• Tidak ada hasil yang ditemukan

S POR 0906477 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S POR 0906477 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan. Pembaharuan pendidikan secara nasional mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini, bisa dilihat dengan adanya perubahan dan pembaharuan dari sistem pendidikan baik di tingkat nasional maupun daerah. Adapun perubahan tersebut menyangkut sistem pembelajaran, kurikulum, materi-materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran.

Menurut dokumen SISDIKNAS 2003,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

(2)

1).Pendidikan Agama, 2)Pendidikan Kewarganegaraan, 3).Bahasa, 4).Matematika, 5).Ilmu Pengetahuan Alam, 6).Ilmu pengetahuan Sosial, 7).Seni dan Budaya, 8).Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 9).Keterampilan dan Kejuruan, 10).Muatan Lokal.

Berpijak dari pernyataan diatas bahwa pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib diadakan disetiap tingkatan satuan pendidikan, dan wajib diikuti oleh setiap peserta didik.

Dalam penjas banyak materi yang diajarkan, salahsatunya adalah sepakbola. Adapun pengertian sepakbola sendiri menurut Sucipto dkk (2000, hlm. 7):

Sepakbola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnhya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya.

Tidak sedikit komponen yang ditekankan harus dikuasai oleh siswa dalam

proses pembelajarannya, mulai dari peraturan permainan yang harus diketahui keterampilan dasar yang harus dikuasai sampai kepada tujuan pembelajaran yang dituntut tercapai secara maksimal, akan tetapi pada kenyataan dilapangan untuk mencapai hal itu sangatlah tidak mudah, kemampuan siswa untuk dapat bekerjasama dalam permainan sepakbola dirasa sulit dan kurang maksimal, dikarenakan minimnya seorang guru melakukan inovasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran, terutama sekali dalam pemilihan model pembelajaran, terlihat kegiatan pembelajaran masih merujuk kepada guru, situasi dimana jika dianalogikan seorang guru masih mendominasi keberlangsungan proses pembelajaran, dimana seluruh sumber pengetahuan berpusat kepada sosok guru (teacher center), sehingga sosok siswa didalam pelaksanaannya hanya berperan

(3)

Kerjasama bisa terjalin bila ada interaksi yang baik, yang dilakukan oleh seluruh komponen didalamnya untuk mencapai harapan-harapan yang diinginkan. Kerjasama bukan sekedar “kerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai dan saling membantu. (Depdiknas. 2004, hlm. 7-8). Menurut Lie dalam Rahmat Subagja (2012, hlm. 12) “Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah”.

Kerjasama merupakan salah satu hal utama yang harus diperhatikan dalam permainan sepakbola, tanpa adanya kolektifitas dalam bermain maka hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran, yaitu kerjasama siswa dalam bermain kurang baik, maka dikhawatirkan akan barpengaruh terhadap tujuan pembelajaran. Dengan demikian dalam permainan sepakbola hal yang harus diperhatikan adalah keterampilan bekerjasama, karena sepakbola merupakan olahraga permainan yang membutuhkan kemampuan untuk bekerjasama dalam hal membagi bola, melakukan pertahanan, melakukan penyerangan, serta menciptakan tim yang solid dan kompak.

Memperhatikan pentingnya nilai kerjasama dalam permainan sepakbola, maka nilai-nilai kerjasama perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan kerjasama siswa, salah satunya adalah dengan menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa tidak mudah, perlu kecermatan dari guru dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran yang akan diberikan (diajarkan) sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif, oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar.

(4)

Dalam dunia pendidikan jasmani pun ada model-model pembelajaran, dan diantaranya yang dikemukakan oleh Metzler (2000, hlm. 159) :

There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education: direct instruction model, personalized system for instruction model, cooperative learning model, the sport education model, peer teaching model, inquiry teaching model, and the tactical games model.

Pernyataan Metzler (2000, hlm. 159) menjelaskan ada beberapa model pembelajaran dalam pendidikan jasmani, yaitu, Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Personal, Model Pembelajaran Kerja sama, Model Pembelajaran Pendidikan Olahraga, Model Pembelajaran Kelompok, serta Model Pembelajaran Inkuiri.

Dalam pelaksanan proses pembelajaran penjas, model kooperatif merupakan model pembelajaran yang sering digunakan, dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur kehidupan bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaraan kooperatif adalah kegiatan pembelajaraan secara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu dalam meyelesaikan permasalahan.

Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin dalam Metzler (2000, hlm. 164) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok.

(5)

kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dalam game dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, tetapi memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Adapun menurut Slavin (1995, hlm. 170) komponen tipe TGT antara lain: “Belajar tim; Turnamen; dan Rekognisi tim”.

Pengajaran meliputi pemberian intruksi, materi, demonstrasi, tugas serta arahan dari guru yang berlangsung dalam proses pembelajaran. Belajar tim, yaitu proses pengulangan dan latihan secara bersama-sama dengan tugas yang diberikan guru. Turnamen, yaitu suatu kondisi dimana semua siswa dalam kelompok diuji kemampuannya dalam suatu pertandingan melawan kelompok lain dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan tiap kelompok. Rekognisi tim, yaitu pemberian penghargaan pada kelompok pemenang dalam suatu pertandingan yang didasarkan pada skor atau nilai yang diperoleh.

Melalui langkah-langkah pembelajaran di atas, akan memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling berinteraksi antara siswa satu dengan siswa yang lain. Dalam proses interaksi yang terjadi pada proses pembelajaran itulah yang diharapkan terbinanya kerjasama. Siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi akan membantu siswa lain dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan begitu pula sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan yang rendah tidak akan leluasa meminta bimbingan dari temannya tanpa rasa canggung karena usia mereka relatif sama.

Selain itu dengan adanya kompetisi dalam proses pembelajaran, siswa akan mempersiapkan timnya dan saling bekerjasama agar dapat memenangkan suatu pertandingan. Dalam kondisi seperti itu akan terciptanya budaya saling membantu dan saling ketergantungan antar siswa satu dengan yang lainnya.

(6)

pembelajaran kooperatif adalah bahwa tujuan-tujuan kooperatif menciptakan norma-norma kelompok yang mendukung pencapaian tinggi. Pada dasarnya, argumen terhadap pendapat ini bahwa intensif kooperatif memotivasi para siswa untuk mencoba saling berinteraksi satu sama lain untuk melakukan tugas-tugas akademik, dan oleh sebab itu membuat para siswa merasa bahwa teman sekelas mereka ingin agar mereka melakukan yang terbaik dari diri mereka. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada proses kegiatan belajar mengajar diharapkan siswa lebih termotivasi dan kegiatan yang dilakukan lebih menarik sehingga hasil belajar dan motivasi siswa lebih meningkat sesuai yang diharapkan. Selain itu, dengan adanya bentuk kerjasama dalam kegiatan pembelajaran tercipta karakter-karakter siswa yang bisa bekerjasama dalam kelompok.

Berangkat dari esensi uraian tersebut, muncul permasalahan yang ingin

penulis ketahui lebih jauh, yaitu tentang keingintahuan mengenai pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe Team-Game-Tournament (TGT) terhadap

keterampilan bekerjasama dalam pemainan sepakbola di SMPN 40 Bandung kelas

delapan, dan diharapkan sasaran utama kegiatan pembelajaran kooperatif tipe

TGT dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu meningkatkan keterampilan

kerjasama siswa dalam permainan sepakbola.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Masih sulitnya para siswa untuk dapat bekerjasama dalam pembelajaran permainan sepakbola.

2. Cara mengajar guru yang tidak memudahkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik dalam pembelajaran permainan sepakbola. 3. Belum diketahui tingkat keterampilan bekerjasama siswa kelas delapan

dalam permainan sepakbola di SMPN 40 Bandung.

(7)

1. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini berupa keterampilan kerjasama dalam permainan sepakbola. Dimana keterampilan kerjasama dalam penelitian ini ada dua yaitu:

Y1 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

Y2 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran

konvensional. 2. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa model pembelajaran, dimana ada dua variabel bebas, yaitu:

X1 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

X2 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team Game Tournament) terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola di SMP NEGERI 40 BANDUNG kelas VIII”

D. Tujuan Penelitian

(8)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Ilmiah :

a. Sebagai penguat teori-teori yang telah ada. b. Mengungkap teori baru.

2. Manfaat Praktis :

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Khususnya sebagai masukan sistem model pembelajaran agar dapat tercapai sistem pengajaran yang diharapkan.

b. Bilamana hasil penelitian ternyata sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru atau pengajar akan dapat memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai upaya meningkatkan kualitas belajar siswa dalam hal meningkatkan kerjasama dalam permainan sepakbola.

c. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan bahan rujukan bagi para guru dalam usaha meningkatkan kualitas SDM pada kegiatan KBM. d. Menyumbang pemikiran pada pengajar uang berada di lingkungan

sekolah tentang manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TGT. e. Dapat dijadikan acuan oleh para guru pendidikan jasmani dalam

menentukan program belajar permainan sepakbola.

F. Struktur Organisasi Tulisan

BAB I : PENDAHULUAN, menerangkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tulisan.

(9)

pendidikan jasamani, model pembelajaran kooperatif, keterampilan-keterampilan kooperatif, prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, karakteristik pembelajaran kooperatif, tujuan pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran kooperatif, kelebihan dan kelemahan mpembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe TGT, hakekat permainan sepakbola, teknik dasar sepakbola, kerangka berfikir, anggapan dasar, dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN, menerangkan metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian, tempat dan waktu penelitian,populasi dan sampel, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, teknik mengolah data, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, menerangkan data keterampilan bekerjasama pretest dan posttest dalam pembelajaran permainan sepakbola , uji gain hasil belajar pretest dan postes dalam pembelajaran permainan sepakbola, uji sifat data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, uji hipotesis, kesimpulan analisis data dan diskusi temuan.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Sosial Ekonomi dengan Motivasi Berdasarkan tabel distribusi responden mengenai sosial ekonomi yaitu dari 83 responden yang sosial ekonomi cukup yaitu sebanyak

 Repo SBSN OPT Syariah adalah transaksi penjualan SBSN oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan janji pembelian kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka waktu

Analisis ini ditujukan untuk memperoleh deskripsi mengenai variabel kelancaran pelunasan PROTAB (y) atau disebut dengan variabel terikat, berhubungan dengan variabel

Pengembangan SDM dilakukan berkaitan dengan kepentingan penilaian kinerja setiap pegawai yang.. berdampak pada promosi, mutasi, rotasi, demosi untuk penetapan

Mengintip latar belakang pendidikan saya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan bidang pendidikan, membuat saya selama ini hanya berfikir dan bertindak melalui

Jika instrumen yang di gunakan dapat dipertanggungjawabkan, data yang diperoleh juga dapat dipertanggungjawabkan.Artinya, data yang bersangkutan dapat mewakili atau

Tayangan, gambar, suara, dan bacaan yang merusak aqidah dan akhlaq itu telah mengeroyok Muslimin, kemudian dipraktekkan langsung oleh perusak-perusak aqidah dan akhlaq dalam bentuk

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Respon Pertumbuhan Awal dan Kadar Pb Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Dosis Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang