• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Rumah Efektif Atau Tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pekerjaan Rumah Efektif Atau Tidak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pekerjaan Rumah : Efektif Atau Tidak?

Aprilina Isabela Maharani

292016501@student.uksw.edu

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

Education is the main will sustain a nation. Progress a nation can be measured from the quality and the education system. Without education, a country will be left with other countries. The quality of education in Indonesia in today is alarming, seen from index between 174 countries in the world, Indonesia ranked 102nd in 1996, 99th in 1997, 105th in 1998, and 109th in 1999. The quality of education Indonesia low data that indicated Balitbang (2003), that of hundreds of thousands of primary school in Indonesia was only some schools are recognition the world in category the Primary Years Program (PYP), likewise for junior high schools and senior high school, from the thousand junior high school and senior high schools in Indonesia, only some schools will receive recognition in the world. For which figures obtained the government is trying for education in Indonesia is improving future by improving the education system is and homework is one contained in education system in Indonesia.

Keywords: Quality of education, homework, education system.

ABSTRAK

(2)

yang mendapat pengakuan di dunia. Dari data yang didapat pemerintah sedang berusaha agar pendidikan di Indonesia menjadi semakin baik dimasa mendatang dengan memperbaiki sistem pendidikan yang ada, dan Pekerjaan Rumah merupakan salah satu yang terkandung dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Kata kunci: Kualitas pendidikan, pekerjaan rumah, sistem pendidikan.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah hal pokok yang akan menopang suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan yang ada. Tanpa pendidikan, suatu negara akan tertinggal dengan negara lain. Kualitas pendidikan di Indonesia pada dewasa ini masih memprihatinkan. Ini dibuktikan di antaranya oleh data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada 1996, ke-99 pada 1997, ke- 105 pada 1998, dan ke-109 pada 1999. Selain itu, bukti nyata dari kemerosotan pendidikan di Indonesia adalah terjadinya tawuran, tingkat pelajar maupun mahasiswa. Aksi tawuran yang biasanya dipicu masalah sepele, dampaknya sangatlah besar. Masyarakat di seluruh dunia akan menyaksikan lewat media cetak maupun elektronik amburadulnya pendidikan di Indonesia.

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu ditunjukkan data Balitbang (2003), bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya 8 sekolah yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP). Dan, dari 8.036 SMA ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

Saat ini Indonesia sedang berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada dan akan menetapkan kurikulum 2013, dengan berbagai “tuntutan” bagi peserta didik. Beberapa waktu yang lalu, program pemerintah setiap tahun akan meningkatkan standar kelulusan ujian nasional (UN) hingga mencapai kesetaraan dengan negara maju (Puskomda Surabaya Raya: 10 Mei 2008).

(3)

Artikel ini bertujuan untuk para pembaca memahami bahwa kemampuan atau keberhasilan prestasi anak bukan dari bagaimana dia dapat menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat dan tepat dibawah tekanan waktu dan keadaan, tetapi bagaimana anak dapat memahami apa maksud dari guru saat memberikan pekerjaan rumah untuk mereka. Sebagai calon guru dimasa mendatang kita juga harus mengerti keefektifan pekerjaan rumah (PR) untuk anak dan bagaimana cara memberikan pekerjaan rumah yang membuat anak tidak merasa tertekan saat mengerjakan pekerjaan rumah dari guru.

PEMBAHASAN

Pekerjaan Rumah (PR) merupakan kegiatan atau tugas yang diberikan oleh guru pada siswa untuk dikerjakan di rumah. Pekerjaan Rumah dapat mencakup tugas praktek yang menekankan pada keterampilan yang telah diperoleh. Pekerjaan Rumah (PR) sejatinya bertujuan agar anak semakin memahami dan mengerti akan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Namun, faktanya, tidak sedikit anak-anak yang merasa terbebani menghadapi tumpukan PR dari guru mereka. Jadi, benarkah PR hanya buat anak jadi tertekan?

Seorang psikiater anak Kresno Mulyadi, menyatakan bahwa PR boleh saja diberikan pada siswa, asalkan kontekstual dan masih berada di batas rasional anak. Jika standar yang ditetapkan untuk PR dari Kemendikbud adalah 20 soal, tapi guru memberikan 50 soal saja, ini sudah membebani siswa. Menurut Kresno, bukan PR yang seharusnya menjadi konsentrasi guru dalam mendidik siswa, melainkan motivasi positif pada anak untuk belajar maksimal selama di sekolah. Pasalnya, untuk meningkatkan minat anak terhadap pelajaran, seorang anak didik harus dapat menikmati proses belajar. Jadi, bukan hanya menghafal, tetapi juga memahami pelajaran yang diberikan. Dengan demikian, anak tak lagi menganggap belajar sebagai beban.

Satu contoh nyata di Indonesia yang tidak menerapkan adanya Pekerjaan Rumah (PR) yakni di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dimana Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi resmi memberlakukan pelarangan pemberian pekerjaan rumah (PR) akademisi untuk tingkat SD sampai SMA. Larangan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Bupati Purwakarta No 421.7/2014/Disdikpora. Surat yang ditandatangani pada 1 September 2016 ini pun langsung disosialisasikan ke guru dan kepala sekolah.

(4)

begitu kebijakan sekolah yang tidak memberikan pekerjaan rumah (PR) akademis tidak perlu membuat aturan yang mewajibkan hal tersebut. Sebab, sekolah-sekolah saat ini berada di dalam wilayah otonomi pemerintah daerah masing-masing yang dimana pola pikir, budaya, sosial, ekonomi yang berbeda-beda. Yang tidak dapat memaksakan pihak sekolah dan orangtua murid.

KESIMPULAN

Pada dasarnya adanya sistem pendidikan di Indonesia ini memang diciptakan untuk menjadikan kualitas pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Usaha dari pemerintah tentang hal inipun tidak akan berjalan dengan baik dan sesuai tatanan jika tidak menyertakan peran guru, disini kami selaku calon guru dimasa mendatang pasti sudah dan atau telah diberikan pendidikan tentang bagaimana mendidik siswa dengan baik dan telah diberikan arahan atau peraturan tentang sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Bukan hanya mengerti dan paham akan peraturan dan tatanan sistem pendidikan tetapi kemampuan dalam penerapan yang efektif dari gurupun sangat dibutuhkan termasuk untuk menerapkan pekerjaan rumah (PR), PR yang efektif sangat berpengaruh untuk perkembangan siswa sebagai seorang yang perlu didikan, bukan tentang bagaimana mereka menyelesaikan dengan cepat dan tepat tetapi mereka juga harus paham apa maksud dari guru saat memberikan PR juga sebagai guru kita tidak boleh memberikan PR yang akan menjadikan siswa menjadi tertekan.

DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Unoviana. (2014). Guru Beri Tambahan Pekerjaan Rumah pada Siswa, Tepat atau

Keliru?.

http://lifestyle.kompas.com/read/2014/07/25/163516820/Guru.Berikan.Tambahan.Pek erjaan.Rumah.pada.Siswa.Tepat.atau.Keliru.

(5)

Susanti, Reni. (2016). Sekolah Dilarang Beri PR untuk Siswa SD-SMA.

http://regional.kompas.com/read/2016/09/05/15010361/sekolah.dilarang.beri.pr.untuk. siswa.sd-sma.

Wiwoho Hari, L. (2016). Bupati Purwakarta Akan Larang Pemberian PR Akademis bagi

Siswa.

http://regional.kompas.com/read/2016/09/03/17571141/bupati.purwakarta.akan.larang. pemberian.pr.akademis.bagi.siswa.

Diah Setiawan, S. R. (2015). Terlalu Banyak PR Berdampak Buruk Bagi Anak.

http://lifestyle.kompas.com/read/2015/08/14/180000520/Terlalu.Banyak.PR.Berdampa k.Buruk.Bagi.Anak.

Sani, R. A. (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyani, D. (2013). Hubungan kesiapan belajar siswa dengan prestasi belajar. Konselor, 2(1). Aritonang, K. T. (2008). Minat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal

pendidikan penabur, 7(10), 11-21.

Febriany, R., & Yusri, Y. (2013). Hubungan Perhatian OrangTua dengan Motivasi Belajar Siswa Dalam Mengerjakan Tugas-Tugas Sekolah. Konselor, 2(1).

Cooper, H. (1989). Synthesis of research on homework. Educational leadership, 47(3), 85-91. West, M., Herman, G. L., & Zilles, C. (2015). PrairieLearn: Mastery-based online problem

solving with adaptive scoring and recommendations driven by machine

learning. age, 26, 1.

Yang, F., Xu, J., Tan, H., & Liang, N. (2016). What Keeps Chinese Students Motivated in

Doing Math Homework? An Empirical Investigation. Teachers College

Record, 118(8), n8.

Tam, V. C., & Chan, R. M. (2016). What Is Homework For? Hong Kong Primary School

(6)

Maharaj-Sharma, R., & Sharma, A. (2016). What Students Say about Homework--Views from

a Secondary School Science Classroom in Trinidad and Tobago. Australian Journal of

Teacher Education, 41(7), 146-157.

Wharton, S. (2017). Maximizing the Benefits of Mathematics Homework: A Professional

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian mengenai penentuan berat molekul dan derajat polimerisasi α-selulosa yang berasal dari alang-alang (Imperata cylindrica) dengan metode viskositas. Untuk

Akad yang digunakan pada simpanan maslahah adalah akad wadi’ah yad dhamanah yaitu akad penitipan barang atau uang (umumnya berbentuk uang) kepada koperasi, pengelola

Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan pada UMKM pembibitan dan penggemukan sapi potong di kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan untuk menjawab permasalahan belum

Hal ini berarti bahwa ikan jelawat dapat memanfaatkan tepung silase kepala udang dalam pakannya sampai sebesar 30% dari tepung ikan untuk mencapai retensi protein

Tesis berjudul Pengaruh Jenis Kelamin dan Perbedaan Usia Terhadap Product, Purchase Decision, Consumption, dan Advertising Involvement Dalam Industri Fashion di

Tulisan sini akan membahas secara lebih lanjut tahapan radikalisme politik kelas menengah Muslim yang terjadi di Indonesia mulai dari munculnya godly nationalism, konteks

Sehubungan dengan inf ormasi mengenai NCD III MUFG BANK TAHAP II TAHUN 2018 SERI B y ang tercatat di KSEI, maka bersama ini kami inf ormasikan bahwa Emiten akan melakukan Pembay

Sementara itu, UNCTAD dan UNDP (2008) mendefinisikan industri kreatif sebagai proses kreasi, produksi, dan distribusi barang dan jasa yang menggunakan kreativitas dan modal