BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau
teori-reori yang mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Kerangka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan daya ingat lansia berdasarkn
tingkat pendidikan.
Usia lanjut cenderung mengalami kemunduran atau penurunan. Penurunan
yang sering terjadi pada usia lanjut adalah penurunan fungsi kognitif, seperti
kesulitan pada fungsi ingatan. Menurunnya kemampuan mengingat dipengaruhi
oleh menurunnya fungsi neurologis.
Daya ingat normal
penurunan daya ingat Daya ingat lemah lansia
Daya ingat buruk
Skema 1. Kerangka penelitian penurunan daya ingat lansia di UPT Pelayanan
3.2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Dayaingat Kemampuan Kuesioner Jika nilai 15- Ordinal
jangka seseorang Mengukur 20: daya
pendek menyimpan dan daya ingat ingat normal
memproses jangka
Jika nilai 9- informasi yang pendek
14: daya berlangsung yang
ingat lemah selama beberapa terdiri
Jika nilai
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui prevalensi penurunan daya ingat lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai.
4.2. Populasi, Sampel, dan Teknik sampling
4.2.1. Populasi penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang ada di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai dengan jumlah 172 orang.
4.2.2. Sampel penelitian
Menurut Setiadi (2007), untuk besar populasi < 1000, maka
penentuan besarnya sampel dengan menggunakan rumus Slovin:
N n=
1+ N (d2)
Keterangan:
N= Besar populasi
n= Besar sampel
d= Tingkat kepercayaan yang diinginkan
didapatlah nilai n:
172 n=
172 n=
2,72
n= 63,23
maka, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak
63 orang.
4.2.3. Teknik sampling
Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang
dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007).
Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lansia dengan usia > 60 tahun
2. Lansia tidak bedrest
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai. Pemilihan lokasi karena merupakan tempat yang
dimiliki oleh pemerintah sehingga memudahkan peneliti untuk meminta
izin melakukan penelitian di tempat tersebut dan merupakan tempat yang
menaungi populasi lansia yang cukup banyak. Tempat tersebut juga belum
pernah dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dengan
4.3.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret
sampai Juni 2017.
4.4. Pertimbangan Etik
Etika penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak responden
antara lain menjamin kerahasiaan identitas responden, hak privasi dan
martabat, dan hak untuk bebas dari resiko cedera intrinsik (fisik, sosial,
dan emosional).
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara) dan
persetujuan dari pimpinan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.
Penelitian ini mempertimbangkan etik penelitian, yaitu:
1. Informed Concent (Lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti yang
memenuhi kriteria penelitian, bila responden menolak peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Anonymity (Tanpa nama)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi
kuesioner yang diberikan hanya diberi kode.
3. Confidentially (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan
data-data yang diperoleh dari responden hanya dipergunakan untuk kepentingan
4. Nonmaleficien
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang
menjadi responden.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Data Demografi
Data demografi ini terdiri dari nomor responden, jenis kelamin,
usia, suku, agama dan pendidikan terakhir.
2. Kuesioner daya ingat
Untuk mengukur daya ingat responden, peneliti memberikan
lembar tes daya ingat kepada responden. Lembar tes ingatan ini
menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan, dimana
pertanyaan ini berisi 5 pertanyaan tertutup dan 5 pertanyaan terbuka.
Pertanyaan nomor 1 sampai 5 diberi poin 1 apabila menjawab “TIDAK”
dan diberi nilai 0 untuk jawaban “YA”, dan untuk pertanyaan nomor 6
sampai 10 apabila benar menjawab pertanyaannya akan mendapatkan poin
sebagai berikut: untuk pertanyaan ke 6 diberi 3 poin, pertanyaan ke 7
diberi 2 poin, pertanyaan ke 8 diberi 6 poin, pertanyaan ke 9 diberi 1 poin
dan pertanyaan ke 10 diberi 3 poin. Skor untuk kuesioner ini adalah jika
nilai 15-20 adalah daya ingat normal, nilai 9-14 adalah daya ingat lemah,
4.6. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur
daya ingat lansia.
4.7. Validitas dan Reabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidatan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2012). Uji validitas ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu
mengukur apa yang hendak kita ukur (Notoatmodjo, 2012). Uji validitas ini
dilakukan dengan uji content validity (validitas isi) oleh satu dosen ahli
keperawatan gerontik yaitu bapak Ismayadi S.Kep, Ns., M.Kes, CWCC, CHt.N.
Kuesioner ini divaliditas dengan menggunakan validitas isi (content validity) yaitu
sejauh mana instrumen tersebut dapat mewakili faktor yang diteliti. Penilaian uji
validitas ini menggunakan empat skala pada setiap item pertanyaan, yakni skala 1
tidak relevan, skala 2 perlu revisi, skala 3 relevan dengan sedikit revisi dan skala 4
sudah relevan. Nilai CVI kuesioner adalah 0,93 yang berarti kuesioner tersebut
sesuai digunakan untuk penelitian.
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan
alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas di lakukan di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai pada 20 lansia dengan menggunakan r11
reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih maka instrumen dinyatakan reliabel
(Polit & Hungler, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan
peneliti ini adalah reliabel.
4.8. Rencana Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pertama-tama meminta
izin kepada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU), kemudian meminta
izin kepada pimpinan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai untuk melakukan
penelitian ditempat tersebut dan dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
memberikan surat pengantar ke Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi
Sumatera Utara, ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. Setelah
mendapatkan surat izin dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, peneliti
diizinkan untuk melakukan penelitian di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
dan meminta data-data yang diperlukan. Kemudian peneliti memilih responden
yang sesuai dengan kriteria dan menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan
pengumpulan data pada calon responden. Responden yang setuju diminta untuk
mengisi informed concent. Kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner
dan data demografi. Dengan pertimbangan usia responden yang sudah tua maka
untuk memudahkan responden mengisi kuesioner ini peneliti akan mewawancarai
responden.
4.9. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data yang diperoleh diolah
1.Editing
Editing adalah pengecekan dan perbaikan data atau kuesioner tersebut.
2.Coding
Coding adalah pemberian kode atau mengubah data yang berbentuk kalimat
menjadi data dalam bentuk angka atau bilangan.
3.Processing
Processing adalah data dari masing-masing responden yang dalam bentuk
kode dimasukkan ke dalam program komputer.
4.Cleaning
Apabila semua data dan setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembenaran atau koreksi (Notoatmodjo, 2012).
Kemudian dilakukan analisa data yang diperoleh dari setiap responden
berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara peneliti kepada
responden. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data demografi
responden dan hasil dari penurunan daya ingat lansia dimana data tersebut
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai penurunan daya ingat lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai melalui proses pengumpulan data yang
dilakukan pada tanggal 29 Mei sampai 12 Juni 2017 terhadap 63 responden.
Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik responden, deskripsi
penurunan daya ingat lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.
5.1.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian dengan jumlah responden 63 orang di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai menunjukkan gambaran hasil
penelitian tentang karakteristik responden yang mencakup usia, jenis
kelamin, suku, agama, dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan tabel 3 dibawah ini dapat dilihat bahwa usia lansia
yang terbanyak yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
berada pada kelompok usia 60-74 tahun yaitu sebanyak 43 orang (68,3%).
Responden wanita jumlahnya lebih banyak yaitu 37 orang (58,7%)
sedangkan responden pria ada sebanyak 26 orang (41,3%). Mayoritas
lansia memeluk agama islam yaitu sebanyak 59 orang (93,7%) diikuti
lansia yang beragama kristen protestan sebanyak 4 orang (6,3%) dan lansia
memiliki beragam suku yaitu ambon (1,6%), jawa (58,7%), karo (6,3%),
madura (1,6%), mandailing (19,0%), minang (3,2%) dan sunda (3,2%),
dari beragam suku tersebut jumlah terbanyak lansia adalah suku jawa.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 40
orang (63,5%), sedangkan tingkat pendidikan SMP 16 orang (25,4%),
SMA 6 orang (9,5%) dan Perguruan Tinggi hanya 1 orang (1,6%).
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai (n= 63)
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Pendidikan
SD 40 63,5
SMP 16 25,4
SMA 6 9.5
Perguruan Tinggi 1 1,6
5.1.2. Penurunan Daya Ingat Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Binjai
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase penurunan daya ingat lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
Penurunan Daya Ingat Lansia Frekuensi Persentase
Daya Ingat Normal 20 31,7
Daya Ingat Lemah 32 50,8
Daya Ingat Buruk 11 17,5
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat dari 63 lansia yang berada
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai terdapat 20 lansia yang
mempunyai daya ingat normal, sebanyak 32 lansia yang mempunyai daya
ingat yang lemah atau 50,8% dan sebanyak 11 orang yang mempunyai
5.2. Pembahasan
5.2.1. Penurunan Daya Ingat Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Binjai
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
lansia yang mengalami penurunan daya ingat di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Binjai ada sebanyak 43 orang (68,3%), yang terdiri dari daya
ingat lemah sebanyak 32 orang (50,8%) dan daya ingat buruk sebanyak 11
orang (17,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang
berada di UPT Pelayanan Sosial Binjai sudah mengalami penurunan daya
ingat. Pada penelitian Ardiansyah dan Khasanah (2012) prevalensi lansia
yang mengalami penurunan daya ingat yang berada di Panti Sosial Tresna
Werdha Yogyakarta adalah sebanyak 21 orang (66%).
Tabel 5. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Daya Ingat Lansia
Usia Normal Lemah Buruk Total
60-74 tahun 17 (27%) 24 (38,1%) 2 (3,2%) 68,3%
75-90 tahun 3 (4,8%) 8 (12,7%) 8 (12,7%) 30,2%
>90 tahun - - 1 (1,6%) 1,6%
Total 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 100%
Berdasarkan hasil penelitian, jika dilihat dari usia lansia yang
berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai paling banyak
yaitu ada sebanyak 26 orang (41,3%) yang terdiri dari daya ingat lemah
sebanyak 24 orang (38,1%) dan daya ingat buruk sebanyak 2 orang
(3,2%).
Ketika seseorang memasuki usia lanjut akan terjadi
penurunan-penurunan, seperti kesulitan dengan fungsi ingatan, penurunan dalam
kecepatan memproses, berpikir, dan yang lain-lain. Penurunan daya ingat
merupakan gejala penurunan kemampuan memori yang terjadi sehari-hari
pada semua tingkatan usia. Namun, usia lanjut memiliki kecenderungan
lupa yang lebih tinggi dari pada yang muda. Penurunan daya ingat ini
terjadi karena informasi yang diterima tidak di proses dan disimpan
dengan baik meskipun tidak semua informasi harus disimpan. Biasanya
hanya informasi yang dianggap penting saja yang disimpan untuk suatu
ketika diingat kembali. Usia tua akan mempengaruhi kemampuannya
dalam memproses atau mengolah informasi (Suardiman, 2011).
Tabel 6. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan jenis kelamin di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
Jenis Daya Ingat Lansia
Kelamin Normal Lemah Buruk Total
Pria 9 (14,3%) 11 (17,5%) 6 (9,5%) 41,3%
Wanita 11 (17,5%) 21 (33,3%) 5 (7,9%) 58,7%
Total 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 100%
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan daya
ingat lansia berdasarkan jenis kelamin paling banyak terdapat pada wanita
sebanyak 21 orang (33,3%) dan daya ingat buruk sebanyak 5 orang
(7,9%). Pada penelitian ini didapatkan yang lebih banyak mengalami
penurunan daya ingat lansia adalah perempuan, karena pada penelitian ini
sampel yang paling banyak adalah perempuan dan tidak sebandingnya
sampel perempuan dan laki-laki. Pada penelitian Sumijatun et al (2013)
menunjukkan bahwa lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha
Jakarta yang mengalami penurunan daya ingat lebih banyak terjadi pada
lansia yang berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki. Pada
penelitian tersebut didapatkan perempuan terjadi penurunan daya ingat
tiga kali lipat dibandingkan laki-laki.
Tabel 7. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan suku di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
Daya Ingat Lansia
Suku Normal Lemah Buruk Total
Aceh 1 (1,6%) 3 (4,8%) - 6,3%
Ambon - 1 (1,6%) - 30,2%
Jawa 12 (19%) 19 (30,2%) 6 (9,5%) 58,7%
Karo 2 (3,2%) 2 (3,2%) - 6,3%
Madura 1 (1,6%) - - 1,6%
Mandailing 4 (6,3%) 6 (9,5%) 2 (3,2%) 19%
Minang - 1 (1,6%) 1 (1,6) 3,2%
Sunda - - 2 (3,2%) 3,2%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan daya ingat lansia
dilihat dari sukunya paling banyak terjadi pada lansia yang bersuku jawa
yaitu sebanyak 25 orang (39,7%) yang terdiri dari daya ingat lemah
sebanyak 19 orang (30,2%) dan daya ingat buruk sebanyak 6 orang
(9,5%). Hal ini dikarenakan lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Binjai banyak yang berasal dari daerah yang bersuku jawa,
seperti banyak yang berasal dari langkat yang masyarakatnya bersuku jawa
bahkan ada yang berasal dari yogyakarta.
Tabel 8. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan agama di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
Daya Ingat Lansia
Agama Normal Lemah Buruk Total
Islam 19 (30,2%) 30 (47,6%) 10 (15,9%) 93,7%
Protestan 1 (1,6%) 2 (3,2%) 1 (1,6%) 6,3%
Total 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 100%
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan daya
ingat lansia berdasarkan agamanya yang paling banyak terjadi pada lansia
yang beragama islam yaitu sebanyak 40 orang (63,5%) yang terdiri dari
daya ingat lemah sebanyak 30 orang (47,6%) dan daya ingat buruk
sebanyak 10 orang (15,9%). Lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Binjai mayoritas beragama islam sehingga yang paling banyak
Tabel 9. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan tingkat pendidikan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
Tingkat Daya Ingat Lansia
Pendidikan Normal Lemah Buruk Total
SD 12 (19,0%) 20 (31,7%) 8 (12,7%) 63,5%
SMP 4 (6,3%) 10 (15,9%) 2 (3,2%) 25,4%
SMA 3 (4,8%) 2 (3,2%) 1 (1,6%) 9,5%
PT 1 (1,6%) - - 1,6%
Total 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan daya ingat lansia
berdasarkan tingkat pendidikannya yang paling banyak terjadi pada lansia
yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 28 orang (44,4%) yang terdiri dari
daya ingat lemah sebnayak 20 orang (31,7%) dan daya ingat buruk
sebnayak 8 orang (12,7%). Hal ini dikarenakan lansia yang berada di UPT
pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai paling banyak berpendidikan SD.
Berdasarkan penelitian Ardiansyah dan Khasanah (2012) menyatakan
bahwa lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
paling banyak mengalami penurunan daya ingat pada lansia yang
berpendidika SD yaitu sebanyak 16 orang (94%).
Pendidikan juga sesuatu yang penting untuk setiap individu, baik
itu untuk menambah ilmu dan wawasan individu maupun untuk bekal
menghadapi masalah di usia tua kelak. Menurut Redja Mudyaharjo makna
pendidikan bisa dibagi menjadi tiga yaitu makna secara luas, sempit dan
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang
hidup. Makna secara sempit, pendidikan adalah persekolahan. Makna
secara luas terbatas, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan
keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah
untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranannya
secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup (Wahab, 2013).
Fungsi dari pendidikan sendiri adalah menghilangkan penderitaan
rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan, diasumsikan bahwa orang yang
berpendidikan akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan, karena
dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya
melalui pendidikan orang akan mampu menghadapi problema kehidupan
yang dihadapinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
diasumsikan semakin tinggi pengetahuan, keterampilan dan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan tentang penurunan
daya ingat lansia berdasarkan tingkat pendidikan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Binjai adalah sebagai berikut:
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 63 responden di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai pada tanggal 29 Mei sampai 12 Juni 2017 berusia 60
tahun sampai 74 tahun yaitu sebanyak 43 orang (68,3). Dan sebagian besar
responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 37 orang (58,7%), sedangkan
sebagian besar responden pada penelitian ini bersuku jawa yaitu sebanyak 37
orang (58,7%). Kemudian mayoritas responden beragama islam yaitu ada
sebanyak 59 orang (93,7%) dan rata-rata lansia yang berada di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai berpendidikan SD yaitu sebanyak 40 orang (63,5%).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang berada di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai mengalami penurunan daya ingat yaitu
ada sebanyak 68,3 % dengan kategori daya ingat lemah yaitu ada 32 orang
(50,8%) dan daya ingat buruk sebanyak 11 orang (17,5%). Hasil penelitian
menunjukkan penurunan daya ingat berdasarkan usia lansia yang paling banyak
mengalami penurunan daya ingat adalah pada kelompok usia 60-74 tahun yaitu
ada sebnayak 26 orang (41,3%), berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak
mengalami penurunan daya ingat adalah wanita yaitu sebanyak 26 orang (41,2%),
(39,7%), berdasarkan agama yang paling banyak mengalami penurunan daya ingat
adalah agama islam yaitu sebanyak 40 orang (63,5%) dan berdasarkan tingkat
pendidikan yang paling banyak mengalami penurunan daya ingat lansia adalah
tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 28 orang (44,4%).
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Praktik Keperawatan
Dengan dilakukannya penelitian ini di harapkan pelayanan
keperawatan khususnya perawat gerontik mengetahui angka kejadian
penurunan daya ingat pada lansia sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang lebih baik kepada lansia.
6.2.2. Bagi Masyarakat
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat
mengetahui angka kejadian penurunan daya ingat sehingga dapat
melakukan hal-hal ataupun kegiatan yang dapat menjaga kesehatan otak
lansia.
6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya agar perlu melakukan penelitian