• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV n Efektivitas model pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV n Efektivitas model pembelajaran"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Pada penelitian ini, yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas XI IPS 2, dengan jumlah siswa 31 siswa, tetapi data yang diolah sebanyak 30 siswa karena 1 siswa tidak hadir sehingga tidak dapat mengikuti post-test. Tahap perlakuan awal pada kelas eksperimen yaitu dimulai dengan pemberian pre-test yang dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Juli 2012 untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi ketenagakerjaan dan pengangguran sebelum diberikan perlakuan dengan metode pembelajaran TGT. Tahap selanjutnya adalah memberikan perlakuan yaitu dengan menggunakan metode TGT sebanyak 3 kali pertemuan. Alokasi setiap pertemuan yaitu 2 x 45 menit dan 1 x 45 menit. Berhubung penelitian ini dilaksanakan bertepatan dengan bulan Ramadhan, jadi alokasi waktu dikurangi 10 menit, sehingga tiap pertemuan menjadi 2 x 35 menit dan 1 x 35 menit. Setelah diberikan perlakuan, selanjutnya siswa diberikan post-test pada hari Kamis, 9 Agustus 2012. Post-post-test ini diberikan dengan

tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan metode TGT.

(2)

Sebelum memulai pelajaran, guru mengucapkan salam dan ketua kelas memimpin siswa untuk menyiapkan kelas dan berdoa. Setelah itu, guru mengecek kehadiran siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran TGT terdiri dari 5 tahap, yaitu :

a. Penyajian Kelas

Pada tahap ini, guru menjelaskan materi secara garis besar. Guru menekankan pada siswa untuk menyimak dengan baik agar mereka dapat menjawab soal pada saat game turnamen nanti. Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjut nya, guru mengenalkan model pembelajaran TGT serta menyam paikan apa yang harus mereka lakukan pada saat kegiatan pembelajaran ini berlangsung.

Tahap penyajian kelas ini dilaksanakan pada pertemuan pertama, guru hanya menyampaikan garis besar materi saja, selanjutnya siswa dapat membaca sendiri pada materi yang telah diberikan guru.

b. Belajar Dalam Kelompok

(3)

dapat memberikan penjelasan kepada siswa yang memiliki kemampuan yang sedang dan rendah. Sehingga yang berkemam puan sedang dan rendah dapat menerima pelajaran dengan baik.

Dalam tahap ini, setiap kelompok diberikan soal-soal yang harus mereka pecahkan bersama. Pada pertemuan ini, terdapat kelompok yang memiliki kerjasama yang baik, mereka saling bekerjasama dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru. Selain itu, ada juga yang hanya mengandalkan teman kelompoknya. Melihat keadaan ini, guru langsung menghampiri kelompok tersebut dan memberikan pertanyaan yang termasuk dalam soal yang telah dijawab kepada siswa yang tidak ikut serta kerjasama dalam mengerjakan soal. Siswa tersebut tidak bisa menjawab, kemudian guru memperingatkan siswa tersebut untuk turut serta dalam menyelesaikan soal dalam kelompoknya.

c. Permainan

(4)

memulai permainan, guru terlebih dahulu memberikan contoh bagaimana permainan berlangsung.

d. Turnamen

Tahap turnamen merupakan struktur dari permainan. Jadi, turnamen disini termasuk dalam tahap permainan.

Guru membagi siswa ke dalam empat meja turnamen. Dalam tiap meja, terdiri dari empat siswa yang berkemampuan homogen. Pada saat awal permainan, siswa masih terlihat bingung, kemudian guru memberikan simulasi permainan sehingga siswa lebih paham. Setelah beberapa menit siswa bermain, mereka terlihat bersemangat untuk menjawab soal dan menyanggah teman yang tidak bisa menjawab soal yang dibacakan oleh pembaca soal. Lima menit sebelum jam pelajaran habis, guru meminta siswa untuk menghentikan permainan untuk menghitung skor yang telah mereka peroleh.

Dalam tahap ini, guru menemukan beberapa kesulitan, karena guru harus mobile dari satu meja ke meja lain untuk melihat bagaimana permainan berlangsung. Selain itu, tidak semua siswa yang dapat bermain karena waktu yang tersedia sangat terbatas, dan siswa yang tidak bermain terkadang ribut sendiri dan menganggu konsentrasi temannya yang sedang melakukan permainan.

e. Rekognisi Tim

(5)
(6)

Prayogi Trisandy

Rekognisi tim ini bertujuan untuk memberikan penghargaan bagi pencapaian yang telah diraih oleh siswa dalam pelajaran ekonomi. Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pemenang dalam permainan turnamen adalah kelompok 1 (Kelompok Dollar). Kelompok ini peraih skor tertinggi yaitu 56 dengan predikat Super Team. Adapun kelompok yang tidak mendapatkan predikat dalam permainan ini, mereka kurang cekatan dalam menjawab soal turnamen dan pada saat belajar tim, mereka lebih mengandalkan temannya untuk menyelesaikan tugas.

2. Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

(7)

5 K5 30 TT 65 TT 5 E5 45 TT 55 TT

Jumlah 1189 2032 Jumlah 1262 2161

Rata-rata Keterangan = T:Tuntas; TT: Tidak Tuntas

Pada penelitian ini, jumlah sampel kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki jumlah siswa yang sama, yaitu berjumlah 31 siswa. Kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu metode belajar yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajar mata pelajaran ekonomi. Sedangkan kelas eksperimen digunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.

(8)

Selama berlangsungnya penelitian, pada kelas kontrol, terdapat satu siswa tidak hadir karena sakit sehingga tidak bisa mengikuti pre-test, sehingga data yang dapat diolah hanya 30 siswa. Pada kelas eksperimen juga terdapat 30 siswa yang datanya dapat diolah, karena salah satu siwa tidak dapat mengikuti post-test. Tes hasil belajar yang digunakan berbentuk essai berjumlah 5 soal dengan skor maksimal 100.

Dari Tabel 4.1 menunjukkan skor pre-test terendah pada kelas kontrol adalah 15 dan skor tertinggi 70, dengan rata-rata 39,63. Sedangkan skor post-test terendah adalah 29 dan skor tertinggi 100 dengan rata-rata 67,73. pada pre-test, 96,67% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM karena kebanyakan siswa belum memahami materi, dan 3,33% siswa yang tuntas. Sedangkan pada post-test, 50% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM dan 50% tuntas dan mencapai nilai ≥70. Pada kelas eksperimen menunjukkan skor pre-test terendah adalah 20 dan skor tertinggi 55, dengan rata-rata 42,07. Sedangkan skor post-test terendah adalah 40 dan skor tertinggi 90 dengan rata-rata 72,03. pada pre-test, 100% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM karena siswa belum memahami materi dan diberikan perlakuan. Sedangkan pada post-test, 33,33% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM dan 66,67% tuntas dan mencapai nilai ≥70.

(9)

normal. Sedangkan pada uji normalitas pre-test siswa kelas eksperimen, diperoleh (Lampiran C-2) diperoleh X2

hitung > X2 tabel ( 8,54 > 7,815), dengan

demikian, data berdistribusi tidak normal.

Karena salah satu data pre-test tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji statistik Non-Parametrik U-Mann Whitney dengan taraf α=5% atau 0,05.

Berdasarkan Uji U Mann Whitney (Lampiran C-3) diperoleh Ztabel ≤

Zhitung ≤ Ztabel atau -1,96 < -1,08 < 1,96, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Selanjutnya, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa pada materi ketenagakerjaan dan pengangguran yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode TGT, maka terutama dilakukan uji normalitas data hasil belajar post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen. Seperti yang telah dilakukan

pada hasil pre-test, uji normalitas data post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen juga menggunakan Uji Chi Kuadrat. Dari perhitungan uji normalitas post-test kelas kontrol (Lampiran C-4), diperoleh X2

hitung < X2 tabel ( 7,335 < 7,815), maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal, dan hasil perhitungan uji normalitas post-test kelas eksperimen (Lampiran C-5) diperoleh X2

hitung > X2 tabel ( 19,264 > 7,815), dengan

demikian, data tidak berdistribusi normal.

(10)

Ztabel ≤ Zhitung ≤ Ztabel atau -1,96 < -1,65 < 1,96, maka Ho diterima dan Ha

ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara post-test kelas kontrol dan post-test kelas eksperimen.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan metode pembelajaran TGT terhadap hasil belajar siswa pada materi ketenagakerjaan dan pengangguran, peneliti menggunakan effect size. Dari perhitungan Effect Size (Lampiran C-7), diperoleh nilai ∆=0,15. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model TGT memberikan pengaruh yang kecil terhadap hasil belajar siswa pada materi ketenagakerjaan dan pengangguran.

3. Effect Size

Perhitungan effect size dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas penerapan model pembelajaran TGT terhadap hasil belajar siswa pada mata materi ketenagakerjaan dan pengangguran kelas XI IPS SMA Negeri 3 Ketapang. Rata-rata perubahan skor kelompok eksperimen adalah 29,97 dan rata-rata perubahan skor kelompok kontrol adalah 28,1, dengan standar deviasi kelompok kontrol 11,77.

Δ=Y´E− ´YC

SC

Keterangan :

(11)

´

YE = Rata-rata perubahan skor kelompok eksperimen

´

YC = Rata-rata perubahan skor kelompok kontrol

SC = Standar deviasi kelompok kontrol

Dengan kriteria :

ES < 0,3 = Digolongkan rendah

0,3 < ES < 0,7 = Digolongkan sedang

ES > 0,7 = Digolongkan tinggi

Δ=Y´E− ´YC

SC

Δ=29,97−28,1

11,77 =0,16

Nilai ∆ = 0,15 (5,96%) termasuk dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode TGT memberikan pengaruh yang rendah terhadap hasil belajar siswa.

B. Pembahasan

Pre-test diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan. Data pre-test siswa dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

(12)

dan kelas eksperimen karena kedua kelas belum diberikan perlakuan dan memahami materi yang diberikan.

Seperti pada nilai pre-test, rata-rata nilai post-test kelas eksperimen juga lebih tinggi daripada kelas kontrol. Meskipun terdapat perbedaan rata-rata hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen, berdasarkan uji U-Mann Whitney, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional dan siswa yang diajar dengan metode TGT. Perbedaan hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.1.

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 0

10 20 30 40 50 60 70 80

Pre-Test

Post-Test

39.63 42.06

67.73 72.03

GAMBAR 4.1: Diagram Rata-Rata Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

(13)

memperoleh nilai tuntas. Setelah diberikan perlakuan meningkat menjadi 67,73 atau 50% siswa yang tuntas. Sedangkan pada kelas eksperimen, rata-rata pre-test siswa 42,06 dan meningkat setelah diberikan perlakuan menjadi 72,03 atau 67,67% siswa mencapai KKM (Gambar 4.2). Perbedaan antara post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda jauh.

Kontrol

Eksperimen 0.00%

10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

Pre-test Post-test

3%

0%

50.00%

66.67%

GAMBAR 4.2 : Persentase Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

(14)

mengajar sangat ditentukan oleh kepiawaian guru dalam mengatur dan mengarahkan kelas (Wina Tinajaya, 2005). Selanjutnya, Brophy dan Good (dalam Cruckshank dkk,2006: 246) menyatakan, “Any form of small-group instruction is more difficult than teaching class as a

whole because these and other management problems are

compounded”

Kemampuan mengatur kelas oleh guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, terlebih jika di dalam kelas menerapkan kelompok belajar di dalamnya. Ketidakpiawaian guru dalam mengatur kelas berdampak pada penerapan metode pembelajaran yang kurang maksimal dan menyebabkan hasil belajar siswa kelas eksperimen kurang memuaskan dan tidak jauh berbeda dengan hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Selain itu, di dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa merasa bingung dalam mengikuti proses pembelajaran TGT, terutama pada saat diberikan peraturan dalam permainan turnamen, sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk memulai pelajaran menjadi berkurang.

(15)

“Research shows that Cooperative Learning activity to succed, team members must not simply share answer but, more importantly, explain how they derived the answers and why they are correct. Without this step, students are not able to apply or use the information later”.

Dari pernyataan tersebut, telah jelas bahwa tiap anggota tim tidak hanya berbagi jawaban, melainkan bisa menjelaskan alasan mereka untuk memilih jawaban yang telah mereka tetapkan.

Jika dilihat dari besarnya angka effect size yaitu 0,15 (tergolong rendah) atau hanya memberikan sumbangan sebesar 5,96% terhadap hasil belajar siswa pada kelas eksperimen. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asniar (2009) mengenai penerapan model kooperatif tipe TGT pada materi kelarutan dan hasil kelarutan, memiliki effect size yang tergolong tinggi yaitu sebesar 0,71 (28,52%) terhadap hasil belajar siswa.

Salah satu indikator efektivitas pembelajaran yang dirangkum oleh Slavin adalah waktu (time), yaitu merupakan ketepatan waktu yang diatur oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, yang melakukan percobaan adalah peneliti, sehingga kemampuan dalam mengatur waktu pembelajaran kurang dan berdampak pada proses pembelajaran yang diterapkan tidak efektif, serta rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa yang mencapai KKM, yaitu sebesar 66,67%.

(16)

(1) Yang melakukan penerapan model pembelajaran ini adalah peneliti sendiri yang masih kurang dalam kemampuan mengajar dan mengelola kelas.

(2) Tahap-tahap dalam pembelajaran ini sudah dilaksanakan sesuai dengan sintak, tetapi penerapan pada tiap tahap terdapat beberapa kekurangan, yaitu :

(a) Pada tahap penyajian kelas, guru kurang menguasai kelas sehingga situasi kelas kurang kondusif bagi siswa untuk belajar.

(b) Pada tahap belajar kelompok, guru kesulitan mengontrol kelas yang terdiri dari beberapa kelompok.

(c) Pada tahap permainan turnamen, siswa kurang paham dengan peraturan dalam permainan, sehingga guru perlu berulang-ulang dalam menjelaskan peraturan tersebut. Dalam pembagian siswa ke dalam meja turnamen homogen, guru kesulitan untuk menentukan siswa ke dalam meja turnamen.

(3) Sulit membagi kelompok siswa dalam bentuk heterogen karena guru belum mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya dan hanya melihat dari tes awal yang dilakukan sebelum diterapkan model pembelajaran yang ingin dicobakan.

(4) Inti dari penerapan model pembelajaran ini adalah pembagian kelompoknya, berhubung guru kurang bisa membagi kelompok sesuai dengan yang telah ditunjukkan dalam sintaks, membuat pengelompokkan ini kurang mendukung proses pembelajaran. (5) Pada dasarnya, permainan ini harus dilakukan secara

(17)

benar-benar paham materi pelajaran yang dibahas. Pada penelitian ini, peneliti tidak menerapkan perpindahan tempat duduk sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada model pembelajaran ini karena waktu yang sangat terbatas.

Dalam penerapan model pembelajaran TGT, peneliti menemukan beberapa masalah, yaitu sebagai berikut :

(1) Tidak semua siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi memiliki kemampuan untuk menjelaskan pelajaran kepada temannya.

(2) Pada awal permainan turnamen, siswa kurang mengerti mengenai aturan permainan sehingga guru menjelaskan berulang kali dan memakan waktu yang banyak.

(3) Kesulitan dalam mengatur meja turnamen karena kelas yang kecil.

(18)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil belajar siswa, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

(19)

setelah permainan berlangsung, guru dan siswa menghitung bersama skor yang telah diperoleh dalam permainan, dan guru memberikan penghargaan terhadap kelompok dengan katagori Super Team, Great Team dan Good Team.

2. Hasil belajar siswa pada kelas eksperiman sebelum pre-test menunjukkan skor pre-test terendah adalah 20 dan skor tertinggi 55, dengan rata-rata 42,07. Sedangkan skor post-test terendah adalah 40 dan skor tertinggi 90 dengan rata-rata 72,03. pada pre-test, 100% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM karena siswa belum memahami materi dan diberikan perlakuan. Sedangkan pada post-test, 33,33% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM dan

66,67% tuntas dan mencapai nilai ≥70.

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode konvensional dan yang menggunakan metode TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan U-Mann Whitney diperoleh Ztabel ≤ Zhitung ≤ Ztabel atau

-1,96 < -1,65 < 1,96 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen.

(20)

0,15 (5,96%) terhadap materi ketenagakerjaan dan pengangguran. Dilihat dari kriterianya, angka tersebut tergolong rendah (ES > 0,3). Hal ini terjadi karena metode pembelajaran TGT masih terasa asing bagi siswa, mereka belum terbiasa dan belum beradaptasi dengan metode pembelajaran yang baru pertama kali mereka terima.

5. Terdapat beberapa masalah dalam menerapkan pembelajaran dengan metode TGT, yaitu sebagai berikut :

(a) Tidak semua siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi memiliki kemampuan untuk menjelaskan pelajaran kepada temannya.

(b) Pada awal permainan turnamen, siswa kurang mengerti mengenai aturan permainan sehingga guru menjelaskan berulang kali dan memakan waktu yang banyak.

(c) Kesulitan dalam mengatur meja turnamen karena kelas yang kecil.

(d) Model pembelajaran TGT memakan waktu yang relatif banyak. B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu :

1. Bagi guru yang ingin menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), harus disesuaikan dengan materi yang

(21)

2. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) memiliki pengaruh yang kecil dalam hasil belajar siswa. Namun bukan berarti metode ini tidak dapat digunakan. Metode ini dapat digunakan dengan menyesuaikan semua langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran.

3. Bagi peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), dapat menggunakan materi yang berbeda

dan melakukan perbaikan dari penelitian yang sebelumnya, dan ada baiknya untuk mengujicobakan terlebih dahulu metode pembelajaran ini agar siswa tidak merasa kaget dan lebih terbiasa dalam mengikuti pembelajaran ini.

DAFTAR PUSTAKA

(22)

Ahmadi, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, Tatik Elisah.(2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Asep Jihad dan Abdul Haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo.

Aunurrahman.(2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :

PT Bumi Aksara.

______________(2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dewi Pratiwi.(2010).Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Molymod Pada Materi Hidrokarbon Kelas X SMA Negeri 4 Singkawang. Pontianak : FKIP Untan.

Dimyati &Mudjiono.(2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Donald R. Crunkshank, Deborah Bainer Jenlein, Kim K. Metcalf.(2006). The Act of Teaching. USA: McGraw-Hill

Etin Solihatin.(2009). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

FKIP UNTAN.(2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak : Edukasi Press FKIP Untan.

Jhony.(2012). Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning

(online).

(http://id.shooving.com/social-science/education/2254207-keunggulan -dan-kelemahan-cooperative-learning), diakses tanggal 16 Mei 2012.

Leo Sutrisno.(2010). Effect Size.(Online).

(http://www.scrib.com/28025523/Effect-Size, diakses tanggal 22 Mei 2012)

Hadari Nawawi. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

(23)

Nuril Milati.(2009).Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT(Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Arrahman Jabung Malang. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Purwadarminta.(2007).Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangakan

Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Robert E. Slavin.(2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. (Penterjemah: Narulita Yusron). Bandung : Nusa Media.

Roestiyah.(2010).Konvensional-vs-Hypnoteaching

( http://faesabila.blogspot.com/2010/07/konvensional-vs-hypnoteaching.html, diakses 14 September 2012)

Subana, Rahadi, & Sudrajat. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

______________(2008). Statistik Non Parametrik. Bandung: Alfabeta ______________(2010).Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wina Tinjaya.(2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana

... (2009). Model Pembelajaran Konvensional (Online). (http://blog.tp.ac.id/model-pembelajaran-konvensional), diakses tanggal 14 April 2012).

... (2012). Konsep Efektivitas Pendidikan .(Online). (

http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html), diakses tanggal 1 Mei 2012.

………… . (2012). Teori Efektivitas Pembelajaran. (Online). (

(24)

…………. .(Tanpa tahun). Prosedur Pembelajaran Kooperatif. (Online). ( http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/prosedur-pembelajaran-kooperatif.html), diakses tanggal 25 Juni 2012.

... (Tanpa tahun). Hakikat Pembelajaran Ips. (Online). (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=hakikat%20pelajaran %20ips&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CCkQFjAC&url=htt p%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles

%2FDiktat%2520Strategi%2520PEMBELAJARAN

%2520IPSi.pdf&ei=rulSUNLMOYGHrAfzqoHwCg&usg=AFQjC NE4aKwEvjEhh3rV-fm9cz2NHVsQtQ). Diakses tanggal 14 September 2012

... (Tanpa tahun).. Hakekat Pendidikan IPS. (Online) (http://ml.scribd.com/doc/46795515/Hakekat-Pendidikan-IPS). Diakses tanggal 14 September 2012

... (Tanpa tahun).. Hakikat Pembelajaran Ekonomi. (Online). (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=hakikat%20pelajaran %20ips%20ekonomi

%20sma&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0CD4QFjAG&url=htt p%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPEB

%2FPRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI %2F196302211987032-NETI_BUDIWATI

%2FHakekat_Pembel_Eko.pdf&ei=lOtSUOrGCcnwrQf6l4C4Bw&u sg=AFQjCNEJRH5eUDC8DPxzycngwIBPjbdeKA). Diakses tanggal 14 September 2012

...(2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. (Online). (http:// edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembe lajaran-konvensional/. Diakses tanggal 14 April 2012)

(25)

http://id.Shooving.com/social-science/education/2254207-keunggulan-dan-kelemahan-cooperative-learning/. Diakses tanggal 1

Gambar

TABEL 4.1, sambunganTaufik Rahman
TABEL 4.2: Data Hasil  Pre-test dan  Post-test  Kelas Kontrol dan KelasEksperimen
TABEL 4.2, sambungan 12
gambar 4.1.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan regresi sederhana mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap keinginan berpindah diperoleh persamaan regresi Y= 41,822-1,065 X, yang berarti konstanta regresi

dengan cara yang baik, mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, mengetahui hak-haknya dan mampu membela hak-haknya, namun anggapan bahwa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis yang pengaruh liabilitas jangka 1 bulan, arus kas masuk 1 bulan, arus kas keluar 1 bulan, dan

Kapasitas anggota kelompok tani yang terbatas inilah yang membuat mereka menjadi sulit untuk memajukan usahanya, hal ini kemudian menjadi kendala dalam pengembangan usaha karena

Dengan Memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang peran relationship conflict sebagai variabel yang memoderasi pengaruh task conflict pada

Untuk mengetahui proses kreatif yang dilakukan Plat Hitam Adv dalam merumuskan strategi kretif sehingga iklan yang dihasilkan dapat menarik, mudah dipahami dan dapat

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan semi-cutting sangat mempengaruhi umur simpan dan mutu buah manggis secara keseluruhan selama masa penyimpanan, dimana perlakuan