BAB 40. PENILAIAN PEMBANGUNAN
§ 609. Sudah mendjadi kebiasaan untuk mengukur suatu pelaksanaan pembangunan dengan persentase kenaikan Pendapatan Nasio nal, kenaikan produksi nasional dan sebagainja.
Dalam negara2 jang sudah madju, aparat pendaftaran dan pe
nilaian segala matjam kegiatan ekonomi disemua sektor telah sempurna, Untuk semua kegiatan ekonomi telah terdapat for mulaformula dan nilai2 jang tertentu dan jang terdapat dipertja
jai. Menggunakan formula2 dan angka2 tersebut, merupakan
perhitungan jang mudah.
§ 610. Djika formula' itu kita pergunakan di Indonesia setjara ilmu berhitung belaka, maka kita dengan mudah dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Dari djumlah investasi Rp. 240 miljar, dalam hal ini tidak di hitting investasi sektor partikulir, jang ditanam dalam sektor2 ;
A. Pertanian dan Industri Rp. 108 miljar. B. Perhubungan (Transport and
Communication) Rp. 60,4 miljar. C. Pendidikan dan djasa2 (tidak diper
hitungan hasilhasilnja) Rp. 71,6 miljar. Dalam sektor A kits mengambil I.C.O.R. sebesar 3 : 1 Dalam sektor B kita mengambil I.C.O.R. sebesar 4 : 1 Maka hash setiap tahun jang diperoleh adalah :
a. Dalam sektor A : % X Rp. 108 miljar = Rp. 36 miljar b. Dalam sektor B : % X Rp. 60,4 miljar = Rp. 15,1 miljar c. Dalam sektor C tidak terhitung.
Pendapatan Nasional. Djika dihitung tambahan penduduk se besar 20% selama 8 tahun, maka achir Rentjana I pendapatan perkapita akan bertambah dengan 32% — 20% = 12%.
Dalam hal ini tidak dipergunakan tjara menghitung dengan compound interest.
§ 612. Kenaikan pendapatan perkapita sebesar 12% tersebut diatas untuk pembentukan modal guna .pembangunan di Indonesia le
bih ketjil artinja djika dibandinglcan dengan tambahan jang se rupa dinegaranegara fang sudah madju seperti Inggeris dan U.S.A,
Kenaikan pendapatan perkapita sebesar 12%, dalam negara2
jang sudah madju hanja sebagian sadja jang dipakai untuk konsumsi karena keperluan hidup mereka seharihari sudah mentjukupi clan sebagian untuk disimpan jang berarti pemben tukan tambahan modal, Simpanan tersebut dapat digunakan untuk membangun,
Pendapatan perkapita di Indonesia sekarang demikian ren dahnja sehingga belum dapat memenuhi konsumsi minimal un tuk hidup seharihart. Karelia itu kenaikan pendapatan per kapita sebesar 12% tersebut hantpir seluruhnja akan diguna kan untuk menambah konsumsi guna hidup seharihari, hanja sebagian ketjil sadja jang akan disimpan, sehingga pemben tukan modal jang dapat digunakan untuk membangun sangat ketjil pula,
Tambahan Pendapatan Nasional/pendapatan perkapita ini se harusnja masih dapat diperbesar, Djika investasi untuk pendi dikan, kesedjahteraan rakjat, Pemerintahan dan lain2 (Rp. 20,5
+ Rp. 6,2 + Rp. 14,9 + Rp. 30 , miljar = Rp. 71,6 mil jar) dimasukkan kedalam sektor produksi, maka Pendapatan Nasional akan bertambah dengan Rp. 10,2 miljar setahun, akibatnja ialah pembangunan kita mendjadi Pembangunan Eko nomi (Economic Development Plan) sedangkan pembangunan kita adalah Pembangunan Semesta jang tidak hanja mementing kan bidang materiil, akan tetapi djuga bidang spirituil. Pem bangunan dibidang mental dan spirituil tidak kalah pentingnja dengan pembangunan dalam bidang materiil dan kita harus memberikan keseimbangan antara kedua bidang tersebut. Pem banjak sekali kelemahan2 :
a. Dasar angka2 Pendapatan Nasional jang dipakai sebagai
angka permulaan perhitungan (1960) tidak dapat didjamin kebenarannja,
b. Nilai rupiah kita sangat besar dan tjepat berubah,
c. Index angka2 jang biasanja dipakai adalah index local dan
d. Keterangan mengenai semua kegiatan ekbnomi jang diper sehingga pendapatan terachir barns dua kali disangsikan. fang pasti diketahui Depernas ialah'bahwa Pendapatan Na sionalr bangsa Indonesia djauh.lebih rendah dari Pendapatan
Nasional setiap bangsa Barat dan masuk jang terendah di antara negara2 Asia,
Depernas berpendapat bahwa dalam pelaksanaan Rentjana I ini, perlu diusahakan mentjari formula2 dan angka2 jang
dikemudian hari dapat dipergunakan menetapkan Penda patan Nasional menurut tjara2 jang dapat dipertanggung
djawabkan, Perhitungan kenaikan Pendapatan Nasional ter sebut harus dipergunakan dengan balk untuk Pembangunan Nasional Rentjana II,
§ 613. Depernas untuk masa Rentjana I ini lebih menjetudjui mem pergunakan fakta sebagai alat menial basil pembangunan ini. Tidak semua fakta akan dapat disebut, karena akibat berantai dalam lapangan ekonomi sukar diikuti. Depernas menjebut ha nja beberapa fakta jang menondjol. Banjak fakta jang tidak dapat dinilai dengan uang karena bukan merupakan materi, tetapi jang dikemudian hari dapat merupakan potensi jang lebih besar lagi.
Fakta2 jang menondjol ialah :
a. Selfsupporting sandang pangan :
1. Pangan – 100 kg. perkapita pertahun mendja di 115 kg. perkapita pertahun
2. Sandang 10 m perkapita pertahun mendjadi 15 m perkapita pertahun
b. Industri
1. kimia dasar — meletakkan dasar bagi industriali sasi.
2. pabrik pupuk 200.000 ton setahun.
3. minjak bumi 18.000.000 ton setahun mendjadi 35.000.000 ton setahun.
4. besi/badja 100.000 ton logam besi (1968). 5. batubara 640.000 ton (1959) mendjadi
1.500.000 ton (1969),
6. semen 400.000 ton (1959) mendjadi 1.725.000 ton (1969).
7. produksi kertas : — dari 6.000 ton mendjadi 70.000 ton.
c. Penggngkutan/perhubungan
1. tambahan kapal dari 140.000 D.W.T. mendjadi 340,000 D.W.T„ diluar kapal2
jang sedang dipesan. 2. tambahan
djalan baru 2585 km.
3. kendaraan ditambah 4000 truck setahun. d. Desa tiap desa 1 (satu) bank desa.
tiap desa 1 (sate) sekolah. buta huruf lenjap,
2 5 poliklinik tiap ketjamatan. e. Tambah lapangan kerdja jang langsung
1. pertanian — 1.000,000 2, industri — 500.000 Fakta2 jang tidak dapat dinilai ialah :
f. Kepertjajaan sanggup membangun,
g. Tambahan keahlian, pengetahuan clan pengalaman baru men djalankan projek2 besar, menengah clan ketjil jang mendjadi
modal membuka projek2 barn jang lain pada masa jang akan
datang,
Djumlah semua faktafakta ini, merupakan langkah pertama jang dilakukan pada djalan jang pandjang menudju ke : Alam Masjarakat Sosialisme Indonesia,