Profesi Kependidikan
Wawasan Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Kelompok 4:
Mila Oktavia Rusnita (1204958)
Mersa Yulia (1204979)
RM 10
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Menurut Crow & Crow, 1960: 14 bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadiaan dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
Menurut Jones, dalam Djumhur dan M. Surya 1975: 10, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian secara bijaksana dengan lingkungannya. Tujuan utama bimbingan adalah untuk mengembangkan setiap individu sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Mortensen & Schmuller, 1964: 3, bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan-layanan petugas ahli dengan mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kecakapan-kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan.
Dari ketiga pendapat ahli di atas tentang pengertian bimbingan, terdapat beberapa kesamaan, yaitu:
a. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa setiap bentuk bantuan adalah bimbingan. Utnuk dapat dikatakan sebagai bimbingan, maka bentuk bantuan itu harus memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu prinsip, tujuan, dan metode-metode tertentu sebagaimana terkandung didalam pengertian bimbingan tersebut. b. Bimbingan itu diberikan kepada individu yang membutuhkannya, baik
laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak maupun orang dewasa. c. Bimbingan itu diberikan kepada individu agar ia dapat mandiri dalam
menetapkan pilihan pilihan dan membuat keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan yang dibuat itu harus dapat dipertanggungjawabkan sendiri.
e. Bimbingan itu diberikan dalam hubungan interaksi antara pembimbing dan individu yang dibimbing. Dalam hubungan interaksi ini terjadi proses yang akhirnya bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh individu yang dibimbing.
f. Bimbingan itu diberikan dalam suasana sadar, bukan dalam suasana tidak sadar atau setengah sadar. Kesadaran itu disertai dengan proses penalaran yang penuh.
g. Bimbingan itu diberikan dalam bentuk gagasan-gagasan atau ide-ide yang perlu dipertimbangkan oleh individu yang dibimbing sebelum dia membuat suatu keputusan.
h. Bimbingan itu diberikan dengan jalan asuh dan asih artinya bimbingan itu selalu dilakukan atas dasar kasih sayang dan kecintaan demi kebahagiaan individu yang dibimbingnya.
i. Bimbingan itu diberikan dengan mempedomani norma-norma atau nilai-nilai yang dianut. Pelayanan bimbingan tidak boleh menyimpang atau melanggar norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekitarnya.
j. Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yaitu orang-orang yang memiliki pengetahuan dan terlatik secara baik dalam bidang bimbingan dan konseling.
Prayitno (1987: 36) merumuskan bahwa bimbingan itu adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar ia dapat mandiri, dengan menggunakan bahan, berupa interaksi, nasehat, gagasan, dan asuhan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.
2. Pengertian Konseling
Dalam bahasa Latin, istilah konseling disebut “Counsilium” yang berarti “dengan” atau “bersama”. Dalam kamus Bahasa Indonesia, untuk istilah itu mengandung pengertian kurang lebih sama dengan “penyuluhan”.
Pengertian konseling menurut beberapa ahli antara lain adalah:
2) Milton E. Hann and Malcolm S. O Maclean dalam Shertzer and Stone, 1978: 18, konseling adalah proses yang terjadi dalam hubungan-hubungan seseorang dengan seseorang antara individu yang berkesulitan karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya dengan sendiri dengan seorang pekerja yang karena latihan dan pengalaman yang dimilikinya mampu membantu orang lain memperoleh pemecahan-pemecahan berbagai jenis masalah pribadi.
3) Pepinsky and Pepinsky dalam Bruce and Shertzer, konseling adalah interaksi yang (a) terjadi antara dua individu yang masing-masing disebut konselor dan klien; (b) diadakan dalam suasana profesional; (c) diciptakan dan dikembanggkan sebagai alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.
Hakikat konseling menurut Patterson menampilkan ciri-ciri dibawah ini: 1) Konseling adalah usaha untuk menimbulkan perubahan tingkah laku
secara sukarela pada diri klien.
2) Maksud dan tujuan konseling adalah menyediakan kondisi-kondisi yang memudahkan terjadinya perubahan secara sukarela (kondisi yang memberi hak individu untuk membuat prilaku, untuk tidak tergantung pada pembimbing).
3) Usaha-usaha untuk memudahkan terjadinya perubahan tingkah laku dilakukan memlalui wawancara (walaupun konseling selalu dilakukan dalam wawancara, tetapi tidak semua wawancara diartikan konseling). 4) Mendengarkan merupakan suatu hal yang berada dalam konseling tetapi
tidak semua konseling adalah mendengarkan.
5) Konseling dilaksanakan dalam suasana hubungan pribadi antara konselor dan klien. Hasil pembicaraan yang dilakukun itu bersifat rahasia.
Jadi konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka antara seorang konselor dengan klien.
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
1. Latar belakang sosial budaya
2. Latar belakang pendidikan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan yang penting dalam usaha mendewasakan siswa. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar ada tiga bidang pendidikan yang satu sama lain saling berkaitan
a) Bidang pengajaran dan kurikulum b) Bidang administrasi dan kepemimpinan c) Bidang layanan bantuan
3. Latar belakang psikologis
Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individupenyesuaian diri serta masalah belajar. Masalah psikologis siswa dapat berupa:
a) Masalah perkembangan individu
Pada masalah ini siswa diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan dalam proses perkembangan mereka.
b) Masalah perbedaan individu
Di sekolah siswa dibentuk oleh lingkungan guru dan materi pelajaran yang sama, akan tetapi hasilnya berbeda, ada siswa yang cepat, lambat, dan malas dalam belajar, kentyataan ini menunjukkan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan, sebab melalui kegiatan bimbingan dan konseling perbedaan individu merupakan faktor layanan.
c) Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku
Penyesuaian diri merupakan kelanjutan perubahan individu. Bila individu dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan ditunjang oleh lingkungan yang konduksif maka individu dapatmenyesuaikan diri tanpa mengalami masalah.
d) Masalah belajar
Individu yang sedang belajar dipngaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dalam diri ataupun luardiri mereka. Faktor dalam maupun luar individu dapat menimbulkan masalah belajar bagi siswa.
C. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling dapat debedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus
Bimbingan dan Konseling bertujuan agar setelah mendapat pelayanan Bimbingan dan Konseling siswa dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, dan nilai-nilai yang dimiliki,
2. Tujuan Khusus
Secara khusus paelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah bertujuan agar siswa dapat:
a. Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berkenaan dengan bakat, kemampuan, minat, sikap, dan perasaan.
b. Memahami lingkungannya dengan baik, yang meliputu lingkungan pendidikan, lingkungan pekerjaan dan lingkungan sosial masyarakat. Dari segi lingkungan lingkungan pendidikan siswa hendaknya dapat memahami baik sekolah yang diikitinya sekarang maupun sekolah lanjutan yang akan dimasukinya, seperti peraturan-peraturan sekolah, kemudahan-kemudahan yang tersedia, jenis-jenis sekolah lanjutan yang ada, syarat-syarat masuk dll.
c. Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana yaitu keputudan-keputusan yang dibuat atas pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungan sebagaimana disebitkan pada buturan a dan b di atas. Dengan pemahaman itu siswa diharapkan dapat menyesuaikan antara keadaan diri yang dimiliki dengan keadaan lingkungan yang telah dipahaminya itu. d. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sahari-hari,
baik disekolah maupun diluar sekolah.
D. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi Pemahaman
Yang pertama dan paling awal harus dilakukan oleh pembimbing adalah mengetahui siapa dan bagaimana individu yang dibimbing itu. Mengetahui siapa dan bagaimana individu siswa berarti berusaha mengungkapkan dan memahami apa masalah dan kesulitan yang dihadapinya, apa dan bagaimana kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Hal ini diperoleh melalui berbagai keterangan tentang diri siswa yang bersangkutan
2. Fungsi Pencegahan
dapat menghambat proses belajar dan perkembangannya. Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat mengarah pada pemenuhan fungsi ini antara lain adalah: a. Pemberian orientasi dan informasi, yaitu informasi tentang pendidikan
lanjutan, cara-cara belajar yang baik, masalah kehidupan sosial-pribadi, dan peraturan-peraturan sekolah.
b. Penciptaan kondisi pendidikan yang sehat dan menunjang, seperti melengkapi saran dan prasarana sekolah yang memadai, menciptakan peraturan-peraturan yang logis dan menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang menyenangkan.
c. Kerjasama dengan orang tua murid guna menghasilkan kesepakatan dan kesamaan pandangan serta sikap dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-anak mereka.
3. Fungsi pemecahan (pemberian bantuan)
Fungsi pemecaha diperlukan agar, masalah-masalah yang dialami siswa dapat teratasi dengan segera mungkin. Fungsi pemecahan merupakan usaha sekolah untuk mengatasi berbagai masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Masalah-masalah yang dialami siswa itu dapat berupa sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar, kesulitan dalam menangkap isi pelajaran, kurang motif dalam belajar, tidak dapat menyesuaikan diri secara baik dengan teman-temannya, masalah kesehatan, dan sebagainya. Fungsi pemecahan ini dapat diselenggarakan oleh konselor dan guru sesuai dengan jenis dan sifat dari kesulitan yang dialami siswa.
4. Fungsi pengembangan
Pelayanan Bimbingan dan Konseling bukan sekadar mengatasi kesulitan yang dialami siswa melainkan juga berupaya agar siswa dapat menggembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Fungsi ini dapat dilakukan antara lain dengan menyalurkan bakat, kemampuan, dan minat, serta cita-cita siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan disekolah seperti kegiatan olahraga, kesenian, kelompok-kelompok studi-studi tertentu, keryawisata, palang merah remaja, pramuka dan kelompok pencipta alam.
E. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan adalah untuk semua murid
bimbingan dan konseling untuk membantu murid yang mengalami masalah tertentu saja, seperti potensial putus sekolah, kesulitan dalam belajar, dan kesulitan dalam mengadakan penyesuaian diri di sekolah.
2. Bimbingan dan konseling melayani murid-murid dari semua usia
Bimbingan dan konseling tidak hanya untuk siswa-siswa tingkat sekolah atau kelas-kelas tertentu saja, tetapi adalah untuk semua siswa mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, bahkan juga untuk orang-orang dewasa.
3. Bimbingan dan konseling harus mencakup semua bidang pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Bimbingan dan konseling terkait dengan pribadi secara keseluruhan dan terarah pada pertumbuhan dan perkembangan jasmaniah, mental, sosial dan emosional. Manusia pada hakekatnya adalah holistik, tingkah laku dan pertumbuhannya tidak dapat dipenggal-penggal dan dipisahkan. Dewasa ini banyak kepala sekolah, guru dan warga masyarakat lainnya yang menganggap bahwa bimbingan adalah bimbingan karier. Menurut konsep ini yang ada di sekolah adalah bimbingan karier. Anggapan ini sudah tentu mengelirukan. Walaupun perencanaan dan pemberian informasi tentang pekerjaan/jabatan merupakan layanan yang amat penting, tetapi layanan-layanan bimbingan lain pun sama pentingnya.
4. Bimbingan mendorong penemuan dan pengembangan diri
Ada kecenderungan dari guru-guru yang lebih senang memberitahukan kepada murid tentang apa yang harus dilakukannya. Siswa selalu dituntun untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Biasanya “apa yang harus dilakukan” itu berda di dalam kepala guru. Siswa tidak pernah tahu tentang apa yang harus dilakukannya. Akibatnya, siswa selalu menunggu apa yang akan disuruhkan atau diperintahkan oleh guru. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran seperti ini berkemungkinan besar dapat menghasilkan manusia-manusia yang pasif di kemudian hari.
Dalam menumbuh-kembangkan murid dalam menemukan dan mengembangkan diri dapat ditempuh antara lain dengan melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang meminta tentang apa yang akan dilakukannya. Ini dapat memungkinkan berusaha mencari dan menemukan sendiri apa yang patut dilakukannya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling memerlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak yaitu murid, orang tua, guru, kepala sekolah, konselor dan lainnya. Tanpa adanya dukungan dan kerjasama dari pihak yang terkait, pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat menjadi mandeg. Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama dari pihak itu, perlu diatur dan ditetapkan peranan dan tanggungjawabnya masing-masing.
6. Bimbingan harus menjadi bagian yang terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pendidikan secara keseluruhan. Program pendidikan yang baik adalah program yang mengikutsertakan bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian dari pelayanannya.
7. Bimbingan dan konseling harus dapat dipertanggungjawabkan kepada individu dan masyarakat
Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pengertian profesional di sini bukan saja karena bimbingan dan konseling itu dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang ini, tetapi lebih dari itu karena profesi membawa konsekuensi yang mendasar terhadap pekerjaan bimbingan dan konseling itu sendiri. Salah satu di antaranya adalah berkenaan dengan pertanggungjawabkan.
F. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas Kerahasiaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan
Yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian
Yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian
7. Asas Kedinamisan
Yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling.Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus
suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien)
G. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Bimo Walgito (1980) mengemukakan beberapa butir rumusan kode etik bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1) Membimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. 2) Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil
yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya.
3) Oleh karena pekerjaan pembimbing langsung dengan kehidupan pribadi orang seperti telah dikemukakan di atas maka seorang pembimbing harus :
a) Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya b) Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c) Menunjukkan penghargaan yang sama kepada bermacam-macam klien. d) Pembimbing tidak diperkenankan :
(1) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
(2) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal
(4) Mengalihkan klien kepada konselor lain, tanpa persetujuan klien tersebut.
e) Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau di luar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam melaksanakan bimbiingan dan konseling.
f) Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang memerlukan pengbdian penuh.
Di samping rumusan tersebut, terdapat rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yang dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad (1986) yaitu :
a) Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan klien.
b) Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan pribadi pembimbing/konselor sendiri.
c) Pembimbng/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit, kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbng/konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangka yang ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
e) Pembimbng/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbng/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
g) Pembimbng/konselor memiliki sifat tanggung jawab baik terhadap lembaga dan orang-orang yang dilayani, maupun terhadap profesinya.
h) Pembimbng/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin.
i) Pembimbng/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna dapat memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang membutuhkan data tentang sifat dan diri kepribadian seperti taraf inteligensi, minat, bakat, dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
m) Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi lainnya itu.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes psikologi dan apa hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu dan Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya