BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal
Dalam hukum, modal adalah bagian dari ekuitas pemegang saham yang
disyaratkan menurut anggaran dasar untuk ditahan dalam perusahaan sebagai
perlindungan bagi kreditor. Dan dalam keuangan perseroan,modal biasanya
menunjukkan keseluruhan total aktiva perusahaan. Menurut Munawir (2004)
dalam bukunya Analisa Laporan Keungan, “modal adalah hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal
saham, surplus, laba ditahan), atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang – hutangnya.”, pendapat lain dari Riyanto
(1998) mengemukakan “modal adalah sebagai kekuasaan untuk menggunakan
barang – barang modal, sedangkan barang – barang modal adalah barang – barang
yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan.” Dengan demikian, modal
adalah kelebihan aktiva atas hutang yang mempunyai kekuasaan untuk
menggunakan barang modal.
Modal sering disebut juga dengan ekuitas pemegang saham ataupun ekuitas
pemilik. Ekuitas pemilik dan ekuitas pemegang saham diklasifikasikan dalam dua
kategori yaitu modal kontribusi dan modal laba (dwiermayanti.wordpress.com).
dikeluarkan di muka oleh pemegang saham untuk dipakai dalam bisnis
perusahaan. Modal kontribusi meliputi pos – pos seperti nilai pari dari semua
saham modal yang beredar, agio dikurangi disagio saat penerbitan, jumlah
dibayar pada setiap persetujuan pemesanan dan pengenaan tambahan.
2. Modal laba adalah modal yang terjadi jika perusahaan beroperasi secara
menguntungkan; dan modal ini terdiri dari semua laba yang belum dibagikan
dan tetap diinvestasikan pada perusahaan.
1.1.2 Intensitas Modal
Teori intensitas modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan
pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas
bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Intensitas modal adalah
persentase dari setiap jenis modal yang digunakan perusahaan. Jenis modal yang
digunakan perusahaan terdiri dari hutang dan modal saham. Menurut Emery dan
Finnerty (1997), “intensitas modal adalah proporsi pendanaan dengan hutang
perusahaan.” Menurut Baker dan Wugler (2002), “intensitas modal adalah
akumulasi hasil dari upaya masa lalu terhadap harga pasar ekuitas.”
Teori intensitas modal menjelaskan pengaruh intensitas modal terhadap nilai
perusahaan. Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai ekspektasi nilai total
perusahaan. Intensitas modal adalah perbandingan antara hutang dengan ekuitas.
Intensitas modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan, yang nantinya
perusahaan akan memilih apakah menggunakan hutang atau ekuitas untuk
mendanai operasi perusahaan. Penggunaan hutang mengandung resiko yang
bauran dari kewajiban pendanaan yang merupakan sesuatu yang tidak pasti tetapi
merupakan sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan.
Hutang dan ekuitas merupakan dua kelompok utama dari kewajiban
perusahaan, dimana kreditor dan pemegang saham merupakan dua jenis investor
dari perusahaan. Kreditor memiliki kontrol yang lebih rendah. Oleh karena itu,
kreditor memperoleh tingkat retur yang tetap dan dilindungi oleh kewajiban
kontraktual untuk mengamankan investasinya. Pemegang saham merupakan
pengklaim terakhir yang mana memiliki risiko yang lebih besar. Oleh karena itu,
pemegang saham memiliki kontrol yang lebih besar atas keputusan perusahaan.
Pemilihan sumber dana eksternal harus dilakukan dengan teliti karena
masing – masing sumber dana memiliki kelebihan dan kelemahan. Penggunaan
hutang menimbulkan biaya dalam bentuk risiko yang lebih tinggi bagi para
pemegang saham. Pada tingkat rasio hutang yang tinggi, perusahaan mungkin
akan terbentur pada kesulitan dari pihak kreditor untuk memberikan tambahan
hutang. Hal ini akan menaikkan biaya hutang baru yang mungkin akan lebih
tinggi daripada keuntungan pajak dari hutang dan selanjutnya akan menjadi beban
para pemegang saham. Para kreditor dan pemegang saham juga akan menghadapi
risiko kepailitan yang dapat mengarah kepada penurunan total harga pasar
perusahaan dan kenaikan biaya modal.
Perhitungan risiko yang dilakukan manajer keuangann merupakan dasar
pengambilan keputusan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan. Risiko
yang harus selalu diperhitungkan oleh manajemen keuangan terdiri dari resiko
sekuritas yang dimiliki, resiko bisnis berhubungan dengan risiko dasar yang
melekat pada operasi perusahaan, dan resiko keuangan merupakan risiko yang
timbul akibat penggunaan hutang dalam intensitas modal.
Resiko keuangan merupakan tambahan risiko yang ditanggung oleh para
pemegang saham yang biasanya disebabkan karena adanya pengambilan
keputusan oleh perusahaan dengan menggunakan hutang. Pada umumnya,
perusahaan yang didanai sepenuhnya dengan ekuitas juga memiliki sejumlah
risiko yang melekat pada operasi yaitu resiko bisnis. Jika perusahaan
menggunakan hutang atau saham preferen, dimana retur atas hutang atau saham
preferen sifatnya tetap, maka kenaikan profitabilitas akan meningkat yang
mengakibatkan risiko bisnis juga akan meningkat. Peningkatan risiko bisnis
sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Dengan demikian, pendanaan
dengan hutang akan menimbulkan resiko keuangan yang akan meningkatkan
resiko bisnis yang ditanggung oleh pemegang saham. Intensitas modal
menggambarkan pendanaan jangka panjang yang dipergunakan untuk
memperoleh aktiva perusahaan. Sasaran intensitas modal bagi manajer keuangan
adalah untuk merancang dan merencanakan penggunaan dana seefisien mungkin.
Tujuan dari efesiensi yang dimaksud adalah memaksimalkan nilai perusahaan.
Waluyo dan Kearo (2002) menyatakan “intensitas modal juga
mencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan
pendapatan”. Dalam melakukan investasi, perusahaan harus selalu
mempertimbangkan peluang atau prospek perusahaan dalam memperebutkan
di masa mendatang yang dapat digunakan dalam penelitian adalah intensitas
modal”. Intensitas modal didefinisikan sebagai rasio total aset rata - rata seperti
peralatan, mesin dan berbagai properti terhadap penjualan. Rasio ini
menggambarkan seberapa besar asset perusahaan diinvestasikan di perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 – 2013.
Intensitas modal dapat dihitung dengan rumus :
Intensitas Modal = A e −
Pe
1.1.3 Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Intensitas Modal, Sherly (2013)
1. Stabilitas penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh
lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan
umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil,
2. Struktur aset
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung
lebih banyak menggunakan hutang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan
oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva
yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan
3. Leverage
Perusahaan dengan leverage yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk
memperbesar pengungkit keuangan karena perusahaan akan mempunyai
resiko bisnis yang lebih kecil.
4. Tingkat pertumbuhan
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan
modal eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih
besar dari pada biaya untuk penerbitan surat hutang yang mendorong
perusahaan lebih banyak untuk mengandalkan hutang. Namun, perusahaan
yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar
yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan hutang.
5. Profitabilitas
Seringkali pengamat menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif
kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun
penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat
menguntungkan, seperti Intel, Microsoft, dan Coca – Cola memang tidak
memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Tingkat pengembaliannya
yang tinggi memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan
yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar
manfaat penggunaan hutang.
7. Pengendalian
Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengembalian manajemen
dapat mempengaruhi intensitas modal. Apabila manajemen saat ini
mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan tetapi sama sekali
tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, perusahaan mungkin
akan memilih hutang untuk pembiayaan baru.
Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas
jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan hutang
dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan karena jika perusahaan
jatuh bangkrut, para manajer akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika
hutangnya terlalu kecil manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi,
pertimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan hutang
atau ekuitas karena jenis modal yang memberi perlindungan terbaik bagi
manajemen bervariasi dari suatu situasi ke situasi yang lain. Bagaimanapun,
jika posisi manajemen sangat rawan, situasi pengendalian perusahaan akan
dipertimbangkan.
8. Sikap manajemen
Karena tidak ada yang dapat membuktikan bahwa struktur modal yang satu
akan embuat harga saham lebih tinggi daripada struktur modal lainnya,
manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal
Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen
lainnya, sehingga menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil daripada rata
– rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen
lain lebih cenderung menggunakan banyak hutang dalam usaha mengejar laba
yang lebih tinggi.
9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat
Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor – faktor leverage yang
tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan
penilai peringkat sering mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
Perusahaan membicarakan intensitas modal dengan pemberi pinjaman dan
lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang
diterima.Hal ini sangat mempengaruhi keputusan mereka untuk membiayai
perluasan usaha.
10. Kondisi pasar
Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang
dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang optimal.
11. Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap intensitas modal yang
ditargetkannya. Misalnya, andaikan suatu perusahaan baru saja menyelesaikan
program litbang dan perusahaan tersebut meramalkan laba yang lebih tinggi
dalam waktu dekat. Namun, kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh
ingin menerbitkan saham – ia lebih menyukai pembiayaan dengan hutang
sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada harga saham.
Kemudian pada saat itu perusahaan dan menerbitkan saham biasa, melunasi
hutang, dan kembali pada intensitas modal yang ditargetkan.
12. Fleksibilitas keuangan
Mempertahankan fleksibilitas keuangan, jika dilihat dari sudut pandang
operasional, berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai.
Menentukan kapasitas yang “memadai” tersebut bersifat pertimbangan, tetapi
hal ini jelas bergantung pada ramalan kebutuhan dana perusahaan,ramalan
kondisi pasar modal, keyakinan manajemen atas ramalannya, dan berbagai
akibat dari kekurangan modal.
1.1.4Pendekatan Tradisional
sPendekatan tradisional untuk intensitas dan penilaian modal berasumsi
bahwa terdapat intensitas modal optimal dan bahwa pihak manajemen dapat
meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan pengungkit keuangan
secara hati – hati.
Pendekatan ini menyarankan bahwa perusahaan awalnya dapat menurunkan
biaya modal dan meningkatkan nilai totalnya melalui kenaikan pengungkit
keuangan. Walaupun para investor menaikkan tingkat pengembalian atas ekuitas
yang diminta, peningkatan ke tidak seluruhnya menetralkan manfaat dari
penggunaan modal hutang yang “lebih murah”. Sejalan dengan banyaknya
pengembalian atas ekuitas yang diminta hingga akhirnya pengaruh ini lebih dari
sekedar menetralkan manfaat modal hutang yang “lebih murah”.
1.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar jumlah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka
akan semakin besar pula modal yang tertanam dalam perusahaan tersebut.
Semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan maka
akan semakin tinggi pula perputaran hutang dan semakin besar pula kapitalisasi
pasar. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang dapat
mengklasifikasikan apakah perusahaan termasuk ke dalam ukuran perusahaan
kecil, menengah, ataupun besar.Perusahaan kecil akan cenderung menggunakan
biaya modal sendiri dan hutang jangka pendek dari pada hutang jangka panjang,
karena biayanya lebih rendah. Sedangkan perusahaan besar lebih cenderung
memiliki sumber pendananaan yang kuat.
Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu
pada penelitian Talberg (2008), dimana ukuran perusahaan diprosi dengan nilai
logaritma natural dari total aset.
1.1.6Profitabilitas
Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis yaitu rasio yang menunjukkan
profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan
profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi.
Rasio ini secara bersama – sama akan menunjukkan efektivitas operasional
1. Profitabilitas dalam Kaitannya dengan Penjualan
Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio margin
laba kotor.
Margin Laba Kotor = e e − e
e e
Rasio ini memberitahu laba perusahaan yang berhubungan dengan penjualan
setelah perusahaan mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual.
Rasio tersebut juga merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta
merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya.
Pengukuran yang lebih spesifik untuk profitabilitas penjualan adalah margin
laba bersih.
Margin Laba Bersih = e e e
e e
Margin laba bersih adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan
setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut
memberitahu kita penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan.
Dengan mempertimbangkan kedua rasio tersebut bersama – sama, kita bisa
mendapatkan pandangan yang sangat mendalam tentang operasi perusahaan.
Jika margin laba kotor tidak terlalu banyak berubah sepanjang beberapa tahun
tetapi margin laba bersihnya menurun selama periode waktu yang sama, hal
itu mungkin disebabkan oleh biaya penjualan, umum, administrasi yang terlalu
tinggi. Di pihak lain, jika margin laba kotor turun, kita tahu bahwa biaya untuk
memproduksi barang meningkat jika dibandingkan dengan penjualan.
Kejadian ini akhirnya bisa disebabkan karena harga yang lebih rendah atau
efisiensi operasi yang lebih rendah dalam hal volumenya.
2. Profitabilitas dalam Hubungannya dengan Investasi
Kelompok kedua rasio profitabilitas yaitu menghubungkan laba dengan
investasi. Salah satu pengukurannya adalah dengan tingkat pengembalian atas
investasi , atau tingkat pengembalian atas aktiva.
ROI/ROA = e e e
e
ROI dan Pendekatan Du Pont
Sejak tahun 1919, Du Pont Company mulai menggunakan pendekatan khusus
untuk analisis rasio agar dapat mengevaluasi efektivitas perusahaan tersebut.
Salah satu variasi dari pendekatan Du Pont memiliki relevansi khusus untuk
memahami pengembalian atas investasi perusahaan. Apabila margin laba
bersih perusahaan dikalikan dengan perputaran total aktiva, akan didapatkan
pengembalian atas investasi ataupun daya untuk menghasilkan laba atas total
aktiva. Baik margin laba bersih maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat
memberikan pengukuran yang memadai atasefektivitas keseluruhan
perusahaan. Margin laba bersih tidak memperhitungkan penggunaan aktiva,
sementara rasio perputaran total aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas
menghasilkan laba, mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam
daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terdapat
peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam margin laba bersih,
ataupun keduanya. Dua perusahaan dengan margin laba bersih dan perputaran
total aktiva yang berbeda dapat saja memiliki daya untuk menghasilkan laba
yang sama.
Pengembalian atas Ekuitas
Pengukuran ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah
pengembalian atas ekuitas. ROE membandingkan laba bersih setelah pajak
dikurangi dividen saham biasa dengan ekuitas yang telah diinvestasikan
pemegang saham di perusahaan.
Daya untuk menghasilkan laba = profitabilitas penjualan × efisiensi aset
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi
berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan
dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang
sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas
peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi,
jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat hutang yang
tinggi berdasarkan standar industry, ROE yang tinggi hanya merupakan hasil
2.1.7 Pembiayaan hutang
Pembiayaan hutang merupakan sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana berupa kas, barang – barang, dan/atau jasa yang
dipertukarkan untuk kewajiban pengembalian dana pinjaman. Secara khusus,
kewajiban yang menuntut pengembalian sejumlah kas yang lebih besar dari
jumlah kewajiban awal. Dari sudut pandang peminjam, jumlah yang lebih ini
merupakan biaya bunga dan menunjukkan biaya penggunaan dana yang
dipinjam. Dari sudut pandang pemberi pinjaman, jumlah tambahan ini adalah
penerimaan bunga dan pengembalian atas investasi yang diperlukan untuk
menyesuaikan uang pinjaman bagi perusahaan.Ketika hutang jangka panjang
dimunculkan, maka baik peminjam maupun pemberi pinjaman harus berhati–
hati untuk merumuskan istilah hutang. Dalam perusahaan, dewan direksi
harus menyetujui pengeluaran hutang jangka panjang. Pemberi pinjaman juga
memberikan batasan pada perusahaan peminjam yang disebut covenant, yang
didokumentasikan dalam perjanjian hutang untuk melindungi kepentingan
pemberi pinjaman. Misalnya, pemberi pinjaman dapat membatasi jumlah
penambahan hutang jangka panjang yang diberikan kepada perusahaan untuk
memberikan kepada pemberi pinjaman beberapa jaminan bahwa hutang
perusahaan tidak akan terlalu besar.
Nota merupakan perjanjian tertulis dari perusahaan yang akan
meminjam dana. Setiap nota menjelaskan arus kas peminjam, atau pembuat
nota, yang berkeinginan membayar kembali penggunaannya kepada pemberi
yang akan dibayarkan oleh pembuat nota kepada pemegang nota. Nilai
nominal pada nota menentukan jumlah kas yang akan dibayarkan secara
berkala oleh pembuat nota kepada pemegang nota.
Tingkat suku bunga aktual dibebankan untuk penggunaan hasil nota ini
disebut tingkat suku bunga efektif. Tingkat suku bunga pasar (efektif)
dinegosiasikan antara peminjam dan pemberi pinjaman. Peminjam ingin
menggunakan dana dengan biaya serendah mungkin, sementara pemberi
pinjaman membutuhkan pengembalian yang tinggi untuk resiko yang terjadi.
Manajer mempertimbangkan bagaimana hutang memperngaruhi laporan
laba rugi yang dianggarkan, arus kas, dan kewajiban lain atas neraca.
Dampak atas laporan keuangan dapat mempengaruhi bonus, kewajiban pajak,
rasio keuangan, dan perjanjian hutang.
Rasio utang terhadap modal merupakan salah satu ukuran paling mendasar
dalam keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi
kekuatan keuangan perusahaan.
Ada tiga metode untuk mengekspresikan rasio hutang terhadap modal
Bambang (1998) :
1. Metode 1 – hutang melebihi ekuitas
Metode ini merupakan pendekatan klasik dan telah digunakan secara luas,
yaitu semua hutang berbunga formal diekspresikan sebagai rasio utang
terhadap ekuitas. Ketika nilai hutang terhadap ekuitas sebuah perusahaan
dikuitasikan, kemudian, dengan tidak adanya bukti atas hal sebaliknya, maka
2. Metode 2 – ekuitas melebihi total dana
Metode ini merupakan suatu pendekatan yang tidak terlalu umum. Jawaban
yang diberikannya hampir berlawanan dengan metode ketiga yaitu total utang
melebihi total dana.
3. Metode 3 – total hutang melebihi total dana
Metode ini merupakan pendekatan dengan menggunakan perhitungan semua
hutang dalam neraca, apakah berbunga atau tidak, diekspresikan sebagai
presentase total dana. Metode ini memberikan gambaran nyata mengenai sisi
pendanaan dari total neraca. Jumlahnya dapat ditentukan dengan mudah dari
sekelompok laporan yang sangat kompleks.
Semakin besar hutang, semakin besar resiko yang ditanggung. Seluruh
hutang dalam neraca memberikan pihak ketiga klaim legal atas perusahaan. Klaim
ini dapat berupa pembayaran bunga pada interval waktu yang teratur, ditambah
pembayaran kembali pokok pinjaman selama waktu yang telah disetujui. Pokok
pinjaman dapat dibayarkan kembali baik melalui angsuran periodik maupun
dalam satu jumlah bulat pada satu periode pinjaman berakhir.
Oleh karena itu, ketika perusahaan meningkatkan hutangnya, perusahaan
berkomitmen untuk menanggung arus kas keluar tetap yang substansial selama
beberapa waktu di masa depan. Sementara itu, perusahaan tidak menjamin
memiliki arus kas masuk yang pasti selama periode yang sama. Arus kas keluar
tetap dikombinasikan dengan arus kas masuk yang tidak pasti dapat menimbulkan
resiko keuangan. Hal inilah yang merupakan alasan semakin besar pinjaman,
hutang dan menerima risiko ini karena adanya biaya relatif. Dengan
menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat
meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian dapat menaikkan harga sahamnya
sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun
potensi pertumbuhan yang lebih besar. Hutang meningkatkan baik laba maupun
risiko.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka
konseptual penelitian.
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil
Sherly
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan
teoritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya
atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam
menganalisis. Berdasarkan kerangka konseptual maka dapat dijelaskan, hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Intensitas modalmencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan pendapatan. Dalam melakukan investasi, perusahaan harus
selalu mempertimbangkan peluang atau prospek perusahaan dalam
memperebutkan pasar. Apabila intensitas modal perusahaan tinggi maka akan
menyebabkan pembiayaan hutang diukur dengan hutang untuk rasio modal
bergerak naik. Oleh karena itu rasio intensitas modal berpengaruh terhadap
rasio hutang terhadap modal.
Maka hipotesisnya adalah :
H1 = Intensitas Modal berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan
Hutang.
2. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar jumlah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan
maka akan semakin besar pula modal yang tertanam dalam perusahaan
tersebut. Semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan oleh suatu
perusahaan maka akan semakin tinggi pula perputaran hutang dan semakin
besar pula kapitalisasi pasar. Oleh karena itu ukuran perusahaanberpengaruh
terhadap rasio hutang terhadap modal.
H2 = Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan
Hutang.
3. Profitabilitas laba perusahaan yang berhubungan dengan penjualan setelah
perusahaan mengurangi biaya - biaya untuk memproduksi barang yang dijual
dan beban operasi. Semakin tinggi laba maka akan semakin mudah bagi
perusahaan untuk membayar pinjaman. Apabila rasio margin laba kotor
meningkat maka rasio hutang terhadap modal bergerak ke bawah. Oleh
karena itu, margin laba kotor berpengaruh terhadap rasio utang terhadap
modal. Maka hipotesisnya adalah :
H3 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan Hutang.
4. Pembiayaan hutang merupakan salah satu ukuran paling mendasar dalam
keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi kekuatan
keuangan perusahaan. Tinggi atau rendahnya rasio hutang terhadap modal
dapat berpengaruh terhadap intensitas modal perusahaan yang diukur dengan
rasio intensitas modal, ukuran perusahaan yang diukur dengan ln total asset
dan profitabilitas yang diukur dengan margin laba kotor. Maka hipotesisnya
adalah :
H4 : Intensitas Modal,Ukuran Perusahaan,Profitabilitas secara stimulan