. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kemampuan untuk mempertanggungjawabkan semua tindakan dan kebijakan yang telah ditempuh (Masdiasmo, 2001:251). Prinsip ini mengandung makna meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Seluruh pembuatan kebijakan pada semua tingkatan harus memahami kebijakan yang diambil harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.

(16)

pedoman tingkah laku dan system pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan dan system pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.

Menurut Jeff dan Shah (1998:70) indikator yang dapat digunakan untuk mengatut akuntabilitas, yaitu: meningkatkannya kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap pemerintah, tumbuhnya kesadaran masyarakat, meningkatnya keterwakilan berdasarkan pilihan dan kepentingan masyarakat, dan berkurangnya kasus-kasus KKN.

9. Visi Strategis

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan social yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

B. Akuntabilitas

a. Definisi Akuntabilitas

(17)

penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi Negara di Indonesia.

Lenvine (dalam Dwiyanto, 2005: 147) menyatakan akuntabilitas adalah sebagai suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders.

Dari pengertian di atas dapat di ambil intinya bahwa akuntabilitas memiliki peranan sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan karena penyelenggaraan akuntabilitas sector public bertujuan untuk memberikan pertanggung jawaban kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan berasal dari masyarakat.

b. Akuntabilitas Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah bagian dari kebutuhan warga Negara. Masyarakat berhak mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan seperti amanat dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Dewasa ini, meski Negara telah melewati fase reformasi, baik itu reformasi pelayanan publik dari birokrasi, wujud kualitas pelayanan publik yang diterima oleh rakyat masih jauh dari kepuasaan minimal beberapa kota dan sektor pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unti pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(18)

publik ( stakeholders), mengacu pada KEP/26/M.PAN/2/2004 petunjuk teknis akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik adalah sebagai berikut :

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain meliputi : tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka.

b. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

c. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, persyaratan teknis dan administrative harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan. Selain itu prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Akuntabilitas public yang harus dilakukan oleh sektor publik terdiri dari beberapa dimensi. ELL.wood (dalam Mardiasmo, 2002:226) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh orang sektor publik, yaitu :

1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum

(19)

jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber daya public.

2. Akuntabilitas Proses

Terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan system informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan public yang cepat, responsif dan mudah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat dilakukan misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark-up dan pungutan-pungutan lain diluar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan pelayanan. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan pemeriksaan terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik. Yang harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah proses tender telah dilakukan secara fair melalui compulsory competitive tendering (CCT) ataukah dilakukan melalui pola korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

3. Akuntabilitas Program

Terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah memperrtimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dan biaya yang minimal.

(20)

Terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah, baik pusat maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

C. Pelayanan Kesehatan Publik

a. Pengertian Pelayanan

Pelayanan merupakan ujung tombak dari upaya pemuasan pelanggan dan sudah merupakan keharusan yang wajib dioptimalkan baik oleh individu maupun organisasi, karena dari bentuk pelayanan yang diberikan tercermin kualitas individu atau organisasi yang memberikan pelayanan.

Pelayanan adalah sebagai suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Hasil pelayanan berupa jasa yang tidak dapat diinventarisasikan, tidak dapat ditumpukkan, atau digudangkan melainkan hasil tersebut diserahkan secara langsung kepada pelanggaan atau konsumen (Boediono, 2007:60)

(21)

Pengertian pelayanan menurut Sianipar (1998:4) adalah cara melayani, menyiapkan atau menjamin keperluan seseorang atau sekelompok orang. Melayani adalah meladeni atau membantu mengurus keperluan atau kebutuhan seseorang sejak diajukan permintaan sampai penyajian atau penyerahannya.

Menurut The Liang Gie ( 1997:23) yang mendefinisikan pelayanan adalah pelayanan bagi masyarakat atau kegiatan dari organisasi yang dilakukan untuk mengamalkan dan mengabdikan diri pada masyarakat.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau sekelompok orang artinya objek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan dan organisasi (sekelompok organisasi).

Kegiatan pelayanan dalam suatu organisasi memiliki peran penting dalam strategi, terutama bagi organisasi yang berorientasi pada pelayanan jasa, hal itu tercemin pada pengertian pelayanan yang dikemukakan oleh Moenir ( 2000:12 ) pelayanan adalah setiap kegiatan oleh pihak lain yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan orang banyak, pelayanan ini sifatnya selalu kolektif, sebab pelayanan kepentingan itu masih masih termasuk dalam rangka pemenuhan hak dan kebutuhan bersama dalam pengertian pelayanan.

b. Pengertian Pelayanan Publik

(22)

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tatacara yang ditetapkan.

Adapun penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik pemerintah daerah maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang menyelenggarakan pelayanan publik, sedangkan penerima pelayanan adalah orang perorangan dan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu layanan publik ( Rohman, 2008 : 3 ).

Menurut Catherine Devrye (1997 : 10) mengemukakan tujuh hal pokok yang perlu diperhatikan terhadap kepuasan konsumen, yaitu :

1. Tetapkan, penuhi, dan lampauilah harapan-harapan konsumen menguasai pasar

2. Riset membuktikan bahwa persepsi konsumen tentang pelayanan yang baik secara langsung mempengaruhi garis dasar

3. Dekatkanlah kesenjangan antara apa yang diharapkan konsumen dengan apa yang mereka rasakan dan mereka terima

4. Rekor tidak cukup berarti

5. Ciptakan pengalaman-pengalaman positif yang dapat diharapkan dengan konsistensi

6. Antisipasilah perubahan harapan-harapan konsumen, keistimewaan servis masa lalu akan menjadi norma besok

(23)

Berdasakan semua pengertian diatas maka pelayanan pada instansi pemerintah khususnya yang bergerak pada bidang pelayanan jasa, maka sudah merupakan kewajiban setiap aparat atau lembaga dalam operasionalnya tidak terlepas dari penilaian atau respon masyarakat maupun posisinya sebagai mitra dalam hal mewujudkan efektivitas pelayanan. Pelayanan yang diberikan harus merupakan pelayanan yang bisa memuaskan pelanggan.

c. Pelayanan Kesehatan

Untuk menjalankan upaya kesehatan maka diperlukan jaminan pemeliharaan kesehataan masyarakat dan defenisinya adalah suatu cara penyelenggara pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan berkesinambungan dengan mutu yang menjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya. Hal tersebut untuk membangun kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat dan kemauan masyarakat dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan perlu adanya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi social bagi masyarakat yang kurang mampu. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tergantung pada faktor :

(24)

2. Tujuan/ruang lingkup kegiatan : pencegahan penyakit, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, penyembuhan/pengobatan dan pemulihan kesehatan.

3. Sasaran pelayanan, perorangan, kekeluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut Hodgettes dan Cascio ( Dalam Azwar, 1996:36 ) pelayanan kesehatan menjadi dua bagian dilihat berdasarkan sasarannya yaitu :

1. Pelayanan kesehatan personal (Personal Health Services) maksudnya sasaran pelayanan kesehatan ini adalah untuk pribadi perorangan. 2. Pelayanan kesehatan lingkungan ( Environment Helath Services ) yaitu

sasaran pelayanan kesehatan ini adalah lingkungan kelompok atau masyarakat

Syarat pokok pelayanan kesehatan adalah :

1. Tersedianya dan berkesinambungan

Yaitu syarat pokok utama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat, serta bersifat berkesinambungan artinya semua jenis layanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaaannya dalam masyarakat selalu ada ketika dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

(25)

Lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dengan demikian maka penyaluran distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi pada perkotaan saja dan tidak ditemukan di daerah pedesaan bukanlah pelayanan kesehatan yang baik. 4. Mudah dijangkau

Dapat dilihat dari segi biaya, untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat pelayanan kesehatan yang mahal dan hanya bias dijangkau oleh sebagian masyarakat bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu

Maksudnya menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

D. Kesehatan Masyarakat

a. Konsep tentang Kesehatan

Konsep sehat sangat diperlukan untuk diri kita, kita harus menanamkan konsep sehat sejak dari kecil atau awal. Karena lama kelamaan akan terbiasa. Belajar hidup sehat, mulai dari cara hidup dan gaya hidup.

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle, 1994) :

(26)

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO), yaitu suatu kondisi Sejahtera Jasmani Rohani serta Sosial Ekonomi. Kesehatan manusia dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu :

1. Udara 2. Air

3. Makanan dan Minuman 4. Keseimbangan Emosi 5. Olahraga Teratur 6. Istirahat Cukup

Apabila ke enam factor tersebut terganggu dan bermasalah maka otomatis kesehatan kita juga akan terganggu, mau tidak mau, sadar atau tidak kita hidup di zaman penuh polusi dari zat kimia baik itu air, udara maupun makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari.

b. Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan suatu system yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi (F Znaniecki: 1950,145).

(27)

a) Suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang di organisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintangan kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu,

b) Kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan mensosialkan anggota-anggotanya melalui pendidikan.

c) Seorang yang mempunyai system kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.

Masyarakat menurut Syafrudin ( 2009 : 1)

1. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut adat yang berkesinambungan, terikat rasa identitas diri

2. Sekelompok orang yang memiliki ikatan tertentu, saling berinteraksi dan mempunyai masalah-masalah umum.

3. Kelompok social yang ditentukan oleh kawasan geografi, nilai, dan interest umum, setiap anggota saling mengenal dan berinteraksi satu sama lain.

c. Kesehatan Masyarakat

(28)

kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek social ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran dan ilmu penyakit yang dialaminya.

Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang sangat luas. Seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas dalam batasan yang paling tua. Dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang menganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi adalah kegiatan kesehatan masyarakat.

(29)

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai ilmu dengan ilmu social dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.

Adapun tujuan umum dari kesehatan masyarakat adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri, sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit

b. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan

c. Tertangani atau terlayani kelompok rawan, kelompok khusus dan kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan kesehatan.

E. BPJS Kesehatan dalam Melayani Persalinan

(30)

dikelola oleh PT. ASKES Indonesia (Persero). Kemudian berubah nama menjadi BPJS sesuai Undang – Undang No. 24 Tahun 2011. Namun, dasar penyelenggaraannya tetap sama yang mengacu kepada: Undang – Undang Dasar 1945, Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Undang – Undang No.40 tahun 2004 tentang sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

BPJS menyediakan pelayanan untuk ibu hamil dan untuk persalinan. Pelayanan ini diperuntukkan untuk semua peserta, mulai dari kelas I hingga kelas III, sehingga tidak ada perbedaan layanan medis antara tiap kelas. Namun, perlu diingat bahwa pelayanan ini tetap dilakukan berjenjang. Peserta tetap akan mendapatkan manfaat layanan di faskes tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS terlebih dahulu. Bila ada penyulit atau kegawatdaruratan akan dirujuk ke faskes tingkat selanjutnya.

BPJS menyediakan pelayanan kebidanan dan neonatal selama proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Jenis pelayanan yang ditanggung BPJS, yaitu: pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care / ANC) untuk menontrol kesehatan dan keselamatan ibu dan janin, layanan bantuan persalinan, pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir, pemeriksaan pasca persalinan (postnatal care / PNC) terutama selama nifas awal selama 7 hari setelah melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana / KB.

(31)

a. Meningkatkan cakupan pemeriksaaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

b. Meningkatkan cakupan pelayanan : 1. Bayi baru lahir

2. Keluarga Berencana pasca persalinan

3. Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten 4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisiensi, efektif,

transparan, dan akuntabel

Ruang lingkup pelayanan persalinan terdiri dari :

1. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama

Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca persalinan, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB pasca persalinan) tingkat pertama. Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED (untuk kasus-kasus tertentu), serta jaringannya termasuk Polindes dan Pokesdes, fasilitas kesehatan swasta (bidan, dokter, klinik, rumah bersalin) yang memiliki perjanjian bekerja sama dengan BPJS kesehatan.

(32)

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya. Pelayanan tingkat lanjutan untuk rawat jalan diberikan di poliklinik spesialis Rumah Sakit, sedangkan rawat inap diberikan fasilitas perawatan kelas III di Rumah Sakit pemerintah dan swasta yang memiliki perjanjian kerjasama dengan BPJS kesehatan.

F. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu social. Melalui konsep ini kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Singarimbun, 1995:33). Oleh karena itu, untuk menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep sebagai berikut :

(33)

pemilik (stakeholder), mengacu pada KEP/26/M.PAN/2/2004 petunjuk teknis akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yang menjadi indikator dalam mengukur akuntabilitas adalah :

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain meliputi : tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dipertanggungjawabkan secara terbuka.

b. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

c. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, persyaratan teknis dan administrative harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan. Selain itu prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(34)

3. BPJS kesehatan pada dasarnya melayani ibu hamil mulai dari persalinan sampai pada pascamelahirkan apabila yang bersangkutan memiliki kartu BPJS kesehatan. Manfaat yang diterima pemilik kartu BPJS kesehatan untuk persalinan ini terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Berdasarkan KEP/26/M.PAN//2/2004 tentang petunjuk teknis akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik dari masyarakat atas pelayanan persalinan yang diberikan yang diberikan aparatur pemerintah, perlu disediakan akses kepada masyarakat untuk memberikan informasi,

(35)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab berisi latarbelakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan dari data yang didapatkan dilapangan

BAB V : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialis untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin,

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu

Judul : Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten

Selain BPJS persalinan mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), BPJS persalinan adalah program pemerintah yang menggratiskan biaya melahirkan, pemeriksaan,

Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Puskesmas Batangtoru Dalam Melakukan Akuntabilitas Pelayanan Program BPJS Persalinan. Puskesmas Batangtoru adalah sebagai salah satu

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,