• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penurunan Daya Ingat Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penurunan Daya Ingat Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Chapter III VI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau

teori-reori yang mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Kerangka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan daya ingat lansia berdasarkn

tingkat pendidikan.

Usia lanjut cenderung mengalami kemunduran atau penurunan. Penurunan

yang sering terjadi pada usia lanjut adalah penurunan fungsi kognitif, seperti

kesulitan pada fungsi ingatan. Menurunnya kemampuan mengingat dipengaruhi

oleh menurunnya fungsi neurologis.

Daya ingat normal

penurunan daya ingat Daya ingat lemah lansia

Daya ingat buruk

Skema 1. Kerangka penelitian penurunan daya ingat lansia di UPT Pelayanan

(2)

3.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Dayaingat Kemampuan Kuesioner Jika nilai 15- Ordinal

jangka seseorang Mengukur 20: daya

pendek menyimpan dan daya ingat ingat normal

memproses jangka

Jika nilai 9- informasi yang pendek

14: daya berlangsung yang

ingat lemah selama beberapa terdiri

Jika nilai

(3)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui prevalensi penurunan daya ingat lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Binjai.

4.2. Populasi, Sampel, dan Teknik sampling

4.2.1. Populasi penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang ada di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai dengan jumlah 172 orang.

4.2.2. Sampel penelitian

Menurut Setiadi (2007), untuk besar populasi < 1000, maka

penentuan besarnya sampel dengan menggunakan rumus Slovin:

N n=

1+ N (d2)

Keterangan:

N= Besar populasi

n= Besar sampel

d= Tingkat kepercayaan yang diinginkan

didapatlah nilai n:

172 n=

(4)

172 n=

2,72

n= 63,23

maka, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak

63 orang.

4.2.3. Teknik sampling

Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang

dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007).

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lansia dengan usia > 60 tahun

2. Lansia tidak bedrest

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Binjai. Pemilihan lokasi karena merupakan tempat yang

dimiliki oleh pemerintah sehingga memudahkan peneliti untuk meminta

izin melakukan penelitian di tempat tersebut dan merupakan tempat yang

menaungi populasi lansia yang cukup banyak. Tempat tersebut juga belum

pernah dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dengan

(5)

4.3.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret

sampai Juni 2017.

4.4. Pertimbangan Etik

Etika penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak responden

antara lain menjamin kerahasiaan identitas responden, hak privasi dan

martabat, dan hak untuk bebas dari resiko cedera intrinsik (fisik, sosial,

dan emosional).

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara) dan

persetujuan dari pimpinan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

Penelitian ini mempertimbangkan etik penelitian, yaitu:

1. Informed Concent (Lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti yang

memenuhi kriteria penelitian, bila responden menolak peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi

kuesioner yang diberikan hanya diberi kode.

3. Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

data-data yang diperoleh dari responden hanya dipergunakan untuk kepentingan

(6)

4. Nonmaleficien

Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang

menjadi responden.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Data Demografi

Data demografi ini terdiri dari nomor responden, jenis kelamin,

usia, suku, agama dan pendidikan terakhir.

2. Kuesioner daya ingat

Untuk mengukur daya ingat responden, peneliti memberikan

lembar tes daya ingat kepada responden. Lembar tes ingatan ini

menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan, dimana

pertanyaan ini berisi 5 pertanyaan tertutup dan 5 pertanyaan terbuka.

Pertanyaan nomor 1 sampai 5 diberi poin 1 apabila menjawab “TIDAK”

dan diberi nilai 0 untuk jawaban “YA”, dan untuk pertanyaan nomor 6

sampai 10 apabila benar menjawab pertanyaannya akan mendapatkan poin

sebagai berikut: untuk pertanyaan ke 6 diberi 3 poin, pertanyaan ke 7

diberi 2 poin, pertanyaan ke 8 diberi 6 poin, pertanyaan ke 9 diberi 1 poin

dan pertanyaan ke 10 diberi 3 poin. Skor untuk kuesioner ini adalah jika

nilai 15-20 adalah daya ingat normal, nilai 9-14 adalah daya ingat lemah,

(7)

4.6. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur

daya ingat lansia.

4.7. Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidatan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2012). Uji validitas ini

bertujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu

mengukur apa yang hendak kita ukur (Notoatmodjo, 2012). Uji validitas ini

dilakukan dengan uji content validity (validitas isi) oleh satu dosen ahli

keperawatan gerontik yaitu bapak Ismayadi S.Kep, Ns., M.Kes, CWCC, CHt.N.

Kuesioner ini divaliditas dengan menggunakan validitas isi (content validity) yaitu

sejauh mana instrumen tersebut dapat mewakili faktor yang diteliti. Penilaian uji

validitas ini menggunakan empat skala pada setiap item pertanyaan, yakni skala 1

tidak relevan, skala 2 perlu revisi, skala 3 relevan dengan sedikit revisi dan skala 4

sudah relevan. Nilai CVI kuesioner adalah 0,93 yang berarti kuesioner tersebut

sesuai digunakan untuk penelitian.

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh

mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan

alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas di lakukan di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai pada 20 lansia dengan menggunakan r11

(8)

reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih maka instrumen dinyatakan reliabel

(Polit & Hungler, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan

peneliti ini adalah reliabel.

4.8. Rencana Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pertama-tama meminta

izin kepada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU), kemudian meminta

izin kepada pimpinan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai untuk melakukan

penelitian ditempat tersebut dan dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

memberikan surat pengantar ke Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi

Sumatera Utara, ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. Setelah

mendapatkan surat izin dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, peneliti

diizinkan untuk melakukan penelitian di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

dan meminta data-data yang diperlukan. Kemudian peneliti memilih responden

yang sesuai dengan kriteria dan menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan

pengumpulan data pada calon responden. Responden yang setuju diminta untuk

mengisi informed concent. Kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner

dan data demografi. Dengan pertimbangan usia responden yang sudah tua maka

untuk memudahkan responden mengisi kuesioner ini peneliti akan mewawancarai

responden.

4.9. Analisa data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data yang diperoleh diolah

(9)

1.Editing

Editing adalah pengecekan dan perbaikan data atau kuesioner tersebut.

2.Coding

Coding adalah pemberian kode atau mengubah data yang berbentuk kalimat

menjadi data dalam bentuk angka atau bilangan.

3.Processing

Processing adalah data dari masing-masing responden yang dalam bentuk

kode dimasukkan ke dalam program komputer.

4.Cleaning

Apabila semua data dan setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembenaran atau koreksi (Notoatmodjo, 2012).

Kemudian dilakukan analisa data yang diperoleh dari setiap responden

berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara peneliti kepada

responden. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data demografi

responden dan hasil dari penurunan daya ingat lansia dimana data tersebut

(10)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai penurunan daya ingat lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai melalui proses pengumpulan data yang

dilakukan pada tanggal 29 Mei sampai 12 Juni 2017 terhadap 63 responden.

Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik responden, deskripsi

penurunan daya ingat lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

5.1.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian dengan jumlah responden 63 orang di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai menunjukkan gambaran hasil

penelitian tentang karakteristik responden yang mencakup usia, jenis

kelamin, suku, agama, dan tingkat pendidikan.

Berdasarkan tabel 3 dibawah ini dapat dilihat bahwa usia lansia

yang terbanyak yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

berada pada kelompok usia 60-74 tahun yaitu sebanyak 43 orang (68,3%).

Responden wanita jumlahnya lebih banyak yaitu 37 orang (58,7%)

sedangkan responden pria ada sebanyak 26 orang (41,3%). Mayoritas

lansia memeluk agama islam yaitu sebanyak 59 orang (93,7%) diikuti

lansia yang beragama kristen protestan sebanyak 4 orang (6,3%) dan lansia

memiliki beragam suku yaitu ambon (1,6%), jawa (58,7%), karo (6,3%),

madura (1,6%), mandailing (19,0%), minang (3,2%) dan sunda (3,2%),

dari beragam suku tersebut jumlah terbanyak lansia adalah suku jawa.

(11)

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 40

orang (63,5%), sedangkan tingkat pendidikan SMP 16 orang (25,4%),

SMA 6 orang (9,5%) dan Perguruan Tinggi hanya 1 orang (1,6%).

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai (n= 63)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

(12)

Tingkat Pendidikan

SD 40 63,5

SMP 16 25,4

SMA 6 9.5

Perguruan Tinggi 1 1,6

5.1.2. Penurunan Daya Ingat Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Binjai

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase penurunan daya ingat lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

Penurunan Daya Ingat Lansia Frekuensi Persentase

Daya Ingat Normal 20 31,7

Daya Ingat Lemah 32 50,8

Daya Ingat Buruk 11 17,5

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat dari 63 lansia yang berada

di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai terdapat 20 lansia yang

mempunyai daya ingat normal, sebanyak 32 lansia yang mempunyai daya

ingat yang lemah atau 50,8% dan sebanyak 11 orang yang mempunyai

(13)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Penurunan Daya Ingat Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Binjai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

lansia yang mengalami penurunan daya ingat di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Binjai ada sebanyak 43 orang (68,3%), yang terdiri dari daya

ingat lemah sebanyak 32 orang (50,8%) dan daya ingat buruk sebanyak 11

orang (17,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang

berada di UPT Pelayanan Sosial Binjai sudah mengalami penurunan daya

ingat. Pada penelitian Ardiansyah dan Khasanah (2012) prevalensi lansia

yang mengalami penurunan daya ingat yang berada di Panti Sosial Tresna

Werdha Yogyakarta adalah sebanyak 21 orang (66%).

Tabel 5. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Daya Ingat Lansia

Usia Normal Lemah Buruk Total

60-74 tahun 17 (27%) 24 (38,1%) 2 (3,2%) 68,3%

75-90 tahun 3 (4,8%) 8 (12,7%) 8 (12,7%) 30,2%

>90 tahun - - 1 (1,6%) 1,6%

Total 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 100%

Berdasarkan hasil penelitian, jika dilihat dari usia lansia yang

berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai paling banyak

(14)

yaitu ada sebanyak 26 orang (41,3%) yang terdiri dari daya ingat lemah

sebanyak 24 orang (38,1%) dan daya ingat buruk sebanyak 2 orang

(3,2%).

Ketika seseorang memasuki usia lanjut akan terjadi

penurunan-penurunan, seperti kesulitan dengan fungsi ingatan, penurunan dalam

kecepatan memproses, berpikir, dan yang lain-lain. Penurunan daya ingat

merupakan gejala penurunan kemampuan memori yang terjadi sehari-hari

pada semua tingkatan usia. Namun, usia lanjut memiliki kecenderungan

lupa yang lebih tinggi dari pada yang muda. Penurunan daya ingat ini

terjadi karena informasi yang diterima tidak di proses dan disimpan

dengan baik meskipun tidak semua informasi harus disimpan. Biasanya

hanya informasi yang dianggap penting saja yang disimpan untuk suatu

ketika diingat kembali. Usia tua akan mempengaruhi kemampuannya

dalam memproses atau mengolah informasi (Suardiman, 2011).

Tabel 6. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan jenis kelamin di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

Jenis Daya Ingat Lansia

Kelamin Normal Lemah Buruk Total

Pria 9 (14,3%) 11 (17,5%) 6 (9,5%) 41,3%

Wanita 11 (17,5%) 21 (33,3%) 5 (7,9%) 58,7%

Total 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 100%

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan daya

ingat lansia berdasarkan jenis kelamin paling banyak terdapat pada wanita

(15)

sebanyak 21 orang (33,3%) dan daya ingat buruk sebanyak 5 orang

(7,9%). Pada penelitian ini didapatkan yang lebih banyak mengalami

penurunan daya ingat lansia adalah perempuan, karena pada penelitian ini

sampel yang paling banyak adalah perempuan dan tidak sebandingnya

sampel perempuan dan laki-laki. Pada penelitian Sumijatun et al (2013)

menunjukkan bahwa lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha

Jakarta yang mengalami penurunan daya ingat lebih banyak terjadi pada

lansia yang berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki. Pada

penelitian tersebut didapatkan perempuan terjadi penurunan daya ingat

tiga kali lipat dibandingkan laki-laki.

Tabel 7. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan suku di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

Daya Ingat Lansia

Suku Normal Lemah Buruk Total

Aceh 1 (1,6%) 3 (4,8%) - 6,3%

Ambon - 1 (1,6%) - 30,2%

Jawa 12 (19%) 19 (30,2%) 6 (9,5%) 58,7%

Karo 2 (3,2%) 2 (3,2%) - 6,3%

Madura 1 (1,6%) - - 1,6%

Mandailing 4 (6,3%) 6 (9,5%) 2 (3,2%) 19%

Minang - 1 (1,6%) 1 (1,6) 3,2%

Sunda - - 2 (3,2%) 3,2%

(16)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan daya ingat lansia

dilihat dari sukunya paling banyak terjadi pada lansia yang bersuku jawa

yaitu sebanyak 25 orang (39,7%) yang terdiri dari daya ingat lemah

sebanyak 19 orang (30,2%) dan daya ingat buruk sebanyak 6 orang

(9,5%). Hal ini dikarenakan lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Binjai banyak yang berasal dari daerah yang bersuku jawa,

seperti banyak yang berasal dari langkat yang masyarakatnya bersuku jawa

bahkan ada yang berasal dari yogyakarta.

Tabel 8. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan agama di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

Daya Ingat Lansia

Agama Normal Lemah Buruk Total

Islam 19 (30,2%) 30 (47,6%) 10 (15,9%) 93,7%

Protestan 1 (1,6%) 2 (3,2%) 1 (1,6%) 6,3%

Total 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 100%

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan daya

ingat lansia berdasarkan agamanya yang paling banyak terjadi pada lansia

yang beragama islam yaitu sebanyak 40 orang (63,5%) yang terdiri dari

daya ingat lemah sebanyak 30 orang (47,6%) dan daya ingat buruk

sebanyak 10 orang (15,9%). Lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Binjai mayoritas beragama islam sehingga yang paling banyak

(17)

Tabel 9. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan tingkat pendidikan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

Tingkat Daya Ingat Lansia

Pendidikan Normal Lemah Buruk Total

SD 12 (19,0%) 20 (31,7%) 8 (12,7%) 63,5%

SMP 4 (6,3%) 10 (15,9%) 2 (3,2%) 25,4%

SMA 3 (4,8%) 2 (3,2%) 1 (1,6%) 9,5%

PT 1 (1,6%) - - 1,6%

Total 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan daya ingat lansia

berdasarkan tingkat pendidikannya yang paling banyak terjadi pada lansia

yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 28 orang (44,4%) yang terdiri dari

daya ingat lemah sebnayak 20 orang (31,7%) dan daya ingat buruk

sebnayak 8 orang (12,7%). Hal ini dikarenakan lansia yang berada di UPT

pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai paling banyak berpendidikan SD.

Berdasarkan penelitian Ardiansyah dan Khasanah (2012) menyatakan

bahwa lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta

paling banyak mengalami penurunan daya ingat pada lansia yang

berpendidika SD yaitu sebanyak 16 orang (94%).

Pendidikan juga sesuatu yang penting untuk setiap individu, baik

itu untuk menambah ilmu dan wawasan individu maupun untuk bekal

menghadapi masalah di usia tua kelak. Menurut Redja Mudyaharjo makna

pendidikan bisa dibagi menjadi tiga yaitu makna secara luas, sempit dan

(18)

belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang

hidup. Makna secara sempit, pendidikan adalah persekolahan. Makna

secara luas terbatas, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan

keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah

untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranannya

secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup (Wahab, 2013).

Fungsi dari pendidikan sendiri adalah menghilangkan penderitaan

rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan, diasumsikan bahwa orang yang

berpendidikan akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan, karena

dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya

melalui pendidikan orang akan mampu menghadapi problema kehidupan

yang dihadapinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

diasumsikan semakin tinggi pengetahuan, keterampilan dan

(19)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan tentang penurunan

daya ingat lansia berdasarkan tingkat pendidikan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Binjai adalah sebagai berikut:

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 63 responden di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Binjai pada tanggal 29 Mei sampai 12 Juni 2017 berusia 60

tahun sampai 74 tahun yaitu sebanyak 43 orang (68,3). Dan sebagian besar

responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 37 orang (58,7%), sedangkan

sebagian besar responden pada penelitian ini bersuku jawa yaitu sebanyak 37

orang (58,7%). Kemudian mayoritas responden beragama islam yaitu ada

sebanyak 59 orang (93,7%) dan rata-rata lansia yang berada di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Binjai berpendidikan SD yaitu sebanyak 40 orang (63,5%).

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang berada di

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai mengalami penurunan daya ingat yaitu

ada sebanyak 68,3 % dengan kategori daya ingat lemah yaitu ada 32 orang

(50,8%) dan daya ingat buruk sebanyak 11 orang (17,5%). Hasil penelitian

menunjukkan penurunan daya ingat berdasarkan usia lansia yang paling banyak

mengalami penurunan daya ingat adalah pada kelompok usia 60-74 tahun yaitu

ada sebnayak 26 orang (41,3%), berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak

mengalami penurunan daya ingat adalah wanita yaitu sebanyak 26 orang (41,2%),

(20)

(39,7%), berdasarkan agama yang paling banyak mengalami penurunan daya ingat

adalah agama islam yaitu sebanyak 40 orang (63,5%) dan berdasarkan tingkat

pendidikan yang paling banyak mengalami penurunan daya ingat lansia adalah

tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 28 orang (44,4%).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Praktik Keperawatan

Dengan dilakukannya penelitian ini di harapkan pelayanan

keperawatan khususnya perawat gerontik mengetahui angka kejadian

penurunan daya ingat pada lansia sehingga dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang lebih baik kepada lansia.

6.2.2. Bagi Masyarakat

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat

mengetahui angka kejadian penurunan daya ingat sehingga dapat

melakukan hal-hal ataupun kegiatan yang dapat menjaga kesehatan otak

lansia.

6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya agar perlu melakukan penelitian

Gambar

Tabel 2. Definisi Operasional
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai (n= 63)
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase penurunan daya ingat lansia di UPTPelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
Tabel 5. Penurunan daya ingat lansia berdasarkan usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi/Information and Communication Technology (ICT) telah mengubah bisnis menjadi lebih baik, antara praktik dan strategi

Setelah berdiskusi, siswa mampu menuliskan pokok pikiran setiap paragraf dalam bacaan dengan rinci4. Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan tentang

Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan yang tercela oleh. masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan pada si

Bagian dari inisiatif ini melibatkan implementasi sistem informasi publik berupa konsep kios informasi, untuk memberikan layanan one-stop no-stop bagi masyarakat

Undang-Undang tidak membedakan antara berkurang atau lebih lancarnya pertumbuhan anak yang hidup didalam kandungan melainkan menetapkan pemisahan dari tubuh si ibu yang tidak

Persaingan yang semakin ketat menyebabkan pabrik - pabrik yang ada dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas termasuk PT Mulia Knitting Factory.

Hasil penelitian secara serempak menunjukkan bahwa financial literacy, financial satisfaction, income , dan pendidikan orang tua berpengaruh signifikan terhadap

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Pangkalpinang, Oktober 2016.. penerimaan retribusi daerah dari tahun ketahun tidak