• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intensitas Modal, Ukuran Perusahaan, Dan profitabilitas Terhadap Debt Financing pada Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Intensitas Modal, Ukuran Perusahaan, Dan profitabilitas Terhadap Debt Financing pada Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal

Dalam hukum, modal adalah bagian dari ekuitas pemegang saham yang

disyaratkan menurut anggaran dasar untuk ditahan dalam perusahaan sebagai

perlindungan bagi kreditor. Dan dalam keuangan perseroan,modal biasanya

menunjukkan keseluruhan total aktiva perusahaan. Menurut Munawir (2004)

dalam bukunya Analisa Laporan Keungan, “modal adalah hak atau bagian yang

dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal

saham, surplus, laba ditahan), atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan terhadap seluruh hutang – hutangnya.”, pendapat lain dari Riyanto

(1998) mengemukakan “modal adalah sebagai kekuasaan untuk menggunakan

barang – barang modal, sedangkan barang – barang modal adalah barang – barang

yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan.” Dengan demikian, modal

adalah kelebihan aktiva atas hutang yang mempunyai kekuasaan untuk

menggunakan barang modal.

Modal sering disebut juga dengan ekuitas pemegang saham ataupun ekuitas

pemilik. Ekuitas pemilik dan ekuitas pemegang saham diklasifikasikan dalam dua

kategori yaitu modal kontribusi dan modal laba (dwiermayanti.wordpress.com).

(2)

dikeluarkan di muka oleh pemegang saham untuk dipakai dalam bisnis

perusahaan. Modal kontribusi meliputi pos – pos seperti nilai pari dari semua

saham modal yang beredar, agio dikurangi disagio saat penerbitan, jumlah

dibayar pada setiap persetujuan pemesanan dan pengenaan tambahan.

2. Modal laba adalah modal yang terjadi jika perusahaan beroperasi secara

menguntungkan; dan modal ini terdiri dari semua laba yang belum dibagikan

dan tetap diinvestasikan pada perusahaan.

1.1.2 Intensitas Modal

Teori intensitas modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan

pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas

bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Intensitas modal adalah

persentase dari setiap jenis modal yang digunakan perusahaan. Jenis modal yang

digunakan perusahaan terdiri dari hutang dan modal saham. Menurut Emery dan

Finnerty (1997), “intensitas modal adalah proporsi pendanaan dengan hutang

perusahaan.” Menurut Baker dan Wugler (2002), “intensitas modal adalah

akumulasi hasil dari upaya masa lalu terhadap harga pasar ekuitas.”

Teori intensitas modal menjelaskan pengaruh intensitas modal terhadap nilai

perusahaan. Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai ekspektasi nilai total

perusahaan. Intensitas modal adalah perbandingan antara hutang dengan ekuitas.

Intensitas modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan, yang nantinya

perusahaan akan memilih apakah menggunakan hutang atau ekuitas untuk

mendanai operasi perusahaan. Penggunaan hutang mengandung resiko yang

(3)

bauran dari kewajiban pendanaan yang merupakan sesuatu yang tidak pasti tetapi

merupakan sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan.

Hutang dan ekuitas merupakan dua kelompok utama dari kewajiban

perusahaan, dimana kreditor dan pemegang saham merupakan dua jenis investor

dari perusahaan. Kreditor memiliki kontrol yang lebih rendah. Oleh karena itu,

kreditor memperoleh tingkat retur yang tetap dan dilindungi oleh kewajiban

kontraktual untuk mengamankan investasinya. Pemegang saham merupakan

pengklaim terakhir yang mana memiliki risiko yang lebih besar. Oleh karena itu,

pemegang saham memiliki kontrol yang lebih besar atas keputusan perusahaan.

Pemilihan sumber dana eksternal harus dilakukan dengan teliti karena

masing – masing sumber dana memiliki kelebihan dan kelemahan. Penggunaan

hutang menimbulkan biaya dalam bentuk risiko yang lebih tinggi bagi para

pemegang saham. Pada tingkat rasio hutang yang tinggi, perusahaan mungkin

akan terbentur pada kesulitan dari pihak kreditor untuk memberikan tambahan

hutang. Hal ini akan menaikkan biaya hutang baru yang mungkin akan lebih

tinggi daripada keuntungan pajak dari hutang dan selanjutnya akan menjadi beban

para pemegang saham. Para kreditor dan pemegang saham juga akan menghadapi

risiko kepailitan yang dapat mengarah kepada penurunan total harga pasar

perusahaan dan kenaikan biaya modal.

Perhitungan risiko yang dilakukan manajer keuangann merupakan dasar

pengambilan keputusan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan. Risiko

yang harus selalu diperhitungkan oleh manajemen keuangan terdiri dari resiko

(4)

sekuritas yang dimiliki, resiko bisnis berhubungan dengan risiko dasar yang

melekat pada operasi perusahaan, dan resiko keuangan merupakan risiko yang

timbul akibat penggunaan hutang dalam intensitas modal.

Resiko keuangan merupakan tambahan risiko yang ditanggung oleh para

pemegang saham yang biasanya disebabkan karena adanya pengambilan

keputusan oleh perusahaan dengan menggunakan hutang. Pada umumnya,

perusahaan yang didanai sepenuhnya dengan ekuitas juga memiliki sejumlah

risiko yang melekat pada operasi yaitu resiko bisnis. Jika perusahaan

menggunakan hutang atau saham preferen, dimana retur atas hutang atau saham

preferen sifatnya tetap, maka kenaikan profitabilitas akan meningkat yang

mengakibatkan risiko bisnis juga akan meningkat. Peningkatan risiko bisnis

sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Dengan demikian, pendanaan

dengan hutang akan menimbulkan resiko keuangan yang akan meningkatkan

resiko bisnis yang ditanggung oleh pemegang saham. Intensitas modal

menggambarkan pendanaan jangka panjang yang dipergunakan untuk

memperoleh aktiva perusahaan. Sasaran intensitas modal bagi manajer keuangan

adalah untuk merancang dan merencanakan penggunaan dana seefisien mungkin.

Tujuan dari efesiensi yang dimaksud adalah memaksimalkan nilai perusahaan.

Waluyo dan Kearo (2002) menyatakan “intensitas modal juga

mencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan

pendapatan”. Dalam melakukan investasi, perusahaan harus selalu

mempertimbangkan peluang atau prospek perusahaan dalam memperebutkan

(5)

di masa mendatang yang dapat digunakan dalam penelitian adalah intensitas

modal”. Intensitas modal didefinisikan sebagai rasio total aset rata - rata seperti

peralatan, mesin dan berbagai properti terhadap penjualan. Rasio ini

menggambarkan seberapa besar asset perusahaan diinvestasikan di perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 – 2013.

Intensitas modal dapat dihitung dengan rumus :

Intensitas Modal = A e −

Pe

1.1.3 Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Intensitas Modal, Sherly (2013)

1. Stabilitas penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh

lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan

umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil,

2. Struktur aset

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung

lebih banyak menggunakan hutang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan

oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva

yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan

(6)

3. Leverage

Perusahaan dengan leverage yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk

memperbesar pengungkit keuangan karena perusahaan akan mempunyai

resiko bisnis yang lebih kecil.

4. Tingkat pertumbuhan

Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan

modal eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih

besar dari pada biaya untuk penerbitan surat hutang yang mendorong

perusahaan lebih banyak untuk mengandalkan hutang. Namun, perusahaan

yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar

yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan hutang.

5. Profitabilitas

Seringkali pengamat menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat

pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif

kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun

penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat

menguntungkan, seperti Intel, Microsoft, dan Coca – Cola memang tidak

memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Tingkat pengembaliannya

yang tinggi memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar

kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.

6. Pajak

Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan

(7)

yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar

manfaat penggunaan hutang.

7. Pengendalian

Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengembalian manajemen

dapat mempengaruhi intensitas modal. Apabila manajemen saat ini

mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan tetapi sama sekali

tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, perusahaan mungkin

akan memilih hutang untuk pembiayaan baru.

Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas

jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan hutang

dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan karena jika perusahaan

jatuh bangkrut, para manajer akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika

hutangnya terlalu kecil manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi,

pertimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan hutang

atau ekuitas karena jenis modal yang memberi perlindungan terbaik bagi

manajemen bervariasi dari suatu situasi ke situasi yang lain. Bagaimanapun,

jika posisi manajemen sangat rawan, situasi pengendalian perusahaan akan

dipertimbangkan.

8. Sikap manajemen

Karena tidak ada yang dapat membuktikan bahwa struktur modal yang satu

akan embuat harga saham lebih tinggi daripada struktur modal lainnya,

manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal

(8)

Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen

lainnya, sehingga menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil daripada rata

– rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen

lain lebih cenderung menggunakan banyak hutang dalam usaha mengejar laba

yang lebih tinggi.

9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat

Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor – faktor leverage yang

tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan

penilai peringkat sering mempengaruhi keputusan struktur keuangan.

Perusahaan membicarakan intensitas modal dengan pemberi pinjaman dan

lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang

diterima.Hal ini sangat mempengaruhi keputusan mereka untuk membiayai

perluasan usaha.

10. Kondisi pasar

Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang

dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal

perusahaan yang optimal.

11. Kondisi internal perusahaan

Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap intensitas modal yang

ditargetkannya. Misalnya, andaikan suatu perusahaan baru saja menyelesaikan

program litbang dan perusahaan tersebut meramalkan laba yang lebih tinggi

dalam waktu dekat. Namun, kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh

(9)

ingin menerbitkan saham – ia lebih menyukai pembiayaan dengan hutang

sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada harga saham.

Kemudian pada saat itu perusahaan dan menerbitkan saham biasa, melunasi

hutang, dan kembali pada intensitas modal yang ditargetkan.

12. Fleksibilitas keuangan

Mempertahankan fleksibilitas keuangan, jika dilihat dari sudut pandang

operasional, berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai.

Menentukan kapasitas yang “memadai” tersebut bersifat pertimbangan, tetapi

hal ini jelas bergantung pada ramalan kebutuhan dana perusahaan,ramalan

kondisi pasar modal, keyakinan manajemen atas ramalannya, dan berbagai

akibat dari kekurangan modal.

1.1.4Pendekatan Tradisional

sPendekatan tradisional untuk intensitas dan penilaian modal berasumsi

bahwa terdapat intensitas modal optimal dan bahwa pihak manajemen dapat

meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan pengungkit keuangan

secara hati – hati.

Pendekatan ini menyarankan bahwa perusahaan awalnya dapat menurunkan

biaya modal dan meningkatkan nilai totalnya melalui kenaikan pengungkit

keuangan. Walaupun para investor menaikkan tingkat pengembalian atas ekuitas

yang diminta, peningkatan ke tidak seluruhnya menetralkan manfaat dari

penggunaan modal hutang yang “lebih murah”. Sejalan dengan banyaknya

(10)

pengembalian atas ekuitas yang diminta hingga akhirnya pengaruh ini lebih dari

sekedar menetralkan manfaat modal hutang yang “lebih murah”.

1.1.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki

perusahaan. Semakin besar jumlah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka

akan semakin besar pula modal yang tertanam dalam perusahaan tersebut.

Semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan maka

akan semakin tinggi pula perputaran hutang dan semakin besar pula kapitalisasi

pasar. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang dapat

mengklasifikasikan apakah perusahaan termasuk ke dalam ukuran perusahaan

kecil, menengah, ataupun besar.Perusahaan kecil akan cenderung menggunakan

biaya modal sendiri dan hutang jangka pendek dari pada hutang jangka panjang,

karena biayanya lebih rendah. Sedangkan perusahaan besar lebih cenderung

memiliki sumber pendananaan yang kuat.

Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu

pada penelitian Talberg (2008), dimana ukuran perusahaan diprosi dengan nilai

logaritma natural dari total aset.

1.1.6Profitabilitas

Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis yaitu rasio yang menunjukkan

profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan

profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi.

Rasio ini secara bersama – sama akan menunjukkan efektivitas operasional

(11)

1. Profitabilitas dalam Kaitannya dengan Penjualan

Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio margin

laba kotor.

Margin Laba Kotor = e e − e

e e

Rasio ini memberitahu laba perusahaan yang berhubungan dengan penjualan

setelah perusahaan mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual.

Rasio tersebut juga merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta

merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya.

Pengukuran yang lebih spesifik untuk profitabilitas penjualan adalah margin

laba bersih.

Margin Laba Bersih = e e e

e e

Margin laba bersih adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan

setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut

memberitahu kita penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan.

Dengan mempertimbangkan kedua rasio tersebut bersama – sama, kita bisa

mendapatkan pandangan yang sangat mendalam tentang operasi perusahaan.

Jika margin laba kotor tidak terlalu banyak berubah sepanjang beberapa tahun

tetapi margin laba bersihnya menurun selama periode waktu yang sama, hal

itu mungkin disebabkan oleh biaya penjualan, umum, administrasi yang terlalu

(12)

tinggi. Di pihak lain, jika margin laba kotor turun, kita tahu bahwa biaya untuk

memproduksi barang meningkat jika dibandingkan dengan penjualan.

Kejadian ini akhirnya bisa disebabkan karena harga yang lebih rendah atau

efisiensi operasi yang lebih rendah dalam hal volumenya.

2. Profitabilitas dalam Hubungannya dengan Investasi

Kelompok kedua rasio profitabilitas yaitu menghubungkan laba dengan

investasi. Salah satu pengukurannya adalah dengan tingkat pengembalian atas

investasi , atau tingkat pengembalian atas aktiva.

ROI/ROA = e e e

e

ROI dan Pendekatan Du Pont

Sejak tahun 1919, Du Pont Company mulai menggunakan pendekatan khusus

untuk analisis rasio agar dapat mengevaluasi efektivitas perusahaan tersebut.

Salah satu variasi dari pendekatan Du Pont memiliki relevansi khusus untuk

memahami pengembalian atas investasi perusahaan. Apabila margin laba

bersih perusahaan dikalikan dengan perputaran total aktiva, akan didapatkan

pengembalian atas investasi ataupun daya untuk menghasilkan laba atas total

aktiva. Baik margin laba bersih maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat

memberikan pengukuran yang memadai atasefektivitas keseluruhan

perusahaan. Margin laba bersih tidak memperhitungkan penggunaan aktiva,

sementara rasio perputaran total aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas

(13)

menghasilkan laba, mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam

daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terdapat

peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam margin laba bersih,

ataupun keduanya. Dua perusahaan dengan margin laba bersih dan perputaran

total aktiva yang berbeda dapat saja memiliki daya untuk menghasilkan laba

yang sama.

Pengembalian atas Ekuitas

Pengukuran ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah

pengembalian atas ekuitas. ROE membandingkan laba bersih setelah pajak

dikurangi dividen saham biasa dengan ekuitas yang telah diinvestasikan

pemegang saham di perusahaan.

Daya untuk menghasilkan laba = profitabilitas penjualan × efisiensi aset

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi

berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan

dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang

sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas

peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi,

jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat hutang yang

tinggi berdasarkan standar industry, ROE yang tinggi hanya merupakan hasil

(14)

2.1.7 Pembiayaan hutang

Pembiayaan hutang merupakan sarana bagi perusahaan untuk

mendapatkan dana berupa kas, barang – barang, dan/atau jasa yang

dipertukarkan untuk kewajiban pengembalian dana pinjaman. Secara khusus,

kewajiban yang menuntut pengembalian sejumlah kas yang lebih besar dari

jumlah kewajiban awal. Dari sudut pandang peminjam, jumlah yang lebih ini

merupakan biaya bunga dan menunjukkan biaya penggunaan dana yang

dipinjam. Dari sudut pandang pemberi pinjaman, jumlah tambahan ini adalah

penerimaan bunga dan pengembalian atas investasi yang diperlukan untuk

menyesuaikan uang pinjaman bagi perusahaan.Ketika hutang jangka panjang

dimunculkan, maka baik peminjam maupun pemberi pinjaman harus berhati–

hati untuk merumuskan istilah hutang. Dalam perusahaan, dewan direksi

harus menyetujui pengeluaran hutang jangka panjang. Pemberi pinjaman juga

memberikan batasan pada perusahaan peminjam yang disebut covenant, yang

didokumentasikan dalam perjanjian hutang untuk melindungi kepentingan

pemberi pinjaman. Misalnya, pemberi pinjaman dapat membatasi jumlah

penambahan hutang jangka panjang yang diberikan kepada perusahaan untuk

memberikan kepada pemberi pinjaman beberapa jaminan bahwa hutang

perusahaan tidak akan terlalu besar.

Nota merupakan perjanjian tertulis dari perusahaan yang akan

meminjam dana. Setiap nota menjelaskan arus kas peminjam, atau pembuat

nota, yang berkeinginan membayar kembali penggunaannya kepada pemberi

(15)

yang akan dibayarkan oleh pembuat nota kepada pemegang nota. Nilai

nominal pada nota menentukan jumlah kas yang akan dibayarkan secara

berkala oleh pembuat nota kepada pemegang nota.

Tingkat suku bunga aktual dibebankan untuk penggunaan hasil nota ini

disebut tingkat suku bunga efektif. Tingkat suku bunga pasar (efektif)

dinegosiasikan antara peminjam dan pemberi pinjaman. Peminjam ingin

menggunakan dana dengan biaya serendah mungkin, sementara pemberi

pinjaman membutuhkan pengembalian yang tinggi untuk resiko yang terjadi.

Manajer mempertimbangkan bagaimana hutang memperngaruhi laporan

laba rugi yang dianggarkan, arus kas, dan kewajiban lain atas neraca.

Dampak atas laporan keuangan dapat mempengaruhi bonus, kewajiban pajak,

rasio keuangan, dan perjanjian hutang.

Rasio utang terhadap modal merupakan salah satu ukuran paling mendasar

dalam keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi

kekuatan keuangan perusahaan.

Ada tiga metode untuk mengekspresikan rasio hutang terhadap modal

Bambang (1998) :

1. Metode 1 – hutang melebihi ekuitas

Metode ini merupakan pendekatan klasik dan telah digunakan secara luas,

yaitu semua hutang berbunga formal diekspresikan sebagai rasio utang

terhadap ekuitas. Ketika nilai hutang terhadap ekuitas sebuah perusahaan

dikuitasikan, kemudian, dengan tidak adanya bukti atas hal sebaliknya, maka

(16)

2. Metode 2 – ekuitas melebihi total dana

Metode ini merupakan suatu pendekatan yang tidak terlalu umum. Jawaban

yang diberikannya hampir berlawanan dengan metode ketiga yaitu total utang

melebihi total dana.

3. Metode 3 – total hutang melebihi total dana

Metode ini merupakan pendekatan dengan menggunakan perhitungan semua

hutang dalam neraca, apakah berbunga atau tidak, diekspresikan sebagai

presentase total dana. Metode ini memberikan gambaran nyata mengenai sisi

pendanaan dari total neraca. Jumlahnya dapat ditentukan dengan mudah dari

sekelompok laporan yang sangat kompleks.

Semakin besar hutang, semakin besar resiko yang ditanggung. Seluruh

hutang dalam neraca memberikan pihak ketiga klaim legal atas perusahaan. Klaim

ini dapat berupa pembayaran bunga pada interval waktu yang teratur, ditambah

pembayaran kembali pokok pinjaman selama waktu yang telah disetujui. Pokok

pinjaman dapat dibayarkan kembali baik melalui angsuran periodik maupun

dalam satu jumlah bulat pada satu periode pinjaman berakhir.

Oleh karena itu, ketika perusahaan meningkatkan hutangnya, perusahaan

berkomitmen untuk menanggung arus kas keluar tetap yang substansial selama

beberapa waktu di masa depan. Sementara itu, perusahaan tidak menjamin

memiliki arus kas masuk yang pasti selama periode yang sama. Arus kas keluar

tetap dikombinasikan dengan arus kas masuk yang tidak pasti dapat menimbulkan

resiko keuangan. Hal inilah yang merupakan alasan semakin besar pinjaman,

(17)

hutang dan menerima risiko ini karena adanya biaya relatif. Dengan

menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat

meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian dapat menaikkan harga sahamnya

sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun

potensi pertumbuhan yang lebih besar. Hutang meningkatkan baik laba maupun

risiko.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka

konseptual penelitian.

Tabel 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil

(18)

Sherly

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang telah diketahui

dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan

teoritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini

(19)

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya

atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam

menganalisis. Berdasarkan kerangka konseptual maka dapat dijelaskan, hipotesis

yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Intensitas modalmencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk

menghasilkan pendapatan. Dalam melakukan investasi, perusahaan harus

selalu mempertimbangkan peluang atau prospek perusahaan dalam

memperebutkan pasar. Apabila intensitas modal perusahaan tinggi maka akan

menyebabkan pembiayaan hutang diukur dengan hutang untuk rasio modal

bergerak naik. Oleh karena itu rasio intensitas modal berpengaruh terhadap

rasio hutang terhadap modal.

Maka hipotesisnya adalah :

H1 = Intensitas Modal berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan

Hutang.

2. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki

perusahaan. Semakin besar jumlah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan

maka akan semakin besar pula modal yang tertanam dalam perusahaan

tersebut. Semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan oleh suatu

perusahaan maka akan semakin tinggi pula perputaran hutang dan semakin

besar pula kapitalisasi pasar. Oleh karena itu ukuran perusahaanberpengaruh

terhadap rasio hutang terhadap modal.

(20)

H2 = Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan

Hutang.

3. Profitabilitas laba perusahaan yang berhubungan dengan penjualan setelah

perusahaan mengurangi biaya - biaya untuk memproduksi barang yang dijual

dan beban operasi. Semakin tinggi laba maka akan semakin mudah bagi

perusahaan untuk membayar pinjaman. Apabila rasio margin laba kotor

meningkat maka rasio hutang terhadap modal bergerak ke bawah. Oleh

karena itu, margin laba kotor berpengaruh terhadap rasio utang terhadap

modal. Maka hipotesisnya adalah :

H3 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan Hutang.

4. Pembiayaan hutang merupakan salah satu ukuran paling mendasar dalam

keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi kekuatan

keuangan perusahaan. Tinggi atau rendahnya rasio hutang terhadap modal

dapat berpengaruh terhadap intensitas modal perusahaan yang diukur dengan

rasio intensitas modal, ukuran perusahaan yang diukur dengan ln total asset

dan profitabilitas yang diukur dengan margin laba kotor. Maka hipotesisnya

adalah :

H4 : Intensitas Modal,Ukuran Perusahaan,Profitabilitas secara stimulan

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Website adalah salah satu alternatif pilihan yang menawarkan kemudahan kepada kita untuk memperoleh informasi dan data sekaligus. Pada penulisan Ilmiah ini penulis membuat

Dikarenakan pelajar cenderung bosan bila mempelajari Fisika, Penulis mencoba untuk membuat suatu Modul Interaktif Fisika Dasar 3 denagan materi Efek Doppler. Penulis membuat

[r]

diperoleh dari pihak yang mempunyai hubungan keluarga sebagaimana pada huruf f dan huruf g terkait dengan hadiah perkawinan, khitanan anak, ulang tahun,

Sementara kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,01 persen dab 3 (tiga) kelompok lainnya yaitu kelompok perumahan,

Semoga dengan adanya protokol yang telah diterbitkan ini akan dapat digunakan sebagai panduan dalam pengawalan, pencegahan dan pembasmian IBD.. Akhir sekali, saya

(dalam 10 tahun terakhir PTFI membiayai infrastruktur daerah & masyarakat lebih dari USD 150 Juta ) Pembangunan Infrastruktur Masyarakat dan Daerah.. STI/HIV Clinic PKM