BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang – orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, sedangan sekelompok yang hidup dalam
batas berlebihan dari profesi yang ada di masyarakat. Profesi adalah sebuah
pekerjaan yang dimiliki seseorang untuk mendapatkan upah atau gaji yang sesuai
dengan profesi yang dikerjakan atau yang dijalankannya. Ada yang berprofesi
sebagai dokter, polisi, guru, dosen, TNI, karyawan, pedagang, penarik becak,
buruh, dan lain sebagainya.
Pekerjaan yang dimiliki seseorang berpengaruh dengan yang diperoleh dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Sebagaimana yang telah kita
ketahui pada masyarakat, baikyang berarti mikro dan yang berarti makro.Yang
didalamnya terdapat lapisan –lapisan dan strata–strata sebagai perbedaan
penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat.
Pembagian lapisan yang dimaksud, didasarkan kepada beberapa aspek salah
satunya adalah aspek sosal ekonomi. Dimana kelas atas berprofesi sebagai dokter,
TNI, polisi dan lain sebagainya. Kelas bawah berprofesi sebagai guru, karyawan,
pegawai bank dan lain sebagainya. Sedangakan kelas bawah berprofesi sebagai
Maka dari itu dari beberapa pekerjaan meningkatkan penghasilan yang lebih
tinggi dari sebelumnya. Secara Sosiologis mobilitas sosial sudah mencakup pada
profesi yang dimiliki oleh setiap masyarakat secara vertikal. Namun dalam
masyarakat tidak selalu berbentuk secara vertikal. Mobilitas sosial itu terjadi pada
lapisan atas. Tetapi dalam masyarakat lapisan menengah ke bawah juga terjadi
mobilitas tersebut. Adanya mobilitas tersebut maka muncullah peralihan profesi
yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi
keluarganya.
Karena kebutuhan ekonomi merupakan hal terpenting dalam kehidupan.
Kebutuhan setiap manusia berbeda – beda maka ada banyak peralihan profesi yang dilakukan di Indonesia. Adapun contoh dari peralihan profesi tersebut
misalnya peralihan profesi masyarakat dari sektor pariwisata ke sektor peternakan
ikan. Disamping itu masalah dalam penelitian ini yaitu, peralihan profesi buruh
pabrik menjadi tukang becak yang merupakan peralihan profesi yang ada. Hal itu
dapat dilihat dari banyaknya peralihan profesi yang dilakukan oleh buruh pabrik
menjadi tukang becak.
Peralihan profesi dari buruh pabrik ini dilakukan bukan karena terjadinya
PHK ataupun pabrik yang tidak berproduksi lagi, melainkan buruh pabrik tersebut
melakukan peralihan dikarenakan upah yang tidak tercukupi. Jika diketahui
sebagai gejala pendapatan yang rendah, pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
pokok. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan. Untuk memastikan upah yang layak bagi buruh di satu sisi dan
terjaminnya kelangsungan usaha disisi lain, DPR dan pemerintah membuat
serangkaian regulasi yang mengatur sistim dan mekanisme pengupahan di pasar
kerja.
Peraturan pelaksana terkait upah minimum diatur dalam Permenakertrans No.
01 Tahun 1999 tentang Upah minimum Juncto Kepmenakertrans No.
226/MEN/2000 tentang perubahan beberapa pasal dalam Permenaketrans No 01
tahun 1999. Dalam peraturan ini. upah Minimum adalah upah bulanan terendah
yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap, berlaku bagi pekerja yang
mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Penetapan upah minimum dilakukan
di tingkat propinsi atau di tingkat kabupaten/kotamadya, dimana Gubernur
menetapkan besaran upah minimum propinsi (UMP) atau upah minimum
Kabupaten/Kotamadyar (UMK), berdasarkan usulan dari Komisi Penelitian
Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang
Dewan Pengupahan Provinsi atau Kabupaten/Kota) dengan mempertimbangkan
kebutuhan hidup pekerja, indeks harga konsumen, pertumbuhan ekonomi dan
kondisi pasar kerja.
Menurut BPS rata-rata upah nominal per bulan buruh industri pada triwulan I
triwulan I – 2014 naik sebesar 1,19%, yaitu dari Rp 1.697.700 menjadi Rp 1.717.900.
Tabel 1
Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Industri Per Triwulan 2013 – 2014
Tahun/Triwulan Upah Nominal
Persentasi
Perubahan Upah Rill
Persentasi Perubahan 2003 I Rp 1.803.500 11,61 Rp 1.737.600 7,54 2003 II Rp 1.833.700 1,67 Rp 1.751.000 0,77 2003 III Rp 1.847.600 0,76 Rp 1.695.200 -3,19 2003 IV Rp 1.864.300 0,91 Rp 1.697.700 0,15
2004 Rp 1.913.200 2,62 Rp 1.717.90 1,19
Sumber: Katalog BPS. 2014 Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 50
Dari penjelasan tabel diatas, upah nominal buruh yang sekarang sudah
jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Pendapatan buruh tersebut terus bertambah
dari triwulan ke triwulan selanjutnya. Sehingga jauh lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya yang masih rendah dan tidak tercukupi untuk memenuhi kebutuhan
pokok dalam keluarga. Berikut ini adalah upah minimum pada tahun sebelumnya.
Tabel 2
Upah Minimum Buruh Tahun 1996 – 2003
Tahun Upah Minimum (Rp) Kenaikan Upah Minimum dalam US$
1999 Rp 179.528 16,6% $23,05
2000 Rp 213.700 19% $25,57
2002 Rp 362.700 26,8% $39,06
2003 Rp 414.500 14,3% $48,31
Sumber: Sumber: Katalog BPS. 2014 Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 50
Dari keterangan kedua tabel diatas upah monimal buruh bisa dibilang profesi
yang mencukupi kebutuhan pokok sebagai profesi tetap. Karena sudah jauh lebih
baik dari tahun-tahun sebelumnya yang masih sangat rendah. Dilihat dari tahun
1996 – 2003 upah nominal buruh masi sangat rendah daripada tahun 2014. Tetapi hal tersebut tidak lepas pada masyarakat di Desa Sigara gara. Karena di desa ini
terjadi peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak sebagai upaya
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Yang dimana
sudah diketahui penghasilan buruh pabrik sudah tidak serendah dulu.
Desa Sigara gara merupakan sebuah desa yang cukup padat penduduknya.
Desa ini merupakan salah satu desa yang terletak di pinggiran Kota Medan.
Masyarakat Desa Sigara Gara mayoritas beragama Islam dan berasal dari berbagai
daerah dan terdiri dari berbagai suku yang mayoritas suku asli yang berasal dari
Sumatera Utara itu sendiri. Desa Sigara Gara merupakan salah sat
yang berada di kecamata
SumateraUtara,
Penduduk asli Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak ini adal
da
Nusantara yang didominasi oleh s
ole
berdomisili di Desa Sigara Gara adalah suku Jawa. Menurut hasil survei 2011 dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, populasi penduduk Patumbak
telah mencapai 20.795 rumah tangga, dengan jumlah penduduk 88.961 jiwa,
dimana terdiri dari 45.123 jiwa penduduk laki-laki dan 43.838 penduduk wanita.
Berikut adalah tabel jumlah penduduk Deli Serdang yang dirinci menurut wilayah
Patumbak.
Tabel 3
Jumlah Penduduk Wilayah Kecamatan Patumbak
Wilayah Laki – Laki Perempuan Jumlah
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Patumbak Satu 2772 50,7% 2697 49,3% 5469
Lantasan Baru 727 49,7% 735 50,3% 1462
Lantasan Lama 1609 60,2% 1065 39,8% 2674
Patumbak Dua 1931 51% 1853 49% 3784
Sigara Gara 4048 50,6% 3947 49,4% 7995
Marindal Satu 10425 49,9% 10454 50,1% 20879
Patumbak KP 6337 50,9% 6101 49,1% 12438
Marindal Dua 5243 51,6% 4923 48,4% 10166
Jumlah 33092 - 31775 - 64867
Dari sumber data diatas, ada 8 desa yang terdapat di Kecamatan Patumbak
dan salah satunya yaitu Desa Sigara gara. Di desa ini memiliki kepadatan
penduduk sebesar 7.995 dimana sebanyak 4.048 jiwa berkelamin perempuan dan
3.947 jiwa berkelamin laki-laki. Seperti yang sudah dibahas diatas, di desa ini
banyak kepala rumah tangga yang beralih profesi dari yang semula berprofesi
sebagai buruh pabrik menjadi tukang becak. Bahkan ada beberapa perempuan
yang berprofesi sebagai tukang becak, hal ini dipengaruhi oleh faktor penduduk
desa tersebut lebih banyak penduduk yang berkelamin perempuan dibandingkan
laki-laki.
Tukang becak adalah seseorang yang mengendarai suatu moda
pengemudi. Menjadi pengemudi becak merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan nafkah yang mudah, sehingga jumlah pengemudi becak di daerah
yang angka penganggurannya tinggi dapat menjadi sangat tinggi, dan akan akan
menimbulkan berbagai kemacetan lalu lintas. Didalam masalah ini tukang becak
yang dimaksud yang terjadi di Desa Sigara Gara yaitu tukang becak yang
mengangkut penumpang biasa dan sekaligus juga tukang becak antar jemput anak
sekolah yang memakai jasa tukang becak tersebut.
Becak yang digunakan merupakan becak bermotor dan becak yang
dimodivikasi oleh pemilik becak tersebut agar bisa mengangkut anak sekolah
yang lebih banyak. Tetapi ada beberapa masyarakat yang memiliki dua becak
sekaligus yaitu becak untuk penumpang biasa dan becak yang telah dimodivikasi
lalu menjemputnya kembali, dan setelah itu tukang becak mencari sewa di
sela-sela jam sekolah anak sekolah untuk mendapatkan penghasilan yang lebih. Setiap
anak sekolah wajib membayar ongkos atau upah antar jemput sebesar Rp 120.000
per bulannya. Setiap mengantar anak sekolah penarik becak tersebut dalam satu
becak terdapat 8 – 10 anak sekolah dalam becak tersebut. Selain hasil dari upah mengantar anak sekolah, penarik becak juga mencari sewa untuk penghasilan
tambahan dengan penghasilan kurang lebih Rp 80.000 per harinya. Becak
bermotor dan becak yang sudah di modivikasi tersebut beroperasi setiap hari.
Sebelumnya masyarakat Desa Sigara Gara ini melakukan peralihan profesi
mereka awalnya bermata pencaharian sebagai pekerja buruh di pabrik – pabrik. Pekerjaan buruh pabrik memiliki pendapatan gaji atau upah yang jelas dari pada
berprofesi sebagai tukang becak yang bisa disebut sebagai pekerjaan sektor
informal.
Pabrik yang terdapat di Kecamatan Patumbak yaitu pabrik kayu, palstik,
kertas dan alumek. Tetapi dikarena beberapa faktor, mereka beralih profesi dari
pekerja buruh pabrik menjadi tukang becak, sebagai upaya meningkatkan
penghasilan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Peralihan profesi buruh pabrik
ke tukang becak di Desa Sigara Gara ini sudah cukup lama yang dimulai pada
tahun 2006, kurang lebih dari 9 tahun yang lalu peralihan profesi ini sudah terjadi.
Padahal buruh pabrik memiliki kebijakan dan fasilitas dari pemerintah seperti
Jamsostek, jaminan keselematan kerja, dan upah minimum.
Seperti yang telah diterangkan oleh UU Nomor 13 Tahun 2003 yang
dua pasal, yaitu pasal 86 dan pasal 87. Pada pasal 86, UU tersebut terdiri atas 3
ayat. UU No 13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 menjelaskan bahwa setiap buruh
mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, terutama dibidang keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan mendapatkan perlakukan yang
sesuai. Pada ayat kedua disebutkan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan
sangatlah diperlukan untuk melindungi kesehatan buruh dan menigkatkan
produktivitas. Adapun Ayat ketiga dari pasal 86 ini menjelaskan bahwa peraturan
yang terdapat dalam Ayat 1 dan 2 harus dilaksanakan sesuai dengan undang – undang yang berlaku. Masih dalam UU yang sama, Pasal 87 juga memuat hal – hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja yaitu menjelaskan bahwa setiap
perusahaan wajib membentuk suatu manejemen perusahaan yang pelaksanaannya
kemudian diatur oleh peraturan pemerintah
fasilitas yang diberi pemerintah. Tetapi masyarakat tetap saja melakukan
peralihan profesi tersebut walaupun tidak mendapatkan fasilitas yang di dapat
seperti para pekerja buruh pabrik.
Di Desa Sigara gara ini merupakan desa yang berada di kawasan industri.
Dan ada beberapa pabrik besar yang berdiri di desa ini seperti pabrik, kayu, pabrik
plastik, pabrik kerupuk dan lain sebagainya. Sehingga sebagian besar masyarakat
Desa Sigara gara berprofesi sebagai buruh pabrik. Yang bekerja sebagai buruh
pabrik yaitu kepala rumah tangga, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga,
tetapi ada sebagian istri yang berdagang untuk membantu suami mencari nafkah.
istri mereka juga yang menjadi ibu rumah tangga dan ada juga yang berdagang
untuk membantu ekonomi keluarga.
Dari beberapa penjelasan diatas hal inilah alasan yang akhirnya menarik
perhatian peneliti untuk meneliti dan mencari tahu mengapa masyarakat tersebut
beralih profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak dan bagaimana kondisi
mereka setelah melakukan peralihan profesi tersebut yang terjadi di Desa Sigara
Gara Kecamatan Patumbak ini sebagai upaya meningkatkan penghasilan.
1.2.Perumusan Masalah
Rumusan masalah sering disebut sebagai pernyataan masalah (statement of
problems). Rumusan masalah adalah pernyataan singkat suatu masalah yang akan
di teliti. (M.Iqbal, 2002). Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka
peneliti membuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Mengapa terjadi peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak
di Desa Sigara Gara?
2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi peralihan profesi dari buruh pabrik
menjadi tukang becak.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu
setelah penelitian selesai. Dengan demikian pada dasarnya penelitian memberikan
informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian. (M. Iqbal,
2002). Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
buruh pabrik menjadi tukang becak di Desa Sigara Gara.
2. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pasca peralihan profesi dari
buruh pabrik menjadi tukang becak.
1.4.Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri
sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.4.1.Manfaat Teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis yaitu untuk memperkaya
penelitian-penelitian sejenis yang telah ada yang dapat dijadikan perbandingan
dengan penelitian-penelitian lain selanjutnya dan menambahkan khazana kajian
sosiologi perubahan sosial tentang peralihan profesi yang dilakukan oleh buruh
pabrik menjadi tukang becak di Desa Sigara Gara, Kecamatan Patumbak.
1.4.2.Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini berguna untuk:
1. Para buruh pabrik agar mengetahui apakah peralihan profesi menjadi tukang
2. Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai masukan dan saran terhadap Pemerintah Kota Medan dalam
mengatasi kebijakan ketenagakerjaan pada masyarakat.
1.5.Defenisi Konsep
Dalam penelitian ilmiah, disamping berfungsi untuk memfokuskan dan
mempermudah suatu penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang
nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang diteliti dan
menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah
penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini,
antara lain adalah:
1. Alih Profesi
Alih professi adalah pengalihan atau pengubahan pekerjaan yang lebih
baik dan lebih banyak penghasilan yang didapat dari pada profesi sebelumnya.
Alih profesi inilah banyak dilakukan di Indonesia termasuk desan kecil yang
berada di Desa Sigara Gara kecamatan Patumbak. Alih profesi ini dilakukan
sebagai upaya meningkatkan penghasilan yang lebih baik dan dapat menutupi
kekuranga-kekurangan kebutuhan sehari-hari.
2. Buruh Pabrik
Pada dasarnya buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan
rendahan, hina, pekerja kasar dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja
dan karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan
cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tetapi penggunaan otak dalam
bekerja. Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata tersebut sama-sama
mempunyai satu pengertian yaitu pekerja. Hal ini merujuk pada undang-undang
ketenagakerjaan, yang berlaku secara umum untuk seluruh pekerja maupun
pengusaha di Indonesia.
3. Tukang Becak
Tukang becak adalah seseorang yang mengendarai suatu moda
pengemudi. Menjadi pengemudi becak merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan nafkah yang mudah, sehingga jumlah pengemudi becak di daerah
yang angka penganggurannya tinggi dapat menjadi sangat tinggi, dan akan akan
menimbulkan berbagai kemacetan lalu lintas.
4. Penghasilan
Penghasilan merupakan upah atau gaji dari sebuah pekerjaan yang di
kerjakan disuatu perusahaan atau usaha milik orang lain. Penghasilan buruh di
Indonesia masih dibilang masih minim dan tidak mencukupi kebutuhan
penghasilan yang lebih baik mereka melakukan peralihan profesi yang lebih
manjajikan penghasilannya.
5. Status Sosial
Status sosial merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki
seseorang dalam masyarakatnya baik dari pendidikan maupun penghargaan yang
didapat oleh seseorang. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan
ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang
yang status sosialnya rendah.
6. Status Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan,
pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status sosial yaitu pekerjaan,
pengeluaran dan pengeluaran.
7. Kemiskinan
Kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan dimana
terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
di Indonesia pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang (11,25 persen),
berkurang 0,32 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September
2013 yang sebanyak 28,60 juta orang (11,46 persen) (Katalog BPS 2014, Laporan
Bulan Data Sosial Ekonomi Edisi 50).
8. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti
petani yang sedang menunggu panen/ hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan
sebagainya.Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai
125,3 juta orang, bertambah sebanyak 5,2 juta orang dibanding angkatan kerja
Agustus 2013 sebanyak 120,2 juta orang atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang
dibanding Februari 2013. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada
Februari 2014 mencapai 118,2 juta orang, bertambah sebanyak 5,4 juta orang
dibanding keadaan pada Agustus 2013 sebanyak 112,8 juta orang atau bertambah
1,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2013. Pada Februari 2014, jumlah
pengangguran mencapai 7,15 juta orang, mengalami penurunan sebanyak 260 ribu
orang jika dibandingkan Agustus 2013 (Katalog BPS 2014, Laporan Bulan Data
Sosial Ekonomi Edisi 50).