• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Bidan Praktik Mandiri Sebagai Provider Program Jampersal di Kota Dumai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Bidan Praktik Mandiri Sebagai Provider Program Jampersal di Kota Dumai"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Jaminan Persalinan (Jampersal) 2.1.1. Pengertian Jampersal

Jampersal merupakan salah satu kebijakan publik yang terintegrasi dengan program jaminan kesehatan masyarakat dan merupakan jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan.

2.1.2. Ruang Lingkup Jampersal

Kementerian Kesehatan RI (2011) menjelaskan bahwa jminan persalinan merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses kehamilan, persalinan, paska persalinan, dan pelayanan KB paska persalinan serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB, pasca persalinan, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi semua masalah kesehatan individu. Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:

A. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama

(2)

meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB pasca persalinan) tingkat pertama. Jenis pelayanan jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:

1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali; 2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir 3. Pertolongan persalinan normal;

4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED.

5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;

6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.

7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya.

B. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

(3)

kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya.

Jenis pelayanan persalinan di tingkat lanjutan meliputi (1) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti), (2) Pertolongan persalinan dengan risti

dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama, (3) Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat

persalinan, (4) Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti), dan (5) Penatalaksanaan KB pasca persalinan dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.

C. Pelayanan Persiapan Rujukan

Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujuka ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut. 2.1.3. Manfaat Jampersal

Adapun manfaat pelayanan jaminan persalinan meliputi:

1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi: (a) 1 kali pada triwulan pertama, (b) 1 kali pada triwulan kedua, dan (c) 2 kali pada triwulan ketiga

(4)

a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus dan missed abortion b. Penatalaksanaan mola hidatidosa, dan Penatalaksanaan hiperemesis

gravidarum

c. Penanganan kehamilan ektopik terganggu

d. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi serta perdarahan pada masa kehamilan

e. Decompensatio cordis pada kehamilan dan pertumbuhan janin terhambat

(PJT): tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan

f. Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancam nyawa.

Sedangkan manfaatan pada penatalaksanaan persalinan meliputi (a) persalinan per vaginam, dan persalinan per vaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan komplikasi serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED dan/atau RS.

Manfaat berikutnya adalah pelayanan nifas (Post Natal Care) yang ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca bersalin. Tatalaksana asuhan PNC merupakan pelayanan Ibu dan Bayi baru lahir sesuai dengan Buku Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal.

Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing

1 kali pada : (a) kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2, (b) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7), (c) kunjungan ketiga untuk

(5)

hari pasca persalinan antara lain (a) kontrasepsi mantap (Kontap); (b) IUD, Implant, dan (c) Suntik.

2.1.4. Kebijakan Operasional Jampersal

Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jaminan Persalinan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2562/MENKES/PER/XII/ 2011, maka dapat dijabarkan kebijakan operasional berikut ini:

1) Pengelolaan Jampersal dilakukan pada setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) yang merupakan bagian integral dari Jamkesmas dan dikelola mengikuti tata kelola Jamkesmas.

2) Japersal adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.

3) Penerima manfaat Jampersal mencakup seluruh sasaran yang belum memiliki Jampersal.

4) Penerima manfaat Jampersal didorong untuk mengikuti program KB pasca persalinan (Dengan membuat surat pernyataan)

(6)

6) Fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta seperti Bidan Praktik Mandiri, Klinik Bersalin, Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini harus mempunyai perjanjian kerja sama (PKS) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Jampersal atas nama Pemerintah Daerah setempat yang mengeluarkan ijin praktiknya. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan baik pemerintah maupun swasta harus mempunyai PKS dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

7) Pelaksanaan pelayanan Jampersal mengacu pada standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

8) Pembayaran atas pelayanan Jampersal dilakukan dengan cara klaim.

9) Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani sasaran Jampersal dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada daerah asal sasaran Jampersal tersebut. 10)Bidan Desa dalam wilayah kerja Puskesmas yang melayani Jampersal diluar jam

kerja Puskesmas yang berlaku di wilayahnya, dapat menjadi Bidan Praktik Mandiri sepanjang yang bersangkutan memiliki Surat Ijin Praktik dan mempunyai Perjanjian Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 2.1.5. Pendanaan Jampersal

(7)

pelayanan tingkat pertama/pelayanan dasar dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota sedangkan pelayanan tingkat lanjutan/rujukan dilakukan oleh rumah sakit.

Dana Jampersal bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan yang dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan. Alokasi dana Jamkesmas pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten/Kota diperoleh atas perhitungan jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu sebagai sasaran Jamkesmas. Sedangkan alokasi dana Jampersal di Kabupaten/Kota diperhitungkan berdasarkan estimasi proyeksi jumlah bumil peserta Jamkesmas dan sasaran bumil penerima manfaat Jampersal yang belum memiliki Jampersal di daerah tersebut dikalikan total besaran biaya paket pelayanan persalinan tingkat pertama.

2.1.6. Tarif Pelayanan Jampersal

Adapun besaran tarif pelayanan Jampersal disjaikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan

No Jenis

Pelayanan Frekuensi Tarif (Rp)

Jumlah

(Rp) Keterangan 1 Pemeriksaan

Kehamilan (ANC)

4 Kali 20.000 80.000 Mengikuti Buku Pedoman KIA. Pada kasus-kasus

kehamilan dengan komplikasi/resiko

(8)

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No Jenis Pelayanan Frekuensi Tarif (Rp)

Jumlah

(Rp) Keterangan 2 Persalinan Normal 1 kali 500.000 500.000 Besaran biaya hanya

untuk pembayaran

3 Pelayanan Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir

4 kali 20.000 80.000 Mengikuti Buku Pedoman KIA. Pada kasus-kasus

kehamilan dengan komplikasi/risiko

tinggi frekuensi ANC dapat lebih 4 kali dengan penanganan

1 kali 100.000 100.000 Mengikuti Buku KIA

5 a.Pelayanan serta bayi baru lahir

(9)

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No Jenis Pelayanan Frekuensi Tarif (Rp) dan di fasilitas yang mampu.

7 Transport rujukan Setiap Kali (PP)

(10)

2.1.7. Kelengkapan Pertanggung Jawaban Klaim Tingkat Dasar

Kelengkapan pertanggungjawaban sebagai syarat klaim tingkat dasar yang dilakukan di Bidan Praktik Mandiri adalah meliputi:

a. Fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku (KTP atau identitas lainnya), dan bagi peserta jamkesmas dilengkapi dengan fotokopi kartu Jamkesmas.

b. Fotokopi lembar pelayanan pada Buku KIA sesuai pelayanan yang diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Apabila peserta Jamkesmas atau penerima manfaat Jaminan Persalinan non Jamkesmas tidak memiliki buku KIA pada daerah tertentu, dapat digunakan kartu ibu atau keterangan pelayanan lainnya pengganti buku KIA yang ditandatangani ibu hamil/bersalin dan petugas yang menangani. Untuk pemenuhan buku KIA di daerah, Tim Pengelola Kabupaten/Kota melakukan koordinasi kepada penanggung jawab program KIA daerah maupun pusat (Ditjen Gizi dan KIA).

c. Partograf yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong persalinan untuk Pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada partograf dapat digunakan keterangan lain yang menjelaskan tentang pelayanan persalinan yang diberikan. d. Fotokopi/tembusan surat rujukan, termasuk keterangan tindakan pra rujukan yang

telah dilakukan di tandatangani oleh sasaran/keluarga.

(11)

pelaporan) menjadi tanggung jawab Pemda/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.2. Minat

Dalam kamus Bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai niat atau kehendak (Yasyin, 1995). Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Theory Of Reasoned Action, perilaku manusia dipengaruhi oleh kehendak/minat. Minat merupakan

keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu sebelum perilaku tersebut dilaksanakan. Adanya minat untuk melakukan suatu tindakan akan menentukan apakah kegiatan tersebut akhirnya akan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan inilah yang disebut dengan perilaku. Dengan demikian perilaku merupakan ‘kehendak/minat’ yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang tampak. Minat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Teori ini menghubungkan keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak/minat (intention) dan perilaku.

Keyakinan terhadap manfaat suatu kegiatan atau hal tertentu akan menimbulkan sikap positip terhadap kegiatan atau hal tersebut. Sikap positif akan mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan kegiatan tersebut. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcomes of the behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya

(12)

dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting (referent-person) dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut (Fishbein dan Ajzen, 1975)

Model Theory of Reasoned Action dapat digunakan sebagai alat evaluasi mengenai sikap dan perilaku secara ilmiah, yaitu untuk memperoleh konsistensi antara sikap, minat berperilaku dan perilaku. Model ini mengacu pada nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial, sebagai indikator penting untuk memprediksikan perilaku yang akan diukur, sehingga pengetahuan awal mengenai aspek sosial dan antropologis merupakan aspek penting, karena cara budaya menghubungkan sikap, minat dan perilaku sangat penting. Menurut teori ini, persepsi yang terbentuk akan menjembatani perilaku hanya jika (a) hal ini menghubungkan pertimbangan sikap dan norma subyektif dan (b) hubungan komponen ini merupakan penentu penting dari intensi/minat.

(13)

tentang kemudahan dan kesulitan untuk berperilaku tertentu (Fishbein dan Ajzen, 1975).

Skiner (dalam Notoatmojo, 2005) menyampaikan bahwa perilaku terbentuk dari dua faktor utama yakni : stimulus yang merupakan faktor dari luar diri individu (faktor eksternal) dan respon yang merupakan faktor dari dalam individu bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sedangkan faktor internal meliputi perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya. Namun, sebenarnya perilaku merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan faktor eksternal.

(14)

2.3. Persepsi

Pengertian persepsi adalah akal manusia yang sadar meliputi proses fisik, fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai penggambaran lingkungan. Persepsi merupakan perlakuan melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca sehinggga persepsi memengaruhi tingkah laku, percakapan, serta perasaan seseorang (Koentjaraningrat, 1981). Menurut Sarwono (1992), persepsi merupakan makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek yang mendefinisikan pengenalan objek melalui penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam saraf yang lebih tinggi.

Persepsi adalah suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang bermakna. Persepsi seorang dapat berbeda satu sama lainnya, meskipun dihadapkan pada suatu situasi dan kondisi yang sama. Hal ini dipandang dari suatu gagasan bahwa kita semua menerima suatu objek rangsangan melalui penginderaan, penglihatan, pendengaran, pembauan, dan perasaan (Robbins, 2006).

(15)

Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi terdiri atas dua faktor, yaitu faktor eksternal atau dari luar yakni concreteness yaitu gagasan yang abstrak yang sulit dibandingkan dengan yang objektif, novelty atau hal baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan daripada hal-hal lama, velocity atau percepatan, misalnya pemikiran atau gerakan yang lebih cepat dalam menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibanding yang lambat, conditioned stimuli yakni stimulus yang dikondisikan. Sedangkan faktor internal adalah motivasi, yaitu dorongan untuk merespon sesuatu, interest dimana hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak menarik, need adalah kebutuhan akan hal-hal tertentu dan terakhir asumptions yakni persepsi seseorang dipengaruhi dari pengalaman melihat,

merasakan dan lain-lain. Jika digambarkan polanya, maka terlihat seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Persepsi

Sumber: Robbins, 2006

Situasi a. Waktu

b. Keadaan Tempat Kerja

Pelaku Persepsi a. Sikap

b. Motif

(16)

Robbins (2006), menjelaskan faktor yang memengaruhi persepsi Dengan melihat satu obyek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang berbeda, karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a) Faktor perilaku persepsi, bila seseorang memandang suatu obyek dan mencoba maka penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi dari orang yang dipersepsikan yang mencakup sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.

b) Faktor obyek, karakteristik–karakteristik dari target yang diamati dapat memengaruhi apa yang dipersepsikan karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi. Namun obyek yang berdekatan akan cenderung dipersepsikan bersama-sama. Faktor target mencakup hal yang baru yaitu gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan.

c) Faktor situasi, yaitu faktor mencakup waktu, keadaan / tempat kerja dan keadaan tempat kerja.

2.4. Motivasi

2.4.1 Pengertian Motivasi

(17)

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi. Umumnya orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak melakukan. Kata motivasi berasal dari kata motivation, yang dapat diartikan sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan tertentu (Rivai, 2005). Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang ditentukan (Siagian, 2004). Sedangkan Gerungan (2000), menyatakan bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku.

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan, baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan fisiologis.

2.4.2 Teori Motivasi

(18)

oleh berbagai faktor pembentuk terciptanya motivasi. Menurut Gibson et al. (2003), secara umum mengacu pada 2 (dua) kategori :

1. Teori kepuasan (Content Theory), yang memusatkan perhatian kepada faktor dalam diri orang yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct), mendukung (sustain) dan menghentikan (stop) perilaku petugas.

2. Teori proses (Process Theory) menguraikan dan menganalisa bagaimana perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.

a. Teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow

Menurut Maslow 1954 (dalam Robbins, 2006), hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas manusia bekerja adalah karena adanya kebutuhan yang relatif tidak terpenuhi disebabkan adanya faktor keterbatasan manusia itu sendiri, untuk memenuhi kebutuhannya sewaktu bekerja sama dengan orang lain dalam memasuki suatu organisasi. Hal ini yang menjadi dasar bagi Maslow dengan mengemukakan teori hirarki kebutuhan sebagai salah satu sebab timbulnya motivasi seseorang dalam kehidupannya. Maslow mengemukan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada didalam hidupnya, diantaranya :

1). Kebutuhan faali (fisiologis), antara lain : rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian, perumahan), seks dan kebutuhan ragawi lainnya (disebut kebutuhan paling dasar) 2). Kebutuhan keamanan, keselamatan, perlindungan, jaminan pensiun, asuransi

kecelakaan, dan asuransi kesehatan.

(19)

4). Kebutuhan penghargaan, status, titel, simbol-simbol, promosi.

5). Kebutuhan aktualisasi diri, menggunakan kemampuan, skill, dan potensi.

Pada dasarnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan manapun, tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi perlu memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu. Dalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut seseorang akan berperilaku yang dipengaruhi atau ditentukan oleh pemenuhan kebutuhannya (Mangkunegara, 2002).

b. Teori Dua Faktor dari Herzberg.

Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang merupakan pengembangan dari teori hirarki kebutuhan menurut Maslow. Teori Herzberg memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam memotivasi karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan. Kedua, kerangka ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan (Leidecker dan Hall dalam Timpe, 2002).

(20)

dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik, yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.

Jadi petugas yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinkannya menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini terutama tidak dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat apa yang diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (Hasibuan, 2005).

Menurut Herzberg faktor ekstrinsik tidak akan mendorong minat para pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial. Sedangkan faktor intrinsik merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi dari pada pemuasan kebutuhan lebih rendah (Leidecker dan Hall dalam Timpe, 2002).

d. Teori Kebutuhan dari McClelland

(21)

1). Kebutuhan akan prestasi (need for achievement).

Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya guna mencapai prestasi kerja yang maksimal. Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi kerja yang tinggi akan memperoleh pendapatan besar yang akhirnya bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2). Kebutuhan akan kekuasaan (need for power )

Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta mengerahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Seseorang dengan kebutuhan akan kekuasaan tinggi akan bersemangat bekerja apabila bisa mengendalikan orang yang ada disekitarnya.

3). Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation)

Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang. Karena kebutuhan akan afiliasi akan merangsang gairah bekerja seseorang yang menginginkan kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain, perasaan dihormati, perasaan maju dan tidak gagal, dan perasaan ikut serta.

(22)

2.5. Landasan Teori

Sesuai dengan beberapa teori yang dikemukakan di atas maka beberapa pendapat para ahli terdahulu yang ada kaitannya dengan persepsi dan motivasi yang diduga memiliki pengaruh terhadap minat BPM sebagai provider Jampersal perlu digali agar relevan dengan judul penelitian.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) perilaku manusia dipengaruhi oleh kehendak/minat. Minat merupakan keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu sebelum perilaku tersebut dilaksanakan, dimana minat terkait dengan keyakinan (belief), sikap (attitude). Minat dalam hal ini adalah minat BPM sebagai sebagai provider Jampersal di Kota Dumai.

Robbins (2006) menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi, yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi Persepsi sebagai variabel psikologis merupakan proses kognitif yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Persepsi dalam hal ini adalah persepsi bidan BPM terhadap administrasi, paket pelayanan dan tarif pelayanan dalam Jampersal.

(23)

pertama telah terpenuhi maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama. Kebutuhan manusia diklasifikasikan pada lima tingkatan atau hierarki (hierarchy of needs), yaitu: (1) kebutuhan fisik, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan

sosial, (4) kebutuhan penghargaan, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri. Herzberg dalam (Hasibuan, 2005) membedakan dua bentuk motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, seperti kebutuhan fisik, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi.

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan keterbatasan peneliti maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Motivasi

a.Kebutuhan fisik

b.Kebutuhan penghargaan c.Kebutuhan aktualisasi

Persepsi a.Administrasi

b.Tarif pelayanan

Minat BPM sebagai Provider Program

Gambar

Tabel 2.1. Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Gambar 2.1.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mata kuliah profesi kependidikan mahasiswa diajarkan untuk menguasai kode etik keguruan, dan bersikap sebagai seorang guru yang menguasai kompetensi dasar

Implementasi Ajax ( Asynchronous Javascript and XML HTTP ) dalam proses evaluasi beban kinerja dosen yang akan dibangun diharapkan dapat membantu pihak PPMAI UKSW

1. H 0 : Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Kauman Tulungagung. H 1 : Ada pengaruh kecerdasan

(1) Manfaat jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang memenuhi syarat dan menjalin

Palisser serta hambatan dan upaya yang dilakukan dalam memberikan perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja di PT..

Those types are the that -clauses, the wh- interrogative clauses, the yes-no interrogative clauses, the nominal relative clauses, the to- infinitive nominal clauses, the –ing

Scene Mulai Main Memilih tombol Menu Sistem akan berpindah scene ke scene Menu Sukses, output sesuai yang diha- rapkan, scene akan berpindah ke scene Menu Scene Mulai Main

Hasil menunjukkan pola hubungan IHSG dengan faktor makroekonominya di BEI menggunakan pendugaan parameter copula dengan pendekatn tau kendall dengan hasil fitting log-likelihood