O U T L I N E
Profil Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan
Mutu Industri (BPKIMI)
Program Peningkatan Daya Saing
Program Kerja BPKIMI TA 2012
I
II
III
Profil Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim
dan Mutu Industri (BPKIMI)
I.
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
a
Organisasi BPKIMI
b
Balai Besar Industri
c
Balai Riset dan Standarisasi Industri (Baristand)
d
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Pengkajian Kebijakan Iklim Industri
• Insentif Fiskal • Insentif Non-Fiskal • Ketentuan global di
bidang lingkungan hidup
Mutu Industri
• Penelitian Teknologi • Standardisasi
1
2
3
BPKIMI
(Pusat, Balai dan Baristand)
Unsur penunjang bagi pengembangan industri
yang dilakukan oleh 6 Direktorat Jenderal
(Ditjen)
Tugas Pokok dan Fungsi
Pengembangan Perwilayahan Industri
• Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri
Pengembangan Kerjasama Internasional
• Ditjen Kerjasama Industri Internasional
2
3
Pengembangan Industri
• Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
• Ditjen Industri Basis Industri Manufaktur • Ditjen Industri Agro
• Ditjen Industri Kecil Menengah
1
I.a.
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Pusat
Standarisasi
Pusat
Pengkajian
Kebijakan dan
Iklim Usaha
Industri
Pusat Pengkajian
Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup
Pusat
Pengkajian
Teknologi dan
Hak Kekayaan
Intelektual
Sekretariat Badan
Baristand Industri
Balai Besar
Organisasi BPKIMI
I.b.
5
! "
# $ %
$ % $$ &
' $ ( $
) * $
$ + ,
- .
+ ,
/ $ 0
/$
Balai Besar
I.c.
I.d.
Baristand Industri
%
$
$ 0
(
" & 0 ,
# . 0
' &
) $
-0
!"
" #
Program Peningkatan Daya Saing Industri
II.
5 bentuk fasilitas (Insentif, Disinsentif dan Harmonisasi Tarif) untuk akselerasi reindustrialisasi dalam rangka
mendukung percepatan dan pembangunan ekonomi
1). BMDTP 2).Tax Holiday
3). Tax Allowance
4). Penerapan Bea Keluar 5). BTKI 2012
Penerapan SNI wajib
1). SNI yang telah diterapkan 2). Percepatan penerapan SNI
c
Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
1). Peran Balai-balai dalam mengembangkan teknologi industri 2). Contoh-contoh hasil litbang dalam peningkatan teknologi industri
a. Dalam substitusi bahan baku/bahan penolong b. Efisiensi teknologi proses produksi
d
Pengembangan Industri Hijau
1) Strategi Pengembangan Industri Hijau
2) Upaya-upaya yeng telah dilakukan 3) Upaya-upaya yeng akan dilakukan
b
a
1.BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah)
$ %
$ "
$ & # % " '
$ ( # ( #
" " ( " " %
Tujuan
BMDTP
$ "
$ ) # " #
' % #
$ ) # " # %
& #
Kriteria
Barang dan Bahan
yang mendapatkan
BMDTP
$ # % (
* " % * (
" + " " , - . $ % + " " , / .
$ % + " " , .
$ + " " , .
Persyaratan untuk
mendapatkan BMDTP
Sektor Industri Yang Mendapatkan Fasilitas BM-DTP di Bawah Binaan Kemenperin
9
NO. SEKTOR BM-DTP 2008 (Rp) BM-DTP 2009 (Rp) BM-DTP 2010 (Rp) BM-DTP 2011 (Rp)
Ditjen IUBTT
1 Industri Alat Berat 160.000.000.000 106.000.000.000 210.000.000.000 57.467.500.000
2 Industri PLTU 927.000.000 14.000.000.000 5.000.000.000 3.446.000.000
3 Industri Komponen Kendaraan Bermotor
300.000.000.000 795.200.000.000 523.930.000.000 106.136.500.000
4 Industri Elektronika 28.000.000.000 215.400.000.000 150.000.000.000 12.500.000.000
5 Industri Peralatan Telekomunikasi - 50.000.000.000 38.771.000.000 6.450.000.000
6 Industri Kabel Serat Optik - - 26.154.000.000 5.350.000.000
Industri Perkapalan 103.000.000.000 151.000.000.000 30.410.000.000 20.042.500.000
Industri Toner 448.000.000** 337.500.000
9 Industri Kereta - - - 6.192.500.000
Ditjen BIM
10 Industri Methyltin Mercaptide - 900.000.000 -
-11 Industri Sorbitol 470.000.000 700.000.000 1.294.000.000 385.500.000
12 Industri Kemasan & Karung Plastik - 32.040.000.000* 150.500.000.000 49.267.500.000
13 Industri Karpet - 9.600.000.000* 36.224.000.000 9.056.000.000
14 Industri HRC < 2 mm 70.000.000.000 -
-15 Ballpoint - 3.200.000.000 13.420.000.000 880.000.000
16 Industri Kawat Ban (Steel Cord) - 5.600.000.000* 17.250.000.000
-17 Industri Resin - - - 7.734.000.000
Ditjen IA
18 Industri Susu 107.000.000.000 - -
-JUMLAH 769.397.000.000 1.383.640.000.000 1.203.401.000.000 285.245.500.000
REALISASI (%) 3.26% 9% 22% 12,8%
Sektor Industri Yang Diusulkan Mendapatkan Fasilitas BM-DTP 2012
No Sektor Industri Usulan Pagu
Anggaran 2012
1. Ind .Komponen Kendaraan Bermotor 308.500.000.000
2. Ind. Elektronika 50.000.000.000
3. Ind.Perkapalan 48.102.000.000
4. Ind.Alat Berat 126.103.000.000
5. Ind. PLTU 2.380.000.000
6. Bahan Baku Pembuatan Pupuk 30.000.000.000
7. Ind. Peralatan Telekomunikasi 14.880.000.000
8. Ballpoint 1.900.000.000
9. Serat Optik 2.500.000.000
10. Ind. Karpet 40.000.000.000
11. Ind. Kemasan dan Karung Plastik 207.000.000.000
12. Tinta Khusus (Toner) 1.300.000.000
13. Ind.Kereta Api (INKA) 22.680.000.000
14. Resin Sintesis 15.000.000.000
TOTAL 870.345.000.000
11
Permasalahan dalam implementasi BM-DTP
• Pada tahun 2008 sd. 2010 sektor industri yang mendapat fasilitas BM-DTP tanpa melihat status KITE diperbolehkan memanfaatkan BMDTP.
• Namun pada tahun 2011 perusahaan yang mendapat fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor ) tidak diberikan insentif BM-DTP (sesuai PMK 261/2010 ps 2 .(5) e.). Padahal sesuai KMK 580/2003 Ps. 10 Perusahaan KITE diperbolehkan memasukkan produknya 25% ke dalam negeri.
• PMK Sektor masih terus mengalami keterlambatan dalam penerbitannya sehingga realisasi penyerapan menjadi rendah. Bahkan pada tahun 2012 ini, PMK Induk BM-DTP belum diterbitkan. Apalagi PMK sektornya.
Yang sedang dilakukan
• Berkoordinasi dengan instansi terkait dalam hal penerbitan peraturan-peraturan pendukung implementasi BMDTP (PMK induk, PMK per sektor, Perdirjen di lingkup Kemenperin, Perdirjen Bea Cukai).
MP3EI
Program hilirisasi
Pengembangan industri prioritas
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Tax
Holiday
12
INSENTIF
2. Tax Holiday
(Peraturan Menteri Keuangan No. 130/2011)
Tujuan
Meningkatkan investasi bagi pengembangan industri pionir
Menyerap tenaga kerja domestik
Adanya alih teknologi
Meningkatkan nilai tambah industri di dalam negeri
Mempertahankan daya saing industri nasional dan nilai strategis
Fasilitas
Tax Holiday
diberikan kepada industri pionir dengan jumlah minimal
investasi sebesar Rp. 1 Triliun dengan bidang usaha :
a) Industri logam dasar;
b) Industri pengilangan minyak bumi dan/atau industri kimia dasar organik
yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam
;c) Industri permesinan;
d) Industri di bidang sumber daya alam terbarukan; dan/atau
e) Industri peralatan komunikasi
Bentuk pemberian fasilitas adalah :
a) Pembebasan PPh Badan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan paling singkat 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun dimulainya
produksi komersial dengan nilai investasi sebesar 100 %.
b) Pengurangan PPh Badan sebesar 50 % dari PPh Badan terutang selama 2
(dua) tahun pajak setelah berakhirnya pemberian fasilitas pembebasan
PPh Badan.
14
Yang telah dilakukan
• Telah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
93/M-IND/PER/11/2011 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor Industri
• Telah diterbitkan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 610/M-IND/KEP/12/2011 tentang Tim Verifikasi dan Pengkajian Permohonan
Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor Industri.
Yang akan dilakukan
• Berkoordinasi dengan Ditjen IA, IUBTT, BIM untuk segera menerbitkan SK Dirjen IA, IUBTT, BIM tentang Sekretariat Tim
• Fasilitasi terhadap pengajuan permohonan fasilitas tax holiday
Pemberian Fasilitas Fiskal Dalam Rangka Penanaman Modal
(PP No.52 Tahun 2011)
• Pengurangan penghasilan net sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Penanaman Modal. dibebankan selama 6 (enam) tahun masing- masing sebesar 5% (lima persen) per tahun
• Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat
• Pengenaan Pajak Penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10% (sepuluh persen). atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku
• Kompensasi kerugian minimal 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun
$ 0 1 " "
# " " *
& # (
#
Tujuan
PP No.52/2011
3.
Tax Allowance
Peraturan Pemerintah No. 52 Th. 2011
tentang
Fasilitas
Pajak
Penghasilan
Untuk
Penanaman
Modal
dibidang-bidang
usaha
tertentu dan/atau di daerah – daerah tertentu
INSENTIF
NO BIDANG USAHA
1 INDUSTRI MAKANAN
Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula 2 Industri Makanan Bayi
3 INDUSTRI TEKSTIL
Industri Yang Menghasilkan Kain Keperluan Industri
4 INDUSTRI PRODUK DARI BATU BARA DAN PENGILANGAN MINYAK
Industri Pembuatan Minyak Pelumas
5 INDUSTRI BAHAN KIMIA DAN BARANG DARI BAHAN KIMIA
Industri Kimia Dasar Anorganik Lainnya
6 Industri Kimia Dasar Organik yang Bersumber Dari Hasil Pertanian 7 Industri Kimia Dasar Organik untuk Bahan Baku Zat Warna dan
Pigmen . Zat Warna dan Pigmen
8 Industri Kimia Dasar Organik yang bersumber dari Minyak Bumi. Gas Alam dan Batubara
9 Industri Kimia dasar Organik yang menghasilkan bahan kimia khusus
10 Industri Damar Buatan (Resin Sintetis) dan Bahan Baku Plastik 11 Industri Karet Buatan
12 Industri Bahan Kosmetik dan Kosmetik. termasuk Pasta Gigi 13 Industri Serat/Benang/Strip Filamen Buatan
14 Industri Serat Stapel Buatan
15 INDUSTRI FARMASI. PRODUK OBAT KIMIA DAN OBAT TRADISIONAL
Industri Bahan Farmasi
16 INDUSTRI KARET. BARANG DARI KARET DAN PLASTIK
Industri ban luar dan ban dalam
17 INDUSTRI LOGAM DASAR
Industri Besi dan Baja Dasar (Iron and Steel Making)
18 INDUSTRI BARANG LOGAM. BUKAN MESIN DAN PERALATANNYA
Industri Barang dari Kawat
Lampiran
Lampiran I PP 52/2011 (I PP 52/2011 (BidangBidang Usaha Usaha TertentuTertentu) )
NO BIDANG USAHA
19 INDUSTRI KOMPUTER. BARANG ELEKTRONIK DAN OPTIK
Industri Semi Konduktor dan Komponen Elektronik Lainnya
20 Industri Televisi dan/atau Perakitan Televisi
21 Industri Alat Ukur dan Alat Uji Elektronik
22 Industri Peralatan Fotografi
23 INDUSTRI PERALATAN LISTRIK
Industri Pengubah Tegangan(Transformator). Pengubah Arus
(Rectifer)dan Pengontrol Tegangan(Voltage Stabilizer)
24 Industri Batu baterai Kering (Batu Baterai Primer)
25 Industri Lampu Tabung Gas (Lampu Pembuang Listrik)
26 Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga
27 INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN YTDL
Industri Mesin Uap. Turbin dan Kincir
28 Industri Mesin Fotocopi
29 Industri Mesin Pendingin
30 Industri Mesin dan Perkakas Mesin untuk Pengerjaan logam
31 Industri Mesin Penambangan. Penggalian dan Konstruksi
32 Industri Mesin Tekstil
33 Industri Mesin Keperluan Khusus Lainnya YTDL
34 INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR. TRAILER DAN SEMI TRAILER
Industri Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih
35 INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA
Industri Kapal dan Perahu
36 Industri Komponen dan PerlengkapanSepeda Motor Roda Dua dan Tiga
37 JASA REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN
Jasa Reparasi Kapal. Perahu dan bangunan Terapung
NO BIDANG USAHA DAERAH/PROVINSI
INDUSTRI MAKANAN
1 Industri pengolahan dan pengawetan buah – buahan dan sayuran dalam kaleng
Sumatera Utara. Nusa Tenggara Barat. Riau dan Kepulauan Riau. Sulawesi Selatan. Sulawesi Barat. Kalimantan Barat. Jawa Barat. Jawa Timur
2 Industri pengolahan sari buah dan sayuran
Sumatera Utara. Sulawesi Selatan. Riau. Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Barat
3 Industri Margarine Propinsi di Sumatera dan Kalimantan 4 Industri Minyak
Goreng Kelapa
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah. Sulawesi Tenggara. SulawesiBarat. Gorontalo 5 Industri minyak
goreng kelapa sawit
Propinsi di Sumatera dan Kalimantan
6 Industri minyak makan dan lemak nabati dan hewani lainnya
Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
7 Industri pengolahan susu bubuk dan susu kental
Sumatera Barat. Bengkulu. Jawa Barat. Jawa Tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Timur. Bali. Nusa Tenggara Barat. Sulawesi Selatan
8 Industri berbagai macam tepung dari: padi=padian. biji-bijian. kacang-kacangan. umbi-umbian dan sejenisnya
Lampung. Jawa. Nusa Tenggara Barat. Nusa Tengga Timur. Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah. Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo. Maluku. Maluku Utara . Papua
9 Industri gula pasir Seluruh provinsi kecuali Pulau Jawa 10 Industri glukosa dan
sejenisnya
Seluruh provinsi kecuali Pulau Jawa
11 Industri tepung beras dan tepung jagung
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah. Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo. NTT. NTB 12 Industri Kakao Propinsi di Sulawesi
13 Industri pengolahan kopi dan teh
Aceh. Sulawesi Utara. Bengkulu. Sumatera Selatan. Lampung. Bali. Sulawesi Selatan. Nusa Tenggara Timur. Papua dan Papua Barat. Sulawesi Barat
Lampiran
Lampiran II PP 52/2011 (II PP 52/2011 (BidangBidang Usaha Usaha TertentuTertentu & Daerah & Daerah TertentuTertentu) )
17 NO BIDANG USAHA DAERAH/PROVINSI
INDUSTRI TEKSTIL
14 Industri Persiapan Serat Tekstil
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah. Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo. Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Timur
15 Industri karpet dan permadani
Seluruh provinsi di Pulau Jawa
16 Industri non woven (bukan tenunan)
Seluruh provinsi di Pulau Jawa
INDUSTRI KULIT. BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI
17 Industri Penyamakan Kulit
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
18 Industri Alas Kaki untuk keperluan sehari-hari
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
19 Industri sepatu Olahraga
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
20 Industri sepatu teknik lapangan/keperluan industri
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
INDUSTRI KERTAS DAN BARANG KERTAS
21 Industri bubur kertas (pulp)
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
Lampiran
Lampiran II PP 52/2011 (II PP 52/2011 (BidangBidang Usaha Usaha TertentuTertentu & Daerah & Daerah TertentuTertentu) )
NO BIDANG USAHA DAERAH/PROVINSI
23 Industri Kertas Berharga Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
24 Industri Kertas Khusus Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
25 Industri Kertas dan Papan Kertas Bergelombang Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
26 Industri Kemasan dan Kotak dari kertas dan karton Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
27 Industri Kertas Tisue Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
INDUSTRI BAHAN KIMIA DAN BARANG DARI BAHAN KIMIA
28 Industri kimia dasar anorganik khlor dan alkali Nusa Tenggara Timur
29 Industri kimia dasr organik yang bersumber dari hasil pertanian
Sumatera Utara. Riau. Jambi. Lampung. Bengkulu. Kaimantan Barat. Kalimantan Timur. Kalimantan Tengah. Kalimantan Selatan. Aceh. Papua dan Papua Barat. Sumatera Barat. Sumatera Selatan
30 Industri bahan peledak Jawa Barat. Kalimantan Timur
INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM
31 Industri semen Seluruh Propinsi. kecuali di Pulau Jawa
32 Industri besi dan baja dasar (iron and steel making) Provinsi di Kalimantan dan Banten 33 Industri pembuatan logam dasar mulia Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa
34 Industri pembuatan logam dasar bukan besi Seluruh Provinsi di Pulau Kalimantan. Papua. Maluku. Sulawesi.
35 Industri Penggilingan logam bukan besi Seluruh Provinsi di Pulau Kalimantan. Papua. Sulawesi.
INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA
36 Industri kapal dan perahu Jawa Timur. Kalimantan. Sulawesi. Maluku. Papua. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
37 Industri Peralatan dan perlengkapan dan bagian kapal Provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera
JASA REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN
38 Jasa reparasi kapal. perahu dan bangunan terapung Jawa Timur. Kalimantan. Sulawesi. Maluku. Papua. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
PENGELOLAAN LIMBAH
39 Pengelolaan dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya
Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
19
Yang akan dilakukan
• Kemenperin berkoordinasi Kemenko Perekonomian, Ditjen
Pajak dan BKPM dalam penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis)
pelaksanaan
tax allowance (Perdirjen Pajak dan Perka BKPM)
• Kemenperin bersama dengan Kemenko Perekonomian dan
instansi terkait lainnya akan melakukan monitoring dan evaluasi
atas pemanfaatan fasilitas
tax allowance
4. Bea Keluar
(PMK No. 67/PMK.011/2010)
PMK No. 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan
Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan
Tarif Bea Keluar
Tujuan Penetapan Bea Keluar
• Sesuai UU No. 17 tahun 2006 tentang
Perubahan atas UU No. 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan. Pasal 2A ayat (2) menyatakan
bahwa : Bea keluar dikenakan terhadap
barang ekspor dengan tujuan untuk:
• Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam
negeri
• Melindungi kelestarian sumber daya alam
• Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup
drastis dari komoditi ekspor tertentu di
pasaran internasional
• Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu
di dalam negeri
21
Yang telah dilakukan
• Pada tahun 2011 telah dilakukan restrukturisasi tarif Bea Keluar terhadap besaran tarif bea keluar atas ekspor kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk turunannya melalui “Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 tahun 2011 Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67 tahun 2010 tentang
Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar”
Yang akan dilakukan
• Kemenperin bersama dengan instansi terkait lainnya akan
berkoordinasi untuk melakukan evaluasi dan kajian terkait penerapan Kebijakan Bea Keluar terhadap beberapa komoditi primer
Latar Belakang Penyusunan BTKI 2012
Jumlah pos tarif pada BTBMI 2007 adalah sebanyak 8.755 pos tarif menjadi 10.025 pos tarif pada BTKI 2012
(mulai diberlakukan TMT tgl 1 Januari 2012)
• AMANDEMEN HS
• REVISI AHTN
• PENAMBAHAN POS/SUBPOS
• PENGHILANGAN POS/SUBPOS
• REVISI REDAKSIONAL
PERUBAHAN STRUKTUR KLASIFIKASI TARIF BEA MASUK/PDRI
PENYUSUNAN BTKI 2012
PMK No.PER-213/PMK.011/2011, Tanggal 14-Dec-2011
5.Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI)
2012
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012
Mulai 1 Januari 2012 tarif bea masuk pada BTBMI 2007 (dengan perubahan-perubahan seperti pada PMK di atas) tidak berlaku lagi dan mengacu pada:
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia Tahun 2012 (BTKI 2012)
sesuai dengan PMK No. 213 tahun 2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor
BTBMI 2007
BTKI 2012
Setiap 5 (lima) tahun akan diterbitkan pengganti akibat adanya amandemen HS oleh WCO
2007
2012 Harmonisasi tarif yang pernah dilakukan :
Peraturan MenteriKeuangan Nomor 241/PMK.011/2010 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.011/2011 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.011/2011 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.011/2011 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.011/2011 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.011/2011
Tahun Berlaku
24
Permasalahan
• Pemberlakuan BTKI 2012 per 1 Januari 2012 dirasakan oleh dunia usaha menghambat proses ekspor impor dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi karena tidak ada masa transisi dalam pemberlakuannya sehingga banyak barang-barang yang tertahan di pelabuhan
Yang sedang dilakukan
• BPKIMI akan mengkoordinir sektor pembina industri dalam pengusulan perubahan tarif bea masuk (TBM) yang dianggap masih belum sesuai pada BTKI 2012.
• Sehubungan akan diterapkannya perdagangan ASEAN Single Window
Membangun Industri dengan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
DASAR HUKUM
Lingkungan Sosial
Pembangunan industri yang mampu menghasilkan barang yang dibutuhkan pasar
secara kontinue
Pembangunan industri yang mampu menjaga keseimbangan
ekosistem, memelihara sumberdaya yang berkelanjutan,
menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi
pelestarian lingkungan
Pembangunan industri yang mampu memberi
berkontribusi pada masyarakat, seperti
kesempatan kerja, peningkatan pendidikan, kesehatan dan keamanan
Tujuan
Tujuan Pembangunan
Pembangunan Industri
Industri Nasional
Nasional Jangka
Jangka Panjang
Panjang
((Perpres
Perpres No. 28
No. 28 Tahun
Tahun 2008
2008 tentang
tentang Kebijakan
Kebijakan Industri
Industri Nasional
Nasional))
Pembangunan dan Pengembangan Industri Hijau
II.b.
Ekonomi
SUPPORTING
•Standard •Lembaga Sertifikasi •Kerjasama • Pembiayaan
• Sistem Informasi
•Insentif •Pendidikan dan
Pelatihan •R & D • BantuanTeknis
Konsep Pengembangan Industri Hijau
Eco Friendly
Energi Bahan baku dan penolong
Business as Usual (end of pipe)
Limbah/Emisi
Sisa Produk dan kemasan
•Hemat/ efisien & Efektif
•Renewable
(jika tersedia)
•Penerapan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery)
•Pendayagunaan SDM berwawasan lingkungan
•Penerapan SOP
•Penerapan tataletak pabrik yang efisien dan efektif
•Modifikasi peralatan
•Eco-Product
•Eco-Packaging
•Rendah/zero emission
•Diolah hingga memenuhi BML
•Non B3
•Dapat
dimanfaatkan (dalam atau luar
proses)
Green Production
Program Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
27
Sektor Industri Pengemisi GRK
Rencana Aksi Nasional (RAN)
Rencana Aksi Nasional (RAN)
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Industri (GRK)
(Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011)
28
Target Penurunan Emisi (26%)
0,001 (Giga ton) CO
2e
Target Penurunan Emisi (41%)
0,005 (Giga ton) CO
2e
• Melaksanakan audit energi khususnya pada industri-industri yang padat energi
• Memberikan insentif pada program efisiensi energi
Strategi
Kebijakan yang dilakukan untuk menunjang RAN – GRK
No Rencana Aksi
Kegiatan/Sasaran Periode Lokasi Indikasi
penurunan Emisi penggunaan biomass dan teknologi lainnya padaindustri semensebagaiblended cement
2010-2020 9 perusahaan industri semen di 9 propinsi : NAD, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, NTT, Sulsel, dan Kalsel
a. Terbentuknya sistem manajemen energi di 9 perusahaan industri semen, 35 perusahaan bajadan15 pulp kertas
b. Terbentuknya sistem manajemen energi di perusahaanindustri gelas dan keramik, pupuk, petrokimia, makanan dan minuman, tekstil, dan kimia dasar
2010 –2014
2015 - 2020
9 perusahaan industri semen di 9 propinsi NAD, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, NTT, Sulsel, dan Kalsel
Industri baja di 12 propinsi: Sumut, Sumsel, Riau, Jambi, Banten, DKI, Jabar, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalsel, dan Sulsel
15 perusahaan indusustri pulp kertas
8 propinsi:
Sumut, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, DKI Jakarta, Kalitim dan Sulsel
2,06 terdiri dari :
•Semen : 1,04
Penghapusan BPO pada 4 sektor (Refrigerant, Foam, Chillerdan pemadam Api)
2010 - 2020 10 propinsi :
Sumut, Sumsel, Riau, Sumbar, DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Yogjakarta
1,50 Kementerian
Perindustrian
Upaya yang telah dilakukan
1. Penggunaan mesin ramah lingkungan melalui program restrukturisasi permesinan untuk industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, dan gula. Program ini memberikan dampak yang signifikan berupa penghematan penggunaan energi sampai
25%, peningkatan produktivitas sampai 17%, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan efektivitas giling pada industri gula;
2. Penerapan produksi bersih dengan memberikan pelatihan kepada pelaku industri dan aparatur, menyusun pedoman teknis produksi bersih untuk beberapa komoditi industri dan bantuan teknis kepada beberapa industri;
3. Kebijakan teknis, yaitu perlindungan terhadap lapisan ozon melalui kontrol
produk, bahan baku atau bahan penunjang secara bertahap (Peraturan Menteri Perindustrian No. 33/M-IND/PER/4/2007;
4. Penyusunan Data Inventori Emisi CO2 equivalent di 700 perusahaan dari 8 sektor industri untuk penetapan baseline emisi GRK;
5. Penyusunan Konsep Grand Strategi Konservasi Energi;
6. Implementasi Konservasi energi pada 35 perusahaan industri baja dan 15 perusahaan industri pulp dan kertas;
7. Penyusunan Pedoman Teknis Penurunan Emisi GRK pada industri Semen; 8. Pemberian penghargaan industri hijau :
• Tahun 2010 kepada 9 perusahaan industri
1. Menyusun standar industri hijau;
2. Menyiapkan skema insentif fiskal dan non fiskal;
3. Membangun lembaga sertifikasi industri hijau;
4. Membangun kerjasama nasional dan internasional;
5. Peningkatan kapasitas SDM;
6. Meningkatkan pengembangan kualitas R&D;
7. Memberikan bantuan teknis penerapan produksi bersih;
8. Memfasilitasi pembiayaan pengembangan industri hijau;
9. Membangun sistem informasi industri hijau;
10.Menyusun pedoman-pedoman dalam rangka penurunan emisi
GRK;
11.Melakukan monitoring emisi GRK
31
Penerapan SNI Wajib
II.c.
32
• Dengan diberlakukannya Free Trade Area (FTA) seperti ASEAN-China FTA, ASEAN FTA, maka pasar dalam negeri dibanjiri oleh produk-produk impor dengan harga murah namun mutunya rendah, seperti : Tekstil dan Produk Tekstil (TPT),
Elektronika, dan lain-lain. Kondisi ini
mengakibatkan berkurangnya daya saing produk-produk produk-produksi dalam negeri
Permasalahan
• Dengan menurunnya bea masuk impor sebagai dampak FTA, hambatan teknis melalui pemberlakuan SNI secara wajib merupakan salah satu cara untuk menghambat laju produk impor. Sampai saat ini pemberlakuan SNI secara wajib baru 73 SNI
• Dari produk-produk yang diberlakukan wajib tersebut, industri yang telah memperoleh SPPT SNI adalah
sebanyak 2984 perusahaan, yang terdiri atas 1966 Perusahaan Dalam negeri dan 1018 Perusahaan Luar negeri.
• Berdasarkan perbandingan antara nilai impor dan jumlah SNI yang diberlakukan secara wajib, hal tersebut dirasakan kurang memadai untuk menghambat laju produk impor
Rencana Pemberlakuan SNI Wajib
Upaya-upaya yang akan dilakukan
• Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan sepakat untuk mempercepat pemberlakuan secara wajib SNI persyaratan penuh dan SNI sebagian parameter (Peraturan Teknis) untuk 400 produk yang nilai impornya tinggi, yang meliputi Elektronika (62 produk), Furniture (6 produk), Logam ( 8 produk), Kimia Dasar (5 produk), Kimia Hilir (16 produk), Makanan (7 produk), Mainan (15 produk), TPT (438 produk), Otomotif (5 produk), dan Maritim (2 produk).
• Ketentuan labelling untuk TPT akan diatur oleh Kementerian Perdagangan
Produk Pemberlakuan SNI wajib Peraturan teknis SNI-SP
Elektronika 31 produk 31 produk
Furniture 6 produk
Logam 8 produk
Kimia Dasar 5 produk
Kimia Hilir 12 produk 4 produk
Makanan 7 produk
Mainan 15 produk
TPT 436 produk 2 produk
Otomotif 5 produk
Maritim 2 produk
Skema Pemberlakuan SNI Wajib (521) dan Pertek (43) untuk 564 produk
•
Peringkat Daya Saing dipengaruhi oleh 12 faktor, antara lain faktor
Kesiapterapan Teknologi dan Kemampuan Inovasi.
Sumber : The Global Competitiveness Report pada World Economic Forum 2011 (Survey dilakukan terhadap 142 Negara)
II.d. Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan inovasi belum diiringi dengan pendayagunaan inovasi secara optimal terutama oleh sektor industri yang merupakan motor penggerak ekonomi utama.
91
Peringkat Kesiapterapan Teknologi dan Kemampuan Inovasi Indonesia
2010
Peringkat Daya Saing
Indonesia
2010
2011
(
1 2
0
0 (
2 3 4 %
$ ,
$
( %
Sektor
Sektor
Industri
Industri
BALAI BALAI
Daya
Daya
Saing
Saing
Komparatif Kompetitif
Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
II.d.
Peran Balai dalam mengembangkan teknologi industri
5
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Dalam Substitusi Bahan Baku/Bahan Penolong
No Balai Hasil Litbang Pengguna
1 B4T • Aplikasi PCC sebagai Extender di Industri
Cat
• Pembuatan Insulated Rail Joint dari Bahan
Komposit Serat Gelas dan Resin Epoksi Bertulang Baja sebagai Subtitusi Impor
• Pemanfaatan kopolimer lateks alam
styrene dalam pembuatan polymer
modified concrete abstrak
• PT. Sigma Utama
• PT. KAI
• PT. Rel-ion Sterilization
Service
2 BBT • Pembuatan kain door trim, produk kedap
suara dan komposit untuk tekstil otomotif
• PT. Astra Internasional
Tbk
3 BBPK • Pemanfaatan Limbah Padat IPAL Coating
untuk Bahan Bangunan Cat Tembok
Emulsi dan Plamir Tembok
• Kertas Kemas Baja
• PT. Surya Pamenang
• Primkokas PT. KS
4 BBKK • Isolasi Metil Sinamat dari Minyak Laja
Gowah (Alpinia Malaccensis) sebagai
Sumber Bahan Kimia ADI
• PT. Sumber Multi
Atsiri-Cianjur
5 BBKKP • Pemanfaatan limbah shaving industry
penyamakan kulit untuk pembuatan
batako dan paving block
• PT. Invedco Bangun
Utama Jakarta
Balai Hasil Litbang Pengguna
Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) - Bandung
• Kertas Kemas Baja • Primkokas
PT. Krakatau Steel
•
Kerjasama penelitian BBPK dengan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
untuk memanfaatkan potensi bahan lokal dalam rangka mengurangi
kebutuhan impor kertas kemas baja
•
Telah mendapatkan paten ID 0 017 490
• 2 " # # +
" % + ( #
" 3* 2 "
% 2 % ' " " #
4 *
• " " # " " % # #
" " " # 1
Balai Hasil Litbang Pengguna
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) - Bandung
Pembuatan Insulated Rail Joint (IRJ) dari Bahan Komposit Serat Gelas dan Resin Epoksi Bertulang Baja sebagai Subtitusi Impor
PT. Kereta Api Indonesia (KAI)
PLAT PENYAMBUNG PENYEKAT PLAT PENYAMBUNG PENYEKAT
LISTRIK (INSULATED RAIL LISTRIK (INSULATED RAIL
JOINT) JOINT)
KOTAK KABEL PENGHUBUNG KOTAK KABEL PENGHUBUNG CATUDAYA (JUNCTION BOX) CATUDAYA (JUNCTION BOX)
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Dalam Substitusi Bahan Baku/Bahan Penolong (Skala Laboratorium)
No Balai Contoh Hasil Litbang
1 BBKKP • Aplikasi Precipitated Calcium Carbonate (PCC) sebagai Reinforcing Filler untuk Sol Karet Sepatu Olah raga dan Ban Kendaraan Bermotor
2 B4T • Modifikasi Karet Alam Menjadi Bahan Elastomer Termoplastik
3 BBIHP • Pembuatan Handbody Lotion dari Lemak Kakao
• Pembuatan Partikel Pembawa Obat Solid Lipid Nanopartikel (SLN) dari Lemak Kakao
5 BBK • Pembuatan Nano Komposit Keramik Berbasis Nanoalumina dan Nano Silika untuk Keramik Struktural
6 BBIA • Pengembangan pembuatan starter untuk industri modified cassava-flour
7 BBTPPI • Penerapan Teknologi Purifikasi Gas Methan (CH4) dari Proses Biogas Pengolahan Air Limbah di Industri sebagai Sumber Energi Alternatif
8 BBT • Penelitian serat nanas sebagai bahan baku pembuatan produk tekstil otomotif
9 Baristand Industri Palembang
• Minyak Biji Karet Epoksi sebagai Bahan Pelunak untuk Pembuatan Seal Radiator
• Pembuatan Packing Cup Radiator Kendaraan Bermotor dengan Formulasi SBR dan NR
10 Baristand Industri Samarinda
• Pengembangan CPO untuk Produk Pelumas Padat Ramah Lingkungan
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Efisiensi Teknologi Produksi
No Balai Hasil Litbang Penguna
1 BBPK • Kertas Sembahyang (Joss Paper) Ramah Lingkungan
• Pengolahan Air Limbah dengan Proses Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) dan Suspended Carrier Biofilm (SCB)
• PT. San Fu Indonesia • PT. Kertas Padalarang
2 BBTPPI • Teknologi Elektro-flotasi untuk Mengolah Limbah Cair Industri
• Laboratorium BLH Kota semarang
• Laboratorium Balai POM Jawa tengah
• Laboratorium BLH Propinsi Jawa Tengah 3 BBIA • Teknologi minyak kelapa dengan Hot Oil
Immersion Drying/HOID atau Fry Dry Technology.
• PT. Sac Nusantara
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
No Balai Contoh Hasil Litbang
1 BBKK • Rekayasa Alat untuk mengolah Limbah Plastik menjadi Sumber Energi dengan Metode Pyrolisis
2 BBLM • Pengembangan Proses Biodiesel dengan Teknologi Kavitasi • Pembuatan Rotary Packer
• Pengembangan matras progressive dies untuk pembuatan ring komponen otomotif
• Pembuatan mould untuk komponen plastik otomotif.
3 BBIA • Penerapan Teknologi Reverse Osmosis (RO) pada Pengolahan Buah-buahan (Ekstraksi Suhu Dingin)
4 BBPK • Teknologi Ramah Lingkungan untuk Coating Kitchen dalam Proses Pembuatan Kertas Salut (Coated Paper)
• Teknologi Ramah Lingkungan pada Proses Pemutihan Pulp Menggunakan Enzim dan Bahan Lainnya
5 BBKKP • Teknologi Pembuatan Komponen Karet Sol Ringan untuk TNI
• Perekayasaan peralatan cetakan souvenir plastik sistem injection molding dengan sistem CNC
6 BBK • Peningkatan Kualitas Produk Keramik Tahan Peluru untuk Memenuhi
Kebutuhan TNI/POLRI dan Peluang Ekspor Melalui Kemitraan dengan Industri Terkait
7 BBTPPI • Pemanfaatan Bakteri Halofilik untuk Pemurnian NaCl Guna Menerapkan Green Industry di Industri Pemakai Garam Rakyat.
• Penerapan Teknologi Nanofiltrasi dalam Proses Eliminasi Sulphur Dioksida (SO2) pada Flue Gas di Industri Kertas
Efisiensi Teknologi Produksi (Skala Laboratorium)
Program Kerja BPKIMI TA. 2012
III.
1. Tersedianya hasil litbang yang siap diterapkan dan terbangunnya beberapa
pilot project
yang dapat dijadikan contoh bagi pengembangan industri
2. Tersedianya fasilitasi transfer teknologi dan peningkatan kompetensi SDM
industri
3. Tersedianya rumusan kebijakan industri hijau
Sasaran Kinerja BPKIMI
Tahun 2012
III.a
4. Tersusunnya pedoman teknis penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di
sektor industri
pupuk
dan
keramik
5. Tersedianya katalog bahan baku dan bahan penolong yang ramah
lingkungan untuk industri
tekstil, keramik
dan
IKM makanan
6. Terfasilitasinya proses perlindungan dan penanggulangan pelanggaran HKI
7. Tersedianya RSNI yang diperlukan oleh industri
8. Meningkatnya kemampuan LPK yang mendukung SNI wajib
9. Meningkatnya jumlah industri yang memperoleh sertifikat SNI
10. Tersedianya rumusan kebijakan insentif dan disinsentif di sektor industri
Rencana Kerja BPKIMI dengan anggaran sebesar Rp. 458,85 M yang
bersumber dari Rupiah Murni sebesar Rp. 377,19 M dan PNBP sebesar
Rp. 81,66 M dibagi ke dalam 7 kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Pengkajian Kebijakan Iklim Usaha Industri
;
2. Standardisasi (Standar Nasional Indonesia)
;
3. Pengkajian Industri Hijau
;
4. Pengkajian Teknologi dan HKI
;
5. Perencanaan, Pelaporan dan pendukung operasional BPKIMI
;
6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi
;
7. Riset dan Standarisasi Bidang Industri
.
III.b
Rencana Kerja Kegiatan BPKIMI TA 2012
4 5
Kegiatan 1.
Pengkajian Kebijakan Dan Iklim Usaha Industri
Kegiatan 2.
Perencanaan
Kebijakan Standarisasi Industri
Kegiatan 3.
Pengkajian Industri Hijau & Lingkungan Hidup
Kegiatan 4.
Pengkajian Teknologi dan HKI
Kegiatan 5.
Penyusunan Rencana dan Evaluasi Program KIMI
Kegiatan 6.
Penelitian dan Pengembangan Teknologi(11 Balai Besar)
Kegiatan 7.
Riset dan Standardisasi Bidang Industri (11 Baristand Industri)
Pengkajian Kebijakan Perpajakan dan Tarif Sektor Industri(√)
Pemodelan dan Analisis Industri
Pengembangan dan aplikasi litbang teknologi
Pengembangan Invensi dan Inovasi serta Manajemen HKI
Kerjasama Luar Negeri di Bidang Teknologi
Perumusan SNI dan Regulasi Teknis (√)
Peningkatan Kemampuan Lembaga Penilaian Kesesuaian (√)
Pengawasan &monitoring pelaksanaan SNI & Regulasi Teknis
Pengembangan dan Perumusan Kebijakan Industri Hijau (√)
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) (√)
Peningkatan Pelayanan Teknis Administratif
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan di lingkungan BPKIMI
Litbang Industri
Jasa Pelayanan Teknis (JPT) yang terdiri: - Desain & Rancang Bangun Perekayasaan Industri - Kesesuaian Standar dan Mutu Produk/Kalibrasi dan Testing - Penanggulangan Pencemaran Industri
-Training/Diklat Teknis danTechnical Assistance
Pemasyarakatan Hasil Litbang Industri
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Pencemaran Industri (√)
Pendukung Operasional Balai Besar
Litbang Industri
Jasa Pelayanan Teknis (JPT) yang terdiri: - Desain & Rancang Bangun Perekayasaan Industri - Kesesuaian Standar dan Mutu Produk/Kalibrasi dan Testing - Penanggulangan Pencemaran Industri
-Training/Diklat Teknis danTechnical Assistance
Pendukung Operasional Baristand Industri Pusat(5 Unit)
231 Pegawai
Daerah (22 Unit) 2493 Pegawai Program Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
III.b Rencana Kerja BPKIMI TA 2012
Pengkajian Kebijakan Non-Fiskal dan Moneter Sektor Industri
Harmonisasi dan Sinergi Kebijakan
1. Kajian Pemberian
Tax Holiday
Rumusan kebijakan pemberian
Tax Holiday
untuk beberapa kelompok industri
2
.
Kajian Efektifitas Pelaksanaan Insentif
Fiskal
Rekomendasi efektifitas pemberian insentif
fiskal bagi sektor industri yang menerima
insentif fiskal
1. Pengkajian Kebijakan Iklim dan Usaha Industri
Pengkajian Kebijakan Perpajakan dan Tarif Sektor Industri
A
back
1. Perumusan RSNI
Tersusunnya 100 judul RSNI sektor industri yang
berkualitas guna peningkatan daya saing
industri, pengamanan pasar dalam negeri dan
perlindungan konsumen
2. Sertifikasi SNI Industri
Pelayanan jasa sertifikasi untuk mendukung
kelancaran proses pelayanan jasa sertifikasi
3. Koordinasi penyusunan Peraturan Menteri
tentang penunjukan LPK dalam rangka
pemberlakuan SNI/ST secara wajib
Peraturan Menteri tentang penunjukkan LPK
untuk melaksanakan audit kesesuaian terhadap
produk dalam rangka pemberlakuan SNI wajib
2. Perencanaan Kebijakan Standarisasi Industri
Perumusan SNI
dan Regulasi Teknis
A
back
1. Peningkatan Kemampuan Pengujian
Laboratorium Balai dalam mendukung
pemberlakuan SNI wajib
Tersedianya 5 paket alat pengujian SNI wajib di
11 Balai Besar dan 11 Baristand Industri dalam
mendukung pemberlakuan 400 SNI wajib
Peningkatan Kemampuan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)
B
2. Perencanaan Kebijakan Standarisasi Industri
2. Pengembangan LSPro Pustan Akreditasi KAN
Dalam rangka penguatan LSPro untuk mendukung
pelaksanaan SNI yang diberlakukan secara wajib.
back
3. Pemantapan LSPro Pustan dalam rangka
Akreditasi IECEE CB-SCHEME
Dalam rangka penguatan LSPro untuk memfasilitasi
sertifikasi wajib di negara tujuan ekspor bagi
peralatan listrik dan elektronika.
1. Penyusunan pedoman pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK) melalui implementasi konservasi energi
Tersedianya pedoman teknis pengurangan emisi GRK melalui
implementasi konservasi energi di industri pupuk dan
keramik
3. Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
(GRK)
B
1. Penyusunan rencana induk pengembangan industri hijau
Tersedianyagrand strategy, roadmap, rencana aksi dan standar industri hijau.
2. Penyusunan katalog bahan baku dan bahan penolong
Tersedianya katalog bahan baku dan bahan penolong untuk
industri tekstil, keramikdan IKM makananyang ramah
lingkungan guna terwujudnya industri hijau
3. Penganugerahan penghargaan industri hijau
Mendorong pelaku industri untuk menerapkan proses produksi ramah lingkungan
Pengembangan dan Perumusan
Kebijakan Industri Hijau
A
back
1. Pemetaan teknologi pengolah limbah
elektronik
Tersedianya peta teknologi pengolahan
limbah elektronik
2.
Kajian teknologi dan bahan alternatif
dalam
phase out
HCFC dan POPs
Rekomendasi kebijakan teknologi dan bahan
alternatif pengganti HCFC dan POPs di sektor
industri
3. Kajian pengelolaan limbah udara pada
industri berbahan bakar batubara
Tersedianya pedoman teknis pengelolaan
limbah udara di industri berbahan bakar
batubara dalam penerapan program EPCM di
sektor industri
3. Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Pencemaran Industri
C
back
Terdapat 107 litbang penelitian dan pengembangan teknologi di 11 Balai
Besar
6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi (11 Balai Besar)
A
Litbang Industri
back
Terdapat 85 jenis pelayanan teknis di 11 satker Balai Besar dengan Jasa
Pelayanan Teknis diantaranya: Sertifikasi Sistem Mutu dan
Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran Udara, Kalibrasi
Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT - SNI
B
Jasa Pelayanan Teknis
Terdapat 91 litbang penelitian dan pengembangan teknologi di 11
Baristand Industri
7. Riset dan Standardisasi Bidang Industri (11 Baristand Industri)
A
Litbang Industri
back
Terdapat 61 jenis pelayanan teknis di 11 satker Baristand Industri dengan
Jasa Pelayanan Teknis diantaranya: Sertifikasi Sistem Mutu dan
Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran
Udara, Kalibrasi Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT - SNI
B