• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PPB 1201925 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PPB 1201925 Chapter5"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

91

Nur Fitri Rosdianti, 2016

ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian merupakan gambaran empirik mengenai orientasi peran

gender siswa minoritas berikut karakteristik maskulin dan feminin yang

ditampilkan serta faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan orientasi peran

gender siswa minoritas. Berikut kesimpulan pelaksanaan penelitian mengenai

hal-hal tersebut.

1. Berdasarkan hasil penelitian, lingkungan sekolah yang didominasi oleh

siswa perempuan membuat para siswa laki-laki memiliki peran gender yang

berbeda-beda, yang terdiri dari orientasi peran gender feminin, maskulin dan

androgini. Gambaran subjek dengan orientasi peran gender feminin ditandai

dengan cara berbicara yang cukup ekspresif ditambah gestur tubuh yang

cukup kemayu, namun dalam berpenampilan di sekolah sedikit urakan.

Subjek dengan orientasi peran gender maskulin ditandai dengan gaya

berbicara yang cukup tegas tanpa gestur tubuh yang berlebihan, sedangkan

dalam berpenampilan di sekolah terlihat cukup rapi meskipun ketika

berkumpul dengan teman-temannya seragam yang dikenakannya kerap kali

terlihat lusuh. Subjek dengan orientasi peran gender androgini ditandai

dengan gaya berbicara dan gestur tubuh yang agak sedikit ekspresif, namun

dalam berpenampilan selalu terlihat rapi ketika berada di lingkungan

sekolah.

2. Subjek penelitian yang memiliki identitas peran gender feminin cenderung

terlihat lebih ekspresif, periang, memiliki rasa keibuan yang tinggi, dan

mudah bergaul khususnya dengan siswa perempuan. Subjek penelitian

dengan identitas peran gender maskulin cenderung lebih menjaga sikap

ketika berinteraksi dengan orang lain dan memiliki kecenderungan untuk

mendekati banyak siswa perempuan di lingkungan sekolah. Berbeda dengan

subjek yang memiliki kecenderungan peran gender feminin dan maskulin,

(2)

92

Nur Fitri Rosdianti, 2016

ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terlihat sangat ekspresif namun juga dapat terlihat santai ketika berinteraksi

dengan orang lain.

3. Berdasarkan kajian, terjadinya perbedaan peran gender ini disebabkan oleh

latar belakang keluarga, kedekatan dengan teman sebaya, dan

ketidakseimbangan antara jumlah siswa laki-laki dan perempuan. RFS yang

memiliki kecenderungan peran gender feminin, di sekolah justru lebih

nyaman berteman dengan siswa perempuan meskipun di kelas terdapat

siswa laki-laki lainnya. Berbeda dengan RFS, ARN dengan kecenderungan

peran gender maskulin yang ia miliki, justru cenderung lebih nyaman untuk

berkumpul dengan siswa laki-laki lainnya ketika berada di lingkungan

sekolah. Adapun kecenderungan memiliki peran gender androgini dalam

diri BFs pada jenjang SMK ini, justru membuatnya cenderung lebih nyaman

berteman dekat dengan perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Dalam

hal ini, mayoritas perempuan dalam jenjang SMK atau pendidikan

menengah atas ini hanya berperan sebagai pendukung dari peran gender

yang dimiliki siswa pada jenjang pendidikan sebelumnya seperti SD dan

SMP.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi untuk beberapa

pihak guna meningkatkan pemahaman mengenai bidang yang dikaji.

5.2.1 Guru BK/Konselor

Hasil penelitian menunjukan terdapat keberagaman peran gender yang

terjadi di SMK Negeri 1 Bandung. Adapun peran gender tersebut adalah feminin,

maskulin, dan andogini. Dengan demikian kepada guru BK direkomendasikan

hal-hal sebagai berikut.

1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan rujukan

mengenai gambaran maupun karakteristik peran gender siswa minoritas, dan

dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan Program Bimbingan dan

(3)

93

Nur Fitri Rosdianti, 2016

ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Guru BK/Konselor diharapkan mampu ikut serta dalam mengawasi tugas

perkembangan siswa dan dapat menjalin kerja sama baik dengan orang tua,

teman dekat siswa, maupun pihak guru-guru di sekolah. Hal ini dilakukan

untuk bersama-sama memantau dan memperhatikan siswa yang tergolong

remaja dan masih membutuhkan bimbingan dalam proses pencarian

identitas agar dapat bertingkah laku sesuai dengan norma dan tidak

melakukan penyimpangan.

3. Guru BK/Konselor dapat memfasilitasi siswa dengan membimbing mereka

khususnya siswa laki-laki dalam mencapai tahapan tugas perkembangan

agar mampu melaksanakan peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya,

serta memberikan informasi dan layanan dasar terutama layanan dalam

mengembangkan kesadaran gender maupun informasi terkait penyimpangan

gender serta meningkatkan sisi religiusitas siswa sebagai pondasi agar tetap

berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

5.2.2 Peneliti Selanjutnya

Penelitian masih memiliki beberapa keterbatasan. Atas dasar keterbatasan

tersebut maka pada peneliti selanjutnya direkomendasikan hal-hal berikut ini.

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengeksplorasi isu peran gender

terhadap beberapa orang siswa dalam latar dan setting yang berbeda

khususnya mengenai peran gender androgini agar lebih tereksplorasi secara

mendalam.

2. Peneliti selanjutnya dapat mengeksplorasi perkembangan salah satu peran

gender agar dapat merancang layanan bimbingan yang tepat guna

mengoptimalkan tugas perkembangan peran sosial siswa sesuai dengan jenis

kelaminnya.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengeksplorasi gambaran dan

faktor-faktor yang memengaruhi peran gender dengan jumlah subjek yang lebih

variatif atau melakukan perbandingan dengan melaksanakan penelitian di

Referensi

Dokumen terkait

Profil identitas diri dilihat dari pola asuh orang tua dan implikasinya bagi Bimbingan dan konseling. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Rendah Z < - 1 Belum mengetahui definisi seks dan gender serta perbedaan antara keduanya, masih belum.. dapat membedakan antara peran gender dan peran seks,

Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

layanan responsif yang ditujukan bagi peserta didik dengan tingkat stres. akademik yang tinggi, perencanaan individual dan kegiatan

kecemasan yang tinggi dalam belajarnya maka hal tersebut dapat. mengganggu dalam ketercapaian tujuan belajar

Mayoritas siswa di SMKN 12 Bandung memiliki tingkat kreativitas yang dikategorikan sedang yaitu sebanyak 51% sedangkan sebanyak 23% dikategorikan memiliki tingkat

5.2.3 Untuk peneliti selanjutnya, selain menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi sebaiknya membandingkan hubungan antara status identitas vokasional dengan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI REMAJA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu