• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Think Pair SHARE (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Delik 01 Semester II Tahun Ajaran 2013-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Think Pair SHARE (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Delik 01 Semester II Tahun Ajaran 2013-2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6

Dalam penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah (1) Pembelajaran IPA, (2) Keaktifan, (3) Hasil belajar, (4) Pembelajaran Think Pairr Share (TPS)

2.2 Pembelajaran IPA

2.2.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi di alam. Dengan mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya.

(2)

7

prinsip dan teori.IPA sebagai sikap artinya dalam pembelajaran IPA dapat dikembangkan sikap ingin tahu, terbuka, jujur, teliti, kerjasama, dan sebagainya. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup tiga aspek dalam IPA yaitu proses, produk, dan sikap.

2.2.2 Tujuan pembelajaran IPA di SD

Dalam KTSP 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(3)

8

pembelajaran menjadi penentu penting.Dengan demikian, diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah tujuan pendidikan IPA seperti yang diharapkan dapat tercapai.

2.2.3 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut:

(4)

9

2. Prinsip Inkuqiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak.

3. Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya.

4. Prinsip Saling temas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru.

5. Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.

6. Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.

7. Prinsip Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana, (2010:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia meneriman pengalaman belajarnya.

(5)

10

Berdasarkan definisi hasil belajar menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian dalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Menurut Soedarto (1997:49) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa dan setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 1990:22).

Menurut Slameto dalam Anwar dan Hendra (2011:107) “Hasil belajar adalah sutau proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, berupa hasil pengalamannya dalam interkasi dengan lingkungannya”.

Menurut Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur”.

Menurut Sudjana, (2008:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia meneriman pengalaman belajarnya. Menurut Nasution (2011:176) hasil belajar adalah nyata dari apa yang dapat dilakukannya dan yang tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka terjadi perubahan kelakuan yang dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam perbuatan.

(6)

11

tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2.3.2 Faktor – Faktor yang Menpengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wina Sanjaya (2009:170) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu, 2) Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial.

Faktor dari dalam (intern) atau faktor individu berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi adalah motivasi.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar (ekstern) atau faktor sosial yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program sekolah, guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan menantang.

2.4 Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

(7)

12

kooperatif tipe Thing Pair Sharing (TPS) di atas, tampak bahwa model pembelajaran ini dirancang agar siswa terlibat lebih banyak dalam pembelajaran. Keterlibatan itu dapat dilihat pada sintaks dimana siswa dengan model pembelajaran ini dikondisikan untuk berfikir menjawab pertanyaan, termasuk mengambil kesimpulan dari hasil pemikiran berdasarkan pertanyaan yang diajukan. Sintaks ini secara langsung menjadikan siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Keterlibatan penuh inilah menjadikan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Logika yang dibangun adalah, semakin sering siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, siswa dapat mengalami dan berproses mulai dari merumuskan masalah hingga mengambil kesimpulan berdasarkan masalah yang diajukan. Dengan sering terlibat secara aktif dalam pembelajaran tersebut, siswa menjadi lebih memahami keseluruhan materi pelajaran yang diajarkan. Dengan lebih memahami materi pelajaran, makin memudahkan siswa ketika siswa diajukan pertanyaan untuk diselesaikan dalam bentuk tes. Situasi ini membawa konsekuensi siswa lebih mudah memahami pelajaran dan siswa lebih mudah menjawab soal.prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

2.4.2 Langkah – langkah pembelajaran dengan metode kooperatif tipe

Think pair share TPS

(8)

13 Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Langkah-Langkah Tingkah Laku Guru

Langkah I : Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berkaitan dengan pelajaran; dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut

Langkah II :

Pairing (berpasangan)

Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan yang telah dipikirkan.

Langkah III : Sharing (berbagi)

guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.

Sumber: Kunandar (2009:367)

Dari langkah-langkah pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dikemukakan oleh Kunandar (2009:367), belum dicantumkan sintaks pembelajaran kooperatif secara keseluruhan. Langkah-langkah dalam pembelajaranpun menggunakan kegiatan awal, inti dan akhir. Oleh karena itu, penulis menggunakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menggabungkannya dengan sintaks pembelajaran kooperatif yakni sebagai berikut:

A. Kegiatan Awal

1. Membuka Pelajaran: memeriksa kesiapan peserta didik.

2. guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

3. Guru memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan dan direncanakan.

(9)

14 B. Kegiatan Inti

Tahap think: Eksplorasi

1.Memahami peta konsep tentang pembentukan tanah. 2.Menjelaskan materi tentang pembentukan tanah. 3.Siswa mampu menjelaskan pembentukan tanah. Tahap pair:

Elaborasi

1. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, individu, dan diskusi kelompok untuk menemukan gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan, tentang pembentukan tanah.

2. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan yang dilakukan baik lisan maupun tulisan secara individual maupun kelompok, tentang pembentukan tanah.

3. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok, tentang pembentukan tanah.

4. Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan mengenai pembentukan tanah.

5. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang pembentukan tanah 6. Siswa mengerjaka Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang pembentukan tanah

secara individu, kemudian secara berpasangan untuk mendiskusikan hasil kerjanya, setelah itu siswa kembali dalam kelompok banyak, yang terdiri dari 4-6 orang siswa.

7. Guru mengontrol kerja siswa dalam berdiskusi dan membantu siswa mengarahkan jika masih terdapat hal-hal yang belum dipahami mengenai pembentukan tanah.

(10)

15 Tahap share:

Konfirmasi

1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui oleh siswa mengenai pembentukan tanah.

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan tentang pembentukan tanah. C. Kegiatan Penutup

1. Guru memberi penguatan/penghargaan terhadap hasil diskusi. 2. Guru mengadakan evaluasi.

2.4.3 Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Think pair

share TPS

Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran Think-Pair-Share Tidak ada metode belajar yang sempurna yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Suatu metode belajar pasti mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan dari metode belajar dapat tercapai apabila ada tanggung jawab individual dari setiap anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar individual setiap anggota kelompok.

Selain itu diperlukan adanya pengakuan kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat melihat bahwa kerja sama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok sangat penting. Kelemahan yang ada diharapkan dapat diminimalisir dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk belajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

(11)

16 Tabel 2.2

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran TPS

Kelebihan Kekurangan

1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

2. Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana.

3. Memberikan lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.

4. Interaksi antar pasangan lebih mudah.

5. Lebih mudah dan cepat dalam membentuk kelompoknya

1. Lebih banyak kelompok yang akan melapor dan perlu dimonitor.

2. Lebih sedikit ide yang muncul. 3. Jika ada masalah tidakad penengah

2.5 Hubungan Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), Keaktifan dan Hasil Belajar

(12)

17

peningkatan keaktifan pada siswa dalam pembelajaran IPA maka secara otomatis hasil belajar siswa juga diharapkan akan mencapai criteria KKM, yaitu diatas 65.

2.6 Kajian hasil penelitian yang relevan

Penelitian ini juga didassarkan pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh beberapa penulis yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk memecahkan masalah pembelajaran di Sekolah Dasar.

Peneliti yang dilakukan oleh Indama Maria Ulfa, yang berjudul pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Lawang. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa secara simultan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata nilai kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,77 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,65. hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode Kooperatif Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara siswa kelas eksperimen yang diajar dengan Think Pair Share (TPS) dan siswa kelas kontrol yang diajar dengan metode konvensional.

(13)

18

ekosistem dan pencemaran lingkungan). Guru dapat menciptakan suatu variasi pembelajaran seperti menggabungkan pembelajaran kooperatif model TPSatau pembelajaran kooperatif yang lain dengan kegiatan praktikum untuk menghindari perasaan bosan pada siswa.

Dari penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka penulis ingin melakukan penelitian lagi dengan menggunakan model pembelajaran yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini, dengan penelitian-penelitian yang terdahulu. Perbedaanya antara lain:

1. Pada penelitian terdahulu, para penulis belum memasukan variabel yang diteliti, artinya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS), penulis menduga dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.

(14)

19 2.7 Kerangka Berpikir

Berikut ini adalah kerangka berpikir untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan pembelajaran Think Pair Share (TPS).

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.8 Hipotesis tindakan

Berdasarkan uraian dalam landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut, ”dengan penggunaan model pembelajaran metode kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA SD Negeri 01 Delik Kecamatan tuntang, Kabupaten Semarang Semester 2/2013/2014 diharapkan dapat meningkat.

Guru masih menggunakan Think Pair Share (TPS) sesuai

dengan langkah-langkah dan Diduga melalui penerapan pembelajaran Think

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Demikian surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya, setelah melaksanakan tugas diharap melapor ke atasan langsung. Rancabungur, 30 Agustus

Perubahan-perubahan penting dalam bidang produksi dan ekonomi di Eropa Barat pada abad ke 19 M telah mendorong seluruh dunia berada di bawah pengaruh industri mekanis

sesuai dengan keinginan. 9) Centerline berfungsi sebagai garis kontruksi. Solidwork tidak akan membaca. sebagai suatu entities , tetapi lebih sebagai

kepercayaan merek dan citra merek terhadap Niat beli konsumen sepatu Nike Variabel Independen Brand Personality Brand Trust Brand Images Brand Personality Brand Awareness

add action=jump chain=forward comment="PREVENT VIRUS COME FROM PUBLIC INTERNET NETWORK" disabled=no in-interface=ether-public jump-target=viruses add

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

The final product of this change request ought to be the official release within the OGC and WfMC communities in June 2009 of WFXML and WfXML-R with any enhancements