BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan
lahanPenelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan
ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Desember 2016 sampai dengan Juli 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai M5,
Anjasmoro, Agromulyo dan Kipas putihsebagai varietaspembanding, pupuk Urea,
TSP dan KCl sebagai pemupukan dasar, insektisida berbahan aktif profenos 500
g/l untuk mengendalikan hama,kompos, bambu, air,label, biakan murni Athelia rolfsii (Curzi), media Potato Dextrose Agar (PDA), jagung, agar, plastik PP, Aluminium foil, Cling Wrap, sarung tangan dan masker.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, pacak,
timbangan, gembor, spidol, autoklaf, oven, erlenmeyer, gelas ukur, petridish,
scapel, kokbor dan LAF.
Metode Penelitian
Benih kedelai yang ditanam adalahbenih M5genotip putatif mutan yang di
peroleh dari hasil seleksi pedigri generasi M4. Percobaan disusun dalam rancangan
augmenteddimana genotipe M5 ditanam dalam baris tanpa ulangan dan genotipe
kontrol ditanam dengan ulangan. Tanaman kontrol yang ditanam adalah varietas
Agromulyo, Anjasmoro dan Kipas putih. Tiga varietas pembanding tersebut
diulang tiga kali, secara umum ada 7 kelompok genotipe yang digunakan pada
terdapat 96 tanaman. M5(100)-A-12 terdapat 200 tanaman. M5(100)-A-17 terdapat
130 tanaman. M5(100)-A-11 terdapat 244 tanaman. M5(100)-A-8 terdapat 76
tanaman. M5(300)-A-6 terdapat 90 tanaman. Total keseluruhan tanaman M5
adalah 1104 tanaman. Kedelai Varietas Agromulyo, Kipas putih dan Anjasmoro
masing- masing terdapat 80 tanaman. Masing-masing varietas di bagi dua untuk di
tanam di rumah plastik (pemberian inokulasi penyakit) dan lahan optimum (tanpa
pemberian inokulasi penyakit).
Model matematis Rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = μ + αi + εij
Keterangan :
Yij = Nilai peubah pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
μ = Nilai tengah populasi
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Pengaruh galat percobaan genotipe ke-i, ulangan ke-j
Tabel 1.Sidik Ragam Augmented Design
Sumber
Total Terkoreksi (g+rk)-1
Analisis data dimulai dengan menghitung rataan setiap karakter yang
diamati lalu nilai tengah masing-masing populasi diuji dengan menggunakan uji t.
dan serta pendugaan ragam genotip, heritabilitas dan nilai koefisien keragaman
genetik untuk masing-masing populasi sesuai dengan dosis iradiasi.
Heritabilitas
Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus :
h2= σ2g/σ2p (Singh dan Chaudhari 1977)
Kriteria nilai heritabilitas :
• h2> 0,5 : nilai heritabilitas tinggi
• h2terletak antara 0,2 – 0,5 : nilai heritabilitas sedang
• h2< 0,2 : nilai heritabilitas rendah
Keragaman Genetik
Keragaman dihitung setelah terlebih dahulu menghitung varians fenotip
(σ2p) dan varians genotipe (σ2
g).Dari hasil analisis varians genotype dan varians
antar genotipe didapat : Koefisien Varians Genotipe (KVG) dan Koefisien
Varians Fenotipe (KVP) dengan menggunakan rumus :
KKG = √ σ2g x
x 100%
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyedian sumber inokulum Athelia rolfsiCurzi
Sumber inokulum diambil dari tanaman kacang kedelai di lahan Balai
Benih Induk Sumatera Utara Kelurahan Tanjung Selamat, Medan yang telah
terserang A. rolfsii. Bagian batang yang terinfeksi dibersihkan dengan alkohol 90 % untuk sterilisasi permukaan, kemudian dibilas dengan air steril sebanyak 3
kali. Selanjutnya potongan tersebut di inkubasi pada suhu kamar dan di atas tisu
yang di jaga kelembabannya selama ± 10-14 hari. Miselium A. rolfsiiyang tumbuh diisolasi kembali untuk mendapatkan biakan murni.
Pembuatan Media PDA
Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) untuk 1 liter terdiri dari
250 gr kentang, 10 gr agar, 10 gr dextrose, kemudian dikupas kulit kentang lalu di
potong dadu dan direbus dengan air aquades 1 liter hingga matang. Setelah itu,
diambil air sari kentang lalu dicampurkan dengan agar dan dextrose sambil diaduk
diatas kompor hingga mendidih. Kemudian dimasukkan larutan PDA ke dalam
erlenmeyer, lalu di autoclave selama 15 menit dengan suhu 121ºC tekanan 1 atm.
Pembuatan isolat Athelia rolfsii Curzi dalam media substrat
Media substrat jagung yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam kantong
plastik dan disterilkan dalam autoclave ± 15 menit pada tekanan 1 atm, ini
dilakukan berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Hamdiyati et al., (2000).
Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan vegetasi gulma,
sampah/kotoran, bebatuan, dan bongkahan kayu. Tempat penelitian dekat dengan
sumber air, bebas mendapat cahaya matahari dan areal tanam tidak tergenang air.
Kemudian dibuat bedengan atau plot dengan ukuran 2.3 m x 14 m untuk lahan
dan 2 m x 13 m untuk rumah plastik, kemudian dibuat saluran drainase antar plot
atau bedengan dengan lebar 50 cm. Bedengan diolah menggunakan cangkul dan
digemburkan pada tahap ke-2 dicampur dengan kompos .
Pemilihan Benih
Pemilahan benih kedelai dilakukan dengan merendam benih air selama 15
menit. Benih yang tenggelam di klasifikasikan sebagai benih yang bernas.
Penanaman
Benih kedelai varietas anjasmoro hasil mutasi (M5) yang telah diseleksi
dari individu terbaik sebagai tetua, varietas Agromulyo, Anjasmoro dan Kipas
putih sebagai pembanding. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan ujung jari,
dengan jarak tanam 30cm x 15cm. Dimana setiap lubang tanam dimasukkan 1 biji
per lubang tanam kemudian ditutupi dengan kompos atau top soil.
Aplikasi Penyakit Athelia rolfsii (Curzi)
Aplikasi penyakit Athelia rolfsii (Curzi) ke tanaman kedelai dilakukan berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Husna (2016) dengan cara menaburkan
15 gr/ tanaman inokulum A. rolfsii di sekitar pangkal batang tanaman kedelai yang telah
Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman sesuai dengan dosis
anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 50 kg Urea/ha (2,25 g/lubang tanam), 75
kg SP-36/ha (3,375 g/lubang tanam) dan 100 kg KCl/ha (4,5 g/lubang tanam).
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari,
disesuaikan dengan keadaan cuaca.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membebaskantanaman dari tanaman
pengganggu (gulma).Penyiangan dapat dilakukan dua kali tergantung kondisi,
yaitu padasaat tanaman berumur 2-3 minggu dan 5-6minggu setelah tanam,
tergantung pada keadaangulma.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan jika terjadi serangan, dengan
menyemprotkan insektisida berbahan aktif profenos500 g/liter air. Pengendalian
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.Sedangkan pengendalian penyakit
denganmenggunakan biopestisida Trichoderma dengandosis 15 gr/ L pada umur
7 HST.
Panen
Panen dilakukan dengan cara memetik polong satu persatu dengan
menggunakan tangan. Panen dilakukan pada tanaman yang berumur 82 – 92 hari.
kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya
serangan hama dan penyakit.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman memasuki fase
generatif. Pengukuran dilakukan menggunakan meteran dengan menegakkan
tanaman. Pengukuran tinggi tanaman kedelai dilakukan hingga titik tumbuh
batang utama.
Umur Berbunga (hari)
Pengamatan umurtanaman berbunga diamati tiap tanaman dilakukan apabila
bunga telah keluar dari ketiak daun, diamati tiap tanaman.
Umur Panen (hari)
Pengamatan umur panen dihitung ketika polong kedelai telah mencapai
warna polong matang ± 90 % yang ditandai dengan warna kecoklatan pada
polong.
Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabang)
Cabang yang dihitung adalah cabang yang keluar dari batang utama dan
dilakukan pada saat panen.
Jumlah Polong Berisi per tanaman (polong)
Polong berisi diamati saat panen, dengan cara menghitung polong yang
Jumlah Biji per Polong (biji)
Jumlah biji dihitung dengan cara menghitung banyaknya biji yang terdapat
dalam satu polong, dan biji yang dihitung adalah biji yang berisi sempurna.
Caranya polong dibuka dan biji didalamnya dihitung tiap polong per tanaman.
Bobot 100 Biji (g)
Pengamatan dilakukan setelah panen, bobot dari 100 butir biji kering
ditimbang dari setiap tanaman.
Bobot Biji per Tanaman
Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji per tanaman dari
masing-masing perlakuan pada tanaman sampel dengan menggunakan timbangan
analitik.
Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit ditentukan dengan rumus :
KP = n x 100% N
n : Jumlah tanaman terserang
N : Jumlah keseluruhan tanaman
(Moekasan et al., 2000)
Pengamatan kejadian penyakit tanaman yang terserang A. rolfsiidilakukan sebanyak 8 kali pada pagi hari dimulai 1 minggu detelah aplikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat rataan beberapa genotip dengan
karakter agronomi menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap karakter. Hasil
analisis M5 (100 Gy) dengan tetua Anjasmoro pada media yang di inokulasi jamur
Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang untuk karakter umur berbunga dan tinggi tanaman berbeda sangat nyata sedangkan karakter
jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, umur panen, jumlah
biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji berbeda tidak nyata.
Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5 (100 Gy) dengan tetua Anjasmoro
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (100 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Karakter
Rataan
t value
Tetua M100
Umur Berbunga (hari) 32,880 34,627 0,007**
Tinggi Tanaman (cm) 73,578 85,468 0,006**
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,560 2,902 0,185
Diameter Batang 7,998 7,688 0,295
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760 68,045 0,773
Umur Panen (hari) 101,080 100,586 0,099
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 145,520 142,850 0,821
Bobot Biji per Tanaman (g) 23,592 24,821 0,552
Bobot 100 Biji (g) 15,656 15,661 0,992
Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t **= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Hasil analisis uji t pada M5 (200 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada media
yang di inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap semua karakter amatan. Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5
Tabel 2. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (200 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Karakter
Rataan
t value
Tetua M200
Umur Berbunga (hari) 101,080 100,639 0,139
Tinggi Tanaman (cm) 73,568 77,483 0,327
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,560 2,694 0,590
Diameter Batang 7,998 7,693 0,297
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760 68,408 0,818
Umur Panen (hari) 101,080 100,639 0,139
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 145,520 142,537 0,797
Bobot Biji per Tanaman (g) 23,592 25,841 0,292
Bobot 100 Biji (g) 15,656 15,932 0,992
Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t **= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Hasil uji t pada M5 (300 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada media yang di
inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap karakter jumlah cabang produktif dan berbeda sangat nyata pada karakter
umur panen. Hasil yang menunjukkan berbeda tidak nyata terdapat pada karakter
umur berbunga, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah polong berisi per
tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji.
Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5 (300 Gy) dengan tetua Anjasmoro
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (300 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Karakter
Rataan
t value
Tetua M300
Umur Berbunga (hari) 32,880 34,476 0,133
Tinggi Tanaman (cm) 73,568 71,448 0,745
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,560 3,476 0,023*
Diameter Batang 7,998 7,836 0,786
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760 82,095 0,239
Umur Panen (hari) 101,080 102,524 0,001**
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 145,520 169,286 0,328
Bobot 100 Biji (g) 15,656 15,905 0,723
Hasil analisis uji t pada M5 (100 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada
kondisi optimum tanpa inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap karakter tinggi tanaman, umur panen, dan berbeda
nyata pada karakter diameter batang. Hasil yang menunjukkan berbeda tidak nyata
terdapat pada karakter umur berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah polong
berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100
biji. Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5 (100 Gy) dengan tetua
Anjasmoro dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (100 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi)
Karakter
Keterangan : *=Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t **=Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
Hasil analisis uji t pada M5 (200 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada
kondisi optimum tanpa inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap karakter tinggi tanaman dan berbeda nyata
pada karakter diameter batang, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per
tanaman, dan bobot biji per tanaman. Hasil yang menunjukkan berbeda tidak
nyata terdapat pada karakter umur berbunga, jumlah cabang produktif, umur
panen dan bobot 100 biji. Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5 (200 Gy)
dengan tetua Anjasmoro dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (200 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi)
Karakter
Rataan
t value
Tetua M200
Umur Berbunga (hari) 39,389 39,581 0,808
Tinggi Tanaman (cm) 37,567 44,306 0,004**
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,944 3,500 0,075
Diameter Batang 6,771 8,264 0,011*
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 64,667 81,581 0,032*
Umur Panen (hari) 100,778 100,500 0,621
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 139,722 175,677 0,025*
Bobot Biji per Tanaman (g) 22,556 28,492 0,033*
Bobot 100 Biji (g) 14,233 14,745 0,191
Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t **= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Hasil analisis uji t pada M5 (300 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada
kondisi optimum tanpa inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap karakter bobot biji per tanaman dan berbeda nyata
pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, diameter batang, umur
panen, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Hasil yang
menunjukkan berbeda tidak nyata terdapat pada karakter umur berbunga, jumlah
polong berisi per tanaman dan bobot 100 biji. Nilai tengah rataan karakter
Tabel 6. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (300 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi)
Karakter
Rataan
t value
Tetua M300
Umur Berbunga (hari) 39,389 40,000 0,576
Tinggi Tanaman (cm) 37,567 45,950 0,054*
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,944 4,667 0,026*
Diameter Batang 6,771 8,498 0,024*
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 64,667 116,833 0,070
Umur Panen (hari) 100,778 97,833 0,015*
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 139,722 253,500 0,048*
Bobot Biji per Tanaman (g) 22,556 33,050 0,005**
Bobot 100 Biji (g) 14,223 15,633 0,091
Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t **= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Nilai variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefisien keragaman
genetik dan nilai heritabilitas pada populasi M5 dengan tetuanya pada media yang
di inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang dapat dilihat pada Tabel 7. Pengaruh dosis iradiasi terhadap keragaman genetik
bergantung pada karakter agronomi yang diamati. Keragaman genetik yang
sempit sampai luas dapat diperoleh dengan perlakuan dosis iradiasi 100 Gy
sampai 300 Gy. Nilai heritabilitas tinggi terdapat pada karakter umur berbunga
populasi 100 Gy dan 300 Gy, karakter diameter batang pada 300 Gy, karakter
jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman pada populasi 100 Gy,
bobot biji per tanaman 100 Gy sampai 200 Gy dan karakter umur panen pada
200 Gy.
Nilai heritabilitas sedang terdapat pada karakter tinggi tanaman 100 Gy,
polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman dan diameter batang pada 100
Gy – 200 Gy, Nilai heritabilitas rendah terdapat pada karakter umur berbunga,
jumlah cabang produktif pada 200 Gy, karakter tinggi tanaman dan bobot 100 biji
pada 100 Gy- 200 Gy.
Tabel 7. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada generasi M5 hasil iradiasi sinar
gamma dari varietas Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Karakter Populasi Hasil Radiasi
P 100 Gy P 200 Gy P 300 Gy
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Tinggi Tanaman (cm)
Kriteria KKG Sempit Sempit Luas
Diameter Batang (mm)
Kriteria KKG Sempit Sempit Sedang
Jumlah Cabang Produktif (cabang) σ2
p 1,880 1,500 2,060
σ2g 0,620 0,240 0,810
h2 0,330(S) 0,160(R) 0,390(S)
KKG (%) 27,132 18,369 25,814
Kriteria KKG Sedang Sedang Sedang
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) σ2
p 1065,330 1037,240 1652,590
σ2g 390,810 362,720 978,070
KKG (%) 29,053 27,841 38,095
Kriteria KKG Sedang Sedang Luas
Umur Panen (hari)
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
Kriteria KKG Sedang Sedang Luas
Bobot Biji per Tanaman (g) σ2
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Keterangan. (T) : Tinggi, (S): Sedang, (R): Rendah.
Nilai variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefisien keragaman
genetik dan nilai heritabilitas pada populasi M5 dengan tetuanya pada kondisi
optimum tanpa inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) dapat dilihat pada Tabel 8. Perlakuan dosis iradiasi 100 Gy sampai 300 Gy mempengaruhi keragaman
genetik pada karakter agronomi yang diamati. Nilai heritabilitas tinggi terdapat
100 biji pada semua populasi, untuk karakter umur panen, bobot biji per tanaman
terdapat pada semua populasi kecuali populasi 300 Gy hanya pada karakter
diameter batang.
Nilai heritabilitas sedang terdapat pada karakter tinggi tanaman populasi
200 Gy, karakter diameter batang pada 100 - 200 Gy dan karakter jumlah cabang
produktif pada populasi 100 Gy – 300 Gy. Nilai heritabilitas rendah terdapat pada
karakter umur berbunga pada semua populasi, karakter tinggi tanaman, umur
panen, dan bobot biji per tanaman pada populasi 300 Gy.
Tabel 8. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada generasi M5 hasil iradiasi sinar
gamma dari varietas Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur Athelia rolfsii (Curzi)
Karakter Populasi Hasil Radiasi
P 100 Gy P 200 Gy P 300 Gy
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Tinggi Tanaman (cm)
Kriteria KKG Luas Sedang Sempit
Diameter Batang (mm)
σ2p 2,332 2,315 5,887
σ2g 0,645 0,628 4,200
h2 0,277(S) 0,271(S) 0,714(T)
KKG (%) 10,447 10,304 26,154
Kriteria KKG Sempit Sempit Luas
Jumlah cabang Produktif (cabang) σ2
p 1,988 1,861 1,867
σ2g 0,874 0,746 0,752
h2 0,440(S) 0,401(S) 0,403(S)
Kriteria KKG Luas Luas Sedang Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
σ2
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
Bobot Biji per Tanaman (g) σ2
Kriteria KKG Sedang Sedang Sempit
Keterangan. (T) : Tinggi, (S): Sedang, (R): Rendah.
Hasil pengamatan kejadian penyakit 3 HSI sampai dengan 6 HSI
menunjukkan bahwa dari plot 1 sampai plot 3 belum ada tanaman yang terserang
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit setelah 9 HSI dapat dilihat
pada Gambar 1. menunjukkan pada plot 2 G M200-A-12 (6/5) terdapat
11,1% terserang penyakit.
Gambar 1. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 9 HSI
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit setelah 12 HSI dapat dilihat
pada Gambar 2. menunjukkan tanaman yang terserang penyakit pada plot 1
G M100-A-25 (6/5) sebesar 11,5%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 25,7%,
G M100-A-25 (3/7) sebesar 3,8%, dan tetua Anjasmoro sebesar 80%. Pada plot 2
G M200-A-12 (6/5) sebesar 27,7%, G M200-A-11 (39/7) sebesar 11,6%,
0,0%
G M200-A-11 (32/3) sebesar 16,2%, sebesar 16,2%, tetua Agromulyo sebesar 9,1%,
dan tetua Kipas Putih sebesar 11,1%. Pada plot 3 G M100-A-6 (30/2) sebesar 4%,
G M100-A-6 (31/1) sebesar 33,3%, G M200-A-17 (18/5) sebesar 28,8%,
G M100-A-25 (5/3) sebesar 16.6%, tetua Anjasmoro 25,5%, dan tetua Kipas Putih
18,1%.
Gambar 2. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 12 HSI
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit setelah 15 HSI dapat dilihat
pada Gambar 3. menunjukkan tanaman yang terserang penyakit pada plot 1
G M100-A-25 (2/7) sebesar 42,3%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 31,4%,
G M100-A-25 (3/7) sebesar 3,8%, dan tetua Anjasmoro sebesar 100%. Pada plot 2
0,0%
G M200-A-12 (6/5) sebesar 83,3%, G M200-A-11 (39/7) sebesar 27,9%,
G M200-A-11 (32/3) sebesar 27,9%, tetua Anjasmoro 25,0%, tetua Agromulyo
sebesar 9,1%, dan tetua Kipas Putih sebesar 77,8%. Pada plot 3 G M100-A-6 (30/2)
sebesar 28,0%, G M100-A-6 (31/1) sebesar 55,5%, G M200-A-17 (18/5) sebesar
32,2%, G M100-A-25 (5/3) sebesar 16.6%, tetua Anjasmoro 42,8%, tetua
Agromulyo sebesar 16,6%, dan tetua Kipas Putih 18,1%.
Gambar 3. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 15 HSI
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit 18 HSI dapat dilihat pada
Gambar 4. menunjukkan tanaman yang terserang penyakit pada plot 1
G M100-A-25 (2/7) sebesar 42,3%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 68,5%,
G M100-A-25 (3/7) sebesar 61,5%, G M300-A-8 (37/2) sebesar 60,0%,
0,0%
G M300-A-8 (35/7) sebesar 62,5%, G M300-A-8 (33/8) sebesar 50,0%,
G M300-A-8 (33/3) sebesar 50,0%, dan tetua Anjasmoro sebesar 80%, dan tetua
Agromulyo sebesar 44,4%. Pada plot 2 G M200-A-12 (6/5) sebesar 83,3%,
G M200-A-11 (39/7) sebesar 65,1%, G M200-A-11 (32/3) sebesar 44,1%, tetua
Anjasmoro sebesar 87,5%, tetua Agromulyo sebesar 54,5%, dan tetua Kipas Putih
sebesar 88,8%. Pada plot 3 G M100-A-6 (30/2) sebesar 84,0%, G M100-A-6 (31/1)
sebesar 77,7%, G M200-A-17 (18/5) sebesar 80,6%, G M200-A-17 (13/6) sebesar
69,2% G M100-A-25 (5/3) sebesar 66.6%, tetua Anjasmoro 100%, tetua Agromulyo
sebesar 91,6% dan tetua Kipas Putih 100%.
Gambar 4. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 18 HSI
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit 21 HSI dapat dilihat pada
Gambar 5. menunjukkan tanaman yang terserang penyakit pada plot 1 G M100-A-25
0,0%
(2/7) sebesar 42,3%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 68,5%, G M100-A-25 (3/7) sebesar
61,5%, G M300-A-8 (37/2) sebesar 60,0%, G M300-A-8 (35/7) sebesar 62,5%,
G M300-A-8 (33/8) sebesar 50,0%, G M300-A-8 (33/3) sebesar 50,0%, dan tetua
Anjasmoro sebesar 80%, tetua Agromulyo sebesar 44,4%, dan tetua Kipas Putih
sebesar 88,8%. Pada plot 2 G M200-A-12 (6/5) sebesar 83,3%, G M200-A-11 (39/7)
sebesar 65,1%, G M200-A-11 (32/3) sebesar 44,1%, tetua Anjasmoro sebesar 87,5%,
tetua Agromulyo sebesar 54,5%, dan tetua Kipas Putih sebesar 88,8%. Pada plot 3
G M100-A-6 (30/2) sebesar 84,0%, G M100-A-6 (31/1) sebesar 77,7%,
G M200-A-17 (18/5) sebesar 80,6%, G M200-A-17 (13/6) sebesar 69,2%
G M100-A-25 (5/3) sebesar 75,0%, tetua Anjasmoro 100%, tetua Agromulyo sebesar
92,7% dan tetua Kipas Putih 100%.
Gambar 5. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 21 HSI
0,0%
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit 24 HSI dapat dilihat pada
Gambar 6. menunjukkan bahwa tanaman yang terserang penyakit pada plot 1 G
M100-A-25 (2/7) sebesar 73,1%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 77,1%,
G M100-A-25 (3/7) sebesar 76,9%, G M300-A-8 (37/2) sebesar 100%,
G M300-A-8 (35/7) sebesar 87,5%, G M300-A-8 (33/8) sebesar 75,0%,
G M300-A-8 (33/3) sebesar 100%, tetua Anjasmoro sebesar 80%, tetua Agromulyo
sebesar 77,7%, dan tetua Kipas Putih sebesar 100%. Pada plot 2 G M200-A-12 (6/5)
sebesar 88,8%, G M200-A-11 (39/7) sebesar 81,4%, G M200-A-11 (32/3) sebesar
67,4%, tetua Anjasmoro sebesar 87,5%, tetua Agromulyo sebesar 72,7%, dan tetua
Kipas Putih sebesar 88,8%. Pada plot 3 G M100-A-6 (30/2) sebesar 84,0%,
G M100-A-6 (31/1) sebesar 88,8%, G M200-A-17 (18/5) sebesar 80,6%,
G M200-A-17 (13/6) sebesar 76,9% G M100-A-25 (5/3) sebesar 91,7%, tetua
Gambar 6. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 24 HSI
Pada Gambar 7. dapat dilihat perbedaan batang bagian dalam tanaman kedelai
yang sehat dan batang tanaman kedelai yang terserang penyakit busuk pangkal
batang Athelia rolfsii (Curzi).
0,0%
Keterangan: (a) Batang tanaman terserang penyakit (b) Batang tanaman sehat
Gambar 7. Batang tanaman kedelai terserang penyakit busuk pangkal batang
Athelia rolfsii (Curzi) dan batang tanaman kedelai sehat
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penampilan karakter agronomi pada
media yang di inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang lebih rendah dari penanaman pada kondisi optimum tanpa
inokulasi jamur pada populasi M5. Secara deskriptif, karakter diameter batang
pada populasi 100 Gy – 300 Gy menunjukkan perkembangan yang terhambat dan
lebih kecil dibandingkan pada kondisi optimum tanpa inokulasi jamur. Hal ini
dikarenakan A. rolfsii adalah patogen tular tanah yangpertama kali menyerang bagian pangkal batang pada tanaman kedelai dan membentuk sklerotium berwarna
putih yang akhirnya menjadi coklat seperti biji sawi. Hal ini sesuai dengan
literatur Ferreira dan Boley (2006) yang menyatakan bahwa A. rolfsii pertama sekali menyerang batang, meskipun menginfeksi beberapa bagian tanaman
dibawah kondisi lingkungan yang sesuai termasuk akar, buah petiole, daun dan
bunga.
Berdasarkan seleksi pada kondisi optimum diperoleh 6 individu terpilih
Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang, diperoleh 62 individu terpilih dari masing – masing genotip dengan karakter toleran penyakit
busuk pangkal batang Athelia rolfsii (Curzi). Jumlah individu yang terpilih lebih banyak dihasilkan dari populasi hasil iradiasi 100 Gy dan 200 Gy. Hal ini sesuai
dengan literatur Harsanti dan Yulidar (2015) yang menyatakan bahwa kelebihan
teknik mutasi antara lain adalah salah satu sifat dari suatu varietas dapat
diperbaiki tanpa merubah sifat yang lain, menimbulkan sifat baru yang tidak di
miliki oleh induknya.
Nilai koefisien keragaman genetik yang sedang sampai luas terdapat pada
karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah biji per tanaman, dan
bobot biji per tanaman hampir di seluruh populasi tanaman pada media yang di
inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang dan kondisi optimum tanpa inokulasi jamur. Nilai KKG yang luas mempermudah
untuk melakukan seleksi ke arah tujuan yang diinginkan, hal ini sesuai dengan
literatur (Sudarmadji et al., 2007) yang menyatakan bahwa adanya peluang untuk melakukan seleksi yang efektif dengan memberikan keleluasaan dalam memilih
genotipe-genotipe yang diinginkan.
Berdasarkan hasil nilai heritabilitas dengan kriteria sedang sampai tinggi
terdapat pada karakter jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman,
jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman pada hampir semua populasi
100 Gy - 300 Gy pada perlakuan inokulasi penyakit dan tanpa inokulasi penyakit
busuk pangkal batang Athelia rolfsii (Curzi). Nilai heritabilitas yang tinggi disebabkan oleh lingkungan yang relatif homogen, hal ini menunjukkan bahwa
sesuai dengan literatur Nasir (1999) menyatakan bahwa tingginya nilai
heritabilitas dalam arti luas untuk karakter agronomi ini diduga disebabkan oleh
relatif homogennya lokasi percobaan dan relatif kecilnya perbedaan antar plot
percobaan baik dalam blok maupun antar blok itu sendiri. Sesuai dengan
pengertian heritabilitas sendiri, ini menunjukkan bahwa kemampuan genotip
mewariskan sifat-sifat kepada turunannya lebih besar.
Pada pengamatan kejadian penyakit mulai dari 3 HSI sampai dengan
24 HSI hasil akhir menunjukkan persentase kejadian penyakit tertinggi yaitu pada
G M300-A-8 (37/2), G M300-A-8 (33/3) dan tetua Anjasmoro mencapai sebesar
100%. Penyakit busuk pangkal A. rolfsii (Curzi) dapat menurunkan produksi tanaman kedelai, varietas yang digunakan juga bergantung terhadap peka atau
tidaknya suatu penyakit menyerang.Hal ini sesuai dengan literatur Rahayu (2012)
yang menyatakan bahwa kedelai varietas Anjasmoro di lingkungan lembab seperti
di Genteng-Banyuwangi, dilaporkan terinfeksi A. rolfsii dengan kejadian penyakit cukup tinggi mencapai 23%. Gejala penyakit berupa busuk perakaran
dan pangkal batang, rebah bibit (damping-off), layu, tanaman mati, serta busuk polong.
Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur A. rolfsii mengakibatkan tanaman di lapangan mati secara tiba-tiba pada saat memasuki
fase generatif, gejala awal pada bagian pangkal batang dikelilingi oleh miselium
jamur berwarna putih dan daun tanaman layu lalu menghitam seperti terbakar.
Perkembangan penyakit A. rolfsii yang menyebar sangat cepat dikarenakan kondisi lingkungan yang lembab dan basah di areal penanaman yang pada saat itu
jamur dapat menyebar melalui air, A. rolfsii merupan patogen tular tanah (soil borne pathogen) yang menyukai pada tanaman kacang-kacangan. Hal ini sesuai dengan literatur Xie (2012) yang menyatakan bahwa S. rolfsii yang menyukai kondisi hangat, cuaca basah dan terus menyebar ketika hifa
dan sklerotia mencapai jaringan tanaman yang rentan sehingga kondisi ini yang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan penampilan karakter agronomi pada media
yang di inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang lebih rendah dari perlakuan tanpa inokulasi penyakit busuk
pangkal batang Athelia rolfsii (Curzi) pada populasi M5.
2. Seleksi pada kondisi optimum diperoleh 6 individu terpilih dengan
karakter produksi tinggi dan pada media yang di inokulasi jamur
Athelia rolfsii (Curzi) diperoleh 62 individu terpilih dengan karakter toleran penyakit busuk pangkal batang yang lebih banyak dihasilkan dari
populasi 100 Gy dan 200 Gy.
Saran
Sebaiknya penelitian ini dilanjutkan dengan uji pendahuluan di beberapa