• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan ABK dan Toke Kapal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan ABK dan Toke Kapal"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1.Sejarah

Kota Sibolga merupakan salah satu kota terkecil yang berada di daerah sumatera utara yang mana berdekatan dengan gunung dan pesisir pantai, Dengan luas wilayah 3.356,60 ha yang terdiri dari 1.126,9 ha daratan Sumatera, 238,32 ha daratan kepulauan, dan 2.171,6 ha lautan. Yang memiliki batas wilayah, sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Teluk Tapian. Adapun Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan Kota Sibolga adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Pulau Panjang, Sementara sungao-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik.

Berikut sakilas sejarah terbentuknya Kota Sibolga Sultan Hutagalung Menurut penulis Sejarah Sibolga, Tengku Luckman Sinar SH dengan mengutip hasil catatan riset seorang pembesar Belanda, EB Kielstra – disebutkan bahwa sekitar tahun 1700 seorang dari Negeri Silindung bernama Tuanku Dorong Hutagalung mendirikan Kerajaan Negeri Sibogah, yang berpusat di dekat Aek Doras. Dalam catatan EB Kielstra ditulis tentang Raja Sibolga: “Disamping Sungai Batang Tapanuli, masuk

wilayah Raja Tapian Nauli berasal dari Toba, terdapat Sungai Batang Sibolga, di mana berdiamlah Raja Sibolga.” Penetapan tahun 1700 itu diperkuat analisis tingkat

(2)

orang Batak, lalu dikalikan jumlah turunan yang sudah sembilan itu, itu berarti sama dengan 297 tahun. Maka kalau titik tolak perhitungan adalah tahun 1998, yaitu waktu diselenggarakannya Seminar Sehari Penetapan Hari Jadi Sibolga pada 12 Oktober 1998, itu berarti ditemukan angka 1701 tahun.

Tentang nama atau sebutan Sibolga, dicerita-kan bahwa pada awal-nya Ompu Datu Hurinjom yang membuka perkampungan Simaninggir, mempu-nyai postur tubuh tinggi besar, di samping memiliki tenaga dalam yang kuat. Adalah tabu bagi orang Batak menyebut nama seseorang secara langsung apalagi orang tersebut lebih tua dan dihormati, maka untuk menyebut nama kampung yang dibuka Ompu Datu Hurinjom dipakai sebutan “Sibalgai” yang artinya kampung atau huta untuk orang yang tinggi besar. Asal kata Sibolga dengan pengertian tersebut lebih dapat diterima daripada untuk istilah “Bolga-Bolga” yaitu nama sejenis ikan yang hidup di pantai berawa-rawa; atau istilah “Balga Nai” yang berarti besar untuk menunjukkan ke arah luasnya lautan. Orang Batak biasanya menggunakan kata “bidang” untuk menggambarkan sesuatu yang luas, bukan kata balga yang berarti besar.

(3)

Sidempuan antara tahun 1885-1906, namun predikat itu akhirnya kembali lagi ke Sibolga berdasarkan Staadblad yang dikeluarkan pada 1906 itu.

Dalam perjalanannya, pada 1850, di masa Mohd Syarif menjadi Datuk Poncan, bersama-sama dengan Residen Kompeni Belanda bernama Conprus, mereka pindah dari Pulau Poncan ke Pasar Sibolga. Pada tahun ini pula rawa-rawa besar itu ditimbun untuk menyusunnya menjadi sebuah negeri .

“Sibolga jolong basusuk ,Banda digali urang rantau, Jangan manyasa munak

barisuk, Kami sapeto dagang sansei”

Maksudnya yakni bahwa pada mulanya Kota Sibolga ini dibangun dengan menggali parit-parit dan bendar-bendar untuk mengeringkan rawa-rawa besar itu, dengan menggerakkan para narapidana (rantai) serta ditambah dengan tenaga-tenaga rodi, ditim-bunlah sebagian rawa-rawa itu dan berdirilah negeri baru Pasar Sibolga.

Di masa Sibolga dibangun menjadi kota, istana raja yang berada di tepi Sungai Aek Doras dan pemukiman di sekelilingnya dipindahkan ke kampung baru, Sibolga Ilir. Di atas komplek tersebut dibangun pendopo Residen dan perkantoran Pemerintah Belanda. Walaupun pada tahun 1871 Belanda menghapuskan sistem pemerintahan raja-raja dan diganti dengan Kepala Kuria, namun Anak Negeri menganggapnya tetap sebagai Raja dan sebagai pemangku adat. Sementara Datuk Poncan di Sibolga diberi jabatan sebagai Datuk Pasar dan tugasnya memungut pajak anak negeri yang tinggal di Kota Sibolga terhadap warga Cina perantauan, Di dalam melaksanakan tugasnya, Datuk Pasar dibantu oleh Panghulu Batak, Pangulu Malayu, Pangulu Pasisir, Pangulu Nias, Pangulu Mandailing dan Pangulu Derek.

(4)

Sibolga masuk Distrik Sibolga, sebagaimana beberapa resort kekuriaan. Untuk memudahkan kontrol berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Keresidenan Tapanuli dibagi menjadi tujuh Afdeling yaitu Afdeling Singkil, Sibolga, Nias, Barus, Natal, Angkola dan Mandailing. Sedangkan Afdeling Sibolga terdiri dari beberapa distrik yakni Distrik Sibolga, Distrik Kolang, Tapian Nauli, Sarudik, Badari, dan Distri Sai Ni Huta. Pada masa Pemerintahan Militer Jepang, Kota Sibolga dipimpin oleh seorang Sityotyo (baca: Sicoco) di samping jabatannya selaku Bunshutyo (baca: Bunsyoco), tapi dalam kenyataanya adalah Gunyo yang memegang pimpinan kota sebagai kelanjutan dari Kepala Distrik yang masih dijabat oleh bekas demang, ZA Sutan Kumala Pontas.

Pada masa pendudukan Jepang, Mohammad Sahib gelar Sutan Manukkar ditunjuk sebagai Kepala Kuria dengan bawahan Mela, Bonan Dolok, Sibolga Julu, Sibolga Ilir, Huta Tonga-tonga, Huta Barangan dan Sarudi. Beliau inilah yang menjadi Kepala Kuria yang terakhir di Sibolga karena setelah zaman kemerdekaan, sekitar tahun 1945 istilah Kepala Kuria praktis sudah tidak ada lagi. Mengenai Sejarah Kuno Sibolga Tidak dapat diketahui secara pasti sejak kapan bumi Teluk Tapian Nauli mulai dihuni orang. Namun berdasarkan sejumlah catatan sejarah, diperkirakan sejak tahun 1500 sudah terjadi hubungan dagang antara para penghuni Teluk Tapian Nauli dengan dunia luar yang paling jauh yakni negeri orang-orang Gujarat dan pendatang dari negeri asing lain seperti Mesir, Siam, Tiongkok. Para golongan terkemuka Tapian Nauli juga sudah dikenal di Mesopotamia, paling tidak melalui sejarah lisan yang dibawa saudagar Arab.

(5)

Tapian Nauli saat itu merupakan salah satu bukti. Ketika itu keberadaan Teluk Tapian Nauli sangat penting. Selain sebagai pangkalan pengambilan garam, dusun ini terkenal juga sebagai pangkalan persinggahan perahu-perahu mancanegara guna mengambil air untuk keperluan pelayaran jauh. Peranan Teluk Tapian Nauli sebagai pangkalan persinggahan dan pelabuhan dagang semakin dikukuhkan ketika Belanda dan Inggris memasuki wilayah itu di kemudian hari. Kapal Belanda di bawah pimpinan Gerard De Roij datang kepantai Barat Sumatera Teluk Tapian Nauli pada 1601. Sedangkan Inggris memasuki wilayah ini pada 1755.

Kota Sibolga dahulunya merupakan Bandar kecil di Teluk Tapian Nauli dan terletak di Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari kota Sibolga yang sekarang ini. Diperkirakan Bandar tersebut berdiri sekitar abad delapan belas dan

sebagai penguasa adalah “Datuk Bandar”. Kemudian pada zaman pemerintahan

kolonial Belanda, pada abad sembilan belas didirikan Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang, karena Bandar di Pulau Poncan Ketek dianggap tidak akan dapat berkembang. Disamping pulaunya terlalu kecil juga tidak memungkinkan menjadi Kota Pelabuhan yang fungsinya bukan saja sebagai tempat bongkar muat barang tetapi juga akan berkembang sebagai Kota Perdagangan. Akhirnya Bandar Pulau Poncan Ketek mati bahkan bekas-bekasnya pun tidak terlihat saat ini. Sebaliknya Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang berkembang pesat menjadi Kota Pelabuhan dan Perdagangan.

Pada zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia Kota Sibolga menjadi ibukota Keresidenan Tapanuli di bawah pimpinan seorang Residen dan membawahi

beberapa “Luka atau Bupati”. Pada zaman revolusi fisik Sibolga juga menjadi tempat

(6)

102 Tanggal 17 Mei 1946, Sibolga menjadi Daerah Otonom tingkat “D” yang luas

wilayahnya ditetapkan dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November 1946 yaitu Daerah Kota Sibolga yang sekarang. Sedang desa-desa sekitarnya yang sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omne Landen menjadi atau masuk Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 Sibolga ditetapkan menjadi Daerah Swatantra Tingkat II dengan nama Kotapraja Sibolga yang dipimpin oleh seorang Walikota dan daerah wilayahnya sama dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November 1946.

Selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor: 18 tahun 1956 Daerah Swatantra Tingkat II Kotapraja Sibolga diganti sebutannya menjadi Daerah Tingkat II Kota Sibolga yang pengaturannya selanjutnya ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang dipimpin oleh Walikota sebagai Kepala Daerah. Kemudian hingga sekarang Sibolga merupakan Daerah Otonom Tingkat II yang dipimpin oleh Walikota Kepala Daerah.

(7)

2.2. Letak Geografis

Adapun letak geografis Kota Sibolga adalah 01°42ʹ- 01°46ʹ Lintang Utara

dan 98°46ʹ- 98°48ʹ Bujur Timur . Dalam hal ini kota Sibolga terletak di dibagian

pantai barat pulau sumatera yang memiliki luas wilayah  10,77 km2, yang terdiri dari daratan sumatera  8,89 km2 (82,56%) dan daratan kepulauan  1,88 km2 (17,44%) (Sumber Badan Pusat Statistik Kota Sibolga), Yang memiliki batas wilayah, sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Teluk Tapian.

(8)

penjualan ikan, Pasar inpres, PLTA, Perusahaan Aqua, atau tempat pengambilan air minum isi ulang yang ada di kota Sibolga, yang terakhir adalah Sibolga sambas yang memiliki luas 1,57 km2 yang terdiri dari kelurahan Pancuran Pinang, Pancuran Kerambil, Pancuran Dewa,Pancuran Bambu, Daerah ini merupakan suatu daerah yang menjadi pintu masuknya ekspor dan impor barang yang ada di kota Sibolga, dengan letak berdirinya lokasi PT (persero) Pelabuhan Cabang I Sibolga, dan kantor ASDP Sibolga yang berada di daerah keluruhan Sibolga sambas tersebut.

2.3. Kependudukan

2.3.1 Jumlah Penduduk

(9)

Tabel 2.1.

Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Kelurahan Tahun 2013

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sibolga)

(10)

penduduk yang rata-rata jumlah anggota rumah tangga berkisar 5 anggota, salah satunya kelurahan yang terdapat didaerah Aek Habil, kelurahan Aek Habil adalah salah satu keluruhan yang memiliki jumlah penduduk berkisar 5 jumlah anggota rumah tangga, oleh sebab itu dengan jumlah tersebut menyebabkan Kelurahan Aek Habil mejadi salah satu kelurahan yang menghasilkan pekerja nelayan terbanyak di kota Sibolga, hal tersebut menjadi salah satu alasan peneliti memilih kelurahan Aek Habil sebagai tempat melakukan penelitian khususnya mengeai nelayan yang terdapat di kota Sibolga.

Tabel 2.2.

jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Kelompok Umur

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sibolga)

(11)

yang berumur 50-75+ tahun. Yang mana jumlah laki-laki/perempuan yang terbanyak dikategori anak-anak/remaja berumur 0-4 tahun berjumlah 9915 yang terdiri dari 5095 jenis kelamin laki-laki dan 4820 jenis kelamin perempuan, selanjutnya dikategori dewasa jumlah laki-laki/perempuan tebanyak terdapat pada umur 30-34 tahun berjumlah 7096 yang terdiri dari 3672 jenis kelamin laki-laki dan 3424 jenis kelamin perempuan, dan yang terakhir kategori orang tua jumlah laki-laki/perempuan tebanyak berada pada umur 50-54 tahun berjumlah 3914 yang terdiri dari 1865 jenis kelamin laki-laki dan 2049 jenis kelamin perempuan.

2.3.2 Agama

Selain dari keberagaman etnis, kota Sibolga juga memiliki keberagamanagama yang di anut masyarakatnya, berdasarkan sensus yang diadakan oleh biro pusat statistik kota Sibolga untuk laporan tahun 2008, mayoritas penduduk Sibolga beragama Islam yang mencapai 47.763 jiwa atau sekitar 58,46 persen dari total penduduk Sibolga.dan agama Kristen Protestan sekitar 26.436 jiwa atau sekitar 32,36 persen, berikutnya agama Kristen Katolik sekitar 4.259 jiwa atau sekitar 5,21 persen, Budha 3000 jiwa, Hindu 115 jiwa dan penganut agama Kepercayaan sekitar 0,1 persen. (sumber bps Sibolga)

2.3.3 Suku Bangsa

(12)

setempat.Budaya yang berkembang umumnya dapat disaksikan pada berbagai upacara-upacara seremonial yang dilaksanakan, seperti upacara adat, perkawinan, perayaan hari-hari bersejarah, festival dan lain-lain.Kota Sibolga dikenal dengan

julukan “ negeri berbilang kaum” karena terdiri dari berbagai macam etnis. Terbilang

± 15 (lima belas) etnis yang ada di Kota Sibolga yaitu: Etnis Batak toba, Pesisir, Mandailing, Minang, Jawa, Nias, Tionghoa, Melayu, India, Simalungun, Karo, Aceh, Angkola, Padang Lawas, Bugis. Pada umunya setiap kelompok etnis di Sibolga membentuk perkumpulan yang bertujuan untuk membina kesatuan dan kebersamaan etnis tersebut. Bahkan dalam etnis-etnis tersebut masih ada perkumpulan dibawahnya seperti pekumpulan marga, perkumpulan berdasarkan daerah asal dan lain-lain.Untuk menjaga keharmonisan hubungan antar etnis dan antar tradisi adat yang berbeda-beda maka dibentuklah Forum Komunikasi Lembaga Adat (FORKALA). Dan khusus untuk etnis Batak telah dibentuk Lembaga Adat Masyarakat Batak Sibolga Tapanuli Tengah (LAMBASA-TT) yang bertujuan untuk pengembangan adat batak di Sibolga Tapanuli Tengah serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan itu. (Dispundar Kota Sibolga).

2.4. Mata Pencarian Hidup

(13)

Brerikut merupakan beberapa jenis nelayan serta cara menangkap ikan :

1. Nelayan Pamukek

Nelayan Pamukek adalah nelayan yang menggunakan pukat atau jaring untuk menangkap ikan dilaut, yang digerakkan oleh mesin maupun tenaga manusia untuk menarik jaring dan mengangkat ikan tangkapannya.

2. Nelayan Penjaring

Nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dilaut dengan mempergunakan jaringyang digerakkan oleh mesin dan tenaga manusia bersama - sama baik ditengah laut maupun ditepi pantai.

3. Pukek Tapi

Nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dengan pukat ditepi pantai dengan mempergunakan tenaga manusia yang ditarik dari kejauhan 1 km dari pantai bersama-sama dan biasanya para Nelayan Pamuge akan membeli ikan yang telah siap dipasarkan kepada masyarakat ditempat penangkapan ikan.

4. Nelayan Pamuge

Nelayan pamuge adalah nelayan yang pekerjaannya membeli ikan dari nelayan ditengan laut, dari para nelayan penjaring atau nelayan yang menangkap ikan ditengah laut.

5. Nelayan Paralong-alaong/Parlanja

(14)

6. Nelayan Panjamu

Nelayan Panjamu adalah nelayan yang pekerjaannya hanya menjemur ikan yang telah dibelinya dari nelayan penjaring dan kemudian setelah ikan kering maka akan dijual kepada nelayan pagudang (orang yang membeli ikan yang sudah kering un tukdipasarkan kedaerah lain).

7. Nelayan Pagudang

Nelayan Pagudang adalah nelayan yang pekerjaannya sebagai pembeli ikan yang sudah dijemur oleh nelayan panjamu untuk dikumpulkan ditempat pergudangannya dan dijual kepada para pedagang ikan dari luar kota Sibolga.

2.5. Sistem Kekerabatan

Sitem kekerabatan pada masyarakat pesisir Sibolga mengikuti garis keturunan dari ayah atau sering disebut patrialinea. Karena dalam kehidupan keseharian, adat pesisir bersentuhan langsung dengan adat batak khususnya adat Batak Toba. Patrialinear pada masyarakat Batak Toba, anak laki-laki memiliki peranan penting dibandingkan anak perempuan begitu juga halnyapembagian harta warisan di masyarakat Batak Toba, anak perempuan tidak bisa mengharapkan banyak karena lebih dominan anak laki-laki. Lain halnya denganPatrialinear pada masyarakat pesisir Sibolga, dimana secara adatpembagian harta warisan anak laki-laki dan anak perempuan mendapatkan hak yang sama.

(15)

berdasarkan sifat atau warna kulitnya. Panggilan untuk saudara lebih muda tetap dipanggil adek/adik. Panggilan atau tutur kepada saudara laki-laki dari ibu pada

dasarnya dipanggil dengan “mamak‟ yang lebih tua daripada ibu kita dipanggil

dengan “mak tua” dan yang lebih muda “mak etek” yang pertengehan “mak angah”,

jika saudara laki-laki dan perempuan baik dari saudara kita, ibu dan ayah, maka sapaan dikaitkan dengan warna kulit atau sifat yang bersangkutan tergangtung pada keluarga tersebut dengan tujuan lebih mudah dikenal pada kalangan keluarga.

Berikut ini dipaparkan sebutan yang digunakan masyarakat pesisir Sibolga, serta perbandingannya dengan sebutan pada masyarakat Batak Toba.Kepada saudara laki-laki, Abang ( panggilan kepada saudara laki-laki yang lebih tua), Ogek panggilan ( kepada saudara laki-laki yang lebih tua ), Adek ( panggilan kepada saudara laki-laki maupun perempuan yang lebih muda ). Dalam bahasa batak Toba, Akkang bagi laki-laki, dan ito bagi wanita (abang bagi laki-laki-laki, dan kakak bagi wanita). Kepada saudara perempuan dalam bahasa pesisir, Uning (panggilan kepadasaudara perempuan yang lebih tua), Cek uning( panggilan kepada saudara perempuan menunjukan warna kulitnya), Ceccek (kakak), Cek anga (panggilan ini jika memiliki saudara lebih tua yang banyak, posisi ditengah dari jumlah sudara).

(16)

itam (panggilan kepada saudara ayah menunjukkan warna kulit). Pak ketek (panggilan kepada saudara ayah yang paling kecil). Dalam bahasa batak Toba, Amang Tua untuk abang ayah dan Uda/amang uda/bapak uda untuk adik ayah Saudara ayah perempuan dalam bahasa pesisir dipanggil dengan sebutan Oncu (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifatsebagai penanda).

Dalam bahasa batak Toba, Namboru atau bou Saudara ibu laki-laki dalam bahasa pesisir dikenal dengan sebutan Mamak tuan (saudara ibu laki-laki yang paling tua), Mamak itam (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba dipanggil dengan sebutan Tulang Saudara ibu perempuan dalam bahasa pesisir Mak tuo (kepada yang lebih tua), Mak etek (kepada yang paling kecil), Mak uning (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba, Inang tua untuk kakak ibu Tante untuk adik ibu Ipar ayah laki-laki dalam bahasa pesisir, Pak oncu (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda).

(17)

2.6. Iklim

Kota Sibolga berdiri di atas daratan pantai, lereng, dan pegunungan, dimana hampir seluruh penduduknya bermukim di dataran pantai yang rendah. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150 meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.

Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21.6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah sekitar 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.

Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan otoritas Pemerintah Kota Sibolga adalah Poncan Gadang, Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan pulau Panjang. Umumnya pulau-pulau ini bukan menjadi kawasan hunian penduduk. Adapun sungai-sungai yang mengalir di Kota Sibolga ialah Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik, dengan tipe sungai kecil dan sangat dangkal.(Pemko Kota Sibolga)

2.7. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana Pendukung Usaha Perikanan

(18)

Berdasarkan kondisi riil di lapangan terlihat jelas bahwa sarana dan prasarana pendukung kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan yang ada di Kota Sibolga

masih kurang, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun kapasitasnya”. Karena itu,

demi untuk memajukan dan mengembangkan sektor kelautan dan perikanan khususnya di Kota Sibolga maka perlu upaya nyata untuk membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana pendukungnya seperti Pasar Ikan, Cold storage, Pabrik es, dan lain-lain.

Tabel 2.3.

Sarana dan Prasarana Pendukung Sektor Kelautan dan Perikanan Kota Sibolga Tahun 2010

No Prasarana Jumlah

(Unit)

1 PPI/TPI Milik Pemerintah 1

2 Pangkalan Pendaratan Ikan Swasta

(Tangkahan) 18

3 Pasar Ikan Permanen 4

4 Pasar Ikan Darurat 3

5 Pangkalan Minyak untuk Nelayan (SPDN) 1

6 Galangan Kapal 6

7 Toko Penyedia Alat-alat Perikanan 2 8 Kapal Patroli Pengawasan dan Penertiban

di Laut

1

(Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kota Sibolga)

(19)

1. SDM Kelautan dan Perikanan

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan subjek (pelaku) dalam pembangunan dan pengembangan sektor kelautan dan perikanan. Karena itu, keberhasilan pembangunan dan pengembangan sektor kelautan dan perikanan juga sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya.SDM sektor kelautan dan perikanan yang ada di Kota Sibolga terdiri dari pegawai instansi teknis bidang kelautan dan perikanan (Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kota Sibolga), tenaga kerja di kapal (ABK/nelayan), tenaga kerja pengolahan ikan, retailer/pedagang ikan dan tenaga kerja/karyawan tempat pendaratan ikan swasta (tangkahan). Dari segi pendidikan, SDM perikanan yang ada di Kota Sibolga umumnya berpendidikan sangat rendah. Sebagian besar hanya berpendidikan Sekolah Dasar.

Tabel 2.4.

Data SDM Kelautan dan Perikanan Kota Sibolga Tahun 2009

(Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kota Sibolga)

Data SDM diatas menujukkan bahwa, sebagian masyarakat kota Sibolga menggantungkan hidupnya sebagai nelayan dengan besarnya jumlah orang/jiwa yang memilih menjadi Tenaga kerja di kapal(ABK/Nelayan) tidak terlepas dari Sumber

NO SDM Jumlah

(Orang/Jiwa) 1 Pegawai Dinas Kelautan Perikanan dan

Peternakan Kota Sibolga

40

2 Tenaga Kerja di Kapal (ABK/Nelayan) - Nelayan Tetap

- Nelayan Sambilan

6.621 5.402 1.219 3 Tenaga Kerja Pengolah Hasil Perikanan

- Perebusan Ikan

5 Tenaga Kerja/Karyawan Tangkahan 756

(20)

Daya Manusia dan letaknya yang berada dekat dengan laut, dengan jumlah nelayan berkisar 6.621 orang/jiwa yang terdiri dari 5.402 yang bekerja sebagai nealayan tetap dan 1.219 yang bekerja sebagai nelayan sambilan, membuat kota Sibolga memiliki SDM yang memadai dalam bidang kelautan dan perikanan di Pantai Barat Sumatera.

2. Usaha Perikanan

Kegiatan usaha sektor perikanan yang ada di daerah Kota Sibolga terdiri dari usaha perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan dan pemasaran hasil perikanan. Ketiga jenis usaha tersebut memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perekonomian daerah Kota Sibolga dan penyerapan tenaga kerja karena lebih kurang 8,61 % penduduk Kota Sibolga bekerja dan menggantungkan hidupnya pada ketiga jenis usaha tersebut.

3. Sarana Produksi

(21)

Tabel 2.5.

Jumlah Perahu/Kapal Menurut Kecamatan dan Jenis Kapal di Kota SibolgaTahun 2013

No Kecamatan Perahu Tanpa

Motor

Perahu Motor Tempel

Kapal Motor

1 Sibolga Utara 9 41 38

2 Sibolga Kota 2 52 137

3 Sibolga Selatan 4 154 76

4 Sibolga Sambas 13 50 102

Jumlah 28 297 353

(Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kota Sibolga)

(22)

Tabel 2.6.

Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Ikan di Kota Sibolga dari Tahun 2011 sampai Tahun 2013.

(Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kota Sibolga)

(23)

Cincin lebih besar kapal atau bak ikannya dari pada pukat rapat, yang menyebabkan daya tampung ikan akan semakin banyak.

4. Perkembangan Produksi

Sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan perairan Pantai Barat Sumatera, maka jenis-jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di Kota Sibolga terdiri dari berbagai jenis ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, ikan demersal, ikan karang konsumsi, dan lain-lain. Jenis-jenis ikan tersebut antara lain adalah Tuna (Cakalang dan Madidihang), Tongkol, Kembung, Kakap Merah, Kakap Putih, Bawal Putih, Bawal Hitam, Selar, Layang, Manyung, Tembang, Lemuru, Japuh, Beloso, Teri, Kurisi, Swangi (Mata Besar), Banyar, Tenggiri, Kerapu, Layur, Cucut, Pari, Tetengkek, Ekor Kuning, Talang-talang, Peperek, Belanak, Lencam, Sotong, Cumi-cumi, dan lain-lain.

Seperti halnya pasang-surutnya laut, perkembangan produksi perikanan tangkap Kota Sibolga juga mengalami masa pasang surut. Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah produksi perikanan tangkap yang didaratkan di Kota Sibolga mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 2.7.

Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Kota Sibolga Tahun 2009 s/d 2013.

Produksi (Ton)

Triwulan 2009 2010 2011 2012 2013

(24)

Terjadinya kenaikan produksi ikan disebabkan bergairahnya nelayan untuk meningkatkan produksi dengan menambah armada kapal penagkap ikan. Disamping itu harga ikan dipasaran cukup tinggi yang dibarengi dengan suplay BBM yang semakin stabil.

5. Usaha Pengelolahan Ikan

Usaha pengolahan ikan yang terdapat di Kota Sibolga hanya terdiri dari 2 (dua) jenis usaha, yaitu usaha pengeringan ikan dan usaha perebusan ikan. Jumlah kedua jenis usaha tersebut lebih kurang 130 unit usaha yang terdiri dari 60 unit usaha perebusan dan 70 unit usaha pengeringan ikan. Setiap unit pengolah dapat menyerap tenaga kerja rata-rata 5 jiwa, sehingga jumlah tenaga kerja yang terserap pada unit pengolahan ikan hasil perikanan diperkirakan kurang lebih 650 jiwa. Dengan demikian, kedua jenis usaha pengolahan ikan ini cukup berperan dalam menyerap tenaga kerja.

6. Usaha Pemasaran Ikan

(25)

pemasaran ikan ini, di Kota Sibolga telah tersedia prasarana pasar ikan permanen sebanyak 4 buah dan pasar ikan darurat sebanyak 3 buah. Namun bila dilihat dari kebutuhan rill di lapangan, kapasitas pasar ikan yang ada sekarang ini masih sangat kurang.

Gambar

Tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk yang ada dikota Sibolga
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah kapal di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 mencapai 5 buah, sedangkan jumlah Perahu Motor Tempel (PMT) di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 mencapai

Armada penangkapan ikan di wilayah Perairan Kabupaten Sukabumi dapat dibedakan menjadi perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Sejalan dengan

Persentase pengeluaran terbesar oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan yang menggunakan perahu motor tempel atau kapal motor adalah Bahan Bakar Minyak (BBM)..

Pembuatan kapal tanpa awak ini menggunakan kontroller sebagai sistem utama pengendalian Autonomous yang digunakan untuk pengolahan citra warna serta pengendalian gerak

Wiper pump merupakan salah satu jenis pompa yang menggunakan motor DC untuk menggerakkan pompa ini. Wiper pump biasa digunakan di dalam kapal atau perahu untuk

Perahu tanpa Perahu Motor Kapal Motor Kabupaten/Kota Motor Tempel In Board Jumlah Regency/City Non Motorized Out Board Motorized Boat Total Boat Motorized Boat [1] [2] [3] [4] [5]