• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN ADMINISTRASI NEGAR docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN ADMINISTRASI NEGAR docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Penyediaan Tenaga Listrik di Indonesia

...Di Indonesia, pengelolaan penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam aspek jumlah, kualitas dan harga (ESDM, 2015)1. Target dalam pengelolaan listrik diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Landasan hukum perencanaan bidang energi dan ketenagalistrikan didasarkan pada Undang-Undang No 30 Tahun 2007 tentang energi, Undang-Undang No 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2012 yang kemudian diganti dengan Peraturan

Pemerintah No 23 tahun 2014 tentang kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik serta Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2014 tentang kebijakan energi nasional. Pengelolaan penyediaan tenaga listrik di Indonesia dapat dilihat berdasarkan dua sudut pandang yaitu:

a. Penguasaan

Pada aspek penguasaan, kepemilikan listrik di Indonesia berada di bawah wewenang pemerintah dan pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah terkait kelistrikan yaitu menetapkan kebijakan, pengaturan, pengawasan dan melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik. Selain itu, pemerintah berperan dalam menyediakan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu pembangunan sarana

penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang, pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan perbatasan serta pembangunan listrik perdesaan sehingga seluruh lapisan masyarakat mendapat akses listrik.

b. Pengusahaan

Aspek pengusahaan menitikberatkan pada partisipasi aktor di luar pemerintah dan pemerintah daerah yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat.

Rasio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2015 mencapai 88, 30% (Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016)2. Berikut disajikan rasio persebaran elektrifikasi di Indonesia pada tahun 2015 dalam gambar 1.1.

(2)

Gambar 4.1 Rasio Persebaran Elektrifikasi Indonesia Tahun 2015

Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan persebaran elektrifikasi dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Data tersebut memperlihatkan bahwa masih ada daerah di luar Pulau Jawa, Sumatra dan Bali yang memperoleh tingkat elektrifikasi kurang dari 50%. Hal ini berarti bahwa masih terdapat daerah yang mengalami keterbatasan akses listrik. Pada rasio tersebut juga terlihat bahwa kapasitas elektrifikasi di Papua kurang dari 50%. Artinya, sebagian wilayah di papua belum memperoleh akses yang cukup akan tenaga listrik.

Infrastruktur listrik di Indonesia dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara yaitu PT. PLN Persero. Berdasarkan Undang-Undang No 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan dan berdasarkan anggaran dasar perusahaan (ADP), rangkaian kegiatan PT PLN Persero mencakup tiga hal pokok (PT PLN Persero, 2011)3.

Pertama, PT PLN Persero bertugas menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup pembangunan pembangkit, penyediaan sarana parasarana listrik dan penjulan listrik serta distribusi tenaga listrik. Kedua, melaksankan tugas penunjang penyediaan listrik yang meliputi konsultasi ketenagalistrikan,

2 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan. 4 Februari 2016. Kebijakan Pemerintah dalam

Pembangunan Infrastruktur Penyediaan Tenaga Listrik. Jakarta: Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

(3)

pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan infrastruktur listrik, serta

menyelenggarakan sertifikasi baik fisik maupun non fisik (PT PLN Persero, 2016). Sertifikasi fisik mencakup pengecekan alat dan infrastruktur listrik. Sedangkan sertifikasi non fisik berupa kegiatan uji kompetensi tenaga teknik listrik. Ketiga, mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber energi lainnya sebagai bahan baku tenaga listrik. Perusahaan Negara ini juga bertugas membangun kerja sama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi. Target utama pengelolaan listrik nasional yaitu sebagai pendorong kegiatan ekonomi guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Pembangunan sarana dan prasarana ketenagalistrikan dilaksankan

berdasarkan master plan dari pemerintah yang dituangkan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2015 – 2034 (Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016). Hingga saat ini, di Indonesia telah terpasang pembangkit dengan kapasitas 54.488 MW. Berikut disajikan proporsi pembangunan pembangkit listrik dan bahan baku energi listrik di Indonesia.

Gambar 4.2 Kapasitas Pembangkit Listrik di Indonesia

Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016.

Gambar 4.3 Pembangunan Pembangkit Listrik di Indonesia

Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016.

Penyediaan tenaga listrik bagi negara dengan ekonomi yang berkembang pesat dan seluas Indonesia bukanlah perkara mudah. Oleh karena itu, penyediaan pasokan tenaga listrik tidak dapat ditanggung sendiri oleh PT PLN karena

keterbatasan kemampuan (Makarao, 2010)4. Seperti yang terlihat pada gambar 4.2 di atas pembangkit listrik di Indonesia dikelola oleh beberapa pihak yaitu PT

(4)

PLN, IPP, PPU dan IO Non BBM. Proporsi kapasitas pembangkit listrik PT PLN sebesar 38.204 MW, IPP berkapasitas 11.519 MW, PPU berkapasitas 2.349 MW dan kapasitas IO non BBM sebesar 2.416 MW. Produksi tenaga listrik yang dihasilakan sebesar 283 TWh. Sedangkan gambar 4.3 memperlihatkan jenis bahan baku sebagai sumber energy pembangkit listrik di Indonesia. Bahan baku yang digunakan dalam produksi tersebut antara lain energi baru terbarukan (EBT) sebanyak 11%, gas sebanyak 25%, minyak bumi dengan jumlah 14%, dan bahan baku yang berasal dari batu bara sebanyak 50%.

Distribusi tenaga listrik oleh PT PLN ditujukan kepada beberapa golongan, seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini.

Gambar 4.4 Distribusi Tenaga Listrik

Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016.

Pada gambar 4.4 di samping, terlihat bahwa konsumsi tenaga listrik total sejumlah 228 TWh. Distribusi tenaga listrik ditujukan kepada publik, industri, kelompok bisnis dan

residential. Publik memperoleh kapasitas sebesar 6%, kapasitas untuk industri sebesar 40%, kapasitas untuk kelompok bisnis sebesar 16% serta 38% didistribusikan untuk residential. Perjalanan penyelenggaraan tenaga listrik di Indonesia masih menemui berbagai permasalahan. Hambatan ini datang dari pemerintah dan civil society

(Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016). Permasalahan pada tataran pengambil kebijakan yang perlu memperoleh perhatian antara lain dalah hal penyedian lahan, manajemen proyek, proses perizinan, negosiasi harga dan koordinasi lintas sektor. Sedangkan masalah yang muncul dari kalangan civil society antara lain terkait penggunaan lahan untuk dibangun pembangkit atau peralatan listrik, harga jual listrik serta infrastruktur listrik yang belum sampai ke daerah terpencil dan pedalaman.

4.2 Penyediaan Tenaga Listrik di Vietnam

(5)

munculnya masalah yang sama, salah satunya dalam penyediaan tenaga listrik. Permintaan akan listrik di Vietnam menghadapi pertumbuhan dramatis dalam dengan proyeksi kenaikan dari 16 % per tahun 2006-2010 dan diperkirakan akan naik 11% per tahun 2011-2015 (Carbon Finance Assist - World Bank, 2010)5. Kapasitas tenaga listrik yang mampu disediakan oleh pemerintah Vietnam belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan akses tenaga listrik (Departemen Keuangan, n. d.)6. Penyebab dari rendahnya kapasitas listrik di Vietnam ialah terjadinya pertumbuhan yang pesat di sektor industri, migrasi penduduk ke kota-kota besar, dan peningkatan standar hidup yang menyebabkan permintaan pesat terhadap akses listrik. Selain itu, keterbatasan tenaga listrik juga disebabkan oleh pengelolaan pembangkit yang hanya mengandalkan hydropower dan impor listrik dari Negara lain.

Sektor ketenagalistrikan di Vietnam sebagian besar dikelola oleh Vietnam Electricity (EVN). Vietnam Electricity merupakan sebuah perusahaan ekonomi milik negara yang memainkan peran kunci dalam memastikan pasokan listrik untuk perekonomian nasional (reeep.org, 2010)7. Perusahaan ini menyediakan layanan terkait energy diantaranya generasi, transmisi, distribusi dan perdagangan energi listrik, kontrol dan operasi dari pembangkit listrik, transmisi, sistem

distribusi dan beban pengiriman dalam sistem listrik nasional. Perusahaan ini mulai beroperasi pada Juni 2006 melalui 56 anak perusahaan dengan 80.000 staf. Di samping itu, Vietnam Electricity juga bertugas untuk melakukan ekspor dan impor energi listrik, manajemen dan investasi dalam proyek daya serta

menyelenggarakan manajemen, operasi, perbaikan, pemeliharaan, perbaikan, rehabilitasi dan upgrade listrik. Adapun kebijakan yang saat ini sedang

dilaksankan ialah berusaha untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari luar negeri terutama dari China dengan terus membangun pembangkit-pembangkit baru dan terus meningkatkan produksi listriknya antara lain dengan mengundang

5 Carbon Finance Assist - World Bank. 2010. Vietnam Green House Gas Mitigation: Energy Resources And Electricity Generation. Washington DC.

6 Departemen Keuangan. n. d. Kajian Kebijakan Insentif Fiskal Untuk Mendorong Pertumbuhan Investasi di Sektor Ketenagalistrikan. http://fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5Ckebijakan %20insentif%20Fiskal.pdf. Diunduh pada Kamis, 2 Juni 2016

(6)

investor asing selebar-lebarnya dalam pembangunan pembangkit listrik (Departemen Keuangan, n. d.).

Rasio elektrifitas di Vietnam pada tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan rasio elektrifitas Indonesia yaitu mencapai 98% (Direktorat Jenderal

Ketenagalistrikan, 2016). Meskipun rasio elektrifitas tersebut lebih tinggi, namun kapasitas tenaga listrik yang dihasilkan lebih kecil daripada Indonesia yaitu sebesar 26.926 MW (Technical And Operational Departemen Of Vietnam Electricity (EVN), 2013)8. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari beberapa pembangkit listrik yang ada di Vietnam. Berikut disajikan data proposi

pembangkit listrik di Vietnam dalam Grafik 4.1.

55.00%

4.20% 14.00%

5.00% 8.20%

10.00%

3.60% EVN

Local Developers EVN JSC

TKV

Foreign Developers PVN

Import

Grafik 4.1 Kapasitas Pembangkit Listrik di Vietnam

Sumber: Technical and Operational Departemen Of Vietnam Electricity (EVN), 2013.

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa penyediaan tenaga listrik di Vietnam dilaksanakan oleh beberapa lembaga dan memiliki kapasitas

pembangkit yang berbeda (Technical And Operational Departemen Of Vietnam Electricity (EVN), 2013). Vietnam Electricity (EVN) sebagai perusahaan ekonomi Negara memiliki kapasitas terbesar dalam pengelolaan pembangkit listrik yaitu sebesar 55% atau 14.809,3 MW. Aktor lain yang juga berperan dalam pengelolaan pembangkit listrik di Vietnam adalah Local Developers yang memiliki kapasitas sebesar 4%, EVN JSC sebesar 14%, TKV sebesar 5%, Foreign Developers dengan kapasitas 8% dan PVN dengan kapasitas 10%. Selain itu, kapasitas pembangkit listrik juga diperoleh pemerintah Vietnam dengan melakukan impor sebesar 4%.

(7)

Sementara itu, pengelolaan ketenagalistrikan di Vietnam menggunakan berbagai bahan baku. Hal ini dapat terlihat dari grafik 4.2 mengenai jenis bahan baku yang digunakan untuk pembangkit listrik.

48.00%

2.00% 18.00%

2.00% 26.00%

3.00% 1.00% Hidropower

Coal Fired Operated by Gas

Coal Fired Diesel

Combined/open cycle Gas turbine

Import Renewable

Grafik 4.2 Bahan Baku Pembangkit Listrik di Vietnam

Sumber: Technical and Operational Departemen Of Vietnam Electricity (EVN), 2013.

Berdasarkan grafik diatas, dapat dinyatakan bahwa tenaga listrik di Vietnam dihasilkan dari berbagai macam bahan baku (Technical And Operational

Departemen Of Vietnam Electricity (EVN), 2013). Bahan baku utama untuk pembangkit listrik berupa hydropower dengan kapasitas sebesar 48%. Kemudian disusul dengan Coal Fired Operated by Gas dengan kapasitas 2%, Coal Fired sebesar 18%, Diesel sebesar 2%, Combined/Open Cycle Gas turbine berkapasitas 26%, dan renewable resources 1%. Sedangkan untuk pembangkit yang

menggunakan bahan baku yang berasal dari impor hanya sebesar 3%.

Distribusi tenaga listrik yang dilakukan oleh Vietnam Electricity (EVN) ditujukan bagi seluruh civil society yang mendiami Negara itu (Technical And Operational Departemen Of Vietnam Electricity (EVN), 2013). Adapun klasifikasi jenis customer atau pelanggan listrik di Vietnam dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Klasifikasi Customer Listrik di Vietnam

Type 2012 %

Agriculture 53,296 0.27%

Industry and Construction 518,610 2.62%

Commercial - Tourist 391,493 1.98%

Resident 18,563,566 93.85%

Other 253,919 1.28%

(8)

Tabel 4.1 berisi pemaparan mengenai klasifikasi pelanggan listrik yang ada di Vietnam. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasokan listrik di Vietnam ditujukan bagi resident. Hal ini dibuktikan dengan kapasitas tenga listrik bagi resident yang mencapai 93.85%. Selain untuk keperluan resident, pasokan listrik didistribusikan pada bidang pertanisn sebesar 0.27%, bidang industri dan

konstruksi sebesar 2.62% serta bidang komersial dan pariwisata sebesar 1.98%.

Vietnam Electricity (EVN) juga mengalokasikan tenaga listrik sebesar 1.28% untuk keperluan lain diluar dari tipe customer yang telah ditetapkan.

Meskipun rasio elektrifitas di Vietnam telah mencapai 98%, namun dalam pengelolan penyediaan tenaga listrik masih ditemui beberapa hambatan.

Hambatan itu terlihat dari sistem kontrol proyek yang masih dilaksankan secara tradisional (Technical And Operational Departemen Of Vietnam Electricity (EVN), 2013). Akibatnya, kontrol terhadap upaya pembangunan pembangkit listrik dan distribusi belum dapat dilaksankan secara optimal. Hambatan lain yang muncul ialah tingginya emisi gas buang hasil penggunaan batu bara untuk

menghasilkan energi listrik (Carbon Finance Assist – World Bank. 2010). Emisi gas buang tersebut mengakibatkan polusi udara dan apabila dibiarkan secara terus menerus dapat menimbulkan permasalahan pada aspek kesehatan. Di sisi lain, muncul tantangan mengenai upaya restrukturisasi organisasi, perbaikan peraturan dan prosedur bisnis yang perlu mendapat perhatian serius serta terbatasnya tenaga ahli dalam bidang ketenagalistrikan.

4.3 Analisis Perbandingan Peran dalam Penyediaan Tenaga Listrik

Tenaga listrik merupakan salah satu sektor yang memperoleh perhatian serius dari pemerintah setiap Negara. Hal ini dibuktikan dengan mengambil suatu langkah cerdas seperti mendirikan lembaga resmi yang berfungsi untuk mengelola pasokan energi listrik. Pada makalah ini, contoh lembaga Negara yang digunakan sebagai dasar analisis ialah PT PLN Persero dan Vietnam Electricity (EVN) yang berfungsi sebagai lembaga resmi penyedia tenaga listrik nasional.

Berdasarkan dimensi hubungan antara administrasi publik dan civil society, peran PT PLN Persero dan Vietnam Electricity (EVN) dalam menyediakan tenaga listrik bagi civil society termasuk ke dalam pilihan alternatif yang pertama yaitu melakukan desain ulang strategi ketenagalistrikan. Desain ulang strategi

(9)

Ketenagalistrikan Nasional (RKUN) 2015 – 2034 (Direktorat Jenderal

Ketenagalistrikan, 2016). Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RKUN) 2015 – 2034 memuat tentang visi dan target yang akan dicapai oleh PT PLN Persero dalam mengelola energi listrik di Indonesia. Pada lembaran draft Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RKUN) 2015 – 2034 juga dipaparkan

mengenai rincian kebijakan terkait listrik nasional dan arah pengembangan penyediaan tenaga listrik. Sedangkan, untuk strategi yang pengelolaan listrik di Vietnam bersifat jang menengah yaitu berlaku antara tahun 2014 hingga tahun 2017 (Technical and Operational Departemen Of Vietnam Electricity (EVN), 2013). Strategi yang dibuat diarahkan untuk memperbaiki infrastruktur ketenagalistrikan, perbaikan peratura dan prosedur pelayanan listrik,

meningkatkan kapasitas pasokan distribusi listrik dan melakukan inovasi untuk menemukan bahan baku yang bersifat renewable untuk pembangkit tenaga listrik. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel perbedaan terkait pengelolaan energi listrik yang dilaksanakan oleh PT PLN Persero dan Vietnam Electricity (EVN). Tabel 4.2 Perbandingan Pengelolaan Energi Listrik oleh PT PLN Persero dan Vietnam

Electricity (EVN)

Faktor Pembeda PT PLN Persero Vietnam Electricity (EVN) Tugas dan Peran Membangun pembangkit

listrik, menyediakan sarana dan parasarana listrik serta melakukan distribusi tenaga listrik.

Menyelenggarakan konsultasi dan sertifikasi terkait energi listrik, serta melaksanakan.

Memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dan sumber energi lainnya sebagai bahan baku tenaga listrik.

Membangun kerja sama dengan lembaga atau

Melaksankan transmisi, distribusi dan perdagangan energi listrik.

Mengontrol pemeliharaan pembangkit listrik dan sistem distribusi listrik nasional.

Melakukan ekspor dan impor energi listrik.

Memperbaiki manajemen dan investasi proyek.

Menyelenggarakan pemeliharaan, perbaikan, rehabilitasi dan upgrade

(10)

badan ketenagalistrikan. Kapasitas Pembangkit

Listrik 54.488 MW 26.926 MW

Tingkat Elektrifitas 88,30% 98%

Organisasi Pengelola PT PLN Persero

IPP

PPU

IO Non BBM

Vietnam Electricity (EVN)

Local Developers

EVN JSC

TKV

Foreign Developers

PVN

Import

Bahan Baku Tenaga Listrik

Energi Baru Terbarukan (EBT)

Gas

Minyak Bumi

Batu Bara

Hidropower

Coal Fired Operated by Gas

Coal Fired

Diesel

Combined/open cycle Gas turbine

Import

Renewable

Tipe Customer Listrik Publik

Industri

Kelompok Bisnis

Residential

Agriculture

Industry and Construction

Commercial - Tourist

Resident

Other

Permasalahan Penyediaan Listrik

a. Permasalahan pada tataran pemerintah:

Penyedian lahan

Manajemen proyek

Proses perizinan

Negosiasi harga

Koordinasi lintas sektor

b. Permasalahan dari civil society mencakup:

Keterbatasan peralatan listrik

Harga jual listrik mahal

Infrastruktur listrik yang belum sampai ke daerah terpencil dan pedalaman

a. Permasalahan pada tataran pemerintah:

Sistem kontrol masih dilaksankan secara tradisional

Tingkat emisi tinggi

b. Permasalahan dari civil society yaitu:

Terbatasnya tenaga di bidang ketenagalistrikan

(11)

Sumber

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan. 4 Februari 2016. Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Infrastruktur Penyediaan Tenaga Listrik. Jakarta: Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

PT PLN Persero. 2011. Bisnis PLN. http://www.pln.co.id/?p=117. Diakses pada 3 Juni 2016.

Makarao, Suhasril. 2010. Hukum Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Bogor. Ghalia Indonesia.

PT PLN Persero. 2016. Company Profile PT PLN Persero: Electricity For A Better Life. Jakarta.

Technical and Operational Departemen Of Vietnam Electricity (EVN). 14 November 2013. EVN Smart Grid Plan. Frankfurt.

Departemen Keuangan. n. d. Kajian Kebijakan Insentif Fiskal Untuk Mendorong Pertumbuhan Investasi di Sektor Ketenagalistrikan. http://fiskal.depkeu. go.id/webbkf/kajian%5Ckebijakan%20insentif%20Fiskal.pdf. Diunduh pada Kamis, 2 Juni 2016

Admin. 2013. Vietnam (2012). https://www.reeep.org/vietnam-2012. Diunduh pada Sabtu, 4 Juni 2016

Carbon Finance Assist – World Bank. 2010. Vietnam Green House Gas

Gambar

Gambar 4.1 Rasio Persebaran Elektrifikasi Indonesia Tahun 2015Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016.
Gambar 4.2 Kapasitas Pembangkit Listrik di
Gambar 4.4 Distribusi Tenaga ListrikSumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016.
Grafik 4.1 Kapasitas Pembangkit Listrik di Vietnam
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian ini adalah pemetaan produktivitas panen dalam bentuk sistem informasi geografis untuk mempermudah melakukan pemantauan produktivitas panen, juga

Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah

Postmodern adalah gerakan yang diciptakan atas ketidakpuasan terhadap arsitektur modern, terutama International Style.Gerakan postmodern ini ditandai dengan

Dengan menggunakan discrimination approach, didapat hasil bahwa laporan laba-rugi pada perusahaan yang menerapkan metode akuntansi persediaan rata-rata lebih dapat mencerminkan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa implikatur-implikatur wacana dalam humor Gus Dur dapat disimpulkan sebagai berikut; Pertama, tuturan dalam wacana humor Gus Dur ditemukan tiga

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, tempat sampah yang dimiliki oleh Pelabuhan Tenau berjumlah 7 unit yang diperuntukkan bagi calon penumpang yang

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN JAMBAN DAN KONDISI JAMBAN PASCA METODE PEMICUAN DI DESA SRI RAHAYU KECAMATAN CIKANCUNG KABUPATEN BANDUNG. Universitas

Berbagai tayangan televisi ritual-religius selama Ramadhan yang dikemas dalam beragam program acara terjebak dalam pemahaman Islam yang simbolis-verbalis (dalam Surya