• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengaruh Kehadiran Kontaminan Organik dan Nonorganik Terhadap Produksi Busa SDS Pada Foam Generator Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pengaruh Kehadiran Kontaminan Organik dan Nonorganik Terhadap Produksi Busa SDS Pada Foam Generator Chapter III V"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 3 bulan.

3.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1. SDS

3.2.1 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan yaitu kolom produksi busa yang digunakan sebagai wadah pengontakan larutan surfaktan dengan gas N2, pompa peristaltik yang digunakan untuk mengalirkan

surfaktan, pH meter untuk mengukur pH larutan dan Atomic Adsorption Spectroscopy (AAS) adalah alat analisa yang berfungsi untuk mengukur kandungan logam.

3.3 Diagram Kerja

Gambar 3.1 Diagram Kerja Kapasitas Busa Dinamis dan Stabilitas Busa Dipersiapkan

Diukur stabilitas busa ketika mencapai konstan Di uji kandungan ion logam dalam larutan dengan

(2)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Prosedur Kerja Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan alat meliputi kalibrasi laju alir dari pompa peristaltik, kalibrasi laju alir gas N2.

Persiapan bahan meliputi pengukuran konsentrasi dari surfaktan (cmc).

Gambar 3.2 Flowchart Persiapan Variasi Konsentrasi SDS

3.4.2 Prosedur Pembuatan Larutan

Larutan yang perlu disediakan yaitu larutan asam serta larutan basa yaitu larutan 0,1 M HCl 3 Liter dan 0,1 M NaOH 3 Liter.

A. Pembuatan Larutan Pengontrol pH : HCl 0,1 M (1 L)

1. Larutan HCl 37% dipipet sebanyak 8,36 mL.

2. Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL. 3. Larutan diencerkan dengan aquadest sampai batas 1000 mL.

Ditimbang SDS sebanyak 2,364 gr (1x cmc)

Kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambah 1 L aquades

Percobaan diulang untuk SDS 2 cmc

dan 3 cmc Mulai

(3)

Mulai

Larutan HCl 37% dipipet sebanyak 8,36 mL

Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL

Larutan diencerkan dengan aquadest sampai batas 1000 mL

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Larutan HCl 0,1 M

B. Pembuatan Larutan Pengontrol pH: NaOH 0,1 M (1 L)

1. Padatan NaOH ditimbang sebanyak 4gr.

2. Padatan NaOH dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL. 3. Padatan NaOH diencerkan dengan aquadest sampai batas 1000 ml.

Gambar 3.4 Flowchart Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M Padatan NaOH ditimbang sebanyak 4gr

Padatan NaOH dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL

Padatan NaOH diencerkan dengan aquadest sampai batas 1000 mL

(4)

C. Pembuatan Larutan Pelarut dengan pH 4,5

1. Aquadest sebanyak 5 L dimasukkan ke dalam botol steril. 2. Kemudian ke dalam aquadest ditambahkan HCl dan NaOH

hingga pH larutan 4,5.

Gambar 3.5 Flowchart Pembuatan Larutan Pelarut

D.Pembuatan Larutan Cd2+ 50 ppm

1. Larutan pelarut ber-pH 4,5 diambil sebanyak 2,5 L. 2. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam botol steril.

3. Kemudian larutan ditambahkan padatan Cd(CH3COO)2.2H2Osebanyak

125 mg.

4. Campuran diaduk rata hingga padatan melarut.

5. Campuran dianalisa kadar logam dengan menggunakan AAS. Aquadest sebanyak 5 L dimasukkan ke

dalam botol steril

Kemudian ke dalam aquadest ditambahkan HCl dan NaOH hingga pH larutan 4,5

(5)

Gambar 3.6 Flowchart Pembuatan Larutan Standar Cd2+ (50 ppm) E.Pembuatan Larutan Cd2+ 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm dan 40 ppm

Gambar 3.7 Flowchart Pembuatan Larutan Cd2+ 10, 20, 30 dan 40 (ppm) Mulai

Selesai

Campuran diaduk rata hingga padatan melarut Larutan pelarut ber-pH 4,5 diambil sebanyak 2,5 L

Kemudian larutan ditambahkan padatan Cd(CH3COO)2.2H2O

sebanyak 125 mg

Kemudian larutan dimasukkan ke dalam botol steril

Analisa kadar logam dengan menggunakan AAS

Mulai

Selesai

Analisa kadar logam dengan menggunakan AAS Larutan Standar Cd2+ 50 ppm disiapkan

Kemudian larutan diaduk secara merata

(6)

F. Pembuatan Larutan Kopi 50 ppm

Gambar 3.8 Flowchart Pembuatan Larutan Standar Kopi Hitam(50 ppm)

G.Pembuatan Larutan Kopi Hitam 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm dan 40 ppm

Gambar 3.9 Flowchart Pembuatan Larutan Kopi Hitam 10, 20, 30 dan 40 (ppm) Mulai

Selesai

Bubuk Kopi ditimbang 50 gr dan dilarutkan dengan l L Aquades Dilarutkan Kopi Hitam kedalam Aquades mendidih

Larutan yang sudah terbebas dari ampas di keringkan di dalam oven hingga kembali berbentuk bubuk

Larutan dipisahkan dari ampas kopi

Mulai

Selesai

Larutan Standar Kopi Hitam 50 ppm disiapkan

Kemudian larutan diaduk secara merata

(7)

3.4.3 Prosedur Penelitian

Setelah alat dan bahan dipersiapkan, campurkan larutan SDS dengan larutan ion Cd2+ sesuai dengan variasi dalam penelitian. Kemudian dialirkan campuran larutan SDS dengan larutan Cd2+ dengan laju alir 3 ml/menit dan dialirkan gas N

2 kedalam kolom

produksi busa secara kontinu, dinyalakan stopwatch bersamaan dengan gas N2 dialirkan,

percobaan dihentikan pada saat ketinggian busa konstan (tidak berubah), dicatat kapasitas busa terhadap waktu percobaan, tinggi busa, dan tinggi cairan surfaktan. Kemudian diamati busa yang terbentuk tiap 5 menit untuk mendapatkan stabilitas busa surfaktan. Setelah didapat stabilitas busa, di analisa kandungan ion logam menggunakan alat AAS. Percobaan diulangi dengan memvariasikan konsentrasi surfaktan dan kontaminan logam dan kopi hitam pada surfaktan.

3.5 Flowchart Penelitian

3.5.1 Flowchart Penelitian Pengaruh Konsentrasi SDS dan Konsentrasi Kontaminan

(Ion Logam Cd2+ dan Kopi Hitam) terhadap Kapasitas Busa Dinamis

Dirangkai peralatan penelitian

Dicampurkan larutan SDS 1 cmc dan larutan kontaminan 10 ppm

Diamati tinggi busa dan larutan surfaktan pada kolom Alirkan campuran larutan SDS dan larutan kontaminan kedalam

kolom produksi busa dengan laju alir 3 ml/menit Mulai

Dialirkan gas N2 dengan laju alir 60 cc/menit serta

nyalakan stopwatch untuk mengukur waktu

(8)

Gambar 3.10 Flowchart Penelitian Pengaruh Konsentrasi SDS. Dilakukan terhadap konsentrasi kontaminan 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm

3.5.2 Flowchart Penelitian Pengaruh Konsentrasi SDS dan Konsentrasi Logam Cd2+ terhadap Stabilitas Busa

Gambar 3.11 Flowchart Penelitian Stabilitas Busa terhadap Kontaminan Cd2+

Selesai

Diamati pada saat ketinggian busa konstan

Diambil busa yang dihasilkan selama 3 menit ke dalam kolam gelas ukur

Dicatat ketinggian awal busa pada gelas ukur

Diamati ketinggian busa setiap 5 menit hingga konstan (tidak berubah) Mulai

Selesai

Pada sampel pada busa dengan AAS A

Percobaan diulang dengan konsentrasi SDS 2 cmc dan

3 cmc

(9)

3.5.3 Flowchart Penelitian Pengaruh Konsentrasi SDS dan Konsentrasi Kopi Hitam terhadap Stabilitas Busa

Gambar 3.12 Flowchart Penelitian Stabilitas Busa terhadap Kontaminan Kopi Hitam

Gambar 3.13 Rangkaian Peralatan Foam Generator Diamati pada saat ketinggian busa konstan

Diambil busa yang dihasilkan selama 3 menit ke dalam kolam gelas ukur

Dicatat ketinggian awal busa pada gelas ukur

Diamati ketinggian busa setiap 5 menit hingga konstan (tidak berubah) Mulai

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Konsentrasi Logam Cd2+ terhadap Konsentrasi SDS

Pada penelitian ini digunakan Logam Cd2+ dengan variasi konsentrasi yang digunakan: 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm dan SDS dengan variasi konsesntrasi yang digunakan: 1x cmc, 2x cmc dan 3x cmc. Maka diperoleh hasil pengukuran ketinggian terhadap pengaruh konsentrasi Logam Cd2+ adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi Logam Cd2+ terhadap Tinggi Busa

Gambar 4.1 merupakan grafik pengaruh Konsentrasi Logam Cd2+ terhadap konsentrasi SDS tertentu terhadap kapasitas busa. Data kapasitas busa dinamis pada konsentrasi logam Cd2+ dapat dilihat pada Tabel L1.1 (Lampiran 1).

Dapat dilihat jika semakin besar konsentrasi SDS yang digunakan maka akan menyebabkan bertambahnya ketinggian busa yang diperoleh dan semakin besar konsentrasi logam Cd2+ maka kapasitas busa semakin tinggi busa yang dihasilkan.

Konsentrasi Ion Logam Cd2+(ppm)

(11)

surfaktan SDS memiliki muatan negatif akan meningkatkan tekanan misel. Sehingga ketika gelembung mengalir ke kolom, kemampuan misel untuk menyerap gas dalam memproduksi busa cenderung lebih cepat untuk mencapai kapasitas busa konstan [3].

Gambar 4.2 Interaksi Sodium Dodecyl Sulfate dengan Ion Logam Cd2+.

Pada gambar diatas memperlihatkan interaksi SDS dengan ion logam Cd2+ dimana

ion logam tersebut meningkatkan ikatan monomer sehingga kapasitas busa yang terbentuk menjadi lebih besar tanpa kontaminan [2].

4.2 Pengaruh Konsentrasi Kopi Hitam terhadap Konsentrasi SDS

(12)

Gambar 4.3 Pengaruh Konsentrasi Kopi terhadap Tinggi Busa

Gambar 4.3 merupakan grafik pengaruh Konsentrasi Kopi Hitam terhadap konsentrasi SDS tertentu terhadap kapasitas busa. Data kapasitas busa dinamis pada konsentrasi kopi dapat dilihat pada Tabel L1.2 (Lampiran 1).

Dapat dilihat jika semakin besar konsentrasi SDS yang digunakan maka akan menyebabkan bertambahnya ketinggian busa yang diperoleh. Namun, semakin besar konsentrasi kopi maka semakin rendah busa yang dihasilkan. Menurut teori, Kopi Hitam memiliki pH 5-6 dengan muatan negatif pada permukaannya.[14] Kehadiran partikel kopi dalam larutan dapat menghasilkan kompleksitas pada misel SDS dalam larutan. Pada kondisi awal interaksi Kopi Hitam dengan SDS membentuk ikatan misel yang baik karena kopi yang bersifat pH asam sehingga memiliki muatan positif dan SDS bersifat basa yang memiliki negatif. Namun ketika terbentuknya busa dipermukaan, ikatan lamella yang terbentuk menjadi mudah pecah dikarenakan partikel Kopi Hitam. Partikel Kopi Hitam membuat ikatan pada lamella menjadi lemah dan kapasitas busa yang dihasilkan menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi larutan SDS tanpa kehadiran kontaminan.

(13)

Gambar 4.4 Kinetika Kapasitas Busa terhadap Kontaminan Logam Cd2+ 50 ppm

Gambar 4.5 Kinetika Kapasitas Busa terhadap Kontaminan Kopi Hitam 50 ppm

Gambar 4.4 dan 4.5 merupakan grafik kinetika kapasitas busa terhadap kontaminan yaitu logam Cd2+ dan Kopi Hitam. Dapat dilihat kapasitas busa yang dihasilkan dengan kehadiran kontaminan Cd2+ lebih besar dibandingkan dengan

0

Kinetika Kapasitas Busa terhadap Kontaminan Logam Cd2+ 50 ppm

Waktu (menit) Kinetika Kapasitas Busa terhadap Kontaminan Kopi 50 ppm

(14)

kehadiran kontaminan Kopi Hitam. Pada umumnya pada setiap kehadiran kontaminan semakin besar konsentrasi surfaktan SDS maka semakin tinggi busa yang dihasilkan.

4.3Stabilitas Busa

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran stabilitas busa untuk mengetahui waktu yang diperlukan busa kembali menjadi fasa cair. Stabilitas busa dilakukan dengan cara pengambilan busa yang dihasilkan dari foam generator pada saat ketinggian busa konstan. Pengambilan busa di sampling pada gelas ukur, dengan ketinggian busa pada gelas ukur setinggi 7 cm.

Gambar 4.5 Perbandingan Stabilitas Busa

Gambar 4.6 merupakan grafik perbandingan stabilitas busa antara tanpa kontaminan dan kehadiran kontaminan logam Cd2+ dan Kopi Hitam.

Pada 3x cmc tanpa kehadiran kontaminan, dari data diperoleh tinggi awal busa sebesar 7 cm. Ketinggian busa pada gelas ukur mengalami penurunan pada menit ke-5 hingga konstan pada menit ke-2ke-5 sebesar: 6,7 cm.

Pada 3x cmc dengan kehadiran logam Cd2+, dari data diperoleh tinggi awal busa sebesar 7 cm. Ketinggian busa pada gelas ukur mengalami penurunan pada menit ke-5 hingga konstan pada menit ke-25 sebesar: 6,8 cm.

(15)

Pada 3x cmc dengan kehadiran Kopi Hitam, dari data diperoleh tinggi awal busa sebesar 7 cm. Ketinggian busa pada gelas ukur mengalami penurunan pada menit ke-5 hingga konstan pada menit ke-25 sebesar: 6,49 cm.

Dapat dilihat, pada kehadiran logam Cd2+ memperlihatkan grafik stabilitas busa yang lebih stabil dibandingkan dengan tanpa kontaminan. Sedangkan pada kehadiran Kopi Hitam, grafik yang terbentuk kurang stabil dibandingkan dengan stabilitas busa tanpa kontaminan.

Gambar 4.7 Stabilitas Busa Dengan Kontaminan Logam Cd2+ Dengan Konsentrasi 50 ppm

Gambar 4.7 merupakan grafik Stabilitas busa dengan kontaminan logam Cd2+. Dapat dilihat dari grafik tersebut semakin besar konsentrasi logam Cd2+ semakin stabil busa yang dihasilkan. Menurut teori, pada kehadiran logam Cd2+ busa

yang terbentuk lebih stabil dikarenakan surfaktan SDS yang bermuatan negatif akan menghasilkan busa yang stabil. Misel dari surfaktan SDS yang bermuatan negatif akan membentuk ikatan lamel dengan Cd2+ yang bermuatan positif sehingga

(16)

Gambar 4.8 Stabilitas Busa Dengan Kontaminan Kopi Hitam Dengan Konsentrasi 50 ppm

(17)

Gambar 4.9 Ketahanan Antarmuka Busa Surfaktan [15]

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh antara lain sebagai berikut :

1. Dari hasil analisa pengaruh konsentrasi logam Cd2+ terhadap konsentrasi SDS diperoleh ketinggian busa terbesar pada konsentrasi logam Cd2+ 50 ppm dan konsentrasi SDS 3x cmc, sebesar 8,8 cm.

2. Dari hasil analisa pengaruh konsentrasi Kopi Hitam terhadap konsentrasi SDS diperoleh ketinggian busa terbesar pada konsentrasi Kopi Hitam 10 ppm dan konsentrasi SDS 1x cmc, sebesar 4,3 cm.

3. Ketinggian busa yang diperoleh pada pengaruh konsentrasi Logam Cd2+ lebih besar dari pengaruh konsentrasi Kopi Hitam.

4. Stabilitas busa dilakukan pengukuran pada waktu 0, 5, 10, 15 20 dan 25 menit. Dari hasil analisa diperoleh busa stabil (ketinggian busa pada gelas ukur tidak berubah lagi) pada waktu 25 menit.

5.2 SARAN

Adapun saran yang perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti:

1. Disarankan untuk menggunakan jenis surfaktan yang lain untuk membandingkan kapasitas dan stabilitas busa yang dihasilkan.

2. Disarankan untuk menggunakan jenis zat nonorganik lainnya. 3. Disarankan untuk menggunakan jenis zat organik lainnya.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Kerja Kapasitas Busa Dinamis dan Stabilitas Busa
Gambar 3.2 Flowchart Persiapan Variasi Konsentrasi SDS
Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Larutan HCl 0,1 M
Gambar 3.5 Flowchart Pembuatan Larutan Pelarut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memperhatikan surat dari Ketua Panitia Pengadaan Pegawai BLUD Non PNS Tidak Tetap RSUD Umbu Rara Meha Waingapu Nomor : 800/ 1491/ 2015 tanggal 30 Januari 2016 perihal

Panitia Pengadaan pada Satker Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket

penelian menunjukkan adanya pengaruh dari variabel Community Support dan variabel product pada program Corporate Social Responsibility secara signifikan dan

Setelah selesai melakukan kegiatan pembelejaran, siswa dapat: 1) mengidentifikasi unsur intrinsik dalam dongeng dengan cermat 2) menganalisis unsur instrinsik teks dongéng

Mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,

Teknik analisa data yang digunakan peneliti dalam. penelitian ini menggunakan metode

12) Peserta didik menanggapi deklamasi sajak yang dilakukan peserta didik lainnya dengan jujur, tanggung jawab dan santun. Penutup 5) Guru membuat simpulan tentang

pemberian metadon yang dilakukan oleh perawat adalah. menanyakan keluhan pasien sebelum minum