• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan ABK dan Toke Kapal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan ABK dan Toke Kapal"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian tentang hubungan sosial antara nelayan ABK dan nelayan pemilik kapal(Toke kapal) di tangkahan di kota Sibolga, di latar belakangi oleh sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, tedapat Sekitar 8,61 % (8.142 jiwa) penduduk bekerja atau menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Letak kota Sibolga berdekatan langsung dengan Teluk Tapian (Samudera Hindia) memiliki kekuatan armada berjumlah 678 perahu atau kapal penangkapan ikan yang terdiri dari perahu tanpa motor, perahu motor temple dan kapal motor memungkinkan nelayan Sibolga menghasilkan 54098 Ton ikan setiap tahunnya.

Secara khusus nelayan Kota Sibolga dikelompok menjadi 2(dua) yaitu nelayan ABK dan Toke kapal, Nelayan ABK bertugas untuk mengoperasikan alat tangkap ikan pada saat pergi melaut sedangkan toke kapal bertugas untuk menyediakan fasiltas berupa modal dan alat tangkap ikan, interaksi kedua kelompok tersebut diduga menyebabkan terbentuknya suatu pola hubungan yang sangat penting atau berperan besar terhadap proses reproduksi dan ekonomi hasil perikanan di kota Sibolga.

(2)

buruh, Nelayan pemilik menyediakan bantuan dan pinjaman ikatan kepada nelayan buruh, Hubungan kerja sama ekonomi di antara mereka diikat oleh relasi patron-klien. Relasi sosial ekonomi bebasis patron-klien ini berlangsung intensif dan dalam jangka panjang. Relasi sosial ekonomi akan berakhir jika terjadi persoalan yang tidak bisa diatasi di antara mereka, sehingga pihak nelayan pemilik dan nelayan buruh harus melunasi utang-utangnya kepada pedagang perantara.

Keberadaan berbagai kelompok yang ada di tengah-tengah masyarakat nelayan kota Sibolga di duga menyebabkan hubungan atau pola klien, Hubungan ini bermula adanya interaksi dan hubungan dengan sesama nelayan ataupun dengan pemilik modal, hal tersebut membuat seorang nelayan akan memiliki suatu kelompok dalam usaha untuk membantu atau menjalankan proses penangkapan ikan, dengan adanya suatu kelompok menyebab terjadinya proses ketidakseimbangan antara yang satu dengan yang lainnya, yang berakibat terbentuknya satu kekuasaan diantara nelayan ABK dan Toke Kapal, dimana kekuasan tersebut akan membuat nelayan ABK dapat dikendalikan oleh pihak yang berkuasa yang mana sering kita sebut dengan istilah Toke kapal, dengan terbentuknya Toke kapal meneyebabkan nelayan ABK yang tidak mempunyai modal akan bergantung pada Toke Kapal tersebut untuk miminjamkan modal agar kapalanya dan perahunya dapat pergi melaut. Hal tersebut memang sudah biasa terjadi dikalangan nelayan Sibolga, dengan sering disebutkan kata pinjaman pada saat mereka hendak pergi melaut.

(3)

Kapal kepada nelayan ABK khusus pada saat hendak pergi melaut, dengan adanya musim penceklik bagi seorang nelayan ABK, membuat Toke kapal sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup seorang nelayan ABK untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan adanya pertolongan tersebut membuat nealyan ABK harus rela menjual hasil Tangkapan ikannya kepada Toke kapal walaupun hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan hasil yang di dapat, terbentuknya pola hubungan seperti ini akan memunculkan suatu pola hubungan yang mana biasa disebut dengan istilah patron-klien, menurut para peneliti dengan menggunakan perspektif etik. Dalam hubungan ini klien dihadapkan pada persoalan pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang sebenarnya ini adalah jebakan patron untuk memperlancar usahanya, namun menurut nelayan dengan menggunakan perspektif emic, kuatnya pola patron klien didalam masyarakat nelayan disebabkan oleh kegiatan perikanan yang penuh resiko dan ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka selain bergantung pada pemilik modal(patron).

(4)

hubungan tersebut sekaligus merupakan instrument paredaman konflik dan pemeliharaan sistem sosial.

Dengan demikian dikarnakan sebagian besar penduduk kota Sibolga bermata pencaharian sebagai seorang nelayan, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan yang terjadi antara Anak buah kapal dan Toke Kapal, dalam suatu masyarakat nelayan khususnya menganai hubungan dan sistem produksi. yang berkaitan dengan judul Hubungan ABK dan Toke Kapal khususnya ditangkahan UD. Budi Jaya yang terletak diwilayah pesisir kota Sibolga.

1.2. Tinjauan Pustaka

Jaringan sosial pada suatu masyarakat menunjukkan berbagai tipe hubungan sosial yang terikat atas dasar identitas kekerabatan, ras, etnik, pertemanan, ketetanggaan, ataupun atas dasar kepentingan tertentu. jaringan sosial masyarakat adalah struktur sosial masyarakat itu sendiri. Jaringan sosial adalah pola hubungan sosial di antara individu, pihak, kelompok atau organisasi. Jaringan sosial memperlihatkan suatu hubungan sosial yang sedang terjadi sehingga lebih menunjukkan proses daripada bentuk. (Menurut Warner (dalam Scott, 1991) hubungan sosial yang terjadi bersifat mantap/permanen, memperlihatkan kohesi dan integrasi bagi bertahannya suatu komunitas, serta menunjukkan hubungan timbal balik. Dengan demikian, suatu komunitas pada dasarnya merupakan kumpulan hubungan yang membentuk jaringan sebagai tempat interaksi antara satu pihak dengan pihak lainnya. Menurut Mitchell, (dalam Scott, 1991) kekuatan jaringan dipengaruhi oleh resiprositas, intensitas, dan durabilitas hubungan antar pihak.

(5)

dibanding pihak lain, atau terjadi hubungan patron-klien. Hubungan diagonal adalah hubungan dua pihak di mana salah satu pihak memiliki dominasi sedikit lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Hubungan horizontal adalah hubungan dua pihak di mana masing-masing pihak menempatkan diri secara sejajar satu sama lainnya. Pada kenyataannya dalam suatu komunitas, termasuk komunitas nelayan, ke tiga bentuk jaringan ini saling tumpang tindih dan bervariasi, serta bentuk yang satu tidak dapat secara tegas dipisahkan dari bentuk lainnya (Rudiatin, 1997). Jaringan sosial ini merupakan salah satu bentuk strategi nelayan dalam menghadapi lingkungan pekerjaannya yang tidak menentu (Rudiatin; Kusnadi, 2000).

Kehidupan nelayan terutama nelayan tradisional dianggap sebagai kelompok masyarakat miskin dan seringkali dijadikan objek eksploitatif oleh para pemilik modal(Bailey, 1982). Harga ikan sebagai sumber pendapatannya dikendalikan oleh para pemilik modal atau para pedagang/tengkulak (Mubyarto dan Dove, 1985), sehingga distribusi pendapatan menjadi tidak merata. Ketergantungan para nelayan tradisional kepada para pemilik modal cukup besar karena pendapatan mereka tidak menentu, baik untuk memenuhi kebutuhan produksi ataupun kebutuhan hidup rumah tangganya. Dalam penyediaan alat produksi, nelayan seringkali harus membina hubungan dengan pihak penyandang dana. Nelayan pun membina hubungan dengan ABK yang akan membantunya dalam kegiatan penangkapan ikan.

(6)

pertemanan, seperti hubungan antar nelayan. Kedua pola hubungan sosial tersebut terjadi pada kelompok nelayan kecil (tradisional) atau pun pada kelompok nelayan besar. Namun, pola hubungan dalam kelompok nelayan besar lebih kompleks dari pada dalam kelompok nelayan kecil, baik dari segi kuantitas atau pun kualitasnya.

1

Menurut Scoot (1972:92) menjelaskan ciri ikatan Patron Klien sebagai berikut :

Terdapat ketidaksamaan dalam pertukaran (inequality of exchange). Yang mana menurut asumsi sementara hal itu bisa terjadi di karenakan, adanya tingkatan atau posisi yang berbeda antara patron dan klien tersebut, dalam hal ini patron akan lebih di untungkan dari segi pertukaran, walaupun klien mendapat fasilitas dan pertolongan dari patron, namun klien akan sangat dirugikan pada saat pertukaran hasil penangkapan ikan;

Adanya sifat tatap muka (face to face character). Dari pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa, dengan adanya sifat tatap muka (face to face character) membuat pantron dan klien akan mengenal karakter masing-masing, mempererat hubungan, atau mempermudah hubungan transaksi (pertukaran) yang akan dilakukan oleh kedua belah pihak.;

Ikatan ini bersifat luwes dan meluas (diffuse flexibility). Maka dalam hal ini menurut asumsi, suatu ikatan tidak akan terlepas dari namanya suatu hubungan, yang mana suatu ikatan akan terjalin kalau adanya keperluan atau kepentingan kerja, suatu ikatan akan bersifat luwes dan meluas dikarnakan adanya hubungan tetangga, persahabat, kedekatan dimasa lalu, dan bantuan tenaga.

1

(7)

Selanjutnya, Legg (1983:29) juga mengemukakan ada 3 (tiga) syarat terbentuknya ikatan Patron Klien yaitu:

a. Para sekutu (partners) menguasai sumber-sumber yang tidak dapat di perbandingkan (noncomparable resources);

b. Hubungan tersebut “mempribadi” (person-alized);

c. Keputusan untuk mengadakan pertukaran didasarkan pada pengertian saling menguntungkan dan timbal balik (mutual benefit and reciprocity).

Mempehatikan batasan-batasan pengertian yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa ketidak seimbangan pertukaran dalam hubungan patron-klien harus dilihat dari sisi norma timbal-balik (norm of reciprocity) dalam masyarakat, seperti yang diungkapkan Gouldner (1977:35) bahwa:

“orang seharusnya membantu mereka yang menolongnya, dan jangan menyakiti para penolong tersebut”.

Meskipun demikian, tidak sama transaksi sosial bersifat simetris dan berdasarkan pertukaran sosial yang seimbang, karena menurut Blau (1964:336):

“resiprositas memang mampu menimbulkan keseimbangan struktur sosial, tetapi dibalik itu ia bisa menciptakan ketidakseimbangan di tingkat lain”

Maka apabila dilihat dari sistem kekerabatan pada suatu masyarakat, ada beberapa pendapat yang berkaitan dengan sistem kekerabatan dengan hubungan patron-klien. Berkaitan dengan hal itu Wolf (1964:7) mengatakan bahwa:

“Hubungan patron-klien berbeda dengan kekerabatan karena kekerabatan

merupakan hasil sosialisasi yang didalamnya terkandung rasa saling percaya untuk mencapai tujuan; sedangkan hubungan patron-klien bersifat persahabatan instrumental dan relasi terjadi karena tiap pihak mempunyai saling kepentingan”

(8)

nelayan. Adapun konsep pembagian kerja pada masyarakat nelayan yaitu menghasilkan ragam posisi atau status dan peranan yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada peranan dalam proses produksi penangkapan ikan yang memunculkan adanya konsep pembagian kerja antara toke (nelayan pemilik), nelayan penyewa, dan buruh nelayan (ABK).

Dalam suatu konsep pembagian kerja pada kapal nelayan terdiri dari beberapa macam kapal yaitu: Kapal pukat cincin dioperasikan oleh sekitar 20-23 orang nelayan dengan pembagian kerja 1 orang nahkoda, 1 orang wakil nahkoda, 1 orang kepala kamar mesin (Kuanca), 1 orang juru masak dan sisanya adalah anak buah kapal. Kapal pukat ikan dioperasikan oleh sekitar 12-17 orang nelayan dengan pembagian kerja 1 orang nahkoda, 1 orang wakil nahkoda, 1 orang kepala kamar mesin (Kuanca), 1 orang juru masak dan sisanya adalah anak buah kapal. Kapal pukat udang dioperasikan oleh sekitar 8-11 orang nelayan dengan pembagian kerja 1 orang nahkoda, 1 orang wakil nahkoda, 1 orang kepala kamar mesin (Kuanca), 1 orang juru masak dan sisanya adalah anak buah kapal2.

Dengan adanya sistem ikatan kerja (patron client) Toke yang berperan dominan dalam kehidupan nelayan, mengunci potensi-potensi konflik yang bisa muncul dengan adanya kesenjangan ekonomi antara pandega (ABK) dengan Toke. Namun ada juga berbagai bentuk pelanggaran yang terjadi di kalangan nelayan yang bisa diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap implikasi serius modernisasi. Kebijakan modernisasi telah menyebabkan daya dukung lingkungan menjadi rusak akibat hanya terkonsentrasi pada peningkatan hasil tangkapan. Sebab hampir selama tiga dasawarsa dilaksanakannya modernisasi perikanan, sosialisasi pemahaman yang

2

(9)

baik terhadap lingkungan kelautan yang menjadi investasi pengetahuan dan pengertian diabaikan pemerintah yang membuat terjadinya degradasi lingkungan yang fatal. Ketimpangan yang terjadi antara pandega dan juragan pasca modernisasi perikanan tangkap semakin cukup mencolok. Hal ini bisa terjadi karena Toke yang memiliki akses ekonomi semakin menguat status ekonomi dan kekuasaannya dengan memiliki alat alat tangkap yang modern. Ketergantungan pandega terhadap juragan semakin menjadi-jadi ketika sumber daya perairan sudah dalam batas yang over fishing dieksploitasi habis-habisan dengan alat-alat yang modern.

Konspirasi diantara kelompok-kelompok yang ingin mempunyai keuntungan lebih besar dengan menghalalkan segala cara terjadi manakala sudah tidak memiliki grup/ kelompok melaut sendiri dan ingin segera mendapat hasil dengan modal yang minim. Ketimpangan yang terjadi memenag cukup mencolok karena adanya perbedaan distribusi penguasaan modal perikanan (perahu dan alat tangkap) dan modal di luar perikanan (uang). Jadi ada nelayan sebagai majikan kareba mempunyai modal yang besar kemudian ada nelayan yang tidak mempunyai apa-apa dan hanya menggantunggkan nasib kepada nelayan yang kaya.

Ketergantungan pandega terhadap juragan semakin menjadi-jadi ketika sumber daya perairan sudah dalam batas yang over fishing dieksploitasi habis-habisan dengan alat-alat yang modern. Eksploitasi bisa terjadi karena adanya ketergantungan terhadap majikan hal ini bisa terjadi karena juragan yang memiliki akses ekonomi semakin menguat status ekonomi dan kekuasaannya dengan memiliki alat alat tangkap yang modern.

(10)

mempertahankan sistem sosial dan mengadaptasi system sosial terutama bagi kenyataan sosial yang selalu mengalami perubahan.

1.3. Rumusan Masalah

Dari Latar belakang di atas maka penulis akan menarik rumusan masalah yang menjadi dasar kajian dalam penelitian ini ke dalam beberapa pertanyaan penelitian: 1. Dalam proses produksi penangkapan ikan memunculkan adanya konsep

pembagian kerja antara nelayan pemelik (Toke) dan nelayan buruh (ABK): Bagaimana sistem pembagian kerja antara ABK, dan Toke Kapal di Tangkahan UD. Budi Jaya Sibolga ?

2. Adanya pembagian kerja tersebut menentukan terbentuknya suatu kelompok kerja antara ABK dan Toke kapal yang akan memunculkan suatu hubungan antara atasan dan bawahan: Bagaimana hubungan antara ABK, dan Toke Kapal di Tangkahan UD. Budi Jaya Sibolga ?

3. Dengan adanya hubungan dan pembagian kerja tersebut memungkinkan terjadinya ikatan antara ABK dan Toke Kapal yang mana akan terbentuknya suatu permohonan atau permintaan dalam suatu pertukaran atau pembagian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi : Bagaimana sistem pembagian upah antara ABK, Kuanca dan Toke Kapal UD. Budi Jaya Sibolga ?

1.4.1. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(11)

1.4.1. Tujuan

Adapun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ABK, Kuanca dan Toke Kapal. Penelitian ini juga akan menjadi bagian dari suatu karya ilmiah yang mendeskripsikan suatu hubungan antara ABK (Anak Buah Kapal), dan Toke kapal, dimana masih banyak orang yang tidak mengetahui tentang hubungan tersebut. Penelitian ini akan mengungkap dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan mengenai hubungan yang terjadi antara ABK dan Toke kapal.

Diharapkan setelah penelitian ini masyarakat luas dan pemerintah dapat mengetahui hubungan yang sebenarnya terjadi antara Anak Buah Kapal (ABK) dan Toke kapal.

1.4.2. Manfaat

(12)

1. 5. Metodologi Penelitian

1.5.1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kotamadya Sibolga, yang mana terletak di jalan Mojopahit No 148 kelurahan Aek habil, kec. Sibolga selatan, kota Sibolga, Prov.Sumatera utara, Dimana penduduk Kota Sibolga tersebut rata-rata mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan yang mana menggantungkan hidupnya dari hasil laut, adapun beberapa alasan peneliti memilih lokasi ini adalah dikarenakan tangkahan UD. Budi jaya merupakan salah satu tangkahan yang masih beroperasi dengan sangat baik untuk menghasilkan hasil perikanan di kota Sibolga, banyaknya jenis kapal, yang mana terdiri dari Pukat rapat, pukat Tongkol, bagan, atau juga masih salah satu tangkahan yang masih tempat bersandarnya Pukat Harimau (PI) dan juga salah satu tangkahan yang menerapakan jasa pengurus untuk menjembati nelayan ABK dan Toke kapal, atau juga banyaknya nelayan ABK berada ditempat tersebut membuat peneliti mudah untuk mencari informasi mengenai penelitian mengenai hubungan ABK dan Toke kapal, Disamping itu pula Tangkahan UD.budi jaya merupakan Tangkahan yang lokasi paling dekat dengan tempat pemasok atau juga pengeriman ekspor ikan di kota Sibolga.

1.5.2. Metode Penelitian

(13)

Observasi

Observasi yaitu salah satu jenis alat pengumpul data yang alami dalam penelitian etnografi, oleh karenanya alat pengumpul data ini digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait Hubungan ABK dan Toke kapal. Disertai dengan pemahaman, penafsiran, dan pemaknaan yang terdapat dalam pola-pola hubungan sosial yang terjadi.

Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah alat pengukur data yang penting dalam penelitian etnografi, karena dengan alat ini informasi yang di harapkan dapat digali secara lebih mendalam dan terfokus, sebagai pedoman dalam pelaksanaanya di buat interview guide, informasi yang di harapkan dapat di peroleh yaitu; berupa data-data terkait antara lain; Apa yang melatar belakangi hubungan Toke dengan Nelayan dapat berlangsung secara terus-menerus, Bagaiamana atau pra syarat apa hubungan sosial dapat terjadi, strategi apa yang di lakukan oleh pihak yang terlibat untuk mengatasi berbagai persoalan terkait ekonomi, sosial, budaya dan data-data yang bersifat kualitatif di peroleh melalui kuesioner. Adapun 3 jenis informan dalam penelitian ini yaitu:

a. Informan Pangkal

(14)

b. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang paham dengan apa yang menjadi masalah penelitian, informan ini merupakan mereka yang terlibat langsung dalam kehidupan nelayan peneliti menetapkan informan kunci dalam peneletian ini yaitu nelayan ABK seperti Tekong, apit, tukang lampung, tukang haluan, tukang masak, kuanca, kenek dan anggota kapal.

c. Informan biasa

informan biasa merupakan mereka yang dapat memberikan informasi tambahan atau mereka yang turut membantu peneliti dalam memberikan informasi-informasi mengenai kajian masalah penelitian, untuk informan biasa peneliti memilih Toke kapal

Wawancara Secara Tertutup

Adapun alat pengukur data lain yang di gunakan adalah kuesioner yang mana

sebagai alat pengukur data “pedamping” dari observasi dan wawancara mendalam,

hal ini di gunakan untuk memperoleh data-data yang lebih cenderung bersifat kualitatif misalnya data-data ekonomi, pola-pola jaringan sosial, dan lain-lain, meskipun demikian data-data penelitian tetap bersumber dari alat pengumpul data observasi dan wawancara mendalam.

Sample

(15)

untuk menjawab masalah penelitian ini, Akan tetapi proses pemilihan sample untuk wawancara mendalam ini berdasarkan, jenis kelamin, umur, pekerjaan, tingkatan sosial, dan perwakilan kelompok.

Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara kualitatif. Data yang terkumpul akan dianalisa, dikategorisasikan, dibandingkan, dan dihubungkan (dicari hubungan - hubungannya yang saling terkait satu dengan yang lainnya), untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan masalah penelitian. Melalui cara penganalisaan data tersebut diharapkan dapat ditemukan konsep dan kesimpulan yang menjelaskan laporan dan hasil penelitian yang disusun secara sistematis untuk mendeskripsikan secara objektif mengenai hubungan dan pembagian kerja antara ABK, Kuanca, Toke Kapal.

Bahan Visual (Fotografi)

Peneliti menggunakan dokumentasi visual untuk menguatkan data yang diperoleh baik dari hasil observasi maupun wawancara. Metode bahan visual yang digunakan berupa fotografi3. Kelebihan dari bahan visual sebagai bahan yang menyimpan berbagai informasi yang sangat berguna di dalam suatu penelitian. Bahan fotografi dapat berupa foto, grafis, film, video, kartun, mikrofilm, slide dn sebagainya sehingga disebut saja semuanya sebagai bahan visual (Bungin, 2011: 126 ).

 Studi Kepustakaan

Literatur dipakai dalam studi kepustakaan. Literatur digunakan untuk melengkapi data yang berhubungan dengan penelitian ini. Penulusuran literatur (studi pustaka) yang berhubungan dengan data-data tentang hubungan dan konsep

(16)

pembagian kerja nelayan yang terdiri dari ABK, Kuanca, dan Toke Kapal dan literatur mengenai metode penelitian sosial yang akan menghasilkan keterangan yang dapat membantu dan mempertajam analisis dan melengkapi data, laporan peneliti; skripsi, artikel, opini, surat kabar dan perkembangan teknologi yang begitu pesat juga membantu dalam pencarian informasi melalui media online4 seperti internet.

1.5.3. Pengalaman Penelitian

Pada hari pertama penelitian ( tanggal 2 april 2015, pukul 10.00 Wib ) peneliti mumulai untuk penelitian kelapangan, pertama-pertama peneliti menuju tangkahan UD.budi jaya untuk menjumpai pengurus tangkahan yang telah dibuat janji ingin bertemu hari ini, sesampainya disana peneliti langsung memarkirkan kendaraan dan menghubungi pengurus tangkahan tersebut untuk memberitahukan bahwa peneliti sudah berada di tangkahan UD.budi jaya, pengurus tangkahan pun langsung menjumpai peneliti pada saat sedang berada diparkiran kereta yang telah diberitahukan peneliti sebelumnya.

Pada saat itu peneliti melihat seorang laki-laki dengan baju kemeja kotak-kotak dan celana yang berwarna abu-abu menghampiri peneliti pada saat berada diparkiran, dengan senyum pengurus tangkahan itu berkata terhadap peneliti, adek yang ingin penelitian disini? peneliti menjawab iya bang, pengurus tangkahan tersebut pun bertanya berapa lama adek penelitaian disini dan emangnya mengenai apa adek teliti? peneliti pun menjawab selama kurang lebih 1 bulan bang, mengenai hubungan ABK dan Toke kapal, dengan nada yang sedikit lembut pengurus tangkahan berkata oh iyalah, dengan sifat terbuka penguruspun menerima peneliti dengan baik, sebelum bertanya lebih dalam, penelitipun berkenalan langsung dengan pengurus tangkahan tersebut.

4

(17)

Ternyata nama pengurus Tangkahan terebut adalah bang buyung, dengan respon yang cukup baik penelitipun memberikan surat penelitian lapangan yang telah diurus sebelumnya kepada bang buyung, bang buyungpun menerima surat tersebut lalu membacanya dan menjadikan surat penelitian tersebut sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada Tangkahan UD.budi jaya, peneliti langsung bertanya kepada bang buyung mengenai persoalan atau data yang ingin dicari pada saat dilapangan, penelitipun membagi kuesioner kepada bang buyung untuk di isi sebagai perlengkapan data, setelah selesai mengisi kuesioner yang telah dibagi oleh peneliti kepada bang buyung, penelitipun mengeluarkan pertanyaan selanjutnya berupa interview guide yang akan ditanyakan kepada bang buyung, akan tetapi pada saat peneliti mau bertanya terdengar dari kejauhan suara yang memanggil nama bang buyung ,karena ada suatu kepentingan yang harus dikerjakan, bang buyung pun mengambil sikap dan berkata kepada peniliti, (“maaf dulu ya dek bang dipanggil Toke pula , karena kapal mau berangkat hari ini, kalau gitu nanti malam adek

datang aja kerumah abang, alamatnya di jalan SM. Raja, gang kaje-kaje, catat

nomor bang, sebelum nanti malam kerumah telpon dulu abang, biar bisa abang

menyesuaikan waktu, ok dek ”).

(18)

peneliti bertanya lebih dalam, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada bang andi waktu dilapangan.

Namun lagi-lagi setelah peneliti sudah dekat dan bang andi menerima maksud dan tujuan peneliti , datang seorang bapak-bapak yang memakai jaket kulit

mendekati peneliti dan berkata kepada bang dani, “ udah siap dek pekerjaanya,

kapalnya belum berangkatnyakan, makan siang dulu kita diluar, bang dani pun

menjawab “ ayolah bang aku udah lapar juga ini bang dani pun mendekati peneliti

dan berkata “maaf ya bang diajak bapak ini pula aku makan siang, lain kali aja kita

lanjutin pertanyaan nya bang” setalah itu bang dani meninggal peneliti dengan menumpangi becak yang dikendarai oleh bapak yang memakai jaket kulit tersebut. Di hari pertama peneliti memang mudah mendapatkan informan tetapi hanya gara-gara kesibukan dan waktu yang tidak tepat, peneliti hanya sedikit mendapatkan informasi mengenai data yang diperlukan, setelah itu peneliti menuju parkiran kereta dan langsung pulang kerumah untuk makan siang.

(19)

tu pun menjawab itu nak masuk gak kecil itu, terus aja kedalam, dan berkata kepada seorang anak kecil temani bang ini dulu kerumah ayahnya si pita, anak tersebutpun menunjukan jalan menuju rumah bang buyung, setelah memasuki sekitar kurang lebih tiga gang kecil.

Akhirnya peneliti sampai juga ketempat tujuan, setelah sampai disana peneliti mengucap salam sebelumnya, ketika sudah diperbolehkan masuk dan dipersilakan duduk barulah peneliti masuk kerumah tersebut, pada saat itu bang buyung lagi asik melakukan pekerjaan sampingan yaitu sebagai tukang batu akik, setelah selesai mengikis batu akik tersebut bang buyungpun mendatangi peneliti yang sudah duduk diruang tamu rumahnya, dengan senyum bang buyung berkata, maaf ya nunggu ya dek, biasalah dek melakukan kerja sampingan pada duduk aja dirumah, peneliti menjawab iya bang gak apa-apa ini aja baru nyampai, setealah itu bang buyung berkata apa emangnya yang, adek mau tanyakan, peneliti pun mengeluarkan interview guide yang sudah dipersiapkan sebelumnya, mengenai Hubungan ABK dan Toke Kapal bang seperti komunitas, pembagian kerja hubungan sosial, ekonomi ,dan budayanya.

(20)

penelitipun pulang kerumah untuk menutup hari pertama pada saat penelitian lapangan.

Tiba lah esok hari peneliti berkunjung kembali ke Tangkahan UD.Budi Jaya untuk melanjutkan penelitian sebelumnya, setelah sampai disana peneliti meleihat sekelompok orang yang lagi besantai disebuah warung, dekat penuh keyakinan penelitipun melangkah menuju warung tersebut, setiba sampai disana peneliti duduk di sebuah kursi yang kosong dan mengambil sebuah gorengan yang ada di meja warung tersebut, setelah menikamati sebuah gorengan, penelitipun mendekati seorang bapak-bapak yang badannya agak sedikit gemuk, berambut pendek, dan memakai baju kemeja kotak-kotak yang sedang asik ngobrol dengan teman-temannya, peneliti menyapa abang tersebut, dengan muka agak sidikit bingung bapak itu berkata, “ ada

apa ya dek”.

(21)

Pada saat itu pula peneliti mendapat informasi bahwa salah satu kapal nelayan sudah pulang dari laut, dan pembagian PU nya akan dilaksanakan di warung depan Tangkahan togu, informasi tersebut peneliti dapat dari seorang nelayan yang cukup dekat dengan peneliti atau dibilang sudah seperti saudara, dengan suadara yang bernama bang andi tersebut peneliti menuju warung tersebut untuk mendapatkan data yang diperlukan, setelah sampai disana bang andi memperkenalkan nelayan yang lain kepada peneliti dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang kesini, dengan dibantu oleh peneliti nelayan yang lain bersikap welcome, akan tetapi ada, nelayan bertannya kepada peneliti ini ada surat lapangannyakan, kalau gak ada kami malas melayani soalnya kami semua lagi sibuk, dan ternyata nelaya tersebut adalah seorang Apit kapal yang ditugaskan oleh Tekong untuk mengatur segala kepentingan anggota

yang lain, dengan senang hati peneliti menjawab “ada bang, suratnya sudah peneliti

kasih sama bang Buyung, apit tersebutpun menjawab oh iyalah, barulah nelayan tersebut welcome untuk menerima peneliti.

(22)

Tamsir Panggabean yang posisinya sebagai tukang lampung dalam sebuah kapal, penelitipun langsung memberikan kuesioner diringi dengan pertanyaan interview guide kepada bang Tamsir Panggaban, tidak terasa peneliti telah selesai melakukan wawancara dengan bang Tamsir Panggabean, penelitipun mengucapkan terima kasih kepada beliau dan melanjutkan penelitian kembali.

Setelah itu peneliti bergerak menuju meja yang berada tepat dibawah televisi, karena disitu terlihat seorang laki-laki yang mengenakan kaos oblong dan memakai celana pendek yang sedang menikamti roti dan kopi panasnya, penelitipun mendekati laki-laki tersebut, dan langsung berkenalan dengan beliau ternyata beliau adalah Bang Herman yang posisinya sebagai Tukang masak dikapal tersebut, tidak tunggu waktu lama penelitipun sudah dekat dengan bang herman dan langsung mewawancarai beliau sama seperti sebelumnya dengan memberikan kuesioner dan dilengkapi dengan interview guide peneliti melakukan wawancara dengan bang herman, tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 16.4, penelitipun telah selesai melakukan wawancara dengan bang Herman, pada saat itu juga peneliti berterima kasih banyak dengan semua para nelayan yang telah membantu dalam proses perlengkapan data peneliti, setelah itu peneliti pulang kerumah ditandai dengan sudah redahnya hujan yang turun sebelumnya.

Pada hari selanjutnya peneliti menuju Tangkahan UD. Budi Jaya, pada saat itu pula peneliti mendapatkan informasi bahwa salah satu kapal nealyan sudah pulang dari laut, penelitipun bergegas bergerak kearah kapal tersebut untuk mendapatkan data yang diperoleh, setelah asik mengabadikan gambar leawat sebuah foto, peneliti bertanya kepada salah satu nelayan yang turun dari kapal tersebut, nelayan itupun

menjawab “kalu mau bertanya nanti aja dek soalnya kami lagi sibuk, kalua mau nanti

(23)

kami nanti pembagian PU nya” penelitupun menjawab ok bang, dan meminta nomor

HP bang tersebut, setelah itu peneliti meninggal Tangkahan UD.Budi jaya untuk menuju rumah dikarenakan jam sudah menunjukkan waktunya untuk makan siang.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 15.00 wib peneliti bergegas menuju derah pondok batu dengan mengendarai sepeda motor peneliti menuju warung kopi tersebut, setelah sampai disana peneliti tidak langsung berjumpa dengan nelayan dikarenakan mereka belum berkumpul, terpaksa peneliti harus menunggu kedatangan nelayan diwarung tersebut, sudah setengah jam berlalu waktu sudah menunjukkan jam 15.30 wib akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, peneliti langsung berjumpa dengan nelayan yang telah membuat janji sebelumnya ternyata nelayan tersebut jabatannya sebagai apit dalam sebuah kapal tersebut yang memiliki cirri-ciri berkulit hitam, badannya kurus, memakai baju kemeja kotak-kotak yang sedang sibuk membagikan PU hasil tangkapan ikan kepada seluruh anggota kapal.

Penelitipun berkenalan dengan nelayan tesebut ternyata nama nelayan yang posisinya sebagai Apit tersebut adalah bang Hasan basri, penelitipun langsung memulai wawancara dengan bang Hasan basri, akan tetapi pada saat peneliti ingin memulai pertanyaan ada seseorang nelayan lain yang berkata kepada peneliti “ ini

ada anggaran dananya dek.” Penelitipun tersenyum dan menjelaskan maksud dan

(24)

Hasan basri karena sudah membatu untuk melengkapi data penelitian yang diperlukan, sebelum para nelayan pulang, salah satu nelayan meminta agar mengabadikan momen ini dalam sebuah foto, setelah selesai berfoto para nelayan pulang kerumah masing-masing, begitu juga dengan peneliti yang menutup hari ini dengan pulang kerumah untuk beristirahat.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4., dapat dilihat bahwa pada zona hambat pertumbuhan bakteri konsentrasi penambahan madu 5% dalam sabun mandi cair dapat menyaingi sabun mandi cair

Di sini nilai autokorelasi lag-6 berbeda secara signifikan sehingga ordo AR(1), untuk nilai koefisien autokorelasi parsial yang melebihi confidence limit yaitu pada lag-6 sehingga

78 Al bij het onderzoek voor zijn proefschrift merkte Constandse op dat on - danks alle voorsprong die de boeren in de Noordoostpolder hadden, zij lang niet altijd

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 001/perpusda/VIII/2017 tanggal 26 Agustus 2017, Berita Acara Penjelasan Dokumen Pengadaan, dan

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 001/Pustu/VIII/2017 tanggal 24 Agustus 2017, Berita Acara Penjelasan Dokumen Pengadaan, dan

The study of soil moisture plays an important role in understanding the hydrologic cycle. Though it accounts for less than 1/10000th of total earth ’s water content,

Kawasan pesisir Padang – Bungus Teluk Kabung berupa pantai teluk, stabil, disusun oleh batuan volkanik membentuk bentang alam perbukitan dan pantai terjal.. Abrasi terjadi di

Pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa perlakuan paralon menghasilkan larva sebanyak 248 ekor, fiber 19 ekor, pada kaca dan keramik tidak memiliki kelangsungan