BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan dari Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah
memajukan kesejahteraan umum. Guna mencapai tujuan tersebut, pemerintah
terus melakukan berbagai bentuk pembangunan baik dari segi fisik maupun segi
non fisik. Pembangunan itu dilakukan semata-mata untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, oleh karena itu setiap pembangunan harus
dapat dinikmati hasilnya oleh seluruh Rakyat Indonesia. Kegiatan pembangunan
yang dilakukan pemerintah dapat berupa pengadaan barang dan jasa, non
pengadaan, sertapembangunan sarana dan prasana.
Pembangunan sarana oleh pemerintah diwujudkan dalam berbagai bentuk.
Salah satu bentuk dari pembangunan yang dilaksanakan tersebut berupa
pembangunan proyek-proyek sarana, prasarana, yang berwujud pembangunan dan
rehabilitasi jalan-jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, saluran-saluran air,
perumahan rakyat, maupun perkantoran-perkantoran dan sebagainya.1
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah termasuk juga di bidang
kelistrikan. Pemerintah menyediakan listrik bagi masyarakat, dan kegiatan
1
pembangunan diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut, baik itu membangun
pembangkit listrik, ataupun membangun jaringan-jaringan listrik. Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang melakukan kegiatan usahanya untuk melayani
kepentingan masyarakat luas di bidang listrik adalah PT Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Persero, selaku perusahaan dengan sifat usaha tertentu yang
melaksanakan tugas khusus guna mencapai fungsi kesejahteraan umum yang juga
menjadi tujuan Bangsa Indonesia. Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh PT.PLN
(Persero) diantaranya adalah penyediaan tenaga listrik, baik berupa pembangkit
tenaga listrik, penyaluran tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan
pembangunan sarana penyedia listrik, serta jasa ketenagalistrikan lainnya.
Peraturan yang mengatur mengenai pengadaan barang dan jasa sudah
beberapa kali mengalami perubahan. Peraturan-peraturan mengenai pengadaan
barang/jasa oleh pemerintah yang berlaku saat ini adalah Peraturan Presiden
(Perpres) No. 54 Tahun 2010, Perpres No. 35 Tahun 2011 (Perubahan Pertama),
dan Perpres No. 70 Tahun 2012 (Perubahan Kedua), serta diatur pula dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dengan peraturan
pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2000. Sedangkan
peraturan mengenai pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh BUMN, berlaku
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha
Milik Negara serta perubahannya No. PER‐15/MBU/2012.Peraturan menteri
tersebut digunakan untuk kegiatan pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Perjanjian pengadaan barang dan jasa termasuk dalam perjanjian
pemborongan yang terdapat di dalam KUH Perdata yaitu pasal 1601, 1601b, dan
1604 sampai 1616.
PT.PLN (Persero) dalam melaksanakan kegiatannya ada kalanya tidak
bekerja sendiri, PT.PLN (Persero) pada umumnya melibatkan pihak kedua, baik
itu selaku penyedia barang dan jasa, pemborong dan lain-lain. Hal utama yang
harus dilakukan sebelum pelaksanaan jasa konstruksi yang melibatkan pihak lain
tersebut adalah membuat perjanjian (kontrak). Perjanjian dibutuhkan untuk
menuangkan kehendak dari para pihak secara tertulis dan mencapai kesepakatan
mengenai kegiatan yang ingin dilaksanakan. Tahapan yang harus dilakukan
terlebih dahulu sebelum membuat perjanjian pemborongan pekerjaan adalah
pemilihan penyedia barang dan jasa. Perjanjian pemboronganpekerjaan yang
dibuat oleh PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh dengan CV.Carmel dilakukan
melalui tahapan penunjukan langsung. PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh
mengundang calon penyedia barang dan jasa (CV.Carmel). Setelah dilakukan
proses penawaran dan negosiasi, PT.PLN (Persero) kemudian menetapkan
CV.Carmel sebagai pemborong dalam melaksanakan kegiatan penyeimbangan
beban trafo, setelah itubarulah pihak PT.PLN (Persero) membuat Surat
Penunjukan Jasa Langsung (perjanjian pemborongan) yang di dalamnya terdiri
atas pasal-pasal yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat harus memperhatikan
membuat suatu perjanjian. Asas dalam perjanjian berfungsi untuk membatasi para
pihak agar tidak menyimpang dari nilai-nilai yang seharusnya. Asas tersebut
diantaranya adalah asas kebebasan berkontrak, asas itikad baik, asas
konsensualisme, dan asas pacta sunt servanda.
Universitas Sumatera Utara Open Course Ware bagian Kenotariatan
menyebutkan bahwa, asas kebebasan berkontrak yang terdapat di dalam pasal
1338 ayat (1) KUHPerdata, berkaitan dengan bentuk dan isi perjanjian. Makna
kebebasan berkontrak adalah setiap orang bebas untuk menentukan dengan siapa
ia akan mengikatkan dirinya, isi dan bentuk perjanjian yang akan dibuat, serta
pilihan hukum yang akan digunakan. Asas kebebasan berkontrak bukan berarti
para pihak dapat dengan leluasa bebas menuangkan segala kemauannya di dalam
kontrak, kebebasan berkontrak tetap harus memenuhi beberapa ketentuan, yaitu
kontrak tersebut memenuhi syarat sebagai suatu kontrak, tidak dilarang oleh
Undang-Undang, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, dan sepanjang kontrak
tersebut dilaksanakan dengan itikad baik.2
Asas itikad baik menurut pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, dinyatakan
bahwa suatu kontrak haruslah dilaksanakan dengan iktikad baik (goeder trouw,
bona fide). Rumusan dari pasal 1338 ayat (3) tersebut mengindikasikan bahwa
sebenarnya iktikad baik bukan merupakan syarat sahnya suatu kontrak
sebagaimana syarat yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata. Unsur itikad
baik dalam hal pembuatan suatu kontrak dapat dicakup oleh unsur sebab yang
2
halal dari pasal 1320 KUHPerdata. Dengan demikian, dapat saja suatu kontrak
dibuat dengan iktikad baik, tetapi justru dalam pelaksanaannya misalnya
dibelokkan kearah yang merugikan salah satu pihak atau merugikan pihak ketiga.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kontrak tersebut bertentangan dengan
iktikad baik.3
Asas konsensualisme maksudnya adalah bahwa suatu kontrak sudah sah
dan mengikat ketika tercapai kata sepakat. Jadi, dengan adanya kata sepakat,
kontrak tersebut pada prinsipnya sudah mengikat dan sudah mempunyai akibat
hukum, sehingga mulai saat itu juga sudah timbul hak dan kewajiban diantara
para pihak. Dengan demikian, pada prinsipnya syarat tertulis tidak diwajibkan
untuk suatu kontrak. Kontrak lisan pun sebenarnya sah-sah saja menurut hukum.
Akan tetapi terhadap beberapa jenis kontrak disyaratkan harus dibuat dalam
bentuk tertulis, atau bahkan harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat tertentu,
sehingga disebut dengan Kontrak Formal. Ini adalah merupakan perkecualian dari
prinsip umum tentang asas konsensualitas.4
3Ibid. 4Ibid.
Asas pacta sunt servanda juga tercantum dalam pasal 1338 KUHPerdata,
menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Setiap pihak harus tunduk
Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat oleh PT.PLN (Persero)
Area Payakumbuh dengan CV. Carmel, pada bagian penutupnyayaitu pasal 14
terdapat klausul yang menyatakan bahwa:
“Perjanjian ini ditandatangani oleh Para Pihak di Payakumbuh, dibuat rangkap 4 (empat) masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang berlaku yang mana 3 (tiga) rangkap untuk pihak pertama dan 1 (satu) rangkap untuk pihak kedua, dan setalah dibubuhi materai yang cukup dan ditandatangani kedua belah pihak”.
Pada kenyataannya, tidak kedua belah pihak menandatangani perjanjian
tersebut, perjanjian tersebut hanya ditandatangani oleh pihak pemborong saja,
yaitu direktur dari CV.Carmel.
Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan
kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, di kala
timbul sengketa di kemudian hari.5 Perjanjian yang dibuat secara tertulis juga
menjadi bukti terhadap adanya hubungan hukum. Tanda tangan menjadi simbol
dari curahan hati dan pikiran yang telah dipikirkan matang oleh orang yang
membuat perjanjian tersebut, sehingga pada akhirnya ia sepakat untuk mengikuti
segala ketentuan yang telah dirundingkan sebelumnya dengan pihak lain, sebagai
syarat sahnya sehingga perjanjian tersebut sah sebagai salah satu bentuk
perikatan.6
Yahya Harahap di dalam bukunya Hukum Acara Perdata menyatakan
bahwa suatu surat yang memuat pernyataan atau kesepakatan yang jelas dan
5Slide pilihan hukum dalam kontrak
bisnis.pdfhttp://ocw.usu.ac.id/course/download/10500000010-hukum-perusahaan/ diakses pada 11 Oktober 2013 pukul 12.30 WIB
6
terang, tetapi tidak ditandatangani ditinjau dari segi hukum pembuktian, tidak
sempurna sebagai surat atau akta sehingga tidak sah dipergunakan sebagai alat
bukti tulisan. Apabila surat tersebut merupakan pernyataan sepihak, harus
ditandatangani orang yang membuat pernyataan, dan apabila merupakan
kesepakatan kedua belah pihak mesti ditandatangani dua belah pihak.7
7
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2004) hlm.560
Perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat oleh PT.PLN (Persero)
Area Payakumbuh dengan CV.Carmel meskipun tidak ditandatangani oleh pihak
PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh selaku pihak pemberi kerja, tetapi tetap
dilaksanakan oleh CV.Carmel. Pelaksanaan tersebut dapat menimbulkan
ketidakpastian hukum bagi pihak pemborong, apabila terjadi masalah di kemudian
hari, terutama di dalam pembuktian di pengadilan, dan bisa saja merugikan salah
satu pihak. Karena sudah dengan jelas tercantum di dalam pasal 14 pada
perjanjian pemborongan antara PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh dengan
CV.Carmel disebutkan bahwa “Perjanjian ini ditandatangani oleh para pihak di
Payakumbuh, dibuat rangkap empat masing-masing mempunyai kekuatan hukum
yang berlaku yang mana tiga rangkap untuk pihak pertama dan satu rangkap untuk
pihak kedua dan setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dibubuhi
materai yang cukup”. Kekuatan hukum yang tercantum di dalam klausul pasal 14
diiringi dengan kata-kata “setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak”, tetapi
pada kenyataannya PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh tidak ikut
Isi kontrak juga memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak
dan kewajiban para pihak dicantumkan bertujuan agar masing-masing pihak
mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya dan dapat menilai apakah
pihak lainnya telah melaksanakan hak dan kewajibannya, atau malah tidak
melakukan kewajiban sebagaimana mestinya. Di dalam perjanjian pemborongan
pekerjaan antara PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh dengan CV.Carmel
ditemukan bahwa di dalam pasal 2 yang berjudul “Hak dan Tanggung Jawab Para
Pihak dalam Pelaksanaan Surat Penunjukan Jasa Langsung (SPJL)”, tidak
mencantumkan hak dari para pihak sama sekali meskipun judul pasalnya
dituliskan hal demikian, yang terdapat di dalam pasal tersebut adalah
larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pihak kedua dalam melaksanakan
kontrak.Dan apabila dilihat dari keseluruhan isi pasal, pasal-pasal yang terdapat di
dalam kontrak lebih banyak menerangkan mengenai hal-hal yang harus dilakukan
oleh pihak kedua (CV.Carmel). Hal itu membuat pihak pemborong menanggung
beban tanggungjawab yang lebih banyak dibandingkan pihak yang
memborongkan.
Ketidakseimbangan tanggung jawab tersebut, dapat dikaitkan dengan asas
itikad baik dalam kontrak. Pada dasarnya, itikad baik bermakna bahwa satu pihak
harus memperhatikan kepentingan pihak lainnya di dalam kontrak. Itikad baik di
dalam kontrak tidak hanya berperan di dalam pelaksanaan kontrak saja, tetapi juga
pada saat penandatanganan dan tahap pra-kontrak. Itikad baik tersebut tidak hanya
dilihat dari para pihak dalam melaksanakan kontrak saja, tetapi juga dari nilai-niai
yang penting dalam hukum kontrak. Namun pada saat ini, pengertian mengenai
itikad baik masih berbeda-beda, perbedaan itu dapat dilihat dari waktu, orang,
maupun tempat.8
B. Rumusan Permasalahan
Itikad baik itu juga berperan dalam masa sebelum
ditandatanganinya kontrak, oleh karena itu perlu dikaji mengapa masih ada
ketidakseimbangan hak dan kewajiban di dalam kontrak, meskipun setelah
terjadiya perundingan sebelum membuat kontrak.
Menyadari adanya masalah dan pentingnya penyelesaian masalah tersebut,
maka penulis akan membahas lebih lanjut mengenai perjanjian pemborongan
tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan Pekerjaan antara PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh dengan
CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi Pada PT.PLN
(Persero) Area Payakumbuh)”.
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah perjanjian pemboronganpekerjaan antara PT. PLN (Persero) Area
Payakumbuh dengan CV. Carmel sudah menjamin kepastian hukum bagi
kedua belah pihak?
2. Bagaimanakah penerapan asas itikad baik dalam perjanjian pemborongan
pekerjaan tersebut?
3. Apa kendala dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dan bagaimana cara
mengatasinya?
8
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT.
PLN (Persero) Area Payakumbuh dengan CV. Carmel sudah menjamin
kepastian hukum bagi kedua belah pihak
2. Untuk mengetahui penerapan asas itikad baik dalam perjanjian
pemborongan pekerjaan tersebut
3. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian
tersebut dan bagaimana cara menyelesaikannya
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini dapat dilihat dari dua
sisi yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan dan
akademisi khususnya. Untuk menambah literatur dalam bidang hukum
perdata pada umumnya dan perjanjian pemborongan pekerjaan sehingga
dapat lebih mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan
pemborongan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian
pemborongan pekerjaan.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali
itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum
tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
pemasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.9
1. Jenis Penelitian
Bahan-bahan atau data yang diperlukan dalam skripsi ini, penulis peroleh
dengan melakukan penelitian hukum dengan menggunakan cara-cara atau
metode-metode tertentu sebagai berikut:
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif
yang bersifat deskriptif. Normatif maksudnya penelitian dilakukan dengan
menggunakan dan mengelola data sekunder. Adapun sifat dari penulisan
skripsi ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan secara sistimatis dan jelas
dimana penulis melakukan penelitian termasuk survey ke lapangan untuk
memperoleh data.
2. Sumber Data
9
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data
sekunder yaitu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yang
diperoleh dari:
a. Bahan hukum primer
Yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan
oleh pihak-pihak yang berwenang yakni berupa Undang- Undang,
Peraturan Pemerintah, dan lain-lain.
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan dari buku hukum yang memberi penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti hasil penelitian dan pendapat
dari pakar hukum. Termasuk juga semua dokumen yang merupakan
informasi atau merupakan kajian berbagai media seperti koran,
majalah, artikel-artikel yang dimuat di berbagai website di internet.
c. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan yang memberikan petunjuk, maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Penelitian Kepustakaan (library Research) yaitu meneliti sumber
sumber bacaan yang berhubungan dengan permasalahan dalam
skripsi ini, seperti buku-buku hukum, majalah hukum, artikel-artikel,
peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, pendapat
b. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang
dilakukan pada dalam bentuk studi kasus. Penulis melakukan studi
kasus terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
perjanjian pemborongan pekerjaan, untuk melengkapi bahan yang
diperoleh dalam penelitian kepustakaan di atas.
4. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian hukum ini
adalah:
a. Studi dokumen, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui data
tertulis yang berkaitan dengan penelitian hukum ini.
b. Wawancara, wawancara dilakukan dengan pihak PT.PLN (Persero)
Area Payakumbuh untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
5. Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis
kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan
selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang
akan dibahas dan hasilnya dituangkan ke dalam bentuk skripsi.
F. Keaslian penulisan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis, diketahui bahwa skripsi
dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN
(Persero) Area Payakumbuh dengan CV. Carmel dalam hal Penyeimbangan
ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Kalaupun ada judul yang
serupa, namun permasalahan dan materi pembahasan yang diangkat juga berbeda
dan bila di kemudian hari ditemukan skripsi dengan judul yang sama yang telah
ada sebelumnya, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab penulis. Berikut
beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir serupa dengan skripsi ini:
1) Nama Penulis : PITYANI MEUTIA LUBIS
NIM : 020200036
Judul Skripsi : PERJANJIAN BORONGAN KERJA ANTARA PT.PLN
(PERSERO)DENGAN PT. STARINDO PERKASA
SEMESTA
Rumusan Masalah:
a) Bagaimana prosedur pelelangan yang dilakukan oleh PT.PLN
(Persero)bila dihubungkan dengan Keppres No. 24 Tahun 1995
dan perbandingannya dengan Keppres No. 32 tahun 2005?
b) Sejauh mana tanggung jawab PT. STARINDO PERKASA
SEMESTA terhadap perjanjian borongan kerja yang dilakukan?
2) Nama Penulis : SRI WINDA PASARIBU
NIM : 060200133
Judul Skripsi : TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PEMBORONGAN
PEKERJAAN ANTARA DINAS PEKERJAAN UMUM
KIMPRASWIL KABUPATEN TOBA SAMOSIR
DENGAN CV. BAGAS BELANTARA (STUDI KASUS
Rumusan Masalah:
a) Apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan
Peningkatan Saluran Irigasi Bondar Sitoman Sosor Pandan
Sepanjang 75m telah sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku?
b) Bagaimanakah tanggung jawab para pihak dalam melaksanakan
perjanjian pemborongan pekerjaan?
c) Bagaimanakah penyelesaian Perselisihan yang timbul dalam
pelaksanaan perjanjian pemborongan?
3) Nama Penulis : KRISTI MEI SARA SIMBOLON
NIM : 090200201
Judul Skripsi : TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PEMBORONGAN
PEKERJAAN PEMBANGUNAN SALURAN
DRAINASE ANTARA DINAS BINA MARGA KOTA
MEDAN DENGAN CV.TERATAI 26
Rumusan Masalah:
a) Apakah proses pelaksanaan Perjanjian Antara Dinas Bina Marga
Kota Medan dengan CV.Teratai 26 tidak mengandung cacat
hukum?
b) Apakah hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian dan
Demikianlah beberapa skripsi yang memiliki kesamaan pembahasan
mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan, namun rumusan masalah yang
dibahas berbeda dengan permasalah yang penulis paparkan di dalam skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya
sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab dengan bab yang lain
yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, yang
kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN
Bab ini menjelaskan mengenai tinjauan umum mengenai perjanjian
pemborongan pekerjaan yang terdiri dari lima sub bab, yaitu Pengertian Perjanjian
pemborongan pekerjaan, pihak-pihak dalam perjanjian pemborongan pekerjaan,
cara memborongkan pekerjaan, tanggung jawab para pihak dalam perjanjian
pemborongan pekerjaan, dan berakhirnya perjanjian pemborongan pekerjaan.
Bab ini menjelaskan mengenai segi pembuatan dari perjanjian
pemborongan pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel, terdiri atas
empat sub bab, yaitu: Proses penawaran kerjasama pemborongan pekerjaan,
penyusunan perjanjian kerjasama pemborongan pekerjaan, hak dan kewajiban
para pihak dalam perjanjian kerjasama pemborongan pekerjaan, dan objek
perjanjian kerjasama pemborongan pekerjaan.
BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA PT.PLN (PERSERO) DENGAN CV.CARMEL DALAM HAL PENYEIMBANGAN BEBAN TRAFO
Bab ini membahas mengenai pelaksanaan dari perjanjian pemborongan
pekerjaan, terdiri atas tiga sub bab, yaitu: kepastian hukum dalam pelaksanaan
perjanjian pemborongan pekerjaan, penerapan asas itikad baik dalam pelaksanaan
perjanjian pemborongan pekerjaan, serta kendala dan penyelesaian permasalahan
yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap hasil analisis yang dilakukan.
Kesimpulan merupakan intisari dari pembahasan terhadap permasalahan yang
diajukan dalam skripsi ini, sedangkan saran yang ada diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terlibat
dalam Perjanjian Pemborongan.