• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ketebalan Lapisan Opak dengan Lapisan Dentin terhadap Kesesuaian Warna pada Mahkota Keramik-Logam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ketebalan Lapisan Opak dengan Lapisan Dentin terhadap Kesesuaian Warna pada Mahkota Keramik-Logam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahkota tiruan adalah gigitiruan yang menggantikan sebagian atau seluruh jaringan mahkota gigi yang sudah rusak atau hilang, disemenkan secara permanen terhadap gigi asli atau akar atau implan yang merupakan pendukung utama dari gigitiruan. Mahkota tiruan terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan bahan yang digunakan, yaitu mahkota logam penuh, mahkota keramik-logam, mahkota keramik penuh (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk. 2004).

(2)

sering terlihat adanya bayangan hitam yang dipantulkan oleh koping logam, yang membedakannya dengan struktur gigi asli, sehingga warna yang dihasilkan dari proses laboratorium sering tidak sesuai dengan warna shade guide yang telah ditentukan di klinik, mengakibatkan estetik kurang memuaskan (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk. 2004; Sahara 2006; Madhav 2010). Oleh karena itu sangat dibutuhkan seni, keahlian dan komunikasi yang baik antara dokter gigi dan teknisi di laboratorium dalam menentukan dan menyesuaikan warna porselen untuk mencapai hasil estetik yang maksimal (Ahmad dkk. 2011; Jasinevicius dkk. 2009; Sikri 2010; Joiner 2004; Baltzer dkk. 2004). Hasil penelitian Milleding dkk. (dikutip dari Wee dkk. 2002) dalam penelitian klinis selama dua tahun menyatakan bahwa dari 40 mahkota keramik-logam yang telah disemenkan ke dalam mulut, terdapat 61% warna porselen yang tidak sesuai dengan gigi alami di sebelahnya. Bergman P, dkk (dikutip dari Wee dkk. 2002) juga dalam penelitian klinis longitudinal selama lima tahun, menyatakan bahwa 63% dari 44 mahkota keramik-logam yang telah disemenkan ke dalam mulut tidak sesuai dengan gigi alami

di sebelahnya. Kesesuaian warna mahkota keramik-logam terhadap gigi asli merupakan

(3)
(4)
(5)

dokter gigi di klinik (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk. 2004).

(6)

porselen yang dipakai. Jarad dkk. (2006) dalam penelitiannya menggunakan lapisan opak, lapisan dentin dan lapisan enamel masing-masing dengan ketebalan 0,6; 0,8; dan 0,6 mm, ketebalan logam 0,6 mm, kemudian ketebalan lapisan enamel diturunkan menjadi 0,3 mm. Dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa perubahan ketebalan enamel mempengaruhi perubahan nilai chroma.Corciolani dkk. (2006) menyatakan bahwa restorasi keramik-logam sebaiknya di bawah 1.5 mm, dan ketebalan lapisan warna (dentin dan opak) berkisar 0,2-0,4 mm di bawah lapisan enamel. Fazi dkk. (2009) mengevaluasi kesesuaian warna dari empat jenis porselen (Vita omega 900, Duceram Kiss, Ivoclar, Wielan Reflex) dan tiga warna yang berbeda (A2, A3, dan A3,5), dengan ketebalan lapisan opak 0,1-0,15 mm, ketebalan lapisan translusen (enamel dan dentin) 1,0 mm dan ketebalan logam 0,3 mm. Corciolani dkk. (2009) mengevaluasi kesesuaian warna jenis porselen Vita Omega 900 dengan alat spektrofotometer, dengan membandingkan dua jenis shade guide yang berbeda (Vita

classical warna A3 dan Vita 3D master warna 2M3), pada ketebalan lapisan opak

0,15 mm, lapisan opak dentin yang berbeda (0,25 mm; 0,35 mm; 0,45 mm), lapisan dentin yang berbeda (0,6 mm; 0,7 mm; 0,5 mm), lapisan enamel yang berbeda (0,3 mm; 0,10 mm dan 0,20 mm), dan ketebalan logam 0,3 mm. Dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa warna pada shade guide Vita 3D Master lebih sesuai dengan warna spesimen Vita Omega 900. Corciolani dkk. (2010) mengevaluasi pengaruh ketebalan lapisan porselen terhadap warna yang dihasilkan, dengan membedakan ketebalan lapisan base dentin (0,25; 0,30, 0,35; 0,40; 0,45; 0,70; 0,75; 0,90 mm),

(7)

(0,15; 0,20; 0,30; dan 0,50 mm), ketebalan logam 0,3 mm, serta ketebalan lapisan opak 0,15 mm. Lapisan base dentin yang lebih tebal menghasilkan warna kromatik yang lebih tinggi. Sebaliknya, dengan peningkatan ketebalan lapisan transparant dentin dan enamel akan menurunkan nilai chroma. Peningkatan ketebalan lapisan enamel akan menurunkan nilai lightness (value). Ozcelik dkk. (2008) menyatakan bahwa ketebalan lapisan opak 0,1 mm yang diaplikasikan pada logam Ni-Cr dan

Cobalt-Chromium (Co-Cr) tidak dapat memberikan perubahan warna pada gigitiruan

(8)

1.2 Permasalahan

(9)

sebaiknya di bawah 1.5 mm, dan ketebalan lapisan warna (dentin dan opak) berkisar 0,2-0,4 mm, ketebalan lapis.an dentin umumnya berkisar 1,0-1,5 mm. Ozcelik TB., dkk., 2008, menyatakan bahwa ketebalan lapisan opak 0,1 mm yang diaplikasikan pada logam Ni-Cr dan Co-Cr tidak dapat memberikan perubahan warna pada gigitiruan keramik-logam, namun terdapat perbedaan warna yang signifikan jika lapisan opak 0,1 mm diaplikasikan pada logam Au-Pd yang berfungsi sebagai kelompok kontrol.

Dari perbedaan pendapat para ahli tentang variasi ketebalan lapisan porselen yang berbeda-beda baik lapisan opak, lapisan dentin maupun lapisan enamel dalam mencapai kesesuaian warna pada pembuatan mahkota keramik-logam, maka peneliti merasa perlu mengevaluasi pengaruh ketebalan lapisan porselen opak yang diaplikasikan pada lapisan dentin dengan ketebalan tertentu untuk mencapai kesesuaian warna di laboratorium berdasarkan shade guide yang telah ditentukan di klinik.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan

1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam?

2. Apakah ada pengaruh ketebalan lapisan opak 0,3 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam?

(10)

4. Apakah ada perbandingan pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 dan 0,3 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk :

1. Mengetahui pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.

2. Mengetahui pengaruh ketebalan lapisan opak 0,3 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.

3. Mengetahui perbedaan pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 dan 0,3 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam. 4. Mengetahui perbandingan pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 dan 0,3 mm dengan

lapisan dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

(11)

1.5.2 Manfaat Praktis a. Manfaat Klinis

Sebagai pedoman bagi dokter gigi dalam penentuan warna berdasarkan shade

guide dan panduan dalam melakukan preparasi gigi penyangga sehingga

mencapai ketebalan yang optimal untuk menyediakan ruangan bagi lapisan opak dengan dentin dalam perbandingan ketebalan yang tepat sehingga mencapai warna yang sesuai dengan shade guide pada mahkota keramik-logam.

b. Manfaat Laboratoris

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Upah Minimum Kabupaten (UMK) setiap tahunnya ada kenaikan sebesar 15 % dari UMK tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan selain karena kondisi perekonomian

Selain faktor pendidikan, ada faktor–faktor lain yang dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas kerja sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, antara lain adalah

"i ZO1Z di keiompok Tani Tunas Harapan kelurahan Limau Manis ilotu fuOung. Kegiatan ini bertujuan untuk: l). masyarakat mengetahui cara budidaya tanaman gih*u,

Beberapa hasil penelitian terkait penggunaan potensi lokal, adanya hubungan motif kain tenun masyarakat Suku Dawan di Kabupaten TTU dengan matematika sekolah (Deda

Gejala klinis dari serangan bakteri ini adalah adanya ptekhie hemoragik (Gambar 2) atau peradangan pada kulit di bawah mulut, operkulum (tutup insang) dan perut ikan..

Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).. Menurut Kawatu (2012) dalam Wuon (2013) manfaat penerapan

sebagai lembaga kaderisasi Muhammadiyah yang dapat membawa misi Muhammadiyah pada masa mendatang (Suroyo dan Harweli, 2011: 1). Kiprah IPM/IRM pusat sebagai organisasi

Pendekatan Teknokratis (strategis dan berbasis kinerja) yaitu perencanaan dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah, yang merupakan suatu