• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Menurut Wiknjosastro (2008) dalam Asrinah, dkk (2010), persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Sedangkan menurut Manuaba (1998), persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2008).

(2)

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari tubuh ibu, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

Tujuan Asuhan persalinan normal adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal (JNPK-KR, 2008).

2.1.2 Tanda dan Gejala Persalinan

(3)

Tanda-tanda persalinan yang asli menurut Lockhart dan Saputra (2014) adalah : (1). Terjadi kontraksi uterus (his) yang mendorong janin melewati jalan lahir; (2). Uterus terasa keras ketika dipalpasi; (3). Penipisan dan dilatasi serviks akan mengakibatkan bloody show (perdarahan); (4). Ruptur selaput janin (ketuban pecah). 2.1.3 Tahapan Persalinan

Adapun tahapan persalinan menurut Yanti (2009), adalah sebagai berikut : 1. Kala I

Kala I atau Kala Pembukaan adalah periode persalinan yang dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cerviks menjadi lengkap. Kala I dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Fase latent merupakan fase pembukaan yang sangat lambat, yaitu dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.

b. Fase aktif, merupakan fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi 3 yaitu :

1) Fase akcelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

2) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dari 2 jam.

(4)

2. Kala II

Kala II atau kala pengeluaran merupakan periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

3. Kala III

Kala III atau kala uri yang merupakan periode persalinan yang dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta.

4. Kala IV

Kala IV merupakan masa 1 – 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan, meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Yanti (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah : 1. Faktor Power

(5)

2. Faktor Passager

Faktor Passager merupakan faktor dari janin, yang meliputi letak janin, presentasi janin, bagian bawah dan posisi janin. Kelainan pada salah satu kondisi janin tersebut dapat berakibat sulitnya kelahiran bayi yang mana harus dilakukan suatu tindakan seperti vacum maupun operasi ceasar.

3. Faktor Passage (jalan lahir)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas : (1) Bagian keras : tulang punggung, (2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligament-ligament. Bila ada kesempitan ukuran panggul maupun bentuk panggul, maka bayi tidak dapat lahir secara normal melalui jalan lahir dan harus dilakukan operasi ceasar.

4. Faktor Pisikologi Ibu

Dalam persalinan juga terjadi peningkatan kecemasan, dengan makin meningkatnya kecemasan akan semakin meningkatkan intensitas nyeri. Dengan makin majunya proses persalinan menyebabkan perasaan ibu hamil semakin cemas dan rasa cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri semakin intens, demikian pula sebaliknya. Sensasi nyeri yang diderita ibu bersalin tersebut berasal dari sinyal nyeri yang timbul saat otot rahim berkontraksi dengan tujuan untuk mendorong bayi yang ada didalam rahim.

(6)

nyeri. Kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga, dan kekwatiran ibu, seluruhnya menyatu sehingga dapat memperberat nyeri fisik yang sudah ada. Begitu nyeri semakin intens, kecemasan ibu meningkat semakin berat, sehingga terjadi siklus nyeri-stres-nyeri dan seterusnya sehingga akhirnya ibu yang bersalin tidak mampu lagi berharap.

5. Faktor Penolong

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah kemampuan dan keterampilan penolong persalinan. Keterampilan dalam asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai standar asuhan bagi semua ibu bersalin disetiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan. Bidan harus dapat menyesuaikan jenis asuhan yang diberikan sesuai dengan kondisi dan tempat persalinan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir. Oleh karena itu, keberhasilan persalinan baik ibu maupun bayi yang sehat dan selamat ditentukan oleh penolong persalinan yang terampil dan kompeten.

2.2 Persalinan di Rumah

2.2.1 Keuntungan dan Kekurangan Persalinan di Rumah

Menurut Mubarak (2012), keuntungan persalinan di rumah adalah : 1. Bagi Ibu

(7)

dukung keluarga dan orang lain. Selain itu, ibu juga tidak merasa cemas bayinya akan tertukar.

b. Ibu yang telah mempunyai anak sebelumnya, persalinan di rumah membuat ibu dan anak tidak perlu berpisah lama dan ibu akan merasa nyaman karena dapat melakukan kebiasaannya di lingkungan rumah sendiri.

c. Ibu dapat terhindar dari penyakit infeksi silang yang bisa terjadi di rumah sakit dari pasien lain.

d. Ibu dapat melakukan aktivitas lebih cepat, sehingga akan memperbaiki sirkulasi darah dan mempercepat pemulihan kondisinya. Aktivitas ibu dengan berjalan-jalan dalam beberapa hari setelah melahirkan akan melancarkan pembekuan darah.

2. Bagi Bayi

a. Dari aspek psikologi, bayi merasa diterima, dinantikan, dirindukan, dan dicintai oleh seisi rumah.

b. Bayi dapat terhindar dari penyakit infeksi silang yang bisa terjadi di rumah sakit seperti diare, ISPA, penyakit kulit, dan lainnya.

3. Bagi Keluarga

a. Persalinan di rumah didukung oleh keluarga, karena lingkungan yang dikenal, tempat dimana mereka memiliki kendali terhadap lingkungannya.

(8)

c. Keluarga mudah menyiapkan kamar karena selalu tersedia. 4. Aspek Ekonomi

Persalinan di rumah lebih murah sehingga dapat menghemat biaya rumah sakit dan sewa kamar bersalin yang dapat diahlihkan untuk kebutuhan lain, dalam arti lain persalinan di rumah akan menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Adapun kekurangan persalinan di rumah menurut Mubarak (2012) adalah : 1. Penolong persalinan (dukun bayi, bidan dan tenaga lainnya) umumnya hanya satu. 2. Sanitasi, fasilitas, peralatan, dan persediaan air bersih mungkin kurang, seperti

untuk perawatan bayi prematur sulit dilakukan di rumah.

3. Jika memerlukan rujukan, diperlukan pengangkutan dan pertolongan pertama selama perjalanan. Jika perjalanannya jauh atau lama, maka komplikasi yang terjadi misalnya perdarahan atau kejang-kejang dapat menjadi lebih parah.

2.2.2 Indikasi dan Persyaratan Persalinan di Rumah

Indikasi dilakukannya persalinan di rumah menurut Syafrudin dan Hamidah (2012) adalah :

1. Multipara. Umumnya ibu yang baru pertama kali bersalin dianjurkan bersalin di rumah sakit atau diklinik bersalin. Jika pada waktu melahirkan bayi pertama itu tidak mengalami kesulitan, melahirkan bayi berikutnya di rumah sendiri dapat diizinkan.

(9)

3. Jauh dari tempat pelayanan kesehatan (tinggal dipemukiman pedesaan).

Persyaratan dalam pertolongan persalinan di rumah menurut Syafrudin dan Hamidah (2012) sebagai berikut :

1. Persiapan Penolong (bidan) a.Kemampuan

Dalam bidang psikologi, kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan. Mengingat pentingnya risiko yang dihadapi, bidan harus mempunyai kemampuan yang cukup terampil, cepat berpikir, cepat menganalisis, cepat menginterprestasi tanda dan gejala, cepat menyusun konsep, dan mempunyai pengetahuan serta pengalaman.

b.Keterampilan

Pekerjaan bidan adalah pekerjaan yang bersifat keterampilan. Oleh karena itu, bidan harus memiliki keterampilan yang cukup banyak dalam hal yang berkaitan dengan perawatan dan pertolongan persalinan.

c.Kepribadian

(10)

3. Persiapan Alat

1. Jika akan melahirkan di rumah, pasien dianjurkan untuk memilih kamar yang terbaik untuk bersalin.

2. Sediakan perlak berukuran sekitar 1,5 m sebagai alas tempat tidur bersalin. 3. Lampu yang cukup terang jika ternyata melahirkan di malam hari.

4. Dua baskom, satu untuk cuci tangan dan lainnya berisi air hangat untuk memandikan bayi.

5. Sabun cuci tangan dan sabun bayi.

Menurut Mubarak (2012), persyaratan persalinan di rumah adalah :

1. Menginformasikan bahwa kehamilan bersifat fisiologis atau normal. Artinya, tidak terdapat kelainan 3 P, yakni : power atau kekuatan dari si calon ibu; passage atau jalan lahir; dan passanger yakni janin yang akan melaluinya. Kalau ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik, bisa disimpulkan bahwa persalinan tersebut adalah fisiologis atau akan berlangsung normal.

(11)

baik tidak hanya berpengalaman, berpengetahuan, dan berketerampilan dibidangnya, tetapi juga sebaiknya seorang pribadi yang berdedikasi tinggi dalam membimbing persalinan.

3. Mempersiapkan satu kamar atau ruang bersalin di rumah. Tidak perlu harus ruangan khusus, kamar tidur keluarga dapat dipersiapkan merangkap sebagai kamar bersalin. Kamar ini hendaknya bersih, tenang, serta memiliki penerangan dan ventilasi udara yang baik.

4. Perlengkapan lain untuk kebutuhan ibu dan bayi, seperti untuk ibu : dua helai kain panjang bersih, satu gunting steril (minimal direbus dalam air mendidih selama lebih dari 15 menit), benang kasur steril, satu buah kateter urine logam steril untuk wanita, sebuah neerbeken atau pispot bersih, serta sebuah baskom ari-ari. Sedangkan untuk bayi : air hangat secukupnya untuk mandi, baby oil, baju, popok, baju hangat, sepotong kain kasa steril dan 60 cc alkohol 70%.

2.2.3 Persiapan Persalinan di Rumah

Menurut Mubarak (2012), ada beberapa persiapan menyangkut alat, persiapan ibu, persiapan keluarga, dan bidan, antara lain :

1. Persiapan alat. Alat yang tersedia dan siap dipakai.

a. Perlengkapan yang diperlukan oleh ibu guna persalinan di rumah. b. Perlengkapan yang diperlukan oleh bayi segera setelah lahir. c. Tempat tidur bersalin.

(12)

2. Persiapan ibu bersalin. Pemeriksaan dan kegiatan terhadap ibu mencakup hal berikut :

1. Observasi : keadaan umum, meliputi : suhu, nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah.

2. Melakukan inspeksi, palpasi, dan auskultasi abdomen. 3. Menghitung Denyut Jantung Janin (DJJ).

3. Persiapan keluarga. Bantuan keluarga mencakup hal berikut : 1. Menyiapkan ruangan untuk ibu bersalin.

2. Mengupayakan ruangan dalam kondisi bersih, pencahayaan cukup, dan ventilasi bagus.

3. Membantu bidan jika diperlukan.

4. Menyiapkan segala sesuatu jika klien dirujuk. 4. Persiapan bidan

a. Menyiapkan segala yang diperlukan untuk persalinan. b. Memakai tutup pakaian plastik.

c. Mencuci tangan secara aseptik.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memilih Persalinan di Rumah

Banyak ibu lebih memilih melahirkan di rumah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

(13)

Menurut KBBI (2014), umur merupakan usia; hidup; nyawa. Umur adalah hal yang sangat diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Semakin bertambah umur seseorang maka pengetahuan akan status kesehatan akan semakin luas (Notoatmodjo, 2003).

Usia berdasarkan risiko persalinan dibedakan antara usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Karakteristik umur (berisiko tinggi dan berisiko rendah) memiliki kecenderungan yang sama dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Umur merupakan suatu variabel yang tidak bisa dimodifikasi, sesuatu yang harus di terima (Khudhori, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Reley dan Susanto (2012), menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan pemilihan tempat persalinan. Sejalan dengan penelitian Manueke, dkk (2001), menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan pemilihan penolong persalinan. Umur ibu < 20 tahun dan > 34 tahun mempunyai risiko 1,14 kali lebih besar memilih penolong persalinan non kesehatan dibandingkan dengan umur ibu antara 20 – 34 tahun.

2. Paritas

(14)

dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Risiko pada paritas 1 dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana (Wikjhosastro, 2007).

Kategori paritas menurut Prawirohardjo, (2009) adalah : a. Paritas tinggi : apabila ibu melahirkan lebih dari 3 kali.

b. Paritas rendah : apabila ibu melahirkan kurang atau sama dengan 3 kali.

Menurut Susenas (2007) dalam Depkes RI (2007), pada daerah perkotaan diperkirakan ada kaitannya dengan arah pencarian pertolongan persalinan dan kemungkinan pengalaman pertolongan persalinan sebelumnya. Pada daerah pedesaan ibu dengan paritas yang tinggi cenderung menggunakan tenaga non kesehatan untuk menolong persalinan mereka dibandingkan ibu-ibu yang berparitas rendah.

Hasil Penelitian Manueke, dkk (2001), terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan penolong persalinan. Paritas 1 dan lebih dari 3 memiliki risiko 1,15 kali lebih besar memilih persalinan non kesehatan dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas 2 atau 3.

3. Pendidikan Ibu

(15)

Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka semakin mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut dirinya sendiri dan mampu berperilaku hidup sehat serta mudah menerima hal-hal baru dan mampu menyesuaikan diri dengan masalah-masalah baru. Meningkatnya pendidikan berdampak pada pengalaman dan wawasan yang semakin luas, serta kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

Hasil penelitian Widiawati (2008), menunjukkan tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran terhadap pentingnya kesehatan sehingga mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih senang menggunakan pelayanan kesehatan modern dari pada pelayanan tradisional, karena sudah mendapatkan informasi tentang keuntungan dan kerugiannya. Sejalan dengan penelitian Sari, dkk (2010), terdapat pengaruh tingkat pendidikan dengan pemilihan tempat persalinan. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran terhadap pentingnya kesehatan sehingga mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

4. Pengetahuan Ibu

(16)

peraba. Akan tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Novita dan Franciska, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Dalam hal ini, pengetahuan yang dimiliki oleh ibu dalam persiapan persalinan berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan dan tempat persalinan dikemudian hari.

Hasil penelitian Wardayani (2013), menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan dengan pemilihan tempat persalinan. Pengetahuan ibu yang kurang tentang persalinan mempengaruhi ibu memilih persalinan di rumah oleh bidan. Sejalan dengan penelitian Simanjuntak (2012), terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan. Ibu yang berpengetahuan tinggi lebih memilih bidan sebagai penolong persalinan dibanding ibu yang berpengetahuan sedang.

5. Pendapatan Keluarga

(17)

Hasil penelitian Putra (2010), menunjukkan bahwa pendapatan keluarga berpengaruh terhadap penggunaan layanan kesehatan. Semakin naik pendapatan keluarga akan meningkatkan kunjungan pada fasilitas kesehatan. Sejalan dengan penelitian Fauziah, dkk (2013), menunjukkan ada hubungan status ekonomi keluarga dengan pemilihan tempat persalinan. Di daerah perdesaan, proporsi keluarga yang berpendapatan rendah cenderung memilih persalinan di rumah sebagai tempat persalinannya dibandingkan keluarga yang berpendapatan tinggi.

6. Pengambil Keputusan

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (Levany, 2011).

(18)

7. Dukungan Suami/Keluarga

Dukungan keluarga menurut Gottlieb (1983) dalam Suparyanto (2012), merupakan informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimaannya.

Menurut Hause (1981) dalam Bobak (2005), terdapat 4 jenis dukungan suami, yaitu : (1). Dukungan Emosional, berupa penghargaan, cinta dan kasih sayang, kepercayaan, perhatian dan kesedian untuk mendengarkan; (2). Dukungan Intrumental, berupa sarana yang tersedia untuk menolong individu melalui waktu, alat, pekerjaan, bantuan uang, kesempatan dan modifikasi terhadap lingkungan; (3). Dukungan Informasi, berupa nasehat, sugesti, memberikan arahan secara langsung, saran yang berguna untuk memudahkan individu melalui konsultasi kepada tenaga profesional, sumber bacaan, maupun bertanya kepada sumber lain; (4). Dukungan Penilaian, berupa penguatan dan perbandingan sosial serta umpan balik yang diterima terhadap perkembangan identitas individu.

(19)

8. Dukungan Petugas Kesehatan

Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah pendidik kesehatan (health educator). Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya informasi tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2007).

Peran bidan melibatkan pemberian dukungan kepada wanita dalam persiapan untuk melahirkan. Terkait dengan pemberian informasi dan asuhan di periode antenatal, temuan dari studi kualitatif menginformasikan bahwa wanita berharap diberi asuhan dan informasi dari orang yang mereka anggap ahli. Meskipun wanita pergi ke kerabat dan teman untuk mendapatkan semua informasi tentang kehamilan dan kelahiran, informasi ini dianggap kurang dipercaya dan kurang ahli dibandingkan informasi yang diberikan oleh profesional kesehatan (Carlson dan Luanaigh, 2009).

Penelitian Rusnawati (2012), menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pemilihan tempat persalinan. Saran petugas kesehatan mempengaruhi pasien memilih tempat persalinan yang dianggapnya lebih mengerti dan mengetahui, sehingga menjadi acuan pasien dalam memutuskan tempat persalinan yang baik.

9. Kenyamanan

(20)

adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Persalinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat persalinan berlangsung. Idealnya, setiap wanita yang bersalin dan tim yang mendukung serta memfasilitasi usahanya untuk melahirkan, bekerja sama dalam suatu lingkungan yang paling nyaman dan aman bagi ibu yang melahirkan. Bagi banyak wanita, keluarga, dan pemberi perawatan, tempat yang aman untuk melahirkan adalah di rumah.

Rumah merupakan lingkungan yang sudah dikenal wanita sehingga ia dapat merasa nyaman dan rileks selama persalinan, tempat ia dapat mempertahankan privasi dan dikelilingi oleh orang-orang yang diinginkannya, yang akan memberi dukungan dan ketenangan pada dirinya (Mubarak, 2012).

Kenyamanan dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada pelayanan kesehatan. Jika biaya pelayanan kesehatan merupakan persoalan, maka kenyamanan akan mempengaruhi pasien untuk membayar biaya pelayanan kesehatan. Kenyamanan juga terkait dengan penampilan fisik pelayanan kesehatan, pemberi pelayanan, peralatan medik dan nonmedik (Pohan, 2003).

10. Biaya Persalinan

(21)

rumah sakit. Persalinan normal tentu lebih murah dibandingkan ceasar, tetapi juga bertambah mahal jika disertai komplikasi yang butuh penanganan lebih lanjut. Keterbatasan dan kesediaan biaya menjadi salah satu kendala masyarakat untuk memperoleh akses ke pelayanan kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan, pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa jasa pelayanan kebidanan, neonatal, dan keluarga berencana yang dilakukan oleh bidan atau dokter dalam persalinan pervaginam normal sebesar Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah), bila persalinan pervaginam dengan tindakan Emergensi Dasar di Puskesmas PONED sebesar Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Sedangkan pelayanan tindakan pasca persalinan di puskesmas PONED sebesar Rp 175.000,00 (seratus tujuh puluh lima ribu rupiah) dan pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal Rp 125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah).

(22)

11. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan

Akses merupakan pemanfaatan layanan kesehatan tepat waktu untuk mencapai status kesehatan yang baik dan yang paling memungkinkan. Dengan demikian, akses mengandung arti layanan kesehatan tersedia kapanpun dan dimanapun diperlukan oleh masyarakat. Hal ini meliputi keterjangkauan/jarak lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang yang tersedia, serta keterjangkauan informasi. Aksesibilitas dapat dihitung dari waktu tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi, dan kondisi di pelayanan kesehatan, seperti jenis pelayanan, tenaga kesehatan dan jam buka. Keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Selain itu, jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan (Retnaningsih, 2013).

Berdasarkan Riskesdas (2013), akses kesehatan yang diliat dari pengetahuan tentang keberadaan fasilitas kesehatan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan. Pengetahuan tentang keberadaan fasilitas kesehatan menunjukkan rumah tangga lebih mengenal rumah sakit pemerintah dari pada rumah sakit swasta. Rumah tangga mengenal keberadaan praktik bidan swasta atau rumah bersalin sebesar 66,3%. Begitu juga dengan keterjangkauan fasilitas kesehatan lebih tinggi diperkotaan dibandingkan dengan di perdesaan.

(23)

pedesaan memiliki kemungkinan 5,43 kali lebih besar memilih penolong persalinan non nakes dibandingkan dengan tempat tinggal diperkotaan. Penelitian Nara (2014), menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mardela, dkk (2012), bahwa sebagian besar ibu hamil yang memilih bersalin di tenaga kesehatan lebih memilih bidan dari pada tenaga kesehatan yang lain, seperti perawat dan dokter kandungan. Hal ini disebabkan karena mudahnya akses pelayanan kesehatan seperti praktik bidan sehingga mudah mendapatkan penolong persalinan. 12. Kepercayaan terhadap Bidan

Kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian, tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapat informasi yang sama (Notoatmodjo, 2007). Pengalaman menunjukkan, lebih sulit untuk mengubah kepercayaan kelompok dari pada kepercayaan individu, karena kepercayaan individu sifatnya lebih subjektif dan relatif, sedangkan kepercayaan kelompok memiliki intensitas yang lebih kuat karena di dukung oleh individu-individu lain yang besar jumlahnya, apalagi jika kepercayaan tersebut di dukung oleh tokoh-tokoh masyarakat (Sarwono, 2004).

(24)

sebagai penolong persalinan cukup tinggi. Karena mereka beranggapan bahwa melahirkan di bidan jauh lebih aman. Selain itu kepercayaan mereka terhadap bidan juga dipengaruhi oleh mertua mereka yang sudah berpengalaman serta masukan dari lingkungan sekitar.

13. Takut dengan Lingkungan Rumah Sakit

Menurut KBBI (2014), takut artinya merasa cepat dan mengerti terhadap sesuatu yang dianggap membahayakan; merasa gentar terhadap sesuatu yang diyakini menimbulkan bencana; segan dan hormat; tidak berani berbuat atau melakukan sesuatu; khawatir,cemas, gelisah, dan gamang.

Menurut Mubarak (2012), rumah sakit mempengaruhi faktor psikologis ibu bersalin karena adanya unsur diskriminasi, meski ini juga merupakan konsekuensi dari pilihannya. Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa pelayanan ibu dan bayi telah dibeda-bedakan menurut kelas perawatannya. Apalagi sebagai konsekuensi logis dari lembaga jasa pelayanan bagi orang banyak, secara tidak langsung perlakuan rumah sakit yang bisa dikatakan masih kurang profesional atau kurang ramah menciptakan stigma diskriminasi ini.

(25)

14. Pengalaman Persalinan

Menurut Vardiansyah (2008) dalam Wikipedia (2013), pengalaman merupakan hasil persentuha memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut

Berdasarkan penelitian Widawati (2008), pengalaman persalinan dan kehamilan terdahulu sangat berpengaruh dalam pemilihan penolong persalinan, dimana persalinan ibu yang sebelumnya ditolong oleh dukun dan tidak memiliki masalah saat proses persalinan akan mempunyai peluang lebih besar untuk memilih dukun untuk persalinan berikutnya. Begitu juga dengan penelitian Astuti (2013), pengalaman persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan, kerena melalui pengalaman dapat timbul persepsi yang positif tentang ancaman persalinan oleh dukun dan persepsi yang positif tentang manfaat persalinan oleh tenaga kesehatan/bidan.

15.Kesehatan Ibu Waktu Hamil

(26)

Keputusan dalam menggunakan pelayanan kesehatan salah satunya kerena kebutuhan, yang merupakan komponen yang mendorong perilaku kesehatan yang disebabkan oleh adanya persepsi serius mengenai gejala atau penyakit yang dialaminya, sehingga terdorong untuk mencari upaya pelayanan kesehatan (Anderson dalam Sarwono, 2004).

Hasil penelitian Hardianti, dkk (2013), menunjukkan bahwa ibu yang didiagnosa adanya kelainan sewaktu hamil, memilih untuk melahirkan ke tenaga kesehatan dan pada fasilitas kesehatan.

2.3 Bidan

2.3.1 Pengertian Bidan

Bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) dalam Depkes RI (2007b) adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui dinegaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk di daftar (register) dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan.

(27)

register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan (Yanti dan Eko, 2010).

2.3.2 Peran dan Fungsi Bidan

Menurut Syafrudin dan Hamidah (2012), peran dan fungsi bidan dalam pelayanan kebidanan terdiri dari 4 (empat) peran, yaitu : (1). Peran sebagai pelaksana; (2). Peran sebagai pengelola; (3). Peran sebagai pendidikan; (4). Peran sebagai peneliti.

Peran bidan di dalam menolong persalinan terletak pada peran bidan sebagai pelaksana. Bidan memberikan pelayanan kebidanan pada wanita dalam siklus kehidupannya, seperti asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan nifas, asuhan bayi baru lahir, dan sebagainya. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan harus melibatkan klien/keluarga. Adapun asuhan kebidanan dalam masa persalinan antara lain :

1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan. 2. Menentukan diagnosis asuhan kebidanan dalam masa persalinan.

3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan proritas masalah.

4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 5. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan bersama klien.

(28)

7. Membuat catatan dan laporan asuhan kebidanan. (Syafrudin dan Hamidah, 2012).

2.3.3 Standar Kompetensi Bidan

Standar Kompetensi Bidan dalam Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007, salah satunya adalah bidan harus mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, baik untuk wanita, bayi baru lahir maupun untuk keluarga. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir (Yanti dan Eko, 2010).

2.4 Analisis Faktor

2.4.1 Pengertian Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel) (Supranto, 2010).

(29)

faktor yang sederhana dan mudah dipahami. Analisis faktor merupakan analisis multivariat yang dirancang untuk meneliti sifat hubungan antara variabel-variabel dalam satu perangkat tertentu yang pada dasarnya menunjukkan pola hubungan tertentu. Menurut Suryanto (1988) dalam Purwanto (2007), analisis faktor adalah kajian tentang kesalingtergantungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menemukan himpunan variabel baru yang lebih sedikit jumlahnya dari variabel semula dan menunjukkan variabel-variabel mana dari variabel semula tersebut yang merupakan faktor persekutuan.

2.4.2 Tujuan Analisis Faktor

(30)

2.4.3 Penggunaan Analisis Faktor

Ditinjau dari penggunaannya, terdapat dua macam analisis faktor, yaitu : 1. Analisis Faktor Eksploratori (Exploratory Factor Analysis)

Analisis faktor eksploratori adalah penggunaan analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor yang melandasi sehimpunan variabel atau sehimpunan ukuran. Analisis faktor eksploratori tidak menghipotesiskan adanya sejumlah faktor dari butir-butir pengukuran variabel. Butir-butir dibiarkan membentuk polanya sendiri dan menginformasikan ditemukannya faktor-faktor. Peneliti berusaha merangkum data dengan cara mengelompokkan variabel yang saling berinterkorelasi yang mana variabel-veriabel tersebut dipilih tanpa praduga adanya struktur dasar potensial (Purwanto, 2007).

(31)

analisis, yang menjelaskan hubungan antar variabel semata, juga tidak didasarkan teori yang ada. Hasil analisis juga sangat tergantung data empiris, dan jika variabel terobservasinya banyak, hasil analisis akan sulit dimaknai (Stapleton, 1997 dalam Retnawati, 2006).

Biasanya analisis faktor terkait erat dengan pertanyaan tentang validitas. Ketika faktor-faktor teridentifikasi dihubungkan, analisis faktor eksploratori menjawab pertanyaan tentang validitas konstruk, apakah suatu skor mengukur apa yang seharusnya diukur (Nunally, 1978 dalam Retnawati, 2006).

2. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis)

Analisis faktor konfirmatori adalah penggunaan analisis faktor untuk menguji hipotesis mengenai struktur faktor dalam sehimpunan data. Analisis faktor konfirmatori menghipotesiskan telah ditemukannya sejumlah faktor dari variabel dan analisis dilakukan untuk menegaskan kemandirian faktor dan menguji kontribusi butir kepada faktor-faktornya. Selain itu analisis faktor konfirmatori menguji hipotesis-hipotesis mengenai struktur dasar faktor. Faktor-faktor tidak dicari tapi telah lebih dulu dihipotesiskan (Purwanto, 2007).

(32)

hipotesis yang dibangun didasarkan pada teori yang telah ada atau hasil penelitian sebelumnya (Garson, 2006 dalam Retnawati, 2006).

2.4.4 Proses Dasar Analisis Faktor

Proses utama analisis faktor meliputi hal-hal berikut : 1. Menentukan variabel apa saja yang akan di analisis.

2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, dengan metode Bartlett test of sphericity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling Adequacy), melakukan penyaringan terhadap sejumlah variabel, hingga didapat variabel-variabel yang memenuhi syarat untuk di analisis.

3. Proses Faktoring, proses yang mengekstrak satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel-variabel sebelumnya (Santoso, 2010).

2.4.5 Tahap Analisis Faktor

Menurut Supranto (2010), langkah-langkah yang diperlukan dalam analisis faktor adalah :

1. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah analisis faktor dan mengidentifikasi/mengenali variabel-variabel asli yang akan di analisis faktor. Merumuskan masalah meliputi beberapa hal :

a. Tujuan analisis faktor harus di identifikasi.

(33)

c. Pengukuran variabel berdasarkan skala interval atau rasio.

d. Banyaknya elemen sampel (n) harus cukup/memadai, sebagai petunjuk kasar, kalau k sebagai banyaknya jenis variabel (atribut) maka n = 4 atau 5 kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya responden minimal 20 atau 25 orang sebagai sampel acak.

2. Membentuk Matriks Korelasi

Martiks korelasi menyajikan interkorelasi antar butir. Matriks diperlukan untuk mengetahui butir-butir yang saling berkorelasi tinggi dan rendah. Butir yang saling berkorelasi tinggi berarti mengukur dimensi yang sama dan sebaliknya (Purwanto, 2007).

Agar analisis faktor bisa tepat dipergunakan, variabel-variabel yang akan di analisis harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar-variabel terlalu kecil, hubungan lemah, analisis faktor tidak tepat. Statistik formal yang tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu bartlett’s test of sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik, berarti hipotesis nol harus ditolak (berarti ada korelasi yang signifikan diantara beberapa variabel). Kalau hipotesis nol diterima, ketepatan analisis faktor harus dipertanyakan.

(34)

Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor mungkin tidak tepat.

a. Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan b. Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan

c. Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah d. Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup

e. Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan f. Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima

Angka Measure of Sampling Adequacy (MSA) dihitung untuk seluruh matriks korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada analisis faktor.

a. MSA = 1 variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. b. MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. c. MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih

lanjut.

3. Menentukan Metode Analisis Faktor

(35)

koefisien skor faktor, yaitu principal components analysis dan common factor analysis.

Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam datayang terkandung dalam semua variabel asli dipertimbangkan. Principal component analysis direkomendasikan kalau tujuan utama ialah menentukan banyaknya faktor yang diekstraksi minimum (sedikit mungkin) tetapi menyerap sebagian besar informasi yang terkandung pada semua variabel asli atau menyumbang sebagian besar varian pada data untuk analisis multivariat selanjutnya.

Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada common variance. Metode ini tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/ mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying dimensions) dan kalau common variance yang menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring.

4. Rotasi Faktor-Faktor

Rotasi adalah proses memutar sumbu mendekati koordinat titik butir/variabel. Proses ekstraksi hanya menentukan jumlah faktor yang meringkas keseluruhan butir, namun belum menentukan distribusi butir-butir ke dalam faktor-faktor yang meringkasnya (Purwanto, 2007).

(36)

rotasi yang paling banyak digunakan adalah varimax procedure. Matrix factor yang dirotasi membentuk dasar untuk menginterpretasi faktor.

5. Interpretasi Faktor atau Memberi Nama Faktor

Interpretasi faktor dipermudah dengan mengenali/mengidentifikasi variabel yang muatannya (loading) besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi (high loading). Variabel-variabel yang berkorelasi kuat (nilai factor loading yang besar) dengan faktor tertentu akan memberikan inspirasi nama faktor yang bersangkutan.

6. Menghitung Skor atau Nilai Faktor

Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu data mewakili karakteristik khusus yang dipresentasikan oleh faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan. Sebenarnya, analisis faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nilai faktor, sebab tanpa menghitungpun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya.

(37)

6. Memilih Surrogate Variables

Surrogate Variables yaitu suatu subset (bagian dari) variabel asli yang dipilih untuk digunakan didalam analisis selanjutnya. Pemilihan Surrogate Variables meliputi sebagian dari beberapa variabel asli untuk dipergunakan didalam analisis selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan menginterprestasikan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan menginterprestasikan hasilnya dinyatakan dalam variabel asli bukan dalam skor faktor. Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan.

2.5 Landasan Teori

Persalinan dipengaruhi oleh lingkungan tempat persalinan berlangsung. Seorang wanita dapat memilih melahirkan di kamar bersalin rumah sakit, klinik bersalin atau di rumah. Banyak ibu yang lebih memilih melahirkan di rumah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor menurut Mubarak, (2012) antara lain :

1. Persalinan di rumah menimbulkan rasa tenang, tenteram dan nyaman pada ibu yang akan melahirkan.

2. Faktor adanya kemungkinan tertularnya infeksi nosokomial baik ibu maupun bayi di rumah sakit.

(38)

4. Persalinan dirumah didukung oleh keluarga, dalam lingkungan yang dikenal, tempat mereka merasa memiliki kendali terhadap tubuhnya.

5. Berdasarkan perbandingan dengan pengalaman melahirkan di rumah sakit, dalam lingkungan yang kurang memiliki sentuhan pribadi yang penuh dengan peraturan dan staf yang sibuk.

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pemilihan tempat dan penolong persalinan antara lain :

a. Penelitian Simanjuntak, dkk (2012) tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara, menunjukkan bahwa terdapat hubungan pendapatan keluarga, biaya persalinan, sikap ibu, dukungan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah Puskesmas Sipahutar.

b. Penelitian Wardayani (2013) tentang analisis faktor yang mempengaruhi Ibu dalam memilih persalinan di rumah oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Ruku Kabupaten Batubara Tahun 2013, menunjukkan bahwa pendidikan, pendapatan keluarga, biaya persalinan, dukungan suami, kepercayaan terhadap bidan, takut dengan intervensi medis, lingkungan persalinan yang mempengaruhi ibu dalam memilih persalinan dirumah oleh bidan.

(39)

bahwa pengetahuan ibu, sikap penolong persalinan, kemudahan akses pada saat melahirkan, persepsi terhadap mutu pelayanan, biaya persalinan, dukungan suami/keluarga/masyarakat dan pengambil keputusan keluarga yang mempengaruhi ibu dalam pemilihan penolong persalinan.

d. Penelitian Sodikin, dkk (2009) tentang determinan perilaku suami yang mempengaruhi pilihan penolong persalinan bagi istri, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara biaya persalinan, keyakinan suami, karakteristik suami terhadap pemilihan penolong persalinan.

e. Penelitian Fauziah, dkk (2013) tentang determinan pemilihan jenis persalinan dan tempat persalinan di daerah pedesaan Kabupaten Toraja Utara, menunjukkan bahwa terdapat hubungan kunjungan ANC, keberadaan bidan, dukungan suami, paritas, status ekonomi keluarga dan komplikasi dengan pemilihan jenis persalinan dan tempat persalinan di daerah pedesaan Kabupaten Toraja Utara. f. Penelitian Yenita (2011), tentang faktor determinan tenaga penolong persalinan

di wilayah kerja Puskesmas Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat, menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu, persepsi ibu bersalin tentang ancaman dan manfaat, aksesibilitas ibu, anjuran petugas kesehatan, faktor budaya, pengalaman keluarga/kerabat dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.

(40)

diatas serta hasil dari survei pendahuluan yang dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Lubuk Jambi.

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian - Umur

- Paritas

- Pendidikan Ibu - Pengetahuan Ibu - Pendapatan Keluarga - Pengambil Keputusan - Dukungan Suami/Keluarga - Dukungan Petugas Kesehatan - Kenyamanan

- Biaya Persalinan

- Akses Pelayanan Kesehatan - Kepercayaan terhadap Bidan - Takut dengan Lingkungan

Rumah Sakit

- Pengalaman Persalinan - Kesehatan Ibu waktu Hamil

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Tulisan ini mengungkap tentang Pemikiran K. Ahmad Dahlan yang menyatukan dikotomi ilmu pengetahuan, bercorak intelektual, moral dan religius dapat terlihat

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rachmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Pengaruh

Langkah langkah pengelasan pada perakitan cabin tipe Maru T (FE) diulas dengan data yang berasal dari observasi yang dilakukan dilapangan yang diperkuat dengan dasar teori yang

Announcement of Disclosure of Information in relation to the Increase of Capital by Issuing Pre-Emptive Rights on the website of Indonesia Stock Exchange and

Perencanaan pengecoran untuk pembuatan brake drum ini bersifat praktis, dengan tujuan untuk memperoleh benda cor yang berkualitas baik dan dibuat dengan secermat mungkin dalam

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis jenis Theme dalam Latar Belakang Penulisan Skripsi oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan minat belajar IPA dengan hasil belajar IPA siswa SD Negeri 2 Pelemkerep selama